Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah rumah sakit dengan kepemilikan oleh
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan. Berstatus Rumah Sakit Swasta,
awalnya rumah sakit ini merupakan Rumah Sakit Bersalin bernama Rumah Sakit Siti
Khadijah yang digunakan pada tanggal 14 Agustus 1974 sampai 14 Agustus 1979 dan
pada tanggal 15 Agustus 1979 dirubah menjadi RSIB hingga sekarang dengan mendapat ijin
tetap Menkes RI No. 0917/Yan-Men/RSKS/1988 yang berlaku selama 5 tahun dan selalu
diperpanjang. Berdirinya RSIB memerlukan waktu 3 tahun, pada tahun 1972 telah
diresmikan berdirinya RSIB yang dipimpin oleh seorang direktur.
RSI Banjarmasin mempunyai visi yaitu menjadikan rumah sakit yang profesional,
bermutu dan menjadi pilihan serta kebanggan masyarakat Banjarmasin. Sedangkan untuk
misi RSI Banjarmasin adalah :
1. Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan untuk memberikan pelayanan
kesehatan Masyarakat,
2. Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan untuk membantu pasien dalam
memperoleh kesehatan jasmani dan rohani,
3. Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan juga sebagai media dakwah islamiah.
Selain itu, Rumah Sakit Isalam Banjarmasin memiliki motto yaitu CINTA :
C : Cepat dalam pelayanan
I : Islami dalam pengabdian
N : Nyaman bagi pelanggan
T : Tepat dalam tindakan
A : Aman dan bermutu
Dalam menyelenggarakan pelayanannya, Rumah Sakit Islam Banjarmasin
mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa membedakan
suku, agama, ras, aliran serta membentuk mental spiritual yang islami.
Indikator efisiensi RSI Banjarmasin pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Angka penggunaan tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) : 55,11%
Rata-rata lama pasien dirawat/Length of Stay (LOS) : 3 hari
Tenggang perputaran/Turn Over Interval (TOI) : 2,9 hari
Angka perputaran tempat tidur/Bed Turn Over (BTO) : 56 kali

1
Angka kematian bersih/Net Death Rate (NDR) : 19,8% (per1000)
Angka kematian kotor/Gross Death Rate (GDR) : 41,3% (per1000)
Jumlah pasien rawat inap : 6.314 orang
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan poli : 4.535 orang
Jumlah kunjungan pasien di Instalasi Gawat Darurat : 3.252 orang

1. 2 Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan, kebersihan dan kenyamanan pasien rumah sakit.
Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan pentingnya pengendalian serangga dan tikus serta binatang
pengganggu secara umum di RSI Banjarmasin
2. Menjelaskan tata cara pengendalian serangga dan tikus serta binatang
pengganggu secara umum di RSI Banjarmasin
3. Mengetahui seberapa efektif kebijakan pengendalian serangga dan tikus serta
binatang pengganggu secara umum di RSI Banjarmasin
4. Sebagai tugas individu mata kuliah organisasi dan manajemen rumah sakit.

BAB 2

2
ANALISA SITUASI

2.1 Analisa Situasi Umum


RSI Banjarmasin adalah rumah sakit tipe C yang terletak di Jl. Letjend.S. Parman
No.88 Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Berdiri pada tanggal 14 Agustus 1972, dengan
status kepemilikan Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Kalimantan Selatan/swasta. Memiliki
luas tanah 11.350 meter persegi. Status akreditasi adalah lulus versi KARS 2012 sejak
tanggal 3 Mei 2016.
Jumlah kapasitas tempat tidur (TT) adalah 113 TT, dengan pembagian kelas:
Kelas Paviliun Super VIP : 2 TT
Kelas VIP A Al Farabi : 9 TT
Kelas Paviliun VIP B : 3 TT
Kelas VIP B Al Farabi : 3 TT
Kelas IA Paviliun : 6 TT
Kelas IA Al Farabi : 6 TT
Kelas Ar Razi VIP A : 2 TT
Kelas I A Ar Razi : 11 TT
Kelas II A Ar Razi : 2 TT
Kelas II B Ar Razi : 6 TT
Al Biruni kelas II A : 3 TT
Al Biruni kelas II B : 4 TT
Al Biruni kelas II C : 8 TT
Al Biruni kelas III A : 9 TT
Al Biruni kelas III B : 4 TT
Al Haitam II C Anak : 6 TT
Al Haitam III B anak : 6 TT
ICU/ ICCU : 8 TT
Kamar Bayi : 15 TT
Jenis-jenis pelayanan di RSI Banjarmasin adalah:
Pelayanan IGD 24 jam
Kamar bedah (operasi)
Pelayanan rawat inap
Kamar bersalin (VK)
Medical check up (MCU)
Hemodialisa

3
Penunjang medik :
Laboratorium
Instalasi farmasi rawat inap
Instalasi farmasi rawat jalan
Radiologi
Gizi
Fisioterapi
Pelayanan Rawat Jalan:
a. Poiklinik terdiri dari Poli Umum dan Spesialis :
Poli Umum
Poli Gigi dan Mulut
Gizi
Poli Kebidanan dan Kandungan
Poli Anak
Poli Paru
Poli THT
Poli Neurologi
Poli Orthopedi
Poli Kulit dan Kelamin
Poli Urologi
Poli Penyakit Dalam
Poli Bedah
b. Jenis pelayanan spesialis
Dokter Spesialis Bedah
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Anak
Dokter Spesialis Obgyn
Dokter Spesialis Radiologi
Dokter Spesialis Anastesi
Dokter Spesialis Patologi Klinik
Dokter Spesialis Jiwa
Dokter Spesialis Mata
Dokter Spesialis THT
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Dokter Spesialis Kardiologi
Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Saraf

