Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF An.

M DENGAN
TONSILITIS KRONIS DI OK 10 INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

Guna Memenuhi Tugas Peminatan Bedah


Program Profesi Ners

Diajukan Oleh:
Putra Agina Widyaswara Suwaryo

PELATIHAN UNIT KHUSUS KAMAR BEDAH


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2012
Lembar Pengesahan
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF An. M DENGAN


TONSILITIS KRONIS DI OK 10 INSTALASI BEDAH SENTRAL
RS PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

Telah disetujui pada Sabtu, 29 Desember 2012

Pembimbing Lahan

Sri Pangestuti Budi H, S.Kep.Ns

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Masalah kesehatan dari penyakit pada tonsil dan adenoid termasuk
penyakit yang paling banyak ditemukan pada populasi umum. Keluhan seperti
nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai
dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang
berkunjung ke pelayanan kesehatan terutama anak-anak.

Keluhan-keluhan infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorok dan


penyakit-penyakit telinga dapat disebabkan oleh karena gangguan dari tonsil
dan adenoid. Cincin Waldeyer yang tersusun dari jaringan limfoid berperan
sebagai daya pertahanan lokal dan surveilen imun. Seperti halnya jaringan
limfoid lain, jaringan limfoid pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi pada
masa kanak-kanak. Pada umur 5 tahun, anak mulai sekolah dan menjadi lebih
terbuka kesempatan untuk mendapat infeksi dari anak yang lain.

Lokasi tonsil pada saluran pernafasan dan pencernaan menyebabkan ia


tidak jarang terkena infeksi/menjadi sarang (fokal) infeksi, serta bisa juga
membesar dan mengganggu proses menelan/pernafasan, sehingga tonsilitis
kronis tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering dari semua
penyakit tenggorokan yang berulang.

Radang kronis yang terjadi pada tonsil ini dapat menimbulkan


komplikasi-komplikasi baik komplikasi ke daerah sekitar atau pun komplikasi
jauh.Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan

tonsil.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mencoba merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana melakukan asuhan
keperawatan perioperatif kepada An.M dengan kasus tonsillitis kronis.

C.RUANG LINGKUP
Permasalahan yang timbul pada bedah urologi cukup luas, sehingga penulis
mengambil judul Asuhan Keperawatan Periopertif Tonsilitis kronis pada
An.M di Instalasi Bedah Sentral RSUD Margono Soekardjo.
D.TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan asuhan keperawatanini adalah untuk
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan perioperatif Tonsilitis kronis di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Margono Soekardjo.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pre operasi tonsilitis kronis
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan intra operasi tonsilitis kronis
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan post operasi tonsilitis kronis

E.MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan
yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan
praktek dirumah sakit.

2. Bagi Rumah Sakit


Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan keperawatan perioperatif tonsilitis kronis, membantu untuk
mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian
Peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil yang pada
umumnya sering didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain, seperti
misal sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya.

Tonsilis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan


tidak jarang tonsil tampak sehat. Tapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan
membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan bila
tonsil ditekan keluar detritus.

B.Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease yang bekerja sama dengan Surgeon
General of the Army, dimana dari 169 kasus didapatkan :

1. 25 % disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa penyembuhan


tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.

2. 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan kenaikan titer


Sreptokokus antibodi dalam serum penderita.

3. Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa.


Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut:

1. Streptokokus hemolitikus Grup A


2. Hemofilus influensa
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada immunocompromise)
Faktor Predisposisi
1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

C.Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit waktu
menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang mungkin
tampak:

1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan


sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau
seperti keju.

2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti


terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang
melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.(5,12)

Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur


jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial
kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

Gambar Gradasi pembesaran tonsil


D.Diagnosis
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena hampir 50 %
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan
keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan,
nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan
nyeri pada leher.

2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.
Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus, kripta
membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul amat banyak terlihat pada
kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai kuburan dimana
tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada
kripta.

3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus
viridans, Stafilokokus, Pneumokokus.

E.Komplikasi
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.

b. Abses Peritonsilar (Quinsy)


Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi
berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus
kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus
paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus.

d. Abses retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi
pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih
berisi kelenjar limfe.

e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan
fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna
putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.

f. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)


Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil
membentuk bahan keras seperti kapur.

2. Komplikasi ke organ jauh


a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis

F.Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis
atau yang konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medis termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari
dan usaha untuk membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi/oral.
Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi
kronis/berulang.
Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan oleh
Celsus dalam De Medicina (10 Masehi), tindakan ini juga merupakan tindakan
pembedahan yang pertama kali didokumentasikan oleh Lague dari Rheims
(1757).

Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi yaitu


1. Obstruksi:
a. Hiperplasia tonsil dengan obstruksi.
b. Sleep apnea atau gangguan tidur.
c. Kegagalan untuk bernafas.
d. Corpulmonale.
e. Gangguan menelan.
f. Gangguan bicara.
g. Kelainan orofacial / dental yang menyebabkan jalan nafas sempit.
2. Infeksi
a. Tonsilitis kronika / sering berulang.
b. Tonsilitis dengan :
1) Absces peritonsilar.
2) Absces kelenjar limfe leher.
3) Obstruksi Akut jalan nafas.
4) Penyakit gangguan klep jantung.
c. Tonsilitis yang persisten dengan :
Sakit tenggorok yang persisten.
d. Tonsilolithiasis Carrier Streptococcus yang tidak respon terhadap terapi.
e. Otitis Media Kronika yang berulang.
3. Neoplasia atau suspek neoplasia benigna / maligna.
Indikasi tonsilektomi secara garis besar terbagi 2, yaitu :
1. Indikasi absolut
a. Tonsilitis akut/kronis berulang-ulang
b. Abses peritonsillar
c. Karier Difteri
d. Hipertrofi tonsil yang menutup jalan nafas dan jalan makanan
e. Biopsi untuk menentukan kemungkinan keganasan
f. Cor Pulmonale
2. Indikasi relatif
a. Rinitis berulang-ulang
b. Ngorok (snoring) dan bernafas melalui mulut
c. Cervical adenopathy
d. Adenitis TBC

e. Penyakit-penyakit sistemik karena Streptokokus hemolitikus: demam


rematik. Penyakit jantung rematik, nefritis, dll.
f. Radang saluran nafas atas berulang-ulang
g. Pertumbuhan badan kurang baik
h. Tonsil besar
i. Sakit tenggorokan berulang-ulang
j. Sakit telinga berulang-ulang
BAB III
TINJAUAN KASUS

I.PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Jumat, 21 desember 2012

Tempat : IBS

Jam : 09.30 WIB

Metode : anamnesa, observasi dan dokumentasi RM

Sumber : An. M

Oleh : Putra Agina WS

A.Identitas Pasien

Nama : An. M

Umur : 10 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pamijen - Sokaraja

Status : Anak kandung

Pekerjaan : Pelajar

Diagnosa Medis : Tonsilitis Kronis

No. RM : 870000
Tanggal masuk : 20 desember 2012
B.Penanggung Jawab

Nama : Ny. T

Umur : 38 tahun

Alamat : Pamijen - Sokaraja

Hubungan dg klien : Ibu An. M


C.Riwayat penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan takut
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan takut akan dioperasi, sempat bertanya sakit tidaknya
tindakan operasi dan lamanya operasi berlangsung. Penyakit ini sudah kambuh
> 10 kali per tahun, dan kambuhnya setelah minum es. Ketika kambuh diikuti
dengan demam.

3. Riwayat penyakit dulu


Pasien sering kambuh sejak 2 tahun terakhir dan hanya berobat ke yankes
terdekat.

4. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita seperti penyakit yang diderita pasien
sekarang

D.Sistem Tubuh
1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 20x/m, irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak
cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, hasil thorax.

2. Kardiovascular (B 2 : Bleeding)
100
TD /70mmHg, Nadi 90x/m, Suhu 36,3oC. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra
sistole/murmur tidak ada

3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik (15)
4. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 700 cc/24 jam, warna urine jernih kekuningan.
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Peristaltik 8x/m (normal), tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun
diare, klien buang air besar 1 x/hari

6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dekubitus
E.Keadaan Umum
Tanda tanda vital
Di Bangsal : TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Suhu 36,3oC
Di Ruang Pre Op : TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR 24x/m, Suhu 35,8oC
F.Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis (GCS = 15) Status gizi
: BB 24 Kg,

a. Kepala
Rambut pasien lurus, beruban, kulit kepala bersih
b. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tak ikterik.
c. Telinga
Bentuk daun telinga simetris, pendengaran terganggu (agak tuli).
d. Hidung
Cukup bersih, terdapat rambut hidung, tidak terdapat polip.
e. Mulut
Bibir dan mukosa mulut lembab, terdapat peradangan pada kedua tonsilnya
(tonsil palatina membesar diameter 2 cm).

f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan nodul limfe pada kedua sisi leher,
tidak terdapat peningkatan vena jugularis pressure (JVP).

g. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada benjoalan tulang costa saat pasien bernafas,
tidak ada nyeri tekan.

h. Abdomen
Tidak terdapat acites, hepar tidak membesar, tidak ada distensi abdomen,
terdapat benjolan dua jari diatas simfisis, tidak ada nyeri tekan.

