Anda di halaman 1dari 13

FIBROADENOMA MAMMAE

PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien
yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian
yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna
yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna
payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound ,
Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien.1,2

Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,
maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu, kebanyakkan dari
lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang tidak
diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah
sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi
untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif
serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan
kepada pasien.1,2

Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah
kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di
dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering
timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari
gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.3

DEFINISI
Tumor jinak payudara (fam) adalah benjolan pada payudara yang biasanya merupakan
gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong yang sifatnya
jinak dan tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh. FAM lebih banyak di derita oleh wanita
yang berumur sekitar 16 tahun 30 tahun. Yang perlu diperhatikan adalah jika ada benjolan
jangan langsung berpikiran yang seram seram apalagi langsung memvonis benjolan itu kanker,
selalu untuk berpikir positif.
Sifat benjolan pada tumor jinak payudara (FAM) adalah :

Biasanya berbentuk bulat menyerupai kelereng, jika bentuk tidak beraturan maka dicurigai tumor
ganas, konsistensi (kekerasan pada benjolan) kenyal seperti bakso karena berisi lemak, jadi jika
benjolan di tekan maka lembeknya seperti kita menekan bakso, jika keras seperti batu di curigai
tumor ganas.

ANATOMI
Gambaran Umum

Mammae adalah kelenjar kulit yang dimodifikasi, terletak di bagian anterior dan
termasuk bagian dari lateral thoraks. Kelenjar susu yang bentuknya bulat ini terletak di fasia
pektoralis. Mammae melebar ke arah superior dari iga dua, inferior dari kartilago kosta enam dan
medial dari sternum serta lateral linea mid-aksilaris. Kompleks nipple-areola terletak diantara
kosta empat dan lima. Terdapat Langer lines pada kompleks nipple-areola yang melebar ke luar
secara sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli bedah
dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae.Pada bagian lateral atasnya jaringan kelenjar
ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor payudara.3,4

Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus kelenjar yang setiap lobus terdiri dari beberapa
lobulus. Setiap lobulus kelenjar masing-masing mempunyai saluran ke papila mamma yang
disebut duktus laktiferus (diameter 2-4 mm). Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga
diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut
ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi bentuk untuk mammae.3,5

Vaskularisasi
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria interna; (2)
cabang lateral dari arteri interkostalis posterior; dan (3) cabang dari arteri aksillaris termasuk
arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri torakoakromial.4,5

AliranLimfa

Aliran limfe dari mamm ae kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10 sampai 90) buah kelenjar
getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Enam kelompok kelenjar limf
pada aksila yang diakui oleh ahli bedah adalah (1) kelompok vena aksila (lateral); (2) kelompok
mammaria eksternal (anterior atau pectoral); (3) kelompok skapular (posterior atau subskapular);
(4) kelompok sentral; (5) kelompok subklavikal (apical); dan (6) kelompok interpektoral
(Rotters node).4,5

PATOFISIOLOGI.

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam
mamary displasia.

Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas
jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan
stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik
yaitu :
1.FibroadenomaPericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2.Fibro adenomaintracanaliculare

Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Etiologi dan Epidemologi.

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebabsesungguhnya dari
fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruhhormonal sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari fibroadenomamammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma
dapat berubah padasiklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor
iniadalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekalitidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas.

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitupada usia sekitar
remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi
pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkanlaporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi
pada wanitadengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)wanita
mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadianfibroadenoma dapat terjadi pula
wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkansetelah menopause, tentunya dengan jumlah
kejadian yang lebih kecil disbanding pada usia muda.

Penyebab Gangguan
Peningkatan aktifitas estrogen yang absolut atau relatif
PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : payudara
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun
b. Jenis kelamin
c. Geografi
d. Pekerjaan
e. Hereditas
f. Diet
g. Stress
TANDA & GEJALA

1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak
jaringan ikat berwarna putih, kenyal
2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
3. Ada penekanan pada jaringan sekitar
4. Ada batas yang tegas
5. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )
6. Memiliki kapsul dan soliter
7. Benjolan dapat digerakkan.
8. Pertumbuhannya lambat.
9. Mudah diangkat dengan lokal surgery.
10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian.

PATOLOGI

Makroskopi: tampak bulat, elastis dan nodular, permukaan berwarna putih keabuan.

Mikroskopi: epitel proliferasi tampak seperti kelenjar yang dikelilingi oleh stroma fibroblastic
yang khas (intracanalicular f. dan pericanalicular f.).