4
Dokter Spesialis Bedah Saraf
Dokter Spesialis Bedah Orthopedi
Dokter Spesialis Urologi
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Dokter Spesialis Patologi Anatomi
Penunjang Pelayanan :
Pelayanan Ambulans
Fisioterapi
Untuk data ketenagaan RSI Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tenaga Medis
Dokter Umum Tetap : 8 orang
Dokter gigi Tetap : 1 orang
Dokter Spesialis Tidak Tetap : 64 orang
Tenaga Paramedis Keperawatan : 144 orang
Tenaga Paramedis Bidan : 10 orang
Tenaga Penunjang Medik : 48 orang
Tenaga Non Medis : 129 orang

2.2 Analisa Situasi Khusus


Rumah Sakit adalah sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat
yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan
kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari
institusi pelayanan kesehatan (Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004).
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (enviromental sanitation) adalah upaya
pengendalian dari semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau
dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya
tahan hidup manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan
berbagai faktor lingkungan fisik, komiawi, dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan
atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas,
penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 dari pengertian di atas
maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang
sebaik-baiknya.
Tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan
rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang

5
sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran
lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif
yang ditimbulkan dari institusi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yang
menetapkan persyaratan-persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 merupakan arthropoda
yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada
manusia. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit
merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai
arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector-borne diseases yang
merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
Tujuan upaya pengendalian vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun
2010 adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan penyakit akibat
tertularnya vektor di rumah sakit, sehingga penyakit tersebut dapat dicegah atau
dikendalikan.
Dinamika penularan penyakit adalah perjalanan alamiah penyakit yang ditularkan
vektor dan faktor-faktor yang ditularkan vektor dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penularan penyakit meliputi inang (host), termasuk perilaku masyarakat, agent, dan
lingkungan.
Berikut ada tiga jenis cara penularan vektor :
a. Kontak Langsung
Vektor penyakit secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu
orang ke orang lain melalui kontak langsung.
b. Transmisi secara mekanis
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh
lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vektor mekanis membawa agens
penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.
c. Transmisi secara biologis
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di
dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis, antara lain :

1) Propagative
Agens, penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi
didalam tubuh vektor.

6
2) Cyclo-propagative
Agens, penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam
tubuh arthropoda.
3) Cyclo-development
Agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi di
dalam tubuh arthropoda.
Menurut WHO (Soemirat, 2009), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan
bagi beberapa macam penyakit karena alasan :
a. Penyakit belum ada vaksinnya seperti hampir semua penyakit disebabkan oleh virus.
b. Bila ada obat maupun vaksin, kerja obat belum efektif terutama untuk penyakit parasiter.
c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia sehingga sulit untuk
dikendalikan.
d. Sering menimbulkan kecacatan seperti filariasis dan malaria.
e. Penyakit dapat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap.
Pekerja vektor adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang
memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan
dan vektor penyakit pada kawasan rumah sakit.
Dalam menjalankan peran, fungsi, dan kompetensinya, pekerja vektor harus memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, diantaranya adalah melakukan survei
dengan vektor penyakit dan binatang pengganggu yang ada di rumah sakit, melakukan
analisis hasil survei vektor dan binatang pengganggu, melakukan pengelolaan pembuangan
tinja, mengawasi sanitasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
melakukan surveilans penyakit berbasis lingkungan, berwirausaha di bidang kesehatan
pelayanan kesehatan lingkungan, melakukan itervensi teknis sesuai hasil analisis sampel
air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu,
melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan
dan minuman, vektor dan binatang pengganggu serta mengolah klinik sanitasi.
Surveilans vektor penyakit dan pengendalian binatang pengganggu menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, adalah sebagai berikut :

Nyamuk
Pengamatan jentik

7
Pengamatan jentik Aedes sp. Dilakukan secara berkala disetiap sarana
penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) bulan untuk mengetahui adanya atau
keadaan populasi jentik nyamuk.
Pengamatan nyamuk
Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk
masuk. Pengamatan dilakukan dengan cara Resting Collection yaitu menangkap dengan
aspirator di tempat-tempat seperti : lemari, pakaian yang tergantung, bawah ranjang, dll.
Pengamatan ini dilakukan dari pagi sampai siang atau menjelang senja (pada saat
kepadatan nyamuk meningkat) secara teratur setiap bulan sekali.
Kecoa
Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur kecoa
dan kecoa hidup/mati di setiap ruangan. Pengamatan yang dilakukan secara visual dengan
bantuan senter, setiap 2 minggu. Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka
segera dilakukan pemberantasan.
Tikus
Mengamati atau memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan ditempat-tempat
yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya
keberadaan tikus, antara lain : kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus hidup. Ruang-
ruang tersebut antara lain didaerah bangunan tertutup rumah sakit : dapur, ruang
perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang genset/panel, ruang
administrasi, kantin, ruang bersalin dan ruang lainnya.
Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan (Fly grill) berfungsi
untuk mengukur tingkat kepadatan lalat dengan cara meletakkan fly grill tersebut. Alat untuk
menghitung fly grill yaitu hand counter selama 30 detik menggunakan stopwatch. Pada
daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat yang diduga
sebagai tempat perindukan lalat seperti tempat sampah, saluran pembuangan limbah padat
(bekas makanan/alkes di Rumah Sakit seperti bekas jarum infus, dll) dan cair (pembuangan
air dari toilet/wastafel), kantin rumah sakit dan dapur. Untuk mengetahui kepadatan lalat :
1. Setiap kali dilakukan pengendalian lalat sebelum dan sesudah.
2. Memonitoring secara berkala 3 bulan sekali.
Binatang Pengganggu lainnya
Mengamati atau memantau secara berkala kucing dan anjing di lingkungan rumah
sakit. Penyakit yang bisa didapati dari kucing atau anjing yaitu penyakit toksoplasma, infeksi
pertumbuhan janin sampai keguguran. Berkembang biak di saluran pencernaan kucing dan
anjing, virus ini kemudian menempel di bulu dan kotoran binatang tersebut.
Pencegahan

