Oleh:
I Gede Indra Kumara, S. Ked (167008045)
Komang Surya Pradnyana, S.Ked (167008013)
Pembimbing:
dr. Ketut Tangking Widarsa, MPH
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-ILMU KEDOKTERAN
PENCEGAHAN (IKK-IKP)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2016
DAFTAR ISI
C. Identitas Keluarga
Tabel 1. Identitas Keluarga Kasus
No Nama L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Hub. dengan KK Ket.
KK 1 (Kasus)
1 I Nyoman Yasa L 39 th SMA PNS KK Kasus
2 Ni Wayan Alasih P 40 th SMA Ibu RT Istri KK
3 Nyoman Sari P 58 th SD Ibu RT Ibu Kandung KK
4 Nengah Sari P 49 th SD Serabutan Ibu Tiri KK
D. Pedigree
2 1 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
Keterangan:
1. Alm. Nyoman Arik
2. Nyoman Sari (58 tahun)
3. Nengah Sari (49 tahun)
4. I Wayan Witra Sena (41 tahun)
5. I Made Jaya Muda (40 tahun)
6. Wayan Meni (35 tahun)
7. I Nyoman Yasa (39 tahun)
8. Ni Wayan Alasih (40 tahun)
9. Ni Wayan Putri (27 tahun)
10. I Wayan Suwitra (30 tahun)
11. I Made Ardika (25 tahun)
12. Wayan Bagia (5 tahun)
13. Ni Wayan Anggi Putri (2 tahun)
E. Gambar Denah Rumah
1
4 5
6
7 7
8
2
9
10
12 11 10
Keterangan:
: Bangunan
C. Patofisiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae yang merupakan bakteri
gram positif bersifat tahan terhadap asam, berbentuk batang. Bakteri ini dapat tahan
terhadap suhu dingin. Mycobacterium leprae hidup secara intraseluler dan mempunyai
afinitas yang besar pada sel saraf dan sel dari sistem retikulo endotelial. Pada manusia,
kuman ini sering ditemukan pada mukosa hidung manusia. Sumber penularan kuman
mycobacterium leprae terjadi dengan cara kontak lama dengan pasien dan kemudian
bakteri masuk melalui saluran nafas atau mukosa kulit 1. Faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian kusta antara lain faktor imunitas, riwayat kontak lama dengan pasien
kusta, personal hygiene, kebersihan lingkungan, status sosial, dan kepadatan anggota
keluarga 3,4.
D. Faktor Resiko
Gejala dan tanda kusta di bagi menjadi dua yaitu gejala pada kulit dan gejala pada sistem
saraf antara lain sebagai berikut 1,5 :
1. Tanda-tanda pada kulit
- Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih dibagian tubuh
- Bercak yang tidak gatal dan Kulit mengkilap
- Adanya bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut
- Kulit melepuh tetapi tidak nyeri.
2. Tanda-tanda pada saraf
- Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka
- Gangguan gerak anggota badan atau bagian muka
- Adanya cacat (deformitas)
- Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.
E. Prognosis
Obat anti kusta yang banyak digunakan saat ini adalah DDS (diaminodifenil sulfon),
klofazimin,dan rifampisin. WHO juga menambahkan 3 antibiotik sebagai pengobatan
alternatif yaitu ofloksasin, minosiklin, klaritomisin. Antipiretik dan Analgetik Antipiretik
dan analgetik, seperti parasetamol dan metampiron, dapat diberikan untuk mengurangi
gejala demam atau nyeri sendi, baik pada pasien reaksi reversal maupun ENL 1.
III. KEGIATAN
A. Tujuan Kegiatan
Melakukan pendekatan secara personal dan holistik melalui anamnesis dan
pengamatan untuk mengetahui faktor penentu penyakit.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit.
Menjelaskan perjalanan penyakit.
Memberikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling mengenai
penyakit yang diderita pasien.
E. Riwayat Pengobatan
Pasien menjalani pengobatan sejak tahun 1998. Pasien rutin kontrol obat ke Poliklinik
Jiwa RSJ Provinsi Bali dan saat ini diberi obat yaitu Clozapin 1 x 100 mg dan floxetine.
F. Lingkungan Keluarga
Pasien merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Kakak dan adik pasien sudah
menikah dan memiliki anak dan tinggal di rumah yang berbeda. Kakak keempat pasien
dikatakan sudah meninggal. Pasien saat ini tinggal di rumah sendiri bersama istri dan
anaknya. Kedua orangtua pasien telah meninggal. Ayahnya meninggal saat pasien
berumur 3 tahun, ibunya meninggal saat pasien masih di bangku SMP. Terkadang pasien
berkunjung ke rumah saudaranya. Hubungan pasien dengan keluarganya dikatakan baik.
Pasien mengatakan keluarganya memiliki pengaruh besar terhadap kesembuhan pasien.
