Anda di halaman 1dari 24

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM KELOMPOK KELAS

MATEMATIKA
Review Jurnal International
Inquiry Teaching in the College Classroom

Disusun oleh :

Disusun oleh :
YAYUK KUMALASARI
A 410 080 170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,


Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan review jurnal dengan judul PEMBELAJARAN
INKUIRI DALAM KELOMPOK KELAS MATEMATIKA (Jurnal
Internasional Inquiry Teaching in the College Classroom) . Shalawat dan
salam senantiasa tercurah kepada nabi besar junjungan kita Muhammad SAW yang
menjadi ushwatun khasanah bagi kehidupan umat islam.
Selama penyusunan review ini, penulis tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan dan motivasi berbagai pihak. Pada kesempatan ini, disampaikan
penghargaan dengan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. Sutama, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian pengajaran
Matematika, terima kasih atas kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran saran hingga terselesaikannya review
ini.
2. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan review ini.
Dalam penulisan reviw ini, penulis mengharap kritik dan saran
konstruktif demi kesempurnaan review. Harapan penulis, semoga review ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Surakarta, April 2011

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. i
KATA PENGANTAR.... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
.A Latar Belakang Masalah.. 1
.B Rumusan Masalah........ 2
.C Tujuan ..................................................................................... 3
.D Manfaat ................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran......................................................................... 4
B. Pengertian Matematika. 4
C. Strategi Pembelajaran Inkuiri.............................................. 5
BAB III ISI
A. Latar belakang Penelitian.......
6
B. Rumusan Masalah Penelitian.....
7
C. Metode dan Bahan Penelitian................................................
7
D. Hasil Penelitian.....................................................................
8
BAB IV PEMBAHASAN
A. Strategi Pembelajaran Inkuri............................................... 10
B. Keaktifan Belajar Matematika............................................ 15
C. Hasil Belajar Matematika................................................... 16
D. Pengaruh Strategi pembelajaran Inkuiri terhadap
Prestasi Belajar Matematika.............................................. 17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..... 18
B. Implikasi...... 18
C. Saran... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya
sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan
tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik. Pembelajaran yang kondusif penuh interaksi timbal balik sangat
didambakan oleh setiap pihak pada lingkup pendidikan terlebih jika
menyangkut mutu sumber daya manusia yang ada. Salah satu kegiatan
pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan dan tindakan yaitu
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta
didik. Strategi pembelajaran merupakan cara yang teratur untuk mencapai
tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan
aktivitas belajar yang dilakukan pendidik dan peserta didik.
Selain suatu strategi pembelajaran, keaktifan belajar siswa juga
merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses belajar
mengajar. Sikap aktif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek
pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama
pembelajaran. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya
dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan
dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat.
Pembelajaran dengan strategi yang tepat hendaknya dilaksanakan pada
tiap jenjang pendidikan serta dalam semua mata pelajaran termasuk
matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai
peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika juga ilmu yang bertujuan untuk mendidik manusia agar dapat
berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri. Pemahaman, penguasaan
materi serta prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan proses
kegiatan pembelajaran matematika. Semakin tinggi pemahaman dan
penguasaaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat
keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya, prestasi belajar
matematika yang dicapai siswa masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar matematika juga disebabkan karena
keaktifan dalam pembelajaran masih sangat rendah. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika belum nampak terutama keaktifan dalam
mengerjakan soal-soal latihan yang masih sangat kurang, begitu juga masih
banyaknya siswa yang jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering
meminta siswa bertanya jika ada hal yang kurang paham serta keberanian
siswa untuk aktif mengerjakan soal di depan kelas juga masih belum nampak.
Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa di dalam kelas adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat, yaitu strategi pembelajaran inkuiri.
Bertolak dari latar belakang masalah diatas bahwa. Diharapkan dengan
strategi Pembelajaran inkuiri mampu membuat siswa tertarik dalam
mengikuti pelajaran matematika yang pada akhirnya akan berdampak pada
meningkatnya keaktifan belajar didalam kelas dan meningkatkan prestasi
belajar mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumusan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah strategi pembelajaran inkuiri dapat digunakan dalam mata
pelajaran matematika?
2. Adakah peningkatan keaktifan belajar siswa di dalam kelas setelah
dilakukan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri?
3. Adakah peningkatan prestasi belajar matematika setelah dilakukan
pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa di dalam kelas dan prestasi belajar matematika.