8
Nyamuk
Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras dan
Menutup (3M) dilakukan paling tidak 1 minggu sekali. Pengaturan aliran pembuangan air
limbah dan saluran dalam keadaan tertutup. Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit
secara berkala yang menjadi tempat perindukan. Pemasangan kawat kasa diseluruh
ruangan dan penggunaan kelambu terutama di ruangan perawatan anak.
Kecoa
Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.
Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Menutup lubang-lubang atau celah-
celah agar kecoa tidak masuk ke ruangan.
Tikus
Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu dan
jendela. Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Syaratnya yaitu
saluran limbah cair harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air, limbah harus
mengalir lancar. Terpisah dengan saluran air hujan. Air limbah dari dapur harus dipasang
penangkap lemak dan saluran air limbah harus ditutup dengan grill. Diperlukan alat
pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
Lalat dan binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memenuhi syarat kesehatan
Pemberantasan
Nyamuk
- Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0 dengan
abatisasi (penaburan bubuk abate di drum/bak mandi)
- Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan menggunakan predator
- Melakukan system untuk pemberantasan culex
- Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu
dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit
Kecoa
- Pemberantasan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang
terdapat pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dihancurkan.
- Pemberantasan kecoa secara fisik atau mekanis : membunuh langsung kecoa dengan
alat pemukul, menyiram tempat perindukan dengan air panas, menutup celah-celah
dinding.
- Pemberantasan kecoa secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, bubuk, semprotan dan umpan.
Tikus

9
- Pengendalian tikus secara fisik atau mekanis : pemasangan perangkat, membunuh
langsung tikus dengan alat pemukul, menutup celah-celah dinding.
- Pengendalian tikus secara kimia dengan menggunakan umpan beracun. Contoh : racun
tikus diletakkan pada saat pemasangan perangkat.
Lalat
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per
block grill, maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologik dan kimia.
Binatang pengganggu lainnya
- Penangkapan kemudian dibuang jauh dari rumah sakit
- Bekerjasama dengan dinas peternakan setempat untuk menangkap kucing dan anjing
Beberapa contoh penyakit yang dapat ditimbulkan oleh serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya :
1. Disentri : sakit pada bagian perut, lemas, pada kotoran terdapat mucus dan pus
2. Diare : sakit pada bagian perut, pencernaan terganggu disertai lemas dan pucat
3. Cholera : muntah-muntah disertai demam dan dehidrasi
4. Toksoplasma : infeksi pertumbuhan janin (keguguran). Berkembang biak disaluran
pencernaan kucing/anjing, virus ini keluar bersama kotoran dan menempel di bulu nya.
Tata cara pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya secara
umum :
1. Cara fisik
- Kontruksi rumah sakit dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memberikan
kemungkinan berkembang biaknya serangga dan tikus antara lain setiap ada
lubang di bangunan harus dipasang alat untuk mencegah masuknya serangga dan
tikus
- Menjaga kebersihan agar tidak terjadi penumpukan sampah sisa makanan yang
dapat menjadi sarana berkembang biaknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya
- Setiap sarana penampungan air harus dibersihkan atau dikuras sekurang-
kurangnya seminggu sekali, agar nyamuk tidak berkembang
2. Cara kimia
- Pengendalian serangga dan tikus dengan insektisida/pestisida harus dengan hati-
hati
- Pestisida yang digunakan harus mempuyai toksisitas yang rendah bagi manusia
dan tidak bersifat persisten
- Menggunakan pestisida yang berbentuk usapan atau cara lainnya adalah
menggunakan perangkap
Tata cara pengendalian serangga dan binatang pengganggu lainnya menurut jenis :

10
1. Nyamuk
- Dengan pemberantasan sarang nyamuk seperti menghindarkan tempat-tempat
yang dapat menampung air yang dapat menjadi tempat perkembang biakannya
- Menutup lubang-lubang angin dengan kain kasa/kawat nyamuk
2. Lalat
- Hindarkan tempat kotor dan berbau
- Lakukan perbaikan lingkungan
- Jika dianggap perlu, lakukan pemberantasannya dengan menggunakan racun
serangga atau insektisida
3. Kecoa
- Hindarkan tempat lembab dan berbau serta keadaan yang gelap
- Hindarkan tempat-tempat sampah atau kotor
4. Kutu busuk
- Sprei harus selalu dibersihkan dan dicuci minimal satu kali sehari
- Tempat tidur/kasur harus terjaga dari hinggapan binatang seperti kucing
- Kasur harus dijemur bila perlu 2 x 4 minggu
5. Tikus
- Bangunan dibuat rapat
- Pengaturan barang-barang harus dapat dipindah-pindahkan
- Yang lebih utama kebersihan dan hindarkan dari tumpukan sampah
6. Kucing/anjing
- Hindarkan makanan yang berserakan
- Bila keadaan sudah mereda, dilakukan pemberantasan atau penangkapan dan
dibuang di tempat yang jauh dan diperkirakan kucing tidak kembali
Selanjutnya menurut panduan penyusunan dokumen akreditasi versi KARS 2012,
kebijakan RS adalah penetapan direktur/ pimpinan RS pada tataran strategis atau bersifat
garis besar yang mengikat. Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk penerapan
kebijakan tersebut perlu disusun pedoman/ panduan dan prosedur sehingga ada kejelasan
langkah-langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Kebijakan ditetapkan dengan
peraturan atau keputusan direktur/ pimpinan RS. Kebijakan dapat dituangkan dalam pasal-
pasal di dalam peraturan/ keputusan tersebut, atau merupakan lampiran dari peraturan/
keputusan.