PenegakanDiagnosa
Pada awalnya penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan
pemeriksaan fisik, kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada mammae) atau ultrasound
pada mammae apabila diperlukan. Yang paling pasti dan tepat dalam diagnosa terhadap
fibroadenoma mammae ini adalah penggunaan sample biopsi. Pengambilan sampel biopsi ini
dapat dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau dengan memasukkan jarum yang kecil
dan panjang untuk mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut.
Diagnosa terhadap FAM ini dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis,
ultrasonografi dan pengambilan sampel dengan penggunaan jarum. Penilaian klinis terhadap
benjolan payudara ini harus mempertimbangkan:

EMBRIOLOGI

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio,
yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu yang terbentang dari
aksila sampai ke region inguinal. Pada manusia, golongan primate gajah, dan ikan duyung, dua
pertiga kaudal dari garis tersebut segera menghilang dan tinggal bagian dada saja yang
berkembang menjadi cikal bakal payudara. Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi
pembesaran payudara unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang
disebut mastitis neonatorum ini disebabkan oleh berkembangnya system duktus dan tumbuhnya
asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya
kadar estrogen ibu didalam di dalam sirkulasi darah bayi. Setelah lahir, kadar hormone ini
menurun, dan ini merangsang hipofisis untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin inilah yang
menimbulkan perubahan pada payudara.

FISIOLOGI

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormone. Perubahan


pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,masa fertilitas sampai ke
klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesterone yang
diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya. asinus.2
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,terutama palpasi
tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang2
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel
alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke putting susu..

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI


EVALUASI

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau
efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :

Data Subjektif :
- Klien mengeluhkan rasa nyeri
- Meringis karena nyeri (facial mask of pain)
- Lemah dan istirahat kurang

Data Objektif :
- Gangguan tonus otot
- Gangguan prilaku
- Respon autonomic

Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :


- Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
- Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
- Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai
situasi individu. Independent :

1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 10)
dan upaya untuk mengurangi nyeri.
2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,
komunikasi
therapeutik melalui sentuhan.
4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai
kebutuhannya

Kolaborasi :
5. Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter
6. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

Pengendalian terhadap nyeri ;

1. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang
dilakukan.Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan
psikologi.
2. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
3. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan control
4.Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan
dalam ADLs.
5.Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit.
Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.
6. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit serta
perbedaan respon individu

Mengkaji riwayat nyeri

1. Menjelaskan pada pasien dampak nyeri dan pengaruh yang ditimbulkan akibat
Nyeri. Skala nyeri : 6 8
Ajarkan klien tehnik relaksasi.
2. Melakukan alih posisi dan menghindarkan penekanan pada daerah post op
Anjurkan klien tentang aktivitas diversional
3. Mengadakan tehnik komunikasi terapeutik dan melibatkan klien dalam pengelolaan
pengaturan pengurangan rasa nyeri.
Memberi arahan pada klien tentang pengurangan rasa nyeri.
4. Support klien dalam pengurangan nyeri dengan cara : meditasi, latihan peningkatan
relaksasi, petunjuk imagery, pengaturan latihan pernafasan.
Observasi vital signs T=110/70, N=76 x/menit, S=370C
5. Mendiskusikan hal-hal yang dapat dilakukan klien dalam penanganan nyeri
khususnya bila klien sudah kembali ke rumah
6. Pemberian obat analgetik tidak dilakukan karena tidak ada order dan indikasi yang
menunjang.

Evaluasi
S = Klien masih mengeluh adanya nyeri pada lokal incisi
Wajah klien menunjukkan rasa nyeri bila dareah lengan kiri dekat lokasi incisi digerakkan
Klien masih lemah
O = Respon Autonom +, perubahan prilaku - , Tonus otot tidak lemah
Klien melaporkan akan melakukan petunjuk yang disarankan perawat dalam penanganan
nyeri.
Klien mampu mengontrol dan membatasi ADLs.
A = Pengkajian tentang nyeri sangat vital baik subyektif &obyektif karena dipengaruhi pula
oleh pengalaman individu dan sosial budaya individu.
Nyeri merupakan sumber yang mengakibatkan ketidakpuasan dan gangguan kebutuhan
dasar manusia karena rasa nyaman terganggu.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana dan promote klien untuk berpartisipasi dalam
penanganan nyeri.

2. Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan


ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Verbalisasi perubahan pola hidup.
- Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.
- Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
- Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh
- Mengungkapkan keputus asaan.
- Mengungkapkan ketakutan ditolak
- Mengungkapkan kelemahan
Data Objektif :
- Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
- Mengurangi kontak sosial
- Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang
- Menolak penjelasan perubahan tubuh
- Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri Gambaran diri
berkembang secara positif dengan kriteria :
- Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
- Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
- Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
- Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
- Dapat menerima realita.
- Hubungan interpersonal adekuat. Independent :
Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif
kembali sesuai ADLs.
Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang
mengganggu aktivitas seksual
Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi.
Beri informasi/konseling sesering mungkin.
Beri dorongan/support psikologis.
Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata)
Refer klien pada kelompok program tertentu.
Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi ;
1. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal
proses penyelesaian masalah.
2. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam
mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.
3. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan
sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan.
4. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai
kebutuhan.
5. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan
selama periode tersebut.
6. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien guna
menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan
7. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan
kontak dengan klien lain dengan masalah sama.
8. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial ;
a. Melakukan diskusi dengan klien tentang pengaruh dan kegunaan dari
tindakan yang dilakukan serta dampak + tindakan tersebut untuk kehidupan
klien.
b. Kaji ulang tentang pengaruh dari tindakan yang dilakukan.
c. Dorong klien untuk mengantisipasi & adaptasi
3. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment.
Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :
- Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.
- Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi / meningkatkan
penyembuhan. Independent :
1. Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat
2. Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.
3. Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan
powder jika bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
4. Atur posisi sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
5. Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
6. Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk ;
* Efek-efek reaksi kulit dapat berupa kemerahan, gatal, kering, kelembaban
berkurang, hiperpigmentasi, koloid, cikatriks.
* Mencegah trauma / gesekan pada kulit.
* Iritasi / reaksi pada kulit dapat meningkat.
* Meningkatkan sirkulasi dan pencegahan tekanan pada jaringan / kulit.
* Mengurangi kerusakan jaringan pada area / lokal.
* Intervensi yang berbeda ini tergantung pada jenis-jenis agen yang
digunakan, misalnya :
1. Luka operasi dalam kondisi adekuat, tidak ada tanda-tanda inflamasi.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada klien dampak dari garukan pada lokal pos op.
3. Menyarankan pada klien untuk tidak memakai cream, lotion, powder pada area yang dioperasi
dan tidak memijat daerah tersebut.
4. Melakukan alih posisi sesuai kebutuhan klien dengan tanpa menekan pada daerah incisi.
Mengajarkan pada klien hal-hal yang penting dari alih posisi dan tehniknya.
5. Tidak dilakukan karena klien tidak menunjukkan indikasi pada penggunaan obat tersebut.
6. Menganjurkan klien untuk memberikan kompres pada daerah yang jauh dari area incisi dan
menghindari area jadi basal.
S = Klien mengemukakan tentang pengaruh pada kulit setelah operasi
O = Tampak perubahan akibat incisi pada jaringan +kulit sekitar area post
op. Integritas kulit masih baik. Tidak menunjukkan efek samping dan reaksi yang khusus pada
kulit. Palpasi : daerah yang jauh darri area incisi teraba hangat normal, tidak ada oedema.
A = Kondisi integritas jaringan / kulit akibat incisi penting dipertahankan
guna menurunkan komplikasi/mencegah side efek lanjutan.
P = Lanjutkan tindakan sesuai rencana.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan
yang dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru,
ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.
- Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.
- Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.
Data Objektif :
- Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.
- Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Klien mengenal
dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu dilakukan
dengan kriteria :
* Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa,
tindakan dan kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.
* Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.
* Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.
* Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.
* Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan. Independent :
* Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan
dan harapan mendatang dengan persepsi yang adekuat.
* Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan
penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.
* Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi
konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.
* Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.
* Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.
* Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status
kesehatannya.
* Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.
1.Validasi tingkat pemahaman dan identifikasi kebutuhan pembelajaran
serta memberi pengetahuan dasar sehingga klien dapat mengambil
keputusan sendiri untuk kesehatannya.
2. Menolong menyesuaikan diri dengan pengetahuan / informasi sehingga
dapat diserap dan menurunkan kecemasan serta dapat mengasimilasi
informasi.
3. Miskonsepsi tentang neoplasma akan mengganggu terhadap fakta-fakta
dan proses penyembuhan.
4. Meningkatkan kemampuan untuk memanage perawatan diri dan
menghindari potensial komplikasi, reaksi obat dsb.
5. Mencegah penambahan komplikasi, iritasi kulit dan pencegahan reaksi
selanjutnya.
6. Meningkatkan kompetensi perawatan diri dan optimalisasi tingkat
ketergantungan menurun.
7. Penambahan dan perubahan/ transisi di rumah dengan informasi yang
akurat tentang hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi.

Evaluasi dan umpan balik dari diagnosa perawatan yang diberikan berupa ROM , hal-hal
yang harus dihindari, breast care.
S = Klien menunjukkan partisipasi dan banyak bertanya tentang hal-hal yang berkaitan
dengan status kesehatannya.
O = Klien banyak bertanya tentang perawatan di rumah.
Persepsi klien +
Feed back +
Respons klien + terhadap tindakan yang diberikan.
Klien berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
A = Pengetahuan yang penting tentang dampak dari neoplasma sangat menolong dalan
menurunkan cemas dan meningkatkan self confidence pada klien.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana.

Anda mungkin juga menyukai