Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah

provinsi itu dibagi lagi atas daerahKabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten,

dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan

Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Hubungan keuangan, pelayanan

umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan UU.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

menjelaskan bahwa: pengawasan atas keuangan daerah dilakukan oleh dewan, adanya pemeriksaan

terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh eksternal yaitu BPK. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas

bahwa salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah adalah

masalah keuangan dan anggaran daerah (APBD).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatarbelakangi kinerja buruk pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan

daerah?

2. Bagaimanakah peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah?

3. Bagaimanakah prinsip manajemen keuangan daerah?

4. Bagaimanakah prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang melatarbelakangi kinerja buruk pemerintah daerah dalam pengelolaan

keuangan daerah

2. Mengetahui peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah

3. Mengetahui prinsip manajemen keuangan daerah

4. Mengetahui prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kinerja buruk pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah

Buruknya pengelolaan keuangan daerah disebabkan kinerja buruk pemerintah daerah

dalam pengelolaan anggaran. Hemat penulis, terdapat tiga faktor yang melatar belakangi kinerja

buruk pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu:

1) Minimnya pemahaman pemerintah daerah (SDM) tentang pengelolaan keuangan

daerah

Sumber daya manusia merupakan hal yang terpenting dalam sebuah organisasi. Baik-buruknya

organisasi sangat ditentukan baik-buruknya kinerja manusia yang ada didalamnya.

Membangun organisasi dibutuhkan SDM yang berkualitas, profesional, dan bervisi jangka

panjang termasuk dalam pengelolaan kebijakan anggaran. Banyak pemerintah daerah tidak

memiliki SDM pendukung implementasi kebijakan APBD sehingga anggaran tidak dapat

direalisasaikan dengan baik. Banyak faktor yang menyebabkan pemerintah daerah tidak

memiliki SDM yang baik, diantaranya pola rekruitmen SDM yang tidak berdasarkan analisis

kemampuan. Pemerintah daerah dalam rekreuitmen SDM masih mengedepankan sikap

kolusifitas sehingga tidak jarang dijumpai unit-unit pemerintah ditempati SDM yang tidak

memiliki kemampuan dalam pengelolaan anggaran berbasiskan kegiatan dan kebutuhan strategis

untuk pembangunan daerah.

2) Sistem penganggaran yang rigid (rumit)


Sistem penganggaran pemerintahan daerah dinilai sangat rigid sehingga implementasi

(realisasi) anggaran tidak dapat dilaksanakan sebagaimana yang sudah diatur dalam kebijakan

APBD. Pengguna anggaran harus melalui proses dan waktu panjang untuk mendapatkan

anggaran karena harus menyiapkan syarat-syarat legalitas yang harus dipenuhi untuk realisasi

anggaran. Apabila pengguna anggaran tidak melalui sistem termasuk memenuhi syarat legalitas,

maka akan berdampak pada sanksi yang harus diterima. Karena itu, pengguna anggaran (apalagi

SDM yang tidak berkualitas) seringkali tidak ingin pusing dengan aturan sehingga anggaran

tidak dapat direalisasikan. Masyarakat (apalagi yang tidak paham tentang mekanisme

anggaran) semakin kesulitan untuk mendapatkan anggaran. Masyarakat mendapatkan anggaran

harus melalui proses sesuai aturan hukum yang barlaku. Kebutuhan masyarakat yang insidental

tidak dapat dibiayai melalui APBD karena tidak melalui sistem. Rigidsitas anggaran

menyebabkan pemerintah dan masyarakat kesulitan untuk akses anggaran.

3) Pengaruh politik dalam pengelolaan anggaran.

Mengingat kebijakan anggaran bagian dari politik, maka implementasi (realisasi)

anggaran sarat dengan kepentingan politik. Kepentingan politik menentukan realisasi anggaran.

Banyak program-program besar pemerintah daerah tidak dapat direalisasikan karena dihambat

kepentingan politik stakeholder. Kepala daerah dan DPRD adalah dua stakeholder yang berkepentingan

lansung dengan kebijakan anggaran. Acapkali kepala daerah dan DPRD tidak harmonis dalam

pengelolaan anggaran. Mereka mengedepankan kepentingan masing-masing. Kepala daerah menbawa

visi yang berbeda dengan DPRD. Kebijakan anggaran dikelola berdasarkan kepentingan, bukan kinerja

dan kebutuhan penting untuk pembangunan daerah. Perbedaan kepentingan dan visi memperburuk

pengelolaan keuangan daerah sehingga kebijakan anggaran diimplementasikan tanpa arah yang jelas.
Tiga faktor yang dijelaskan di atas memperburuk pengelolaan keuangan daerah

sehingga APBD tidak dapat direalisasikan dengan baik terutama untuk menopang kesejahteraan

masyarakat. Andai saja pemerintah daerah memiliki komitmen untuk mengelola anggaran