Format penulisan kebijakan adalah :


a. Pembukaan
Judul: Peraturan/ Keputusan Direktur RS tentang Kebijakan RS.

11
Nomor: sesuai dengan nomor surat peraturan/ keputusan di RS.
Jabatan pembuat peraturan/ keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin
serta ditulis dengan huruf kapital.
Konsiderans
i. Konsiderans Menimbang, memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran
yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan peraturan/ keputusan. Huruf
awal kata menimbang ditulis dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda baca titik
dua (:) dan diletakkan di bagian kiri.
ii. Konsiderans Mengingat, yang memuat dasar kewenangan dan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan pembuatan peraturan/ keputusan
tersebut. Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hokum adalah
peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi. Konsiderans mengingat
diletakkan di bagian kiri tegak lurus dengan kata menimbang.
b. Diktum
i. Diktum Memutuskan ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan huruf kapital,
serta diletakkan di tengah margin
ii. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan disejajarkan ke
bawah dengan kata menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan
ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua
iii. Nama peraturan/ keputusan sesuai dengan judul (kepala), seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.
c. Batang Tubuh
i. Batang tubuh memuat semua substansi peraturan/ keputusan yang dirumuskan
dalam diktum-diktum, misalnya:
KESATU:
KEDUA:
dst.
ii. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/ keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya.
iii. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/ keputusan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan/
keputusan.

d. Kaki
Kaki peraturan/ keputusan merupakan bagian akhir substansi peraturan/
keputusan yang memuat penanda tangan penetapan peraturan/ keputusan,

12
pengundangan peraturan/ keputusan yang terdiri atas tempat dan tanggal
penetapan, nama jabatan, tanda tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang
menandatangani.
e. Penandatangan
Peraturan/ keputusan direktur/ pimpinan RS ditandatangani oleh direktur/ pimpinan
Rumah Sakit.
f. Lampiran peraturan/ keputusan:
i. Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomer peraturan/ keputusan
ii. Halaman terakhir harus ditandatangani oleh direktur/ pimpinan RS.

BAB 3
LANGKAH-LANGKAH ANALISA KEBIJAKAN

13
3.1 Definisi/ Perumusan Masalah
Kebijakan yang akan dianalisa adalah kebijakan tentang prosedur pengendalian
serangga dan tikus serta binatang pengganggu di Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Pada
kebijakan tersebut berisi mengenai langkah-langkah pengendalian serangga dan tikus serta
binatang pengganggu dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.
Di rumah sakit banyak ditemukan penyakit dan cara penularannya pun juga mudah.
Untuk itu perlu dilakukan pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu.
Pengendalian vektor penyakit dan bintang pengganggu di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor pasal 1 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan
2 serta pasal 5. Pada pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa Pengendalian vektor adalah semua
kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin
sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor
sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
Pada pasal 4 ayat 1 disebutkan Upaya penyelenggaraan pengendalian vektor dapat
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pihak swasta dengan menggunakan
metode pendekatan pengendalian vektor terpadu (PVT). Sedangkan pada pasal 4 ayat 2
disebutkan bahwa Upaya pengendalian vektor secara terpadu (PVT) sebagaimana
dimaksud 57 pada ayat (1) merupakan pendekatan pengendalian vektor yang dilakukan
berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaannya serta
berkesinambungan. Pada pasal 5 disebutkan Pengendalian vektor dapat dilakukan
dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi,
baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya atau perilaku masyarakat serta
dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif
Upaya ini juga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
bab VI tentang Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya poin c
tentang pemberantasan tikus dan binatang pengganggu lainnya disebutkan bahwa
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangaan perangkap, pemukulan
atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan
beracun. Dan bila terdapat kucing dan anjing maka perlu dilakukan penangkapan
kemudian dibuang jauh dari rumah sakit dan bekerjasama dengan Dinas Peternakan
setempat untuk menangkap kucing dan anjing.
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relatif baru. Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor, akan tetapi kemudian tampak bahwa
pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya

14
pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit
bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial-ekonomi yang ada serta
keadaan endemik penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi
insecta secara kontinu menjadi sangat penting.

3.2 Prediksi/ Peramalan


Kebijakan mengenai Prosedur Pengendalian Serangga dan Tikus serta Binatang
Pengganggu lainnya di Rumah Sakit Islam Banjarmasin menurut saya sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tetapi tetapi tidak layak
diterbitkan, dengan pertimbangan :
o Dalam format penulisan kebijakan, pada bagian pembukaan nomor kebijakan tidak
ditulis, hal ini merupakan salah satu faktor penyulit dalam penyimpanan dokumen dan
tidak sesuai dengan format penulisan kebijakan yang benar.
o Kebijakan tersebut adalah kebijakan tahun 2009 dan masih berlaku sampai sekarang
tanpa adanya pembaharuan meskipun direktur sudah berganti tahun 2013.
o Dalam Surat Kebijakan, dalam poin KETIGA, penjelasan mengenai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang dilaksanakan oleh Ketua Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi tidak sesuai dengan pelaksana yang tercantum di SPO. Dalam
SPO Pengendalian Serangga dan Tikus serta binatang pengganggu lainnya disebutkan
bahwa kegiatan ini berada dalam ruang lingkup Kasubbag RT/Perlengkapan dan Kabag
Sekertariat.
o Dalam tata naskah penyusunan kebijakan, pada bagian konsiderans mengingat,
sebaiknya ditambahkan beberapa dasar kewenangan dan peraturan perundang-
undangan yang bisa menjadi dasar hukum yang mencakup materi tersebut dimana
peraturan yang dipakai adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi.

3.3 Preskripsi/ Rekomendasi


Kebijakan ini bisa diterbitkan apabila sudah ada perbaikan di berbagai hal,
diantaranya :
1. Perbaikan dalam hal tata naskah :
Penambahan dasar kewenangan di bagian konsiderans Mengingat
Pemberian nomer kebijakan
Pembaharuan tahun kebijakan
Penambahan lampiran sebagaimana disebutkan di dalam kebijakan bagian batang
tubuh KEDUA bahwa pemberlakuan prosedur sebagaimana terlampir, sehingga

15
sebaiknya ada lampiran berupa pemberlakuan prosedur pengendalian serangga
dan tikus serta binatang pengganggu
2. Perbaikan dalam hal kesesuaian antara kebijakan, SPO, tenaga pelaksana, prosedur
pelaksanaan di lapangan dan dokumen-dokumen yang terkait

3.4 Deskripsi/ Pemantauan


Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin tentang pemantauan vektor penyakit dan binatang pengganggu adalah sangat
penting terutama di rumah sakit yang bertujuan untuk mengamati perkembangbiakan vektor
penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit. Pemantauan vektor penyakit dan
binatang pengganggu yang dilakukan oleh petugas unit kesehatan lingkungan dan
bekerjasama dengan pihak ketiga adalah pemantauan nyamuk, lalat, kecoa, semut, tikus,
dan kucing.
Upaya yang dilakukan Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu. Upaya ini telah sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit BAB VI tentang Pengendalian Serangga,
Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya poin c tentang Surveilans nyamuk, kecoa, tikus,
lalat, dan binatang pengganggu lainnya.
Surveilans
Pada surveilans kecoa belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit BAB VI tentang Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang
Pengganggu lainnya karena pemantauan kecoa yang dilaksanakan di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin dilakukan sebulan sekali sedangkan pada Peraturan pengamatan dilaksanakan
setiap 2 minggu.
Pencegahan
Pada pencegahan nyamuk telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang
pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa :
1. Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur,Menguras, Menutup
(3M).
2. Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.
3. Pembersihan tanaman disekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat
perindukan.

16
4. Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama di
ruang perawatan anak.
Pencegahan kecoa telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di
rumah sakit disebutkan bahwa :
1. Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.
2. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3. Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan.
Pencegahan lalat juga telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di
rumah sakit disebutkan bahwa Melakukan pengelolaan sampah atau limbah yang
memenuhi syarat kesehatan.
Pencegahan tikus telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di
rumah sakit disebutkan bahwa :
1. Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan
jendela.
2. Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
Pencegahan binatang pengganggu lainya telah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan
binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa Melakukan pengelolaan makanan
dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
Pemberantasan
Pemberantasan di lingkungan Rumah Sakit Islam Banjarmasin tidak dilakukan
secara rutin, karena memang tidak mungkin dilakukan pemberantasan secara menyeluruh,
akan tetapi telah terjadi penurunan populasi vektor penyakit dan binatang pengganggu.
Upaya ini belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c
tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit.
Penggunaan cairan pestisida telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor pada pasal 8
ayat 1, 2, dan 3. Pada pasal 8 ayat 1 disebutkan bahwa Penggunaan insektisida dapat
digunakan setelah mendapat ijin dari Menteri Pertanian atas saran dan atau pertimbangan

17
Komisi Pertisida (KOMPES). Pada pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa Penggunaan pestisida
rumah tangga harus mengikuti petunjuk penggunaan sebagaimana tertera pada label. Dan
pada pasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa Peralatan yang digunakan dalam pengendalian
vektor harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau sesuai dengan rekomendasi
WHO.
Penurunan Vektor
Penurunan vektor nyamuk di Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan
vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa :
1. Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. kurang dari nol
dengan cara abatisasi
2. Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan menggunakan predator berupa ikan
nila yang ada di kolam ikan.
3. Melakukan oiling untuk pemberantasan larva atau jentik culex.
4. Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu
dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit.
Penurunan vektor kecoa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan
vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa :
1. Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat
pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar
atau dihancurkan.
2. Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.
Secara fisik atau mekanis :
1) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
2) Menyiram tempat perindukan dengan air panas
3) Menutup celah-celah dinding
Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan, bubuk,
semprotan, dan umpan.
Pemberantasan lalat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan
vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa Bila kepadatan
lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per block grill maka dilakukan
pengendalian lalat secara fisik, kimia, dan biologi.

