Anda di halaman 1dari 10

Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI ISLAMIC FULL DAY SCHOOL


(Studi Deskriptif pada SD Cendekia Leadership School, Bandung)

Oci Melisa Depiyanti*

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam,


Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia
*E-mail: oci.melisa@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari sebuah teori bahwa manusia dapat di didik dan perlu untuk didik.
Manusia memeliki potensi-potensi yang harus dibimbing. Dunia pendidikan selama ini diharapkan
menjadi tumpuan untuk menfasilitasi hal tersebut, pendidikan selama ini juga diharapkan mampu
menjadi akhir penjaga nilai-nilai kejujuran dan moral bangsa. Namun yang terjadi justeru
sebaliknya, banyak faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan yakni faktor lingkungan,
kurangnya perhatian orang tua, model pendidikan, metode yang kurang tepat, materi yang tidak
sesuai, kepribadian guru dll. Sebagai upaya untuk menanggulangi permasalahan di atas, pemerintah
mulai menggalakkan pendidikan karakter. Peneliti beranggapan bahwa penyelesaian berbagai
masalah di atas dapat di awali dengan pembenahan model pendidikan di sekolah dasar. Dengan
berdasarkan dua ungkapan yang menyatakan bahwa substansi materi itu lebih penting daripada
metode, dan ungkapan yang kedua menyatakan sebaliknya bahwa metode lebih penting daripada
substansi materi. Dari kedua ungkapan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa substansi materi dan
metode sama pentingnya dan keduanya terangkum dalam sebuah model pendidikan. Peneliti
memilih model pendidikan karakter di SD Islamic full day school, karena pendidikan karakter harus
dibangun dari dasar. SD Cendekia Leadership School menjadi pilih n peneliti karena sekolah
tersebut menerapkan kurikulum Leadership yang diintegrasikan dengan nilai- nilai agama Islam
yang mengembangkan sevent life skills, dan sistem 4H; hands, head, health dan heart. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data diperoleh dari
narasumber, peristiwa, lokasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi partisipatif dan kajian dokumentasi. Hasil penelitian berupa gambaran
konstruk model pendidikan yang dilaksanakan di SD Cendekia Leadershi School. Melalui sistem
4H dikembangkan 35 ranah sebagai materi pendidikan karakter dengan indikator yang jelas pada
setiap tahap perkembangan anak. Metode pembiasaan dan pengalaman secara langsung menjadi
metode utama dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut.

Kata Kunci : Model Pendidikan Karakter; Pendidikan Karakter; Islamic Full Day School;
SD Cendekia Leadership School.

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 132


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

PENDAHULUAN dapat kita saksikan setiap hari di pelbagai


media masa di tanah air semakin banyak
Manusia tidak dapat lepas dari kasus korupsi yang terungkap, keadilan
pendidikan, karena pada hakikatnya dalam penegakkan hukum pun sudah
manusia itu mempunyai potensi-potensi menjadi barang langka karena kejujuran
yang memungkinkannya untuk dididik dan sudah menjadi suatu yang hampir punah di
mempunyai potensi untuk dapat dididik. tanah air tercinta ini, para penegak hukum
Terkait dengan hal tersebut Drijarkara saling menyalahkan dan mengkambing
9dalam Rasyidin, 2008, hal. 17) hitamkan sehingga tidak dapat
menyatakan bahwa: membedakan lagi mana yang putih dan
hitam semuanya terlihat abu-abu,
Manusia mempunyai atau berupa
dinamika (manusia sebagai ditambah lagi kita harus menyaksikan
dinamika), artinya manusia tidak pertikaian antar institusi penegak hukum.
pernah berhenti, selalu dalam keaktifan, Banyak yang mengidap penyakit akut
baik dalam aspek fisiologik maupun split personality (kepribadian yang
spritualnya. Dinamika mempunyai arah terpecah) di mana teori dan praktiknya
horisontal (ke arah sesama dan dunia) berbeda. Hal ini telah diungkapkan dalam
maupun arah transendental (ke arah
QS. Al-Shaf (61): 2-3.
Yang Mutlak). Adapun dinamika itu
adalah untuk penyempurnaan diri baik
dalam hubungannya dengan sesama,
dunia dan Tuhan.