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNA
Vital Sign
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Temperatur axilla : 36,7oC
Status General
Kepala : normocephali
Mata : anemia -/-; ikterus -/-; reflek pupil +/+; isokor
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thoraks
Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+; ronkhi -/-; wheezing -/-
Abdomen : bising usus (+) normal; distensi (-)
+ + - -
Ekstremitas : Hangat edema
+ + - -
B. STATUS NEUROLOGI
GCS : E4V5M6
Kaku kuduk : tidak ada
++ ++
Reflek fisiologis
++ ++
- -
Reflek patologis
- -
555 555
Tenaga
555 555
N N
Tonus
N N
N N
Tropik
N N
C. STATUS PSIKIATRI
a. Deskripsi umum
Penampilan : pasien berpenampilan wajar, raut wajah tampak lesu.
Perilaku dan aktivitas motorik : perilaku tenang, sikap tubuh normal.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak verbal dan visual baik, saat
pemeriksaan pasien berbicara dengan lancar dan suara yang jelas. Semua
pertanyaan pemeriksa dijawab dengan baik oleh pasien.
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran jernih
d. Mood/afek
Depresi / appropriate
e. Proses Pikir
- Bentuk Pikir : logis dan realis; riwayat non logis dan non realis (+).
- Arus Pikir : koheren (+).
- Isi Pikir : waham tidak ada, riwayat waham curiga (+).
f. Pencerapan
Halusinasi visual (+) dan auditorik tidak ada riwayat (+); Ilusi tidak ada
g. Dorongan Instingtual
- Insomnia : tidak ada, riwayat (+)
- Hipobulia : tidak ada
- Raptus : tidak ada, riwayat (+)
- Percobaan bunuh diri : tidak ada
h. Psikomotor
Tenang saat pemeriksaan
V. LATAR BELAKANG KASUS
A. Analisis kondisi fisik dan psikis
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat kunjungan terakhir, kondisi fisik pasien
terlihat dari hal berikut ini:
Keadaan Umum
Pada saat pemeriksaan yang dilakukan pada saat kunjungan, Keadaan umum pasien
baik. Tidak dalam keadaan sakit, pucat, atau lemas. Hasil pemeriksaan vital sign
dalam batas normal nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 37,0 oC, tekanan darah
120/80 mmHg. Hasil pengukuran berat badan pasien yaitu 65 kg dengan tinggi badan
adalah 170 cm. Berdasarkan pengukuran tersebut, Body Mask Index (BMI) pasien
adalah 22,49 kg/m2 (normal).
Perjalanan Penyakit dan Keluhan
Dari perjalanan penyakitnya, kusta termasuk penyakit kronis, terbukti dengan pasien
sudah merasakan keluhan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Dari keluhan yang
dirasakan oleh pasien, sesuai dengan manifestasi klinis penyakit kusta yaitu adanya
bercak kehitaman, nodul, penurunan rasa raba dan nyeri.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah melakukan pengobatan dengan terapi kusta yaitu mengonsumsi MDT
selama 9 bulan dan menunjukkan hasil yang baik. Hal ini membuktikan bahwa
prognosis penyakit ini baik jika diobati secara cepat, tepat dan teratur.
Imunitas Tubuh
Kekebalan tubuh pasien dapat dikatakan cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari
seringnya pasien mengalami flu dan demam. Dalam satu bulan dikatakan pasien
mengalami flu kurang lebih 2 sampai 3 kali. Terakhir kali pasien mengalami flu dan
demam sekitar satu setengah bulan yang lalu
Higienitas Tubuh
Higienitas tubuh pasien dapat dikatakan kurang. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan
mandi, biasanya pasien mandi 2 kali tetapi paisien menggunakan 1 handuk dengan
istrinya. Air yang digunakan berasal dari air PAM. Pasien dikatakan jarang
mengganti baju yaitu memakai 1 baju dalam sehari dan mencuci baju 1 minggu
sekali.
Kondisi Psikis
Kondisi psikis pasien didapatkan dari anamnesis dengan menanyakan isi pikiran
pasien sejauh ini mengenai hal-hal yang mempengaruhi penyakit tersebut dan
persepsi pasien mengenai penyakitnya. Hasil dari anamnesis menyatakan bahwa
pasien memiliki kondisi psikis yang baik karena pasien menyadari bahwa
penyakitnya disebabkan oleh bakteri dan dapat disembuhkan serta bukan karena hal-
hal lain diluar medis dan pasien merasa bahwa kondisinya membaik setelah mencari
pengobatan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam pasien menyangkal adanya
masalah yang sedang dihadapi pasien dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat
maupun pekerjaan.
B. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dengan istri, ibu kandung, ibu tiri, 2 kakak kandung, 1 adik tiri, 1 keponakan
yang terdiri dari 2 KK berjumlah 8 orang. Hal ini dapat dikatakan lingkungan rumah pasien
tidak terlalu padat dengan luas rumah 10 are. Rumah pasien berada dibagian paling barat
pekarangan dekat dengan pintu masuk. Kamar pasien tidak mendapatkan pencahayaan
yang baik dan terkesan pengap dan gelap. Ventilasi dalam kamar pasien kurang baik karena
hanya ada satu jendela dan jarang dibuka sehingga sirkulasi udara dalam kamar pasien
tidak baik. Hal ini juga didukung dengan pasien tidur dengan istrinya dalam 1 kamar tidur
yang cukup sempit disertai dengan menumpuknya barang-barang di dalam kamar pasien.
Halaman rumah pasien cukup bersih namun sebagian dari halaman rumah pasien
belum ditanami rumput sehingga pekarangan yang berada di depan kamar pasien yang
belum ditanami rumput terlihat lembab. Pasien juga memiliki kandang ayam yang sudah
tidak terpakai. Keluarga pasien mengalirkan air limbah melalui pipa. Pasien sudah
memiliki jamban. Sampah biasanya dibuang di lahan kosong di barat rumah (teba).
Keluarga pasien sudah menggunakan air bersih yang bersumber dari PAM. Untuk air
minum setiap harinya keluarga pasien menggunakan air dari PAM, yang sudah dimasak
terlebih dahulu. Keluarga pasien masih menggunakan sistem ngerob yaitu menggunakan
satu dapur untuk seluruh anggota keluarga. Dapur yang dimiliki pasien kurang bersih dan
rapi, biasanya pasien menyimpan makanan di tempat penyimpanan yang tersedia di dapur ,
karena tidak memiliki kulkas pasien dan keluarganya harus mensiasati cara pengolahan
makanan. Pasien selalu memasak menggunakan kayu bakar.
D. Peran Keluarga
Keluarga mendukung pasien dalam proses kesembuhan pasien terbukti dari beberapa kali
pasien diantar ke puskesmas untuk berobat. Istri pasien juga ikut berperan dalam proses
penyembuhan pasien dengan menjaga kebersihan kamar dan membuka jendela setiap pagi.
Keluarga pasien juga rutin mengingatkan pasien untuk selalu kontrol ke puskesmas.
E. Permasalahan
Dari anamnesis didapatkan permasalahan yang dihadapi oleh pasien ialah:
- Pasien sudah menderita penyakit kusta selama 1 tahun.
- Pengetahuan dan sikap pasien tentang kusta tergolong masih kurang sehingga pasien
tidak mengerti untuk melakukan pencegahan penularan kepada istri dan keluarganya.
- Higienitas diri pasien masih rendah seperti jarang mengganti baju dan memakai
handuk bersama dengan istrinya.
- Lingkungan kamar pasien yang kurang pencahayaan dan ventilasi menyebabkan
memperlambat kesembuhan pasien.
- Lingkungan rumah pasien yang kurang bersih, sehingga pasien sangat rentan terhadap
penyakit.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan:
a. Pasien laki-laki (39 tahun) menderita kusta sejak Januari 2015. Penyebab dari penyakit
yang diderita oleh pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor (multi- faktor) yaitu faktor
imunitas, faktor kebersihan diri, dan faktor lingkungan.
b. Pengobatan pasien sudah cukup memperlihatkan hasil dapat dilihat dari keluhan pasien
yang sudah mulai berkurang.
c. Pasien teratur dalam mengkonsumsi obat dan rutin kontrol ke puskesmas.
VII. SARAN
a. Pencegahan Primer
Melakukan KIE ke keluarga pasien yang tinggal dalam satu pekarangan tentang
penyakit yang diderita pasien, mulai dari penyebab, gejala dan tanda, dan
pengobatandan tata cara pengobatannya serta pencegahan.
Menjaga asupan makann dengan mengkonsumsi makanan bergizi sehingga daya
tahan tubuh menjadi baik.
Melakukan KIE kepada pasien mengenai perjalanan dan kesembuhan penyakit kusta
sehingga pasien tidak khawatir akan kesembuhannya.
Menjelaskan tentang efek samping yang mungkin dirasakan pasien selama
pengobatan kusta agar pasien tidak merasa takut untuk meminum obat kusta.
b. Pencegahan Sekunder
Pasien diharapkan rutin untuk mengkonsumsi obat dan kontrol secara rutin, dan
melakukan pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan bakterioskopis sebulan
sekali atau minimal 3 bulan sekali.
Pemegang program P2PM dari UPT Kesmas Ubud I harus melakukan deteksi dini
kepada orang-orang yang berisiko terkena kusta (active case finding) agar bisa
mendapat penanganan yang cepat.
c. Peran Serta Keluarga
Dukungan dari keluarga sangat penting untuk kesembuhan pasien. Keluarga yang
tinggal dalam satu pekarangan dengan pasien harus di KIE tentang penyakit yang
diderita oleh pasien, sehingga dapat memberikan motivasi untuk semangat menjalani
pengobatan memerlukan waku lama. Keluarga juga sebagai pengawas minum obat
pasien (PMO) yang dalam hal ini adalah istri pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Depkes RI:
Jakarta (37-46).
2. Aisah, S. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
3. Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Nasional Tahun 2015. Depkes RI: Jakarta.
4. Muharry, A. 2014. Faktor Risiko Kejadian Kusta. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol,9,
No.2. Semarang: Universitas Negeri Semarang (174-182).
5. Mansyoer, A. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Penerbit FKUI. Jakarta.
DOKUMENTASI KEGIATAN