BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2.Rumusan masalah
Dalam penulisan kali ini kami rumuskan tiga permasalahan penting
1. Apa sajakah jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada jenis-jenis perkerasan jalan
2. Apa sajakah penyebab dari masing-masing kerusakan jalan tersebut?
3. Bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan jalan yang terjadipada
perkerasan jalan
1.3. Tujuan Dan Manfaat
1. Untuk menjelaskan jenis-jenis kerusakan jalan yang terjadi
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
3. Untuk menambah kreatifitas dan pengembangan diri Mahasiswa
4. Untuk memperoleh nilai Tugas mata kuliah Perkerasan Jalan
BAB II
PEMBAHASAN
Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air
padadaerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau
gerakanvertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di
bawahpelat. Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan
lenturyang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan
dankerugiannya.
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas
tanahdasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada
umumnya dibangun plat beton setebal 67 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas,
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan
pentingterhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping
padaperkerasan.
Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangatpenting
untuk diperhitungkan dalam perencanaan.Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat
beton dengan penebalan di bagian ujung/ pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural
yang sangat tinggi akibat beban truk yangsering lewat di bagian pinggir perkerasan. Kemudian
setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan,
banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 10 inch. Guna
mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di
Maryland USA telah dibangun Test Roads atau JalanUji dengan arahan dari Highway Research
Board, yaitu untuk mempelajari dan mencarihubungan antara beragam beban sumbu kendaraan
terhadap unjuk kerja perkerasan kaku. Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan
melintang 9 7 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120
kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch
di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh. Tujuan dari program
jalan uji ini adalahuntuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada
perkerasan kaku.Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu
tunggal dan 32.000serta 44.000 pounds pada sumbu ganda.
Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada
pelatbeton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada
jalan uji adalah akibat adanya pumping. Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang
dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian
pada jalanuji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan
adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat
pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5
(tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu
kurang dan5,0.Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku,
perkerasanbeton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendaliretak.
Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannyaindependen terhadap
adanya tulangan dowel.
Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri daribaja
tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luaspenampang
beton).Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-
negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa pemeliharaan dan
perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya
baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara
dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebutakan
mempunyai umur lebih lama dari. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja
tanpa perbaikan , maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat.
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat
pencegahanseperti menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan,
yangtimbul, dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan
(inspeksi)secara rutin. Adapun penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan bias di simpulkan
pulasebagai berikut :
Karena pengaruh bahan perkerasan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi yangseharusnya
digunakan saat melakukan pekerjaan konstruksi jalan
Jalan mengalami kelebihan beban volume lalu lintas yang berulang-ulang
Sistem drainase yang kurang baik
Keadaan topografi dan faktor alam seperti cuaca yang buruk
Kurangnya kesadaran pemerintah daerah dna masyarakat untuk melakukan perawatan jalan.
4.2. Saran
a. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan pemeliharaannya
perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah instansi terkait.
b. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu segera
dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih parah.
c. Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.
d. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait agar
kualitas jalan menjadi lebih bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/kadekku/d/59838593-Kerusakan-pada-perkerasan-aspal-
UniversitasGunadarma http://balai8.net/sipp/manual-a2/113-geoteknik-jalan-
retak http://civilengineerunsri08.wordpress.com/2009/03/17/jenis-jenis-perkerasan-
jalan/ http://sanggapramana.wordpress.com/category/jalan-
raya/?blogsub=confirming#blog_subscription-2 http://cibelebupbup.blogspot.com/2011/07/jenis-
kerusakan-pada-perkerasan-lentur.html http://www.scribd.com/ibokir/d/86234175-P-Perkerasan-
Jalan http://keteknik-sipilan.blogspot.com/2011/05/perkerasan-
jalan.html http://wiryanto.wordpress.com/2010/09/19/jalan-beton-dan-
tulangannya/ http://civilandstructure.wordpress.com/2009/06/10/perbaikan-retakan-struktur-di-
slab-beton/ http://ilustri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:penyebab-
keretakan-beton&catid=36:dunia-teknik-sipil&Itemid=2