1. Saudara sedang bertugas di UGD rumah sakit. Datang pasien laki-laki umur 70 tahun dengan keluhan tidak bisa buang air kecil (BAK) dan kesakitan di perut bagian bawah sejak 36 jam yang lalu. Dari anamnesis didapatkan sejak 3 minggu yang lalu pasien menegluh BAK mengejan dan tidak tuntas. BAK lebih sering dan mengeluh harus menunggu agak lama sebelum bisa memulai berkemih. Sudah memeriksakan diri di Puskesmas dikatakan menderita BPH. a. Lakukan pemasangan kateter pada manekin! b. Lakukan pemeriksaan fisik colok dubur pada manekin serta sampaikan kepada penguji interpretasi hasilnya! c. Sebutkan kemungkinan diagnosis klinis kasus yang dihadapi dan diagnosis bandingnya! Anamnesis Keluhan utama: hematuria: - Bagaimanakah warna urine yang keluar? - Sejak kapan mengalami hematuria? Terus-menerus atau intermitten? - Jenis hematuria: warna merah terjadi pada awal miksi (uretra), semua proses miksi (buli, ureter, ginjal), atau pada akhir miksi (leher buli)? - Hematurianya seperti apa darah segar (dari buli-buli, prostat, dan uretra) atau coklat (dari glomerulus)? - Apakah disertai nyeri? Sifat nyeri? - Apakah pernah keluar spontan batu/pasir2? - Apakah beberapa hari/minggu sebelumnya faringitis? - Obat yang rutin atau sedang diminum? Keluhan utama: kencing tidak lancer - Sejak kapan - Gangguan pengeluaran: o kelemahan pancaran urin? o Hesitancy? o Kencing lama? o Rasa tak puas pada akhir kencing? - Gangguan penyimpanan: o Frequency o Urgency o Nocturia o Dysuria - Disertai sulit BAB? Nyeri tulang? (Curiga Ca Prostat) - Diawali nyeri pinggang? - Riwayat jatuh? Pemerikasaan fisik - Inspeksi buli-buli : ada/tidak penonjolan di daerah suprapubik - Palpasi buli-buli : tekanan di daerah suprapubik menimbulkan rangsangan ingin kencing bila buli-buli berisi/penuh - Perkusi: buli-buli penuh berisi urine member suara redup - Colok dubur: tonus spincther ani dbn, mukosa halus, polus superior tidak teraba, sulcus medianus tidak teraba, kosisntensi lunak, tidak ada nodul. JENIS KEGIATAN Penilaian I II III PEMERIKSAAN GINJAL Palpasi Ginjal 1. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien (bagi yang bukan kidal) 2. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan 3. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang diberikan 4. Meminta pasien berbaring supine dengan nyaman dan meletakkan bantal di bawah kepala 5. Tangan pasien diletakkan disisi badan atau diletakkan di atas kepala. Palpasi Ginjal Kanan 1. Letakkan telapak tangan kiri dibelakang pinggang kanan pasien, sejajar costa XII 2. Angkat tangan kiri, mencoba untuk mengangkat ginjal kanan kearah anterior 3. Letakkan telapak tangan kanan secara lembut di atas daerah kuadran kanan atas, sejajar otot rectus 4. Pasien dipersilahkan untuk menarik nafas dalam 5. Mencoba memegang ginjal di antara kedua telapak tangan 6. Pasien dipersilahkan menghembuskan nafas dan berhenti bernafas sementara 7. Perlahan-lahan lepaskan tekanan tangan kanan 8. Jika ginjal teraba, tanyakan adanya rasa nyeri Palpasi Ginjal Kiri 1. Pemeriksa tetap berada disebelah kanan pasien 2. Pergunakan tangan kiri untuk mengangkat pinggang kiri dan pergunakan tangan kanan untuk meraba (palpasi dalam) pada kuadran kiri atas (kedua tangan melintasi abdomen pasien). 3. Melakukan prosedur seperti pada`pemeriksaan ginjal kanan Menilai Nyeri Ketok Ginjal 1. Mempersilahkan pasien duduk 2. Pergunakan ujung jari, untuk menimbulkan rasa nyeri dengan menekan sudut costoverebra XII 3. Jika tidak terasa nyeri, letakkan kepalan tangan kiri pada sudut costovertebra, pukul menggunakan permukaan ulnar tangan kanan. Tenaga yang digunakan secukupnya sehingga dapat dirasakan pasien namun tdk menimbulkan nyeri pada pasien normal. 4. Mencuci tangan PEMERIKSAAN KANDUNG KEMIH 1. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang diberikan 3. Pasien dipersilahkan untuk kencing atau mengosongkan kandung kemih 4. Menempatkan pasien pada ruangan yang terpisah dengan tirai/tabir 5. Mengenakan sarung tangan bersih 6. Pasien dipersilahkan tidur telentang di meja pemeriksaan dan membuka celana / baju bawah Inspeksi 1. Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan pasien 2. Perhatikan daerah suprapubik, keadaan dan warna kulit, adanya jaringan parut, benjolan. Bila terdapat benjolan dilanjutkan dengan pemeriksaan bejolan. Palpasi 1. Menggunakan ujung jari II, III dan IV tangan kanan. Palpasi pada daerah supra pubik. 2. Merasakan apakah teraba masa, kistik atau padat. Bila teraba masa lakukan pemeriksaan benjolan Perkusi 1. Lakukan perkusi menggunakan jari tengah tangan kiri sebagai landasan dan jari telunjuk/jari tengah tangan kanan sebagai perkusor 2. Perkusi dilakukan secara sistematis mulai dari umbilicus menuju simpisis pubis (cranial ke caudal). Menilai apakah terdapat perubahan suara perkusi. 3. Bila terdapat perubahan perkusi dari timpani ke redup, tentukan batas-batasnya PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA 1. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan 2. Menjelaskan kepada pasien untuk mengikuti perintah yang diberikan 3. Menempatkan pasien pada ruangan yang terpisah dengan tirai/tabir 4. Mengenakan sarung tangan bersih Pemeriksaan penis 1. Inspeksi penis mencakup kulit dan prepusium. 2. Perhatikan apakah sudah dilakukan sirkumsisi atau belum. Bila tidak sirkumsisi, retraksikan prepusium atau minta pasien untuk meretraksikan preputium. 3. Perhatikan glans penis, adakah ulkus, jaringan parut, nodul atau tanda inflamasi 4. Palpasi kemungkinan adanya ke tidak normalan penis ( nodul, nyeri atau indurasi) 5. Palpasi korpus penis diantara ibu jari dan jari II dan Jari III. Rasakan adanya indurasi 6. Palpasi korpus spongiosum adakah teraba penebalan, fibrosis atau teraba tumor/batu 7. Jika pasien menyatakan terdapat discharge namun tidak tampak pada inspeksi, mintalah pasien untuk mengurut penis mulai dari pangkal ke ujung glans penis Pemeriksaan skrotum 1. Melakukan inspeksi skrotum mencakup kulit. Angkat skrotum sehingga bagian posterior skrotum terlihat 2. Memperhatikan kontur skrotum, perhatikan adanya edema, venektasi, fistula, radang 3. Palpasi masing-masing testis dan epididimis di antara ibu jari dan jari II-III. Catat ukuran, bentuk, konsistensi, dan adanya nyeri. Rasakan kemungkinan adanya nodul/benjolan. Bila terdapat benjolan dilanjutkan sebagai pemeriksaan benjolan 4. Palpasi masing-masing funikulus spermatikus termasuk vas deferens di antara ibu jari dengan jari II dan III mulai dari epididimis sampai anulus inguinalis externus. Catat adanya pelebaran pleksus pampiniformis atau benjolan. Bila terdapat benjolan dilanjutkan sebagai pemeriksaan benjolan Transiluminasi (Diaphanoskopi) 1. Mengenakan sarung tangan bersih 2. Pemeriksaan dilakukan diruangan yang redup/gelap 3. Pasien tidur telentang diatas meja pemeriksaan. Pemeriksa berada disisi scrotum yang akan diperiksa 4. Letakkan senter / flash light menempel pada sisi medial scrotum yang akan diperiksa 5. Letakkan tabung gelap (kertas gelap / film rontgen yang digulung membentuk teropong, menempel pada kulit scrotum sisi berlawanan. 6. Meneropong melalui gulungan kertas gelap / film rontgen, melihat scrotum. 7. Nyalakan senter/flash light. Perhatikan perubahan yang terjadi melalui teropong kertas/film rontgen 8. Transiluminasi (+) bila tampak bayangan mera terang melalui teropong yang berarti masa pada sdrotum berisi cairan. Sebaliknya bila tetap gelap transiluminasi (-) yang berarti masa pada scrotum adalah masa padat. 9. Mencuci tangan Pemeriksaan penunjang: - Darah lengkap - Urine rutin - Fungsi ginjal - PSA (Prostate Specific Antigen) - Radiologi: BOF, IVP/USG (atas indikasi) Diagnosis: Benign Prostat hypaerplasia Differential Diagnosis: Prostatitis, Ca Prostat Komplikasi: ISK,gagal ginjal, batu ginjal Penatalaksanaan: Ada retensi urin : lakukan pemasangan kateter. Tergantung berat ringannya keluhan: - Ringan watchfull waiting - Sedang medikamentosa alpha-blocker (terazosin, doxazosin) - Berat operatif,TURP 9. Hematologi-Onkologi Anemia defisiensi besi (fungsi vena) Anamnesis: 1. Riwayat penyakit sekarang 2. Riwayat penyakit dahulu 3. Riwayat pengobatan 4. RIwayat keluarga 5. Riwayat psikososial 6. Review penyakit sistemik