Anda di halaman 1dari 11

Manusia, Alam Semesta dan Agama

1. Manusia, Alam Semesta, dan Agama

a. Pendapat para Filosof tentang alam

 Manusia sejak lahir langsung berinteraksi dengan alam dan lingkungannya.

 Perenungan tentang alam raya telah dimulai sebelum masehi, yaitu zaman filsafat Yunani

kuno, antara lain :

 Thales (625 – 546 SM), menduga alam raya ini berasal dari air. Menurutnya, air

adalah pokok pangkal dari segala sesuatu yang ada dan akan berakhir kembali

kepada air pula.

 Anaximandros (610 – 547 SM) salah seorang filosof, murid Thales, berpendapat

bahwa alam berasal dari sesuatu yang bernama “apeiron”, yaitu sesuatu yang

tidak dapat dirupakan dengan apapun yang ada di alam raya ini.

 Anaximenes (585 – 528 SM) mengembangkan pikiran Anaximandros dengan

menjelaskan bahwa barang yang merupakan asal alam raya ini adalah satu dan

tidak terhingga, yaitu udara.

 Heraklitos (540 – 480 SM) mengemukakan bahwa unsur asal alam ini adalah api yang

memiliki sifat dinamis, karena itu alam ini tidak tetap, semuanya bergerak dan terus

bergerak.

 Parmenides (540 SM) menyatakan bahwa alam raya ini serba tetap dan segala yang

bergerak itu hanyalah penglihatan hasil tipuan panca indra belaka.


 Empedokles (490 – 430 SM) memadukan pendapat yang berkembang sebelumnya, yakni

pandangan yang menyebutkan bahwa alam raya ini terdiri atas empat unsur, yaitu udara,

api, air, dan tanah yang masing-masing memiliki sifat dingin, panas, basah, dan kering.

Pikiran Empedokles ini banyak mempengaruhi pemikiran para ahli filsafat sampai abad

ke 18.

b. Pandangan Islam tentang Alam

 Alquran menggambarkan penciptaan alam, melalui proses bertahap dan memerlukan

waktu, firman Allah (Qs. Hud, 11 : 7) yang artinya :

“Dan Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, adapun arasy-nya

telah tegak pada air untuk menguji siapa di antara kalian yang lebih tinggi amalnya.”

 Istilah enam hari (sittati ayyam) dalam ayat di atas bukanlah enam hari dalam arti

sebenarnya sebagaimana perhitungan manusia, melainkan enam masa atau enam

periode.

 Hal ini berarti alam diciptakan Allah secara bertahap dalam periode-periode

tertentu.

Al-Quran memberikan konsep-konsep mendasar bagi pengetahuan tentang alam raya,

misalnya :

 QS. Ali Imran; 3 : 190

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih

bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
 QS. Al-Anbiya, 21 : 30

“Apakah manusia-manusia yang ingkar itu tidak menyaksi-kan (mengetahui) bahwa langit

dan bumi (jagat raya ini) adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan

dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa- kah mereka tiada beriman?”

 QS. Adz-Dzariyat, 51 : 47

“Dan langit (samaa’) itu Kami bangun dengan kekuatan dan sesungguhnya Kamilah yang

meluaskannya”.

 Seorang ahli fisika: “Baiquni” menemukan makna bahwa sekitar 15 milyar tahun yang

lalu, alam semesta ini, energi materi (ardh = bumi) beserta ruang dan waktu (sama) keluar

dari satu titik dengan kekuatan yang sangat dahsyat dan dengan temperatur yang sangat

tinggi. Dengan demikian tidak ada suatu apapun yang lebih padu daripadanya.

 Dalam ayat (QS. Al-Mulk 67 : 3 – 4)

“Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu tidak sekali-kali akan

melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah itu sesuatu kepincangan (sesuatu yang tidak

seimbang); maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu menampakkan sesuatu keretakan? Maka

pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan

suatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan lemah dan payah.”

 Dalam QS. Ar-Rum, 30 : 22

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah terciptanya langit dan bumi, dan perbedaan

bahasa dan warna kulitmu; sungguh dalam hal ini terdapat tanda-tanda bagi orang yang berilmu”.
 Ayat di atas mengemukakan bahwa alam semesta ini berjalan dengan kokoh,

teratur, rapi dan harmonis.

 Alam dalam pandangan Islam adalah makhluk Allah yang diperuntuk-kan bagi manusia

dan sebagai pendorong untuk menyelidiki fenomena yang terjadi di dalamnya.

 QS. Al-Anam, 6 : 165

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan meninggikan sebagian

dari kamu atas sebagian yang lain beberapa tingkat, untuk mengujimu atas apa yang telah

diberikan-Nya kepada-mu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguh-nya

Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

 Allah mengajarkan manusia untuk mengenal alam sekelilingnya dengan baik, dalam

firman-Nya :

 QS. Yunus, 10 : 101

“ Katakanlah (wahai Muhammad) Perhatikanlah apa-apa yang

ada di langit dan di bumi”.

 QS. Ali Imran, 3 : 190 – 191

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan

siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat

Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang

penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami,

tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci


Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

 Proses alamiah (hukum alam), didalam Islam disebut ‘Sunnatullah’ adalah hukum-hukum

Allah untuk alam semesta, seperti diungkapkan dalam QS. Fushshilat, 41 : 11 :

“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan langit itu masih merupakan

asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya menurut

perintahKu dengan suka hati atau terpaksa, keduanya menjawab: Kami datang dengan

suka hati.”

 Alam raya ini seyogyanya didayagunakan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan seluruh

makhluk, QS. Al Jaatsiyah, 45 : 13:

“Tuhan telah menundukkan bagimu apa saja yang ada di langit dan di bumi secara

kesuluruhannya.”

C. Manusia Menurut Agama Islam

1. Asal Kejadian dan Potensi Manusia

 Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai

manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi

dengan segala karakter kemanusiaannya.

 Adam adalah manusia sempurna, lengkap dengan kebudayaan-nya sehingga diangkat

sebagai khalifah di muka bumi, firman Allah dalam QS. Al-Baqarah, 2 : 30:

 “Dan Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui.”

QS. Al-Baqaroh, 2 : 31 – 33 :

 “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama segala benda, kemudian mengemukakannya

kepada para malaikat, seraya berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu,

jika kalian memang benar!

 Mereka menjawab: Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang

telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui Lagi

Maha Bijaksana.

 Allah berfirman: Hai Adam beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini. Setelah

Adam memberitahukan nama benda-benda itu kepada mereka, Allah berfirman:

Bukankah sudah Ku katakan kepada mu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia

langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu

sembunyikan”.

 Proses penciptaan manusia selanjutnya melalui proses pencampuran bahan dari laki-laki

dan perempuan :

 QS.Al-Mukminun, 23 : 12 :

“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari

tanah.”

 QS.Al-Mukminun, 23 : 13 :
“ Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh

(rahim).”

 QS.Al-Mukminun, 23 : 14 :

“ Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah Kami jadikan

segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu

Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha

Sucilah Allah, Pincipta yang Paling Baik.”

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

 QS.As-Sajdah, 32 : 8 – 9 :

“ Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan

Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali

bersyukur.”

 Karena manusia berasal dari tanah, maka iblis tidak mau bersujud di hadapan manusia,

firman Allah (QS.Shaad, 38 : 76) :

“….. Iblis berkata: Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,

sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

 Tubuh memiliki daya yang bersifat fisik, seperti mendengar, melihat, mencium,

merasakan dan memiliki daya gerak.


 Sedangkan Ruh atau jiwa (nafs), memiliki dua macam daya yaitu : daya pikir (akal) dan

daya rasa yang berpusat di qolbu.

 Rasa ada 3 macam, yaitu :

- Rasa jasmani, seperti : manis, pahit, asin, asam, dsb.

- Rasa Ruhani, seperti : senang, susah, gembira, sedih, dsb.

- Rasa Nurani, seperti : rasa kemerdekaan, rasa ketuhanan, dsb.

 Rasa ketuhanan (kecenderungan beragama) diungkapkan dalam firman Allah QS.Al-

A’raf, 7 : 172):

“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah

Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. Kami

lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami

(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).”

 Islam mendorong manusia agar menggunakan potensinya secara seimbang :

 QS.Al-A’raf, 7 : 179 :

“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan

manusia.

Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)

dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunaka untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan

Allah mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-

orang yang lalai.”

2. Manusia sebagai Khalifah dan ‘Abdullah

 Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.

 Sebagai wakil Tuhan, maka kepada manusia :

- Diajarkan kebenaran-kebenaran dalam segala ciptaannya.

- Diberikan wewenang berupa kebebasan memilih dan

menentukan, sehingga dapat melahirkan kreatifitas

yang dinamis.

- Kebebasan manusia sebagai khalifah-Nya merupakan

implementasi dari ketundukan dan ketaatan hanya

kepada Allah.

 Sebagai ‘Abdullah berarti hamba, yaitu orang yang ta’at dan patuh kepada perintah

Allah.

 QS.Fathir, 35 : 39 :

“ Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir,

maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak

lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya, dan kekafiran orang-orang kafir

itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.”


 Dua tugas itu harus dijalan sedemikian rupa secara seimbang, sehingga melahirkan sifat-

sifat terpuji. Sebaliknya ketidak-seimbangan melahirkan sifat-sifat yang menyebabkan

drajat manusia jatuh ke tingkat paling bawah :

 QS.Ath-Thin, 95 : 5 :

“ Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.”

QS.Ali-Imran, 3 : 112 :

“ Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang

kepada tali Allah dan tali manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan

mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan

membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka

dan melampaui batas.”

D. Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya

Apa yang dimaksud dengan Agama?

Kata ‘Agama’ dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata:

- Agama dalam bahasa Sangsekerta yang berarti ‘tetap di

tempat’ = tidak pergi = diwarisi turun temurun

- Din dalam bahasa Arab dan Semit, yang berarti

peraturan mengenai perintah dan larangan Tuhan yang dibawa oleh utusan-Nya untuk seluruh

manusia

- Religion dalam bahasa Inggris, yang berarti kepercayaan.

- Die religion dalam bahasa Jerman


Ruang lingkup agama sebagai suatu sistem nilai meliputi :

 Pertama, tata keyakinan atau credial, yaitu bagian dari agama yang paling mendasar

berupa keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural, Dzat Yang Maha Mutlak

di luar kehidupan manusia.

 Kedua, tata peribadatan atau ritual, yaitu tingkah laku dan perbuatan-perbuatan

manusia dalam berhubungan dengan dzat yang diyakini sebagai konsekuensi dari

keyakinan akan keberadaan Tuhan.

 Ketiga, tata aturan, kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan

manusia dengan manusia, atau manusia dengan alam lainnya, sesuai dengan keyakinan

dan peribadatan tersebut.

Mengapa manusia perlu beragama?

Manusia adalah makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang sangat baik, ciptaan

Tuhan yang paling sempurna. QS: 95; 4 yang perlu diSyukuri

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Potensi yang dimiliki manusia tidak mampu menjawab semua problematika yang datang

pada dirinya. Potensi tersebut terdiri dari:

 Badan (raga)

 Rohani, yang meliputi

 Akal

 Rasa

 Kepercayaan

Anda mungkin juga menyukai