18
Penurunan vektor tikus di Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan
vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa Melakukan
pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan atau sebagai
alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
Penurunan vektor kucing di Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan
vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa Bila terdapat
kucing maka perlu dilakukan penangkapan kemudian membuang jauh dari rumah sakit dan
bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing.
Tenaga Pengendali Vektor
Tenaga kerja pengendali vektor dan binatang pengganggu di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin dilakukan oleh petugas bagian RT/Perlengkapan. Upaya ini tidak sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor pasal 6 ayat 1, 2, dan 3. Pada pasal 6 ayat 1 disebutkan
bahwa Pengendalian vektor yang menggunakan bahan-bahan kimia harus dilakukan oleh
tenaga entomolog kesehatan dan tenaga lainnya yang terlatih. Pada pasal 6 ayat 2
disebutkan bahwa Tenaga lain yang terlatih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
telah mengikuti pelatihan pengendalian vektor yang dibuktikan dengan sertifikat dari
lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi. Pada pasal 6 ayat 3 disebutkan
bahwa Tenaga lain yang terlatih sebagaimana pada ayat (2) dalam melakukan
pengendalian vektor arus dibawah pengawasan tenaga entomolog kesehatan. Perizinan
tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor bab IV pasal 11ayat 1 dan 2. Pada
pasal 1 disebutkan Penyelenggara Pengendalian Vektor yang dilakukan oleh pihak swasta
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 2 harus berbentuk badan hukum dan
memiliki izin operasional dari Dinas Kesehatan Kota Kabupaten atau Kota. Pada pasal 2
disebutkan bahwa Untuk mendapatkan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memiliki surat izin usaha dan surat izin tempat usaha.
2. Memiliki NPWP.
3. Memiliki tenaga entomologi atau lembaga kesehatan lingkungan dan tenaga terlatih.
4. Memiliki persediaan bahan dan peralatan sesuai ketentuan yang berlaku.

19
BAB 4
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang dapat
menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah satu
sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit dan
orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi

20
kontak antara manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor supaya penyakit infeksi
Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin dan tidak
terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vektor.
Untuk menghindari kontak antara manusia/pasien di rumah sakit dengan vektor dan
mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di rumah
sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian
vektor di Rumah Sakit. Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan
lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya
indikasi penatalaksanaan/manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik.
Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit, maka
Rumah Sakit harus terbatas dari hewan ini. Sebagai langkah dalam upaya mencegah
kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian
sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis
pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Adapun permasalahan yang diambil dari analisa kebijakan tentang prosedur
pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin beserta pelaksanaannya di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Dalam format penulisan kebijakan, pada bagian pembukaan nomor kebijakan tidak
ditulis, hal ini merupakan salah satu faktor penyulit dalam penyimpanan dokumen
dan tidak sesuai dengan format penulisan kebijakan yang benar.
Kebijakan RS adalah penetapan Direktur/Pimpinan RS pada tataran strategis atau
bersifat garis besar yang mengikat. Karena kebijakan bersifat garis besar maka untuk
penerapan kebijakan tersebut perlu disusun pedoman/panduan dan prosedur sehingga
ada kejelasan langkahlangkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Kebijakan
ditetapkan dengan peraturan atau keputusan Direktur/PimpinanRS. Kebijakan dapat
dituangkan dalam pasal-pasal di dalam peraturan/keputusan tersebut, atau merupakan
lampiran dari peraturan/keputusan.
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu
harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi dasar untuk
menentukan atau melaksanakan kegiatan. Sedangkan panduan adalah merupakan
petunjuk dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa pedoman
mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya meliputi 1 (satu) kegiatan. Agar
pedoman/panduan dapat dimplementasikan dengan baik dan benar, diperlukan
pengaturan melalui SPO. Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi
pedoman/panduan maka sulit untuk dibuat standar sistematikanya atau format bakunya.
Oleh karena itu RS dapat menyusun/membuat sistematika buku pedoman/panduan
sesuai kebutuhan.

21
2. Kebijakan tersebut adalah kebijakan tahun 2009 dan masih berlaku sampai
sekarang tanpa adanya pembaharuan meskipun direktur sudah berganti tahun
2013.
Setiap pedoman/panduan harus dilengkapi dengan peraturan/keputusan
Direktur/Pimpinan RS untuk pemberlakukan pedoman/panduan tersebut. Bila
Direktur/Pimpinan RS diganti, peraturan/keputusan Direktur/Pimpinan RS untuk
pemberlakuan pedoman / panduan tidak perlu diganti. Peraturan / Keputusan Direktur /
pimpinan RS diganti bila memang ada perubahan dalam pedoman/panduan tersebut.
Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali.

3. Dalam Surat Kebijakan, dalam poin KETIGA, penjelasan mengenai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang dilaksanakan oleh Ketua Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi tidak sesuai dengan pelaksana yang tercantum di SPO.
Dalam SPO Pengendalian Serangga dan Tikus serta binatang pengganggu lainnya
disebutkan bahwa kegiatan ini berada dalam ruang lingkup Kasubbag
RT/Perlengkapan dan Kabag Sekertariat.
Pengendalian vektor yang menggunakan bahan-bahan kimia harus dilakukan oleh
tenaga entomolog kesehatan dan tenaga lainnya yang terlatih. Tenaga lain yang terlatih
sebagaimana dimaksud harus telah mengikuti pelatihan pengendalian vektor yang
dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah
terakreditasi. Tenaga lain yang terlatih dalam melakukan pengendalian vektor harus
dibawah pengawasan tenaga entomolog kesehatan. Penyelenggara Pengendalian Vektor
yang dilakukan oleh pihak swasta harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin
operasional dari Dinas Kesehatan Kota Kabupaten atau Kota.
Dalam pelaksanaan survey jentik diperlukan perhitungan House Index yaitu
persentase antara bak air dimana ditemukan jentik terhadap seluruh bak air yang
diperiksa
bak positif jentik
HI x 100
jumlah bak diperiksa

22
Dalam pelaksanaan survey nyamuk dilakukan:
- Resting Collection yaitu menangkap dengan aspirator di tempat-tempat seperti :
lemari, pakaian yang tergantung, bawah ranjang, dll
- Nyamuk yang tertangkap dikumpulkan dalam paper cup
- Identifikasi nyamuk betina dengan menggunakan mikroskop
- Hitung Resting Rate yaitu jumlah nyamuk betina yang tertangkap per jam
- Jika ditemukan nyamuk betina dewasa di area perimeter dan atau Resting Rate
mencapai 2,5 dalam area buffer dilakukan pemberantasan
- Pengamatan ini dilakukan dari pagi sampai siang atau menjelang senja (pada
saat kepadatan nyamuk meningkat) secara teratur setiap bulan sekali

23
Untuk pelaksanaan survey kepadatan lalat :
- Letakkan fly grill di tempat potensial lalat seperti : TPS, kontainer sampah, dapur
- Biarkan fly grill dihinggapi lalat selama 30 detik
- Hitung lalat yang hinggap pada fly grill menggunakan counter
- Lakukan pengulangan sebanyak 110 kali di setiap lokasi
- Catat dalam formulir pemeriksaan
- Lima nilai tertinggi dihitung rata-ratanya
- Cocokkan dengan indeks sbb :

24
Setelah dilakukan survei kepadatan, dilakukan analisis hasil serta rekomendasi pada
formulir survei kepadatan lalat seperti berikut :

Dalam pelaksanaan survey kepadatan kecoa dilakukan :


- Melihat tanda-tanda keberadaan kecoa (telur, kecoa mati, kecoa hidup dan
kotoran) pada tempat-tempat persembunyian yang agak sulit disemprotkan
aerosol atau attractant agar kecoa yang bersembunyi keluar
- Dilaksanakan pada malam hari
- Hitung jumlahnya dan interpretasi hasil pemeriksaan sebagai berikut :

25
Interpretasi hasil :
Rendah : tidak menjadi masalah
Sedang : perlu pengamanan tempat perkembangbiakan
Tinggi/padat : perlu pengamanan tempat perkembangbiakan, rencana
pengendalian dan lakukan Pest serangga
Sangat tinggi : perlu pengamanan tempat perkembangbiakan dan
pengendalian

Dalam pelaksanaan survey kepadatan tikus dan pinjal dilakukan :


- Pemasangan perangkap yang telah diberi umpan pada sore hari terutama di
gudang, tempat penyimpanan , dsb
- Dilakukan sebulan sekali selama 5 hari berturut-turut yang mencakup seluruh
area Rumah Sakit
- Jumlah perangkap dipasang antara 20-200 buah/hari (sesuai kebutuhan,
tergantung luas area)
- Perangkap diambil keesokan harinya sebelum aktivitas mulai ramai (pagi hari)
tikus/ pinjal tertangkap
- Menghitung kepadatan tikus/pinjal
jumah perangkap yang dipasang

26
Berbagai langkah antisipasi yang dilakukan untuk menekan atau mengendalikan atau
membatasi tingginya populasi kucing liar di rumah sakit antara lain:
1. Treatment eradikasi, yaitu razia dengan menangkap kucing liar menggunakan jaring
dilengkapi perangkap mekanis yang efektif kemudian dibuang ketempat yang lebih
aman.
2. Rutin mengadakan vaksinasi dan sterilisasi bila perlu.
3. Penerapan prinsip kebersihan, merupakan suatu hal yang mutlak dalam upaya
sanitasi atau kesehatan lingkungan rumah sakit. Penjagaan dan pemeliharaan
kebersihan rumah sakit secara keseluruhan, tidak hanya mencegah kemungkinan
terjadinya infeksi silang (cross infection) tetapi juga meningkatkan kondisi lingkungan
rumah sakit yang lebih nyaman, indah, bersih dan menarik bagi semua orang yang
berada di lingkungan rumah sakit.
4. Rutin melakukan kegiatan penyuluhan kepada warga rumah sakit (Petugas, Pasien
atau Penderita, Penunggu pasien, Pengunjung dan masyarakat sekitar), baik melalui
peraturan-peraturan atau tata tertib rumah sakit, poster-poster maupun siaran sound
system rumah sakit pada saat jam berkunjung pasien.
5. Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
Kucing yang ada di rumah sakit kemungkinan ialah kucing yang lapar dan mencari

27
makanan sisa yang ada di dalam rumah sakit, untuk itu perlu dilakukan pengelolaan
sisa makanan dan sampah yang tepat, seperti tidak membiarkan sampah di tempat
penampungan terlalu lama. Sampah sisa makanan harus diangkut langsung ke
tempat penampungan blok atau pemusnahan.

4. Dalam tata naskah penyusunan kebijakan, pada bagian konsiderans mengingat,


sebaiknya ditambahkan beberapa dasar kewenangan dan peraturan perundang-
undangan yang bisa menjadi dasar hukum yang mencakup materi tersebut dimana
peraturan yang dipakai adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih
tinggi.
Surat Keputusan adalah surat yang berisi suatu keputusan yang dibuat oleh
pimpinan suatu organisasi atau lembaga pemerintahan berkaitan dengan kebijakan
organisasi atau lembaga tersebut yang mengikat secara hukum bagi subjek-subjek
hukum terkait yang bersifat individual dan konkret atau berisi penetapan administratif.
Pasal 100 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan menyatakan : Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan
Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-
Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang- Undang ini.
Karena bersifat mengatur maka tata cara penyusunannya harus dibuat dengan benar
dan bertanggung jawab, agar fungsi Surat Kebijakan dapat berjalan sesuai dengan
aturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian bilamana Kebijakan
bertentangan dengan aturan perundangan yang berlaku maka demi hukum Kebijakan
tidak sah dan batal.
Konsiderans adalah bagian surat kebijakan yang berisi hal-hal yang menjadi
pertimbangan pembuatan surat kebijakan. Dalam Kebijakan Keputusan Direktur Rumah
Sakit Islam Banjarmasin tentang Pengendalian Serangga dan Tikus serta Binatang
Pengganggu, pada Konsideran Mengingat perlu ditambahkan beberapa landasan hukum
lagi yang berkaitan dengan kebijakan tersebut, yaitu :
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 374/MENKES/PER/III/2010
tentang Pengendalian Vektor