2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan:
a. Keaktifan belajar siswa di dalam kelas melalui strategi pembelajaran
inkuiri
b. Prestasi belajar matematika melalui strategi pembelajaran inkuiri.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada
pembelajaran matematika terutama pada peningkatan keaktifan siswa dan
prestasi belajar siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Matematika
1) Sebagai referensi guru-guru mata pelajaran matematika
untuk memperbaiki sistem mengajarnya.
2) Sebagai bahan masukan khususnya bagi guru tentang
alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan
keaktifan belajar matematika siswa dengan strategi
pembelajaran inkuiri.
b. Bagi Siswa
1)Meningkatkan keaktifan belajar siswa di dalam kelas dalam
pembelajaran matematika.
2)Menumbuhkan semangat dan meningkatkan aktivitas siswa
untuk meningkatkan prestasi belajar.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction yang berarti
proses membuat orang belajar. Menurut Wina sanjaya (2006 : 107)
pembelajaran adalah proses berpikir bahwa dalam belajar berpikir
menekankan pada proses pencarian dan menemukan pengetahuan melalui
interaksi antar individu dengan lingkungan. Dalam hal ini tidak hanya
menekankan pada pengetahuan materi pelajaran tetapi yang diutamakan
adalah kemampuan untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Pembelajaran
merupakan proses yang bukan hanya memindahkan pengetahuan dari guru
pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang memungkinkan siswa dapat
membangun sendiri pengetahuannya.

B. Pengertian Matematika
Menurut Johnson dan Myklebust dalam (Abdurrahman, 2003:252)
meatematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktiknya untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Menurut Palina dalam (Abdurrahaman, 2003:252), ide manusia
tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan
pengetahuan masing-masing. Ia mengemukakan bahwa matematika adalah
suatu cara untuk menemukakan jawaban terhadap masalah yang dihadapi
manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan
tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan menghitung dan yang
paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia sendiri dalam melihat
dan menggunakan hubungan.
Dari beberapa pendapat diatas penulis simpulkan bahwa matematika
adalah bahasa simbol-simbol untuk menemukan sesuatu jawaban terhadap
permasalahan yang dihadapi manusia, baik berupa informasi, pengetahuan
tentang bentuk ukuran, ataupun pikiran manusia untuk melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan.

C. Strategi Pembelajaran Inkuiri


Strategi Pembelajaran Inkuiri adalah teori belajar konstruktivistik.
Teori belajar ini dikembangkan oleh piaget. Menurut Piaget, pengetahuan itu
akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa sejak kecil.
Menurut Piaget, setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan
pengetahuanya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya.
Skema itu secara terus menerus diperbaharui dan diubah melaui proses
asimilasi dan akomodasi. Dengan demikian, tugas guru adalah mendorong
siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi
dan akomodasi itu dalam suatu pembelajaran.
BAB II
ISI