i. Genetalia
Bersih, tidak ada penyakit kulit di area tersebut.
j. Ekstremitas
Atas : Turgor kulit elastis, tidak ada edema
Bawah : Simetris tidak ada kelemahan dan tidak terdapat edema.
Kekuatan Otot 5 5
5 5
G.Pemerikasaan Penunjang
1. Laboratorium Hematologi (20 desember 2012 jam 12.15 WIB)
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.7 g/dL 14.0 18.0
Leukosit 12080 /uL 4800 10800
Hematokrit 36 % 42 52
Eritrosit 4.8 10^6 /uL 4.7 6.1
Trombosit 340.000 /uL 150000 450000
MCV 75.3 26.6 fL pg 79.0 99.0
MCH 35.4 % 27.0 31.0
MCHC 13.4 % fL 33.0 37.0
8.9 11.5 14.5
RDW
7.2 11.1
MPV
2. Hitung Jenis (20 desember 2012 jam 12.15 WIB)
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Basofil 0.5 % 0.0 1.0
Eosinofil 3.3 % 2.0 4.0
Batang 0.00 38.0 % 2.00 5.00
Segmen 49.3 % 40.0 70.0
Limfosit 8.9 % 25.0 40.0
Monosit 12.2 % 2.0 8.0
40.9 11.5 15.5
PT detik detik
APTT 18 25 35
LED
Informed consent : Sudah
Gelang Identitas : Sudah

H.Therapy
Ampicilin 3 x 500mg
RL 12 tpm

I.Persiapan operasi
a. Pasien puasa 8 jam sebelum operasi, mulai jam 03.00 WIB.
b. Mencocokkan identitas pasien (nama, nomor medical record), gelang
pasien.
c. Cek hasil pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Rontgen dsb).
d. Pastikan inform consent dengan baik, persetujuan operasi dan persetujuan
anestesi lengkap.

e. Diruang persiapan pasien terpasang infus RL 12tpm ditangan kiri.

J.Data Fokus
1.Pre Operasi
Pasien mengatakan takut akan dioperasi, bertanya sakit tidaknya tindakan
operasi dan lamanya operasi berlangsung.

Tanda tanda vital:


Di Bangsal : TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m, Suhu 36,3oC
Di Ruang Pre Op: TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR 24x/m, Suhu
35,8oC
2.Intra Operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 21 desember 2012 di OK X IBS RS
Margono Soekardjo Purwokerto, pasien dibawa ke ruang operasi
dibaringkan dimeja operasi pada jam 10.00 WIB dengan posisi supinasi,
menggunakan electro surgical unit (couter) bipolar. Pasien dibius
menggunakan general anestesi ETT no 4,5. Tanda tanda vital :

Nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 35 oC.


A (Airway) : terpasang Endo Traceal Tube no 4.5, O2 8 liter/m
B (Breathing) : RR 18x/m, SaO2 100%
C (Circulation) : wajah tidak pucat, CRT 3, Nadi 84 x/menit,
RR 20 x/menit, suhu 35 oC
Cairan : Input RL 300 cc
Output urine - cc, perdarahan 150 cc

3.Post Operasi
An. M dipindahkan dari ruang operasi ke RR jam 11.15 WIB dengan posisi
SIM

a. Status Sirkulasi
100
TD : /80 mmHg
Nadi : 88 x /menit

Respirasi : 24 x/menit
Tidak tampak adanya sianosis, turgor baik, akral terasa hangat.
b. Status Respirasi
Pasien terpasang binasal kanul dan mendapat therapy O2 2 l/menit.
c. Status Neurologis
Pasien sudah membuka mata ketika dipanggil, namun belum
sadar penuh. Penilaian Steward Score
No. Kriteria Nilai Hasil
1. KESADARAN
Menangis 2
Respon terhadap stimulus/rangsangan Tidak 1
bereaksi 0
2. PERNAFASAN
Bangun atas dasar perintah, menangis, batuk 2
Mempertahankan jalan nafas dengan baik 1
Perlu bantuan untuk mempertahankan 0
3. GERAKAN
Menggerakkan anggota badan dengan tujuan 2
Gerakan tanpa tujuan Tidak 1
bergerak 0
JUMLAH 5
* Keterangan :
1) beri tanda () pada kriteria yang ada pada pasien saat dikaji
2) nilai normal Steward Score 5

II.Analisa Data

No Tanggal Data Fokus Masalah Penyebab


Pre Operasi Ds:
1 21 des Pasien mengatakan takut akan Ketakutan Prosedur
dilakukan operasi. pembedahan
2012
Do : yang akan
Pasien tampak bingung dan gelisah, Di dilakukan
09.30 WIB Bangsal:
TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR
20x/m, Suhu 36,3oC Di
Ruang Pre Op:
TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR
24x/m, Suhu 35,8oC
2 10.00 WIB Intra Operasi
Ds: - Do: Resiko Penggunaan
Pasien terpasang couter, combustio electro
menggunakan electro surgical unit surgical unit

Post Operasi
3 11.15 WIB Ds: - Do:
Perdarahan
Pasien belum sadar penuh, terpasang O2 2 Resiko
l/m binasal kanul, perdarahan aspirasi post op TE
intra operasi 150 cc

Ds:- Do:
Pasien belum mampu menggerakan Proses
Resiko
4 11.20 WIB anggota badan, terlihat lemas pemindahan
cedera
pasien

III.Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi
Ketakutan b.d. prosedur pembedahan yang akan dilakukan.
2. Intra Operasi
Resiko combustio b.d. penggunaan electro surgical unit
3. Post Operasi
Resiko aspirasi b.d. perdarahan post op TE
Resiko cedera b.d. proses pemindahan pasien
IV.Intervensi Keperawatan

No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional