I. PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat
pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit
menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan, penelitian, serta mencakup
berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan
fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia
yang professional baik dibidang teknis, medis maupun administrasi kesehatan. Untuk
menjaga, dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang
menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat pun mulai
berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik,
lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan tadi, maka fungsi pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu terus
ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap
pasien, keluarga maupun masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya bukanlah hal
yang mudah. Kendala yang dirasakan saat ini adalah masih belum adanya kesamaan
pengertian dasar tentang mutu, konsep dan prinsip demikian pula cara-cara
penerapannya.
1
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi,
namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur
bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Karena itu kantor Regional WHO untuk
Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu negara-negara
Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan
sistem pelayanan kesehatan masing-masing.
Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu
dan akreditasi rumah sakit secara nasional adalah Taiwan. Sedangkan Malaysia
mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari
Negeri Belanda.
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu
penetapan kelas rumah sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 003/ Birhup/ 1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap
kelas rumah sakit A, B, C, D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-
standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut
pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas rumah sakit.
Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai
pedomandalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah sakit.
Untuk rumah sakit swasta telah keluar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
806b/Menkes/SK/XII/87 dimana selain menetapkan kelas rumah sakit, juga
dilengkapi dengan standar berdasarkan kemampuan pelayanan.
Salah satu cara untuk menilai mutu pelayanan yang telah diberikan oleh rumah
sakit kepada pasiennya adalah mendapatkan feedback (masukan) dari pasien
tentang kepuasannya.
Samsi Jacobalis (1993) mengemukakan kepuasan sebagai rasa lega atau
senang karena harapan atau hasrat tentang sesuatu terpenuhi. Kepuasan mempunyai
dimensi fisik, mental, dan sosial. Kepuasan pasien merupakan dimensi persepsi
multidimensional yang terkait dengan sosial, struktur, proses dan out come
pelayanan, sedangkan ketidakpuasan merupakan kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan layanan yang diterima oleh pasien. Ketidakpuasan terhadap layanan
kesehatan diungkapkan dalam bentuk keluhan, proses, kemarahan, surat terbuka
dalam media massa, pengaduan kepada ikatan profesi, sampai pengaduan ke
pengadilan dengan tuntutan malpraktek.
2
Kepuasan atau ketidakpuasan layanan rumah sakit berhubungan dengan
dokter, perawat atau petugas lain di rumah sakit, aspek hubungan antar manusia,
kebersihan, kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan, peralatan dan
perlengkapan serta biaya pengobatan. Dalam pengalaman sehari-hari ketidakpuasan
pasien yang paling sering dikemukakan adalah ketidakpuasan terhadap sikap dan
perilaku petugas rumah sakit atau karyawan, keterlambatan layanan oleh dokter atau
perawat, dokter tertentu sukar ditemukan, dokter kurang komunikatif dan informatif,
lamanya proses masuk rawat, aspek pelayanan hotel di rumah sakit misalnya
kebersihan dan ketertiban lingkungan.
Sikap, perilaku, tutur sapa, keacuhan, keramahan petugas serta kemudahan
mendapatkan informasi dan kemudahan komunikasi tinggi peringkatnya dalam
kepuasan oleh pasien. Tidak jarang kita mengalami, sekalipun keluarganya merasa
outcome tidak sesuai dengan harapannya, namun ia cukup puas dengan sikap yang
menghargai perasaan dan martabatnya.
Untuk itu perlu dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu serta membuat program
kerja untuk melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
III. TUJUAN
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui tingkat mutu pelayanan di Mitra Sejati Medan.
Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
b. Untuk mengetahui sektor-sektor mana yang perlu mendapat perhatian dan
perbaikan sebagai masukan yang didapatkan dari pasien.
c. Meningkatkan hubungan dan komunikasi yang efektif antara Rumah Sakit dengan
pasien.
3
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN:
Kegiatan Pokok:
Memenuhi Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang tertuang dalam Instrumen
Akreditasi Rumah Sakit.
Rincian Kegiatan:
1. Menyusun kebijakan tentang DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan).
2. Menyusun Kebijakan dan prosedur tentang koordinasi pelayanan dan transfer
informasi antar profesi kesehatan.
3. Melakukan pencatatan, pelaporan, evaluasi, analisis & tindak lanjut dari KTD
&KNC.
4. Menyelenggarakan Diklat untuk KPRS
4
Komunikasi)
5 Menetapkan Sistem 1. Evaluasi dan Tim TPM-KPRS
Pelaporan Insiden menyesuaikan form
Incidence Report lama
dengan standar KPRS
2. Membuat SOP
Pelaporan Insiden
6 Menerapkan 7 Langkah Secara bertahap 1. Tim TPM-
Menuju Keselamatan menerapkan ke-7 langkah KPRS
Pasien tersebut dalam kegiatan RS 2. Manajemen
dan staf RS
3. Komite
Medik dan
staf medis
7 Menerapkan Standar Melakukan self assessment 1. Tim TPM-
KPRS dan melakukan dengan menggunakan KPRS
Self Asessment dgn instrumen akreditasi secara 2. Tim
Instrumen Akreditasi periodik Akreditasi
RS
8 Menerapkan Program 1. Menerapkan 1. Tim TPM- 9 Solusi:
1. Per
Khusus KPRS prosedur time- KPRS
hatikan nama,
out di Kamar 2. Tim PPI rupa dan ucapan
Bedah 3. Diklat mirip obat
2. Past
2. Program 4. Personalia
ikan identitas
Pengendalian
pasien
Infeksi 3. Ko
Nosokomial munikasi yg
benar pd saat
3. Ronde
hand-over
Keselamatan 4. Past
Pasien ikan tindakan
benar pd sisi
4. Menerapkan 9
tubuh yg benar
Solusi Life-
5. Ken
Saving KPRS dalikan cairan
5
9. Tin
gkatkan hand
hygiene
9 Evaluasi Periodik 1. Mengetahui 1. Tim TPM- Sejak.
Pelaksanaan Program efektivitas KPRS dan akhir
KPRS dan KTD pelaksanaan tahun ..
Program KPRS
2. Hasil analisis
KTD dan
feedback ke
semua pihak yang
berkepentingan
VI. SASARAN:
1. Seluruh staf dan manajemen RS termasuk staf medis mendapatkan sosialisasi
konsep dan program KPRS minimal 90 % pada akhir bulan
2. Tersusunnya 100 % kebijakan dan prosedur tentang Program Keselamatan
Pasien RS pada tahun ..
3. Tercapainya target 100 laporan insiden yang berisikan laporan KTD & KNC
pada tahun 2008.
6
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ..:
Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Sosialisasi Konsep
dan program KPRS
Pelatihan Konsep
KPRS bagi jajaran
manajemen dan staf
RS
Menetapkan form
Incidence Report dan
SOP Pelaporan KTD
Menerapkan 7
Langkah Menuju
KPRS
Melaksanakan self
assessment KPRS
dgn instrumen
akreditasi
Menerapkan prosedur
time-out di Kamar
Bedah
Melaksanakan
Program
Pengendalian Infeksi
Nosokomial
Menerapkan Ronde
Keselamatan Pasien
Menerapkan 9 Solusi
Life-Saving KPRS
Melaksanakan
program pelatihan
dan orientasi KPRS
bagi petugas baru
Melakukan evaluasi
program dan tindak
lanjut
7
3. Setiap ada KTD & KNC maka TPM-KPRS membuat laporan yang bersifat
rahasia ke Direktur Utama RS dengan tembusan Komite Medik .