Di samping itu, eksistensi manusia
adalah untuk menjadi manusia, hal
tersebut menegaskan bahwa manusia pada

dasarnya ingin mengeksistensikan dirinya Artinya: Wahai orang-orang yang
sebagai manusia yang ideal. beriman, kenapakah kamu
Manusia yang ideal adalah manusia mengatakan sesuatu yang
yang mampu mewujudkan berbagai tidak kamu kerjakan? Amat
potensinya secara optimal, sehingga besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan apa yang tidak kamu
YME, beraklak mulia, sehat, cerdas, kerjakan
berperasaan, berkemauan, dan mampu
berkarya; mampu memenuhi berbagai Banyak faktor yang menjadi
kebutuhannya secara wajar, mampu penyebab ketidakberhasilan pendidikan,
mengendalikan hawa nafsunya; diantaranya; kebijakan pemerintah
berkepribadian, bermasyarakat dan mengenai sistem pendidikan, kurikulum
berbudaya (Rasyidin, 2008, hal. 18). pendidikan, anggaran pendidikan,
Namun demikian yang terjadi keperibadian guru, metode pengajaran
justru sebaliknya, dewasa ini bangsa yang tidak tepat, peran orang tua yang
Indonesia sedang mengalami krisis moral, kurang, lingkungan belajar yang tidak
hal ini nampak dari berbagai peristiwa kondusif, dan model pembelajaran yang
yang akhir- akhir ini terjadi, korupsi tidak tepat.
semakin merajalela di tanah air ini, hal ini

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 133


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Sebagai solusi pemerintah KAJIAN PUSTAKA


menganjurkan agar sekolah-sekolah Suhartono (2009, hal. 77)
menggunakan model pendidikan karakter, menyatakan bahwa istilah pendidikan
model pendidikan konvensional atau berasal dari bahasa Inggris yang lain,
model pendidikan kinestetik dipandang yakni:
sudah tidak cukup mampu untuk
Education, berakar dari bahasa latin
menghalau arus deras dampak globalisasi.
educare, yang dapat diartikan
Oleh karena itu, dalam penelitian bimbingan berkelanjutan (to lead
ini penulis hendak menggambarkan model forth). Jika diperluas, arti etimologis
pendidikan karakter yang dikembangkan itu mencerminkan keberadaan
oleh sekolah yang berbasis full day school. pendidikan yang berlangsung dari
Full day school sebagai sekolah yang generasi ke generasi sepanjang
bersifat hommy. SD Cendekia Leadership eksistensi kehidupan manusia.
School adalah salah satu sekolah dengan Sedangkan Muhadjir (dalam
program full day school, sekolah yang Suwarno, 2009, hal. 9) menyatakan:
mempunyai konsep dasar Leadership yang
diintegrasikan dengan pendidikan Agama Istilah pendidikan berasal dari bahasa
Islam yang menjadi tumpuan dasar untuk Yunani, Paedagogy, yang mengandung
mewujudkan visi dan misi sekolah. makna seorang anak yang pergi dan
pulang sekolah diantar seorang
Peneliti merumuskan pertanyaan
pelayan. Sedangkan pelayan yang
umum yakni bagaimana model pendidikan menjemput dinamakan paedagogos.
karakter di SD Cendekia Leadership Dalam bahasa Romawi, pendidikan
School? disitilahkan dengan educate yang
Berdasarkan rumusan pertanyaan berarti mengeluarkan sesuatu yang
umum di atas, maka peneliti merinci berada di dalam. Sedangkan dalam
pertanyaan penelitian ini dalam beberapa bahasa inggris, pendidikan
diistilahkan to educate yang bearti
poin, sebagai berikut:
memperbaiki moral dan melatih
1. Bagaimana perencanaan intelektual.
pendidikan karakter di SD
Cendekia Leadership School? Secara harfiah karakter artinya
2. Bagaimana pelaksanaan kualitas mental atau moral, kekuatan
pendidikan karakter di SD moral, nama atau reputasi. Menurut
Cendekia Leadership School? Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
3. Bagaimana evaluasi pendidikan karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
karakter di SD Cendekia akhlak atau budi pekerti yang
Leadership School? membedakan seseorang dengan yang lain;
4. Apa saja faktor penghambat dan tabiat; watak (2008: 623).
penunjang pendidikan karakter di Aziz (2011: 121) menyimpulkan
SD Cendekia Leadership School? bahwa:
5. Bagaimana konstruk model
Karakter adalah kualitas atau kekuatan
pendidikan karakter di SD
mental dan moral, akhlak atau budi
Cendekia Leadership School? pekerti individu yang merupakan
kepribadian khusus yang
membedakan dengan individu lain.

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 134


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Lebih lanjut Aziz mengungkapkan negara agar memiliki sikap


bahwa karakter pendidikan adalah percaya diri, bangga pada bangsa
kualitas mental dan kekuatan moral, dan negaranya serta mencintai
akhlak atau budi pekerti dari nilai-nilai umat manusia.
dan keyakinan yang ditanamkan dalam
proses pendidikan yang merupakan Pendidikan karakter meliputi dua
kepribadian khusus yang harus melekat aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek
pada peserta didik. ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke
Sedangkan Russel Williams dalam atau aspek potensi meliputi aspek
sebagaimana yang dikutip oleh kognitif (olah pikir), afektif (olah hati),
dan psikomotor (olah raga). Masing-
Megawangi dalam tulisannya Mampukan
masing aspek memiliki ruang yang berisi
Kita Memperbaiki Kondisi Moral Bangsa?
nilai-nilai pendidikan karakter. Penjelasan
(Q-nees dan Hambali, 2009: 99)
ruang lingkup pendidikan karakter
mengilustrasikan bahwa karakter adalah
terdapat pada bagan di bawah ini:
ibarat otot, dimana otot-otot karakter
akan menjadi lembek apabila tidak
pernah dilatih, dan akan kuat dan kokoh
kalau sering dipakai.
Menurut Megawangi (2004, hal.
95), pendidikan karakter adalah :

Sebuah usaha untuk mendidik anak-


anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan memperatekkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Gambar 1. Bagan Konfigurasi Pendidikan
mereka dapat memberikan kontribusi
Karakter
yang positif kepada lingkungannya.
Dalam pendidikan karakter telah
Berdasarkan pada pedoman
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari
pelaksanaan pendidikan karakter yang
agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
bersumber dari Kementerian Pendidikan
Nasional Badan Penelitian Dan pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius,
Pengembangan Pusat Kurikulum Dan (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5)
Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Perbukuan (2011) Pendidikan karakter
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
bertujuan mengembangkan nilai-nilai
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah
yang membentuk karakter bangsa yaitu
Pancasila, meliputi : Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)
Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta
1. Mengembangkan potensi peserta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli
didik agar menjadi manusia Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18)
berhati baik, berpikiran baik, dan Tanggung Jawab (Pusat kurikulum:
berprilaku baik; Pengembangan dan Pendidikan Budaya;
2. Membangun bangsa yang Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, 2009:
berkarakter Pancasila; 9-10).
3. Mengembangkan potensi warga

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 135


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Aqib dan Sujak (2011: 11) Dan Aqib dan Sujak (2011: 11)
menuliskan prinsip pendidikan karakter menuliskan prinsip pendidikan karakter
pada sebuah sekolah, bahwa pendidikan pada sebuah sekolah, bahwa pendidikan
karakter harus didasarkan pada prinsip - karakter harus didasarkan pada prinsip -
prinsip sebagai berikut: prinsip sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar 1. Mempromosikan nilai-nilai dasar
etika sebagai basis karakter. etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasi karakter secara 2. Mengidentifikasi karakter secara
komprehensif supaya mencakup komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku. pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang 3. Menggunakan pendekatan yang
tajam, proaktif dan efektif untuk tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter. membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah 4. Menciptakan komunitas sekolah
yang memiliki kepedulian. yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada 5. Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik. perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap 6. Memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai menantang yang menghargai
semua peserta didik, membangun semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses. mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya 7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi
motivasi diri pada para peserta diri pada para peserta didik.
didik. 8. Memfungsikan seluruh staf sekolah
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
nilai dasar yang sama. 9. Adanya pembagian kepemimpinan
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan
membangun inisiatif pendidikan karakter.
karakter. 10. Memfungsikan keluarga dan
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
dalam usaha membangun karakter. 11. Mengevaluasi karakter sekolah,
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-
fungsi staf sekolah sebagai guru- guru karakter, dan manifestasi
guru karakter. karakter positif dalam kehidupan
peserta didik.

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 136


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Berdasarkan pendapat dari banyak


pakar pendidikan anak, Megawangi
(2004:151) menyimpulkan ada dua faktor
penentu terbentuknya karakter pada
manusia, yaitu nature (faktor alami atau
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada
fitrah) dan nurture (sosialisasi dan kaum yang buta huruf seorang
pendidikan). Rasul di antara mereka, yang
Megawangi sebagaimana yang membacakan ayat-ayat-Nya
dikutip oleh Q-Anees dan Hambali (2009: kepada mereka, mensucikan
107) menengarai perlunya penerapan 4 M mereka dan mengajarkan
dalam pendidikan karakter, yaitu mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya
mengetahui, mencintai, menginginkan,
mereka sebelumnya benar-benar
dan mengerjakan (knowing the good, dalam kesesatan yang nyata
loving the good, desiring the good, and
acting the good) kebaikan secara simultan METODE
dan berkesinambungan.
Penelitian ini berjudul Model
Menurut Koesoema (2007: 9)
Pendidikan Karakter di Islamic Full Day
secara historis pendidikan karakter
School (Studi Deskriptif pada SD
merupakan misi utama para nabi.
Cendekia Leadership School).
Pernyataan tersebut sejalan dengan hadi
Berdasarkan judul tersebut, maka
yang menyatakan bahwa Muhammad
penelitian ini bersifat menggambarkan
sebagai Rasulullah sedari awal diutus untuk
model pendidikan karakter di SD Cendekia
menyempurnakan akhlak (karakter).
Leadership School. Jadi penelitian ini
Sebagaimana sebuah hadi dibawah ini:
menggunakan metode deskriptif.
Sesungguhnya aku diutus ke muka Sukmadinata (2005: 18) menjelaskan
bumi ini adalah untuk menyempurnakan bahwa:
akhlak yang mulia. (diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari di dalam kitab al-Adab Penelitian deskriptif tidak melakukan
al-Mufrad) manipulasi atau memberikan perlakuan-
perlakuan tertentu terhadap variabel
Sebagaimana yang telah dijelaskan atau merancang sesuatu yang
sebelumnya bahwa pendidikan karakter diharapkan terjadi pada variabel, tetapi
merupakan tugas yang diemban oleh para semua kegiatan, keadaan, kejadian,
Nabi. Pendidikan karakter untuk aspek, komponen atau variabel berjalan
mensucikan jiwa, mengajarkan kitab dan sebagaimana adanya.
hikmah, sebagaimana bunyi QS. Al-
Jumuah (62): 2. Adapun pendekatan yang dipilih
adalah pendekatan kualitatif, Bogdan dan
Taylor sebagaimana dikutip oleh Moleong
(2001: 3), mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Tidak
jauh berbeda dengan Moleong,

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 137


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Sukmadinata (2005: 18) memaparkan penetapan masalah, pengumpulan data,


bahwa penelitian deskriptif dengan dan setelah data terkumpulkan. Analisis
pendekatan kualitatif merupakan yang telah dilakukan secara umum dimulai
penggambaran keadaan secara naratif sejak pengumpulan data, reduksi data,
kualitatif. penyajian data, dan penarikan kesimpulan
Menurut Sugiyono (2008: 60) atau verifikasi.
peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian, memilih informan sebagai
SD Cendekia Leadership School
sumber data, melakukan pengumpulan
menerapkan perencanaan yang matang
data, menilai kualitas data, analisis data,
dalam pendidikan karakter, perencanaan
menafsirkan data dan membuat
tersebut dimulai dari pembuatan kalender
kesimpulan atas semuanya.
akademik, penurunan indikator setiap
Lokasi penelitian ini adalah tempat ranah pada kurikulum dalam bentuk unit
berlangsungnya penelitian yakni SD plan yang diberikan kepada setiap guru,
Cendekia Leadership School yang berada kemudian setiap guru membuat plan week
di jalan Ligar Taqwa No. 2 Komp. Bukit y dan setiap guru kelas membuat class
Ligar Bandung 40191. SD Cendekia
letter yang akan diberikan kepada para
Leadership School
orang tua siswa dalam pertemuan parents
Sumber data berupa data primer
meeting. Kemudian perencanaan berbagai
dan data sekunder, sumber data primer
kegiatan di luar intrakurikuler mengikuti
yang dipilih dalam penelitian ini yaitu: perencanaan pada kalender akademik yang
narasumber (informan), Peristiwa atau sudah di atur penanggung jawab masing-
aktivitas tempat atau lokasi. Sedangkan masing untuk setiap kegiatan atau events.
sumber data sekunder yang menjadi Kurikulum SD Cendekia
rujukan peneliti dalam hal ini adalah
Leadership School terangkum dalam 7
semua dokumen SD Cendekia Leadership
Leadership Skills yakni understanding
School baik berupa dokumen tertulis
self, communicating, getting along with
seperti peraturan sekolah, jadwal
other, lerning to learn, making decision,
pelajaran, indikator kurikulum, unit plan,
managing, dan working with groups; dan
class letter, plan weekly, kalender 4H sistem yaitu; Hands, Head, Health dan
akademik, akta sekolah, data jumlah siswa
Heart, keempat H sistem ini koheren dan
dan guru serta staf sekolah, struktur saling berkaitan. Hands dibagi menjadi
sekolah, data berkenaan dengan sarana dan dua bagian yaitu Giving dan Working;
prasarana yang dimiliki sekolah, dokumen
Head dibagi dua yaitu Managing dan
yang berbentuk foto atau video dan data
Thinking; Health dibagi menjadi dua yaitu
lain-lainnya.
living dan being; dan Heart yang dibagi
Pengumpulan data dilakukan
menjadi dua juga yaitu Caring dan
dengan observasi, wawancara, kajian Relating. Sistem 4 H tersebut adalah
dokumentasi dan triangulasi. Sedangkan sebagai berikut.
Analisis data dalam penelitian kualitatif
bersifat iteratif (berkelanjutan) dan
dikembangkan sepanjang penelitian.
Analisis data dilaksanakan mulai dari

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 138


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

yaitu teknik observasi, wawancara,


kuesioner yang dibagikan kepada orang
tua dan pemeriksaan dokumen-dokumen
siswa. Alat evaluasi yang menjadi
unggulan di SD Cendekia Leadership
School adalah rubrik yang diberikan
kepada orang tua siswa. Kemudian pihak
sekolah bekerjasama dengan orang tua
siswa dalam melakukan penilaian
perkembangan karakter siswa di rumah.
Untuk mengatasi hambatan-
Gambar 2. Sistem 4H hambatan tersebut SD Cendekia
Leadership School terus menerus
Kekhasan dari SD Cendekia
melakukan perbaikan dan evaluasi serta
Leadership School adalah pelaksanaan
mengadakan latihan untuk guru-guru dan
pendidikan karakter menggunakan sistem
membuat pertemuan rutin yang disebut
pengorganisasian siswa. Siswa baru dan
dengan b-weekly. Pihak sekolah juga
siswa lama dibagi dalam 4 kelompok kecil
menyediakan fasilitas yang mendukung
di setiap kelas yakni kelompok hands,
dan membantu para guru seperti psikolog,
head, health dan hearth. Setiap kelompok
ruang ICT dan kemudahan melalui
di kelas akan digabungkan dengan kelomp
budgeting plan.
ok yang sama dikelas yang berbeda,
misalnya kelompok hands kelas atau KESIMPULAN
Grade 1, Grade 2, Grade 3, sampai
dengan Grade 6 digabungkan menjadi Berdasarkan hasil penelitian dapat
kelompok hands dalam lingkup yang lebih disimpulkan konstruk model pendidikan
besar, begitupun dengan kelompok head, karakter di SD Cendekia Leadership
health dan hearth. School seperti pada gambar berikut.
Metode yang digunakan dalam
pendidikan karakter adalah metode
pengalaman langsung dan pembiasaan.
Pada setiap kegiatan atau events dan
pembelajaran di kelas, siswa di ajarkan
untuk merasakan langsung baik secara
visual, audio dan tindakan yang ia rasakan
dan lakukan sendiri serta pembiasaan
yakni penanaman karakter yang terus-
menerus secara continue sampai siswa
terbiasa.
Evaluasi dilakukan secara
bertahap; yakni evaluasi harian, evaluasi
setiap term, evaluasi setiap dua term.
Evaluasi pada pendidikan karakter lebih
banyak dilakukan dengan teknik non tes,

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 139


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

Gambar 3. Konstruk Model Pendidikan Karakter di SD Cendekia Leadership School

Gambar 4. Sistem Pembelajaran Grouping pada Pelaksanaan Model Pendidikan Karakater di SD


Cendekia Leadership School

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 140


Oci Melisa Depiyanti, Model Pendidikan Karakter di Islamic Full Day School

REFERENSI p?option=com_content&view=artic
le
---. (2007). Al-Qur'an Terjemah per Kata.
(L. P. Al-Qur'an, Penerj.) Bandung: Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian
CV Haekal Media Centre Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Departemen Agama Republik Sujak, Z. A. (2011). Panduan & Aplikasi
Indonesia. Pendidikan Karakter. Bandung:
Asufudin, A. F. (2010). Menyucikan Jiwa, Yrama Widya.
Membersihkan Qolbu. Dipetik Sukmadinata, N. S. (2002). Metode
September 7, 2011, dari Penelitian Pendidikan. Bandung:
http://ustadzfaiz.com/menyucikan- Rosda Karya.
jiwa-membersihkan-qalbu-1/

Bualim. (2008). Ringkasan Transkrip


Audio Minhajul Anbiya fi
Tazkiyatun Nufus. Dipetik
September 7, 2011, dari
http://abunashir.blogspot.com/2008
/10/manhaj-para-nabi- dalam-
tazkiyatun-nufus_9750.html

Koesoema, D. (2009). Pendidikan


Karakter di Zaman Keblinger.
Jakarta: Grasindo.

Koesoema, D. (2007). Pendidikan


Karakter Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global. Jakarta:
Grasindo.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan


Karakter Solusi yang Tepat untuk
Membangun Bangsa. Jakarta: BP
Migas dan Star Energi.

Moleong, L. (2001). Metodologi


Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya.

Rasyidin. (2008). Landasan Pendidikan.


Bandung: UPI Press.

Sismanto. (2008). Pesantren VS Full Day


System. Dipetik September 7, 2011,
dari
http://buntetpesantren.org/index.ph

TARBAWY, Vol. 1, Nomor 2, (2014)| 141

Anda mungkin juga menyukai