A. Latar Belakang Penelitian


Strategi pembelajaran Inquiry mengharapkan siswa untuk mengambil
peran aktif dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran dimulai ketika
siswa disajikan dengan masalah dan beberapa saran dan alat untuk menemukan
jawaban dalam pemecahan masalah. Mereka berjuang, dengan bantuan dari
instruktur, melalui masalah sampai mereka mencapai jawaban mereka, karena
usaha mereka sendiri.Beyer (1979) dalam bukunya pada penyelidikan Metode
negara,"Mengajar Inquiry melibatkan menciptakan, melakukan dan
mengevaluasi pengalaman belajar siswa yang memerlukan usaha dengan
melalui proses yang sama dan mengembangkan atau mempekerjakan
pengetahuan yang sama dan sikap mereka akan menggunakan jika terlibat
dalam penyelidikan rasional independen. (84). "
Siswa belajar dari suatu permasalahan dan dengan mengumpulkan
fakta-fakta bersangkutan dengan cara yang logis-terencana. Dalam
perencanaan memerlukan identifikasi fakta dan asumsi, menggunakan
pemikiran kritis, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan merangsang
proses mental terhadap sintesis informasi, aplikasi prinsip, dan evaluasi dari
apa yang telah dilakukan (Perancis, 2005; Vega dan Tayler, 2005). Siswa
menjadi lebih terlibat dalam pembelajaran mereka dengan mengambil peran
aktif. Bahkan, teori keterlibatan siswa berada pada fokus pembelajaran berbasis
penyelidikan. Miley (2009) menunjukkan bahwa, siswa terfokus untuk lebih
tertarik terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan banyak studi
menunjukkan bahwa fasilitasi penyelidikan dengan umpan balik yang cukup
baik terhadap memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran mereka
sendiri.
Teori keterlibatan berpendapat bahwa siswa yang membuat lebih besar
upaya berinvestasi dalam diri mereka sendiri dan melakukan lebih baik. Survei
Nasional Engagement Mahasiswa, (NSSE) mendukung temuan bahwa
melakukan lebih baik dari pada hanya berpikir (Gordon, Ludlum, dan Hoey,
2008). Siswa ditempatkan dalam kelompok di mana diskusi masalah bisa
dimulai, sedangkan guru memfasilitasi diskusi dengan menyediakan beberapa
fakta dasar, atau memberitahu para siswa di mana untuk menemukan
permasalahan mereka, dalam bentuk yang lebih maju penyelidikan, guru akan
relatif diam, membiarkan siswa keingintahuan alami. Siswa diminta untuk
mempresentasikan dengan sebuah hipotesis yang akan diuji dan memberikan
jawaban atas pertanyaan atau masalah diajukan dan kemudian memikirkan
cara-cara untuk menguji hipotesis (Adamson, dkk, 2000; Ensrud, 1997).
Membangun hipotesis, pengujian, sintesis, evaluasi, dan menerapkan
informasi baru adalah bagian dari penyelidikan pembelajaran dan
mereka.Sebagai fasilitator, guru akan membantu mereka merencanakan dan
melaksanakan penyelidikan mereka. Guru dapat melihat dan mencatat
bagaimana siswa belajar dan dapat menangani setiap masalah yang muncul
(Bender, 2005; Perancis, 2005; Wyatt, 2005; Gearhart & Saxe, 2004).Atau,
guru mendefinisikan pertanyaan, proses menjawab pertanyaan dan sarana yang
digunakan untuk menginterpretasikan temuan, dalam pendekatan lebih
terstruktur (Colburn, 2004).

B. Rumusan Masalah Penelitian


Penelitian ini dirancang untuk menguji kelangsungan pendidikan dasar
universal kualitatif melalui stategi Pembelajaran Inkuiri pada pelajaran
Matematika. Penjelasan secara khusus, Apakah penelitian ini dapat
mengaitkan antara keaktifan belajar dengan prestasi siswa.

C. Metode Dan Bahan Penelitian


Pembelajaran ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif
dan studi deskriptif dengan mengambil saampel sebagai perwakilan dari
perguruan tinggiyang menghasilkan data statistik pada pembelajaran inkuiri
dan hasilnya, khususnya di tingkat perguruan tinggi (Gose,2009;.Spronken-
Smith, et al, 2008;. Hsu et al,.2009, Flick, 1997).
Hal yang akan diteliti dibagi menjadi sikap belajar siswa, dan hasil
belajar siswa dari pembelajaran menggunakan strategi inkuri. Dan prestasi
belajar siswa akan dijadikan suatu instrumen perbandingan. Nilai dianggap
tinggi untuk penilaian instrumen yang digunakan hal ini karena subyek yang
dipilih berada di luar mereka dari studi utama. Aspek sikap alat memiliki kode
nilai Sangat Setuju (SA = 4), Setuju (A = 3), Tidak Setuju (D = 2), Sangat
Tidak Setuju (SD = 1) pada angket evaluasi. Aspek prestasi yang menjadi
pilihan adalah mencetak satu tanda untuk jawaban yang benar dan nol untuk
jawaban yang salah. Instrumen yang diberikan kepada siswa melalui guru
matematika kelas mereka pada saat dimulainya penelitian dan setelah enam
minggu percobaan dengan pemantauan ketat oleh guru-guru matematika yang
ditugaskan yang menjamin kelancaran hasil kembali ke peneliti.

D. Hasil Penelitian
Metode Inquiry melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran yang kolaboratif dan keterampilan sosial, dan meminta
kerjasama siswa dari hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran.Guru
membantu siswa memahami asumsi apapun yang dikemukakan.
(Perancis,2005). Harada dan Yoshina mendefinisikan bahwa pendekatan inkuiri
lebih fleksibel dibandingkan dengan pendekatan tradisional dan
mempromosikan penggunaan teknologi sebagai alat, bukan belajar tentang
teknologi (2004). metode pengajaran berbasis Penyelidikan juga dapat
membangun ketrampilan siswa untuk menghubungkan fakta-fakta,
mengeksplorasi kemampuan mereka sendiri, yaitu, untuk "menghubungkan
titik-titik" (Silverbank, 2001). Hsu et al. (2009) mengemukakan bahwa
pendekatan pembelajaran lebih mudah diterapkan dalam matematika, karena
lebih rendah tingkat kegagalanya daripada pendekatan tradisional. Kommarraju
dan Karau (2008) mencatat bahwa pembelajaran inkuri mampu menghasilkan
nilai yang berubah-ubah secara luas yang diberikan pada mereka dengan
beragam kelompok siswa.
Penelitian di sebuah perguruan tinggi lain menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran ada siswa yang berpartisipasi lebih aktif dalam diskusi dan siswa
lebih interaksi dalam program kuliah tradisional (Philips & Powers, 1979).
Mereka melaporkan tingkat interaksi tetapi tidak secara statistik menyelidiki
hubungan antara variabel-variabel. Hal ini peneliti mengemukakan bahwa
siswa diajarkan menggunakan pembelajaran inkuiri menghasilkan hasil belajar
yang lebih baik dan menunjukkan lebih banyak inisiatif yang muncul dalam
kegiatan kelompok yang lebih besar dan fokus pada proses penyidikan di kelas
tersebut.
Hal ini, diperoleh hasil penelitian siswa bahwa pembelajaran inkuiri
membuat kelas lebih kreatif, lebih sering berpartisipasi, memiliki retensi lebih
besar, dan lebih sedikit kegagalanya.(Vega & Tayler, 2005). Pada hasil
pengujian, bagaimanapun juga terdapat perbedaan yang kurang signifikan
meskipun tidak ada data yang spesifik yang dilaporkan, sementara itu juga
memiliki kelemahan yaitu karena sulit untuk digunakan dengan siswa yang
tidak memiliki kemampuan analisa yang baik dan siswa karena yang malas
akan mencapai suawatu kegagalan (Orton-Johnson 2009). Gose (2009) dan
flick (1997) menemukan bahwa jika tidak semua siswa dapat belajar melalui
pembelajaran inkuiri, tetapi mungkin memerlukan sedikit bantuan ekstra dari
guru / fasilitator.
Pembelajaran ini jelas lebih menuntut siswa dan guru yang mungkin
akan memiliki berbeda tingkat keterampilan, pengetahuan, dan motivasi
(Zachry, 1985). Namun, jika pembelajaran inkuiri melibatkan para siswa dan
berbagai kegiatan belajar membuat pembelajaran yang lebih baik maka kita
harus melihat hasil yang lebih baik di kelas yang menggunakan pembelajaran
inkuiri dibandingkan dengan kelas yang berbasis tradisional. Dengan demikian
Siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik dalam tugas dan ujian.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran inkuiri


Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan apa yang
harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berfikir
strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif
dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai
akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.
Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah di upayakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strtegi pembelajaran
dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawa antara guru
dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heuriskin yang berarti saya menemukan.
Sedangkan, Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat
diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang
dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek
pertanyaan.Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh
dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis
(Schmidt, 2003).
Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh
ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya
memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya
dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta &
Adams, 2004).Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang
relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis,
merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah
diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat
untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997; NRC,
2000).
Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu pengembangan
pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan inkuiri
oleh siswa. Strategi pembelajaran inkuiri dapat digunakan untuk meningkatkan
proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya
matematika, yaitu meliputi aspek: kemampuan mengemukakan pendapat,
kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan pendapatnya
setelah melakukan pengamatan, dan kemampuan menyimpulkan.
Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya
dan intensistas keterlibatan siswa, yaitu:
1. Inkuiri tingkat pertama
Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri di mana
masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian
siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di
bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini, tergolong
kategori inkuiri terbimbing ( guided Inquiry ) menurut kriteria Bonnstetter,
(2000); Marten-Hansen, (2002), dan Oliver-Hoyo, et al (2004).
Sedangkan Orlich, et al (1998) menyebutnya sebagai pembelajaran
penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan
kepadanya.Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan
baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak
awal. Inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran
mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang
ilmu tertentu.Orlich, et al (1998) menyatakan ada beberapa karakteristik
dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:
a) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik
hingga membuat inferensi atau generalisasi
b) sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek
kemudian menyusun generalisasi yang sesuai,
c) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian,
data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas,
d) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna
berdasarkan hasil observasi di dalam kelas,
e) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran,
f) biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa,
g) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil
generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam
kelas.
2. Inkuiri Bebas
Inkuiri tingkat kedua dan ketiga menurut Callahan et al , (1992)
dan Bonnstetter, (2000) dapat dikategorikan sebagai inkuiri bebas
(unguided Inquiry) menurut definisi Orlich, et al (1998). Dalam inkuiri
bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan
merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan
gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu
siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis seperti
mencari informasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan
mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk
memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data.
Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat
kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai
kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Beberapa
karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri bebas ialah, sebagai berikut:
a) siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi
khusus untuk membuat inferensi,
b) sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang
kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai,
c) guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi
inisiasi,
d) dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tanpa bimbingan guru,
e) ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat
berfungsi sebagai laboratorium,
f) kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan inferensi
serta melalui interaksi dengan siswa lain,
g) guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa, dan
h) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang
dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas.
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri,
antara lain:
1. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai konsep dalam matematika
2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
4. Mengumpulkan data yang terkait dengan pertanyaan yang diajukan
5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data.
Sasaran Pembelajaran inkuiri Sasaran pembelajaran yang dapat dicapai
dengan penerapan inkuiri adalah:
1. Sasaran kognitif
a) Memahami bidang khusus dari materi pelajaran
b) Mengembangkan keterampilan proses sains
c) Mengembangkan kemampuan bertanya, memecahkan masalah dan
melakukan penelitian
d) Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru yang berbeda.
e) Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru
f) Memperkuat keterampilan berpikir kritis
2. Sasaran afektif
a) Mengembangkan minat terhadap pelajaran dan bidang ilmu
b) Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang
relevan dengan bidang ilmu tertentu.
c) Meningkatkan intelektual dan integritas
d) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi
pengetahuan
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang banyak
dianjurkan, karena strtegi ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang menekankan pada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strtegi ini dianggap lebih bermakna.
2. Strategi pembelajaran inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi perkembangan modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keunggulan lain adalah Strategi pembelajaran inkuiri dapat melayani
kebutuhan siswa yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata. Artinya,
siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh
siswa yang lemah dalam belajar.
Selain mempunyai keunggulan, Strategi pembelajaran inkuiri juga
mempunyai kelemahan, di antaranya:
1. Jika strategi pembelajaran inkuiri sebagai srategi pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan sisiwa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentukr
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikanya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikanya dengan waktu yang telah
ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.

B. Keaktifan Belajar Matematika


Keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus
mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani dan rohani. Keaktifan
jasmani/rohani itu meliputi, antara lain:
a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid
harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif/diaktifkan untuk memecahkan
masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil
keputusan.
c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak,
kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya karena akan berdampak positif pada hasil
belajarnya.
Menurut Sudjana (1988: 72) mengemukakan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal/masalah yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapinya.
Schroeder dan koleganya (Mel Silberman, 2001: 7) menyimpulkan
bahwa model mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang paling
bagus untuk peserta didik sekarang. Agar efekitf, hendaknya pendidik
menggunakan hal-hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian),
presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman lapangan, simulasi, dan
studi kasus. Nilai dari belajar aktif berasal dari berfikir tentang aktivitas ketika
mereka melakukan dan mendiskusikan maknanya dengan yang lain-lain.
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktif, anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai pengetahuan besar tetapi kebanyakan anak yang belajar banyak
menghadapi masalah dan tidak tahu bagaimana mengungkapkannya ke guru.
Ahmad Rohani (2004: 9-10) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses dimana peserta didik harus aktif.
Implikasinya:
1) Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru perlu:
Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik.
Memberi tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,
menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.
2) Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:
Menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan.
Mengadakan pameran, karya wisata, dan sebagainya.
Melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika
sangat penting karena siswa sebagai subjek didik dalam kegiatan belajar
mengajar haruslah merencanakan dan melaksanakan sendiri kegiatan belajar.
Penyusunan dan pelaksanaan program belajar mengajar hendaknya
memperhatikan beberapa prinsip belajar sehingga siswa belajar aktif. Jadi
keaktifan dalam belajar matematika siswa adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terjun langsung dalam menyelesaikan atau meneliti sebuah
masalah matematika..

C. Hasil Belajar Matematika


Suatu proses pembelajaran siswa yang belajar akan mengalami
perubahan. Bila sebelum belajar kemampuannya hanya 25% misalnya, maka
setelah belajar selama lima bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut
meingkatkan kemampuan mental. Ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Berkat tindak pembelajaran, siswa melakukan
peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya menjadi lebih
baik karena evaluasi dari guru maka siswa digolongkan telah mencapai hasil
belajar.
Menurut Adurrahman (1999: 37) hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan relatif menetap. Kegiatan belajar dalam kegiatan yang terprogram
dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran instruksional, tujuan belajar
telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Menurut Romizoeski dalam Abdurrahman (1999: 38) hasil belajar
merupakan keluaran (output) dari suatu system pemprosesan masukan (input).
Masukan dari system tersebut berupa macam-macam informasi, sedangkan
keluarannya adalah perbuatan atau kinerja. Perbuatan merupakan suatu
petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi dan hasil belajar dikelompokkan
menjadi pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu
yang menjadi wujud dari usaha seseorang setelah memperoleh pengalaman
belajar atau setelah mereka mempelajari sesuatu dari suatu strategi
pembelajaran. Perubahan tingkah laku atau tindakan merupakan suatu proses
sebagai pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga
diperoleh pengetahuan baru dalam rangka mendapatkan sesuatu.

