PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk
mencapai rasionalitas tertentu. Sebagai untisosial, organisasi terdiri dari orang-orang
dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan
budaya dan motivasi orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda
mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan problem dalam proses
keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilainilai individual yang dapat
menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu
setiap organisasi perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun
system keorganisasian guna menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah
perilaku individual ke perilaku organisasional.
Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, dapat terjadi perubahan-
perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka
diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan
yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan
terus dengan lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator.
Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif
penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan
alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat
keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik
pembuatan keputusan.
Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas
utama dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making)
diproses oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan
(decision).
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi,Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid II edisi kelima,
University Of Kentucky dan University of Houston, 1991, (penerjemah: Savitri Soekrisno & Agus Dharma)
(Jakarta: Erlangga, 1997), hal. 103
2. Salusu, J., Pengambilan Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), hal. 47
3. Siagian, S.P., Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan,( Jakarta: CV Haji Masagung, 1993),
hal. 24
2
boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan
jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari
alternatif yang ada.
4. http://khaizankahfi96.blogspot.co.id/2017/03/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi. html
3
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat
apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama
atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat
menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam
hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan
praktis.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan
organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang
semata akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati
permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk,
yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram5.
a. Keputusan terprogram
Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang
kali dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya
menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan
pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
b. Keputusan tidak terprogram
Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang
5. Siagian, S.P, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, hal. 25-26. Lihat Salusu, J.,
Pengambilan Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1996), hal. 63
4
timbul. Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali
bentuk, hakekat dan dampaknya.
a. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang
menghalangi atau menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan,
terlebih dahulu harus dikenali apa masalahnya.
b. Mencari alternatif pemecahan
Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif
yang mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif
hendaknya tidak mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah
mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif terkumpul, barulah
disusun berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang tidak diinginkan.
c. Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat
memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling
6. http://nikotrileksono.tumblr.com/post/47086072101/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi
5
efektif dan efisien. Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan
pertanyaan untuk tiap-tiap alternatif.
d. Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan.
pelaksanaan harus sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat
tercapai.
e. Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah
selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi
hasil yang dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali
pemilihan alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin terjadi
karena pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif
yang tadinya tidak diperkirakan.
7. Noorderhaven, Neil G, Strategic Decision Making, Singapore, Addision Wesley, 1995, hal. 46
8. Pervin, L.A., Cervone, D., John, O.P., Personality: Theory and Research. Hoboken, (NJ: Wiley,
1991), hal. 17
6
waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut dengan
pengambilan keputusan9.
2. Faktor dari luar diri individu.
Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut10:
a Pria dan wanita
b Peranan pengambil keputusan
c Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang
dapat bersifat institusional ataupun bersifast pribadi. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Baradell & Klein menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan
berhubungan dengan rendahnya kualitas pengambilan keputusan11.
Menurut Terry (1989), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan yaitu12:
a) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementingkan kepentingan organisasi.
d) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif
tandingan.
e) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.
f) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
g) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
h) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
i) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai
berikutnya
9. Sharf, Richard, Applying Career Develovment Theory to Counseling, (California, Brook Cole:
Publishing Company, 1992, hal. 303
10 . Hasan, I., 2002, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), hal. 16.
11. Baradell, J.G., dan Klein, K. Relationship of Life Stress and Body Consciousnessti Hypervigilant
Decision Making. Journal of Personality and Social Psychology, 1993, hal. 63
12.http://taufanabdulaziz.blogspot.co.id/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-pengambilan.htm
7
BAB III
KESIMPULAN