dengan baik dengan menyediakan SDM yang berkualitas, mempermudah sistem penganggaran,

dan stakeholder bekerja di atas kepentingan umum, diyakini kemiskinan tidak dijumpai di negara

ini. Pemerintah daerah perlu kedepankan komitmen kuat untuk mengelola anggaran sehingga

berdampak luas pada pembangunan daerah. Hemat saya, di era demokrasi seperti sekarang ini,

salah satu jalan nyata untuk membangun komitmen pemerintah daerah yaitu melalui political

will rakyat untuk memilih pemimpin yang amanah, cerdas, dan profesional dalam menjalankan

tugas dan fungsi pemerintahan (melindungi, melayani, dan mengayomi). Selama rakyat tidak

memilih pemimpin seperti yang disampaikan tersebut, selama itu-pula rakyat tidak memiliki

pemerintah daerah yang komitmen dalam menjalankan tugas dan fungsi termasuk pengelolaan

keuangan daerah dengan baik. Karena itu, political will rakyat wajib dimiliki untuk mewujudkan

komitmen pemerintah daerah.

B. Peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah

Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melakukan koordinasi, mediasi

dan fasilitasi dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan pembinaan dalam rangka

menyelenggarakan program kegiatan dibidang pengelolaan keuangan daerah.

Untuk menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai fungsi : (a).

penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan daerah, (b). perumusan kebijakan operasional


program pengelolaan keuangan daerah, (c). perumusan rencana, pelaksanaan program,

pemberian bimbingan dan pembinaan akuntansi pengelolaan keuangan, (d). perumusan rencana

dan pelaksanaan program pengelolaan kas daerah, (e). penyusunan rencana APBD dan

pembinaan pelaksanaan pengelola APBD, (f). perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan

administrasi pengelolaan keuangan daerah, (g). pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan

program dibidang pengelolaan keuangan daerah, (h). pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan program dibidang pengelolaan keuangan daerah, (i). penyelenggaraan kegiatan

ketatausahaan, (j). pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati.

C. Prinsip manajemen keuangan daerah

Otonomi daerah memberikan wewenang kepada Pemerintah daerah untuk

bertanggungjawab dalam penggunaan dana, baik dana dari Pemerintah pusat maupun dana yang

berasal dari Pemerintah daerah sendiri. Cara mengelola keuangan dengan berhasil guna dan

berdaya guna merupakan syarat penting untuk peningkatan pelayanan publik di daerah. Dalam

pelaksanaannya harus tetap berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah

(anggaran) yang baik. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip manajemen

keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi :

1) .Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya


berperilaku sesuai dengan mandate yang diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat
diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik.

2) .Value for money, prinsip ini diopersionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.

3). Kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), dalam pengelolaan keuangan daerah
harus dipercayakan kepada pegawai yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga
potensi munculnya praktek korupsi dapat diminimalkan.
4). Transparansi, merupakan keterbukaanpemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan

keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) maupun masyarakat.

5) Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan monitoring terhadap

penerimaan maupun pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehingga

bila terjadi selisih (varians) dapat dengan segera dicari penyebab timbulnya selisih.

D. Prinsip penting dalam mengelolah keuangan daerah

Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

No.13 Tahun 2006 Pasal 4, terdapat prinsip penting dalam mengelola keuangan daerah meliputi :

1)Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa pengelolaan keuangan

daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

2)Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu

dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

3)Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau

penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

4)Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada

tingkat harga terendah.

5) Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag memungkinkan masyarakat untuk

mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.


6) Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

7) Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/keseimbangan

distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif.

8) Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

9) Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masayarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1),Faktor yang melatar belakangi kinerja buruk pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan

daerah, yaitu: Minimnya pemahaman pemerintah daerah (SDM) tentang pengelolaan keuangan

daerah, Sistem penganggaran yang rigid (rumit), dan Pengaruh politik dalam pengelolaan

anggaran.

2).Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas melakukan koordinasi, mediasi dan

fasilitasi dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan pembinaan dalam rangka

menyelenggarakan program kegiatan dibidang pengelolaan keuangan daerah.

3). Prinsip manajemen keuangan daerah, yaitu: Akuntabilitas, Value for money, Kejujuran

dalam mengelola keuangan publik (probity), Transparansi, Pengendalian.

4).Prinsip penting dalam mengelolah keuangan daerah, yaitu: Taat pada peraturan perundang-

undangan, Efektif, Efisien, Ekonomis, Transparan, Bertanggungjawab, Keadilan, Kepatutan, dan

Manfaat.

B. Saran

Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi tentang pentingnya

kewajiban sebagai masyarakat yang baik yaitu dengan tertib membayar pajak agar mampu

meningkatkan pelayanan dan pembangunan.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN


Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin,

banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya

layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Berharap makalah ini bebas

dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
TUGAS MAKALAH

HUKUM PEMERINTAHAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

OLEH :

LUCKY

H1 A1 11 290

D REGULER

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Anda mungkin juga menyukai