D. Pengaruh Strategi pembelajaran Inkuiri terhadap Prestasi Belajar


Matematika
Proses belajar mengajar ditujukan untuk memperoleh perubahan pada
diri siswa yang sedang belajar yang ditunjukkan dengan sustu kemampuan
yang disebut prestasi.
Menurut Oemar Hamalik (2001:5), prestasi belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku dan sikap yang lebih berkualitas. Prestasi individu
yaitu hal-hal yang telah dicapai seseorang yang disebut prestasi belajar.
Jadi prestasi belajar adalah sikap atau perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk kemampuan sebagai pencerminan hasil belajar yang
telah dicapai oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu. Maka prestasi
belajar matematika adalah keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa setelah
melalui suatu proses belajar matematika yang ditunjukkan kecakapan
(kemampuan) dalam menguasai materi pelajaran matematika.
Presatasi belajar matematika ternyata juga dapat dicapai oleh siswa
yaitu melalui suatu strategi yang diterapakan dalam suatu proses pembelajaran
didalam kelas, yaitu strategi pembelajaran inkuiri.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang disajikan dalam pembahasan dapat
ditarik kesimpulan bahwa Strategi pembelajaran inkuiri dapat digunakan
untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran,
khususnya matematika, yaitu meliputi aspek: kemampuan mengemukakan
pendapat, kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan
pendapatnya setelah melakukan pengamatan, dan kemampuan menyimpulkan.
Pembelajaran inkuiri melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam
pembelajaran matematika dalam kelas sangat penting, karena melibatkan para
siswa dalam berbagai kegiatan belajar, dengan demikian siswa memperoleh
hasil belajar yang lebih baik dan peningkatan prestasi belajar matematika
dalam tugas dan ujian.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan tersebut dapat di ambil suatu implikasi bahwa
jika strategi Pembelajaran inkuiri diterapkan dalam proses pembelajaran
matematika maka dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar
matematika didalam kelas dan mampu meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Guru
a. Guru hendaknya memberikan pengarahan kepada siswa mengenai sikap
belajar yang positif dengan latihan dan pengalaman dari keadaan yang
tidak tahu menjadi tahu yang diukur melalui toleransi, kebersamaan,
gotong-royong, rasa setiakawan dan kejujuran untuk menciptakan suatu
pembelajaran yang efektif.
b. Guru memberikan motivasi, pembelajaran yang bervariasi agar siswa
tidak bosan dan merasa senang, tertarik dengan mata pelajaran, sehingga
tumbuh minat dalam belajar.
c. Guru lebih mempersiapkan secara matang cara membawa diri untuk
menciptakan suatu suasana kelas yang menyenangkan sehingga akan
terwujud suatu proses pembelajaran di dalam kelas yang baik sehingga
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Siswa
a. Siswa hendaknya memperbaiki sikap belajarnya baik di dalam sekolah
maupun di luar sekolah yang akan memebuat siswa mudah dalam
menerima pelajaran dan dapat meningkatkan prestasi.
b. Siswa hendaknya memiliki semangat belajar dengan cara berlatih terus
menerus dan berupaya untuk memahami ilmu yang disampaikan.
c. Siswa hendaknya lebih banyak mencari pengetahuan dari pengalaman
yang berhubungan dengan matematika agar lebih benar-benar memahami
materi dan bisa teringat lama dalam fikiran.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Pramesti. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe EVERYONE IS A


TEACHER HERE Dalam Upaya Untuk meningkatkan Keaktifan Siswa
Pada Himpunan. Skripsi: UMS(Tidak Diterbitkan).
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.Alfabeta.


Sanjaya, wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sutama. 2000. Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui
Pembenahan Gaya Mengajar di SLTP N 18 Surakarta. Yogyakarta:
Program Pasca Sarjana UNY.(Tidak Di Terbitkan)

http://hasannurdin.blogspot.com/2010/04/model-pembelajaran-matematika-
dengan.html

Anda mungkin juga menyukai