Evaluasi

28
Pada Kebijakan ini sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali
untuk melakukan monitoring terhadap penurunan angka populasi serangga dan tikus serta
binatang pengganggu secara umum di RSI Banjarmasin.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi
atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan
atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan
binatang pengganggu tersebut. Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang
pengganggu diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian kimiawi
2. Pengendalian fisika-mekanika
3. Pengendalian biologis
Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relatif baru. Pada awalnya orang
berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu
sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian
vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor
sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial-ekonomi yang ada serta keadaan endemik
penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu
menjadi sangat penting.
Kebijakan mengenai Prosedur Pengendalian Serangga dan Tikus serta Binatang
Pengganggu lainnya di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sudah sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tetapi tetapi tidak layak diterbitkan,
dengan pertimbangan :
o Dalam format penulisan kebijakan, pada bagian pembukaan nomor kebijakan tidak
ditulis, hal ini merupakan salah satu faktor penyulit dalam penyimpanan dokumen dan
tidak sesuai dengan format penulisan kebijakan yang benar.
o Kebijakan tersebut adalah kebijakan tahun 2009 dan masih berlaku sampai sekarang
tanpa adanya pembaharuan meskipun direktur sudah berganti tahun 2013.
o Dalam Surat Kebijakan, dalam poin KETIGA, penjelasan mengenai pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang dilaksanakan oleh Ketua Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi tidak sesuai dengan pelaksana yang tercantum di SPO. Dalam
SPO Pengendalian Serangga dan Tikus serta binatang pengganggu lainnya disebutkan

29
bahwa kegiatan ini berada dalam ruang lingkup Kasubbag RT/Perlengkapan dan Kabag
Sekertariat.
o Dalam tata naskah penyusunan kebijakan, pada bagian konsiderans mengingat,
sebaiknya ditambahkan beberapa dasar kewenangan dan peraturan perundang-
undangan yang bisa menjadi dasar hukum yang mencakup materi tersebut dimana
peraturan yang dipakai adalah peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi.

6.2 Saran
Perbaikan tata naskah kebijakan, sebaiknya disesuaikan dengan Panduan
Penyusunan Dokumen Akreditasi versi KARS 2012.
Perbaikan SPO tentang Prosedur Pengendalian Serangga dan Tikus serta Binatang
Pengganggu harus lebih dijelaskan secara rinci.
Pembentukan tenaga Tim Pengendali vektor di lingkungan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin. Terutama pembasmian vektor yang menggunakan bahan-bahan kimia
harus dilakukan oleh tenaga entomolog kesehatan dan tenaga lainnya yang terlatih.
Tenaga lain yang terlatih sebagaimana dimaksud harus telah mengikuti pelatihan
pengendalian vektor yang dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga pendidikan dan
pelatihan yang telah terakreditasi. Tenaga lain yang terlatih dalam melakukan
pengendalian vektor harus dibawah pengawasan tenaga entomolog kesehatan.
Penyelenggara Pengendalian Vektor yang dilakukan oleh pihak swasta harus
berbentuk badan hukum dan memiliki izin operasional dari Dinas Kesehatan Kota
Kabupaten atau Kota.
Melakukan evaluasi dan monitoring tentang tingkat populasi perkembangbiakan
vektor di lingkungan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sesuai dengan SOP.
Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk
jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu agar tujuan umum
Rumah Sakit Islam Banjarmasin dalam meningkatkan mutu pelayanan, kebersihan
dan kenyamanan pasien rumah sakit dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu, APKTS Pusdiknakes.


Depkes RI. Jakarta

Aditama, T. Y. 2009. Standar Operasional Prosedur Pengendalian Resiko Lingkungan. Dirjen


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan

30
Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 04 Mei 2014.
<http://www.slideshare.net/masripsarumpaet1/sop-prl-kkp>

Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-


penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011Budiman dan Suyono, 2010. Ilmu
Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC

Anonim https://www.scribd.com/doc/92575612/Panduan-Penyusunan-Dokumen-Akreditasi

Anonim, 2011. Peraturan Menteri Republik Indonesia nomor


374/Mekes/PER/III/2010.tentang Pengendalian Vektor.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20. diakses tanggal 4
maret 2011.

Anonim, 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
http://www.depkes.go.id/downloads/KesehatanlingkunganRumahSakit.

Chandra, budi. 2003. Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.buku-


kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses
tanggal 4 maret 2011

Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberantasan vektor malaria, sanitas.


Puslitbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Soemirat Slamet, Juli.2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press

Yoga Candra. (2009). Standar Operasional Prosedur Pengendalian Nyamuk Aedes Aegypti.
Diakses 9 Maret 2014 dari http://www.slideshare.net/masripsarumpaet1/sop-prl-kkp

31

Anda mungkin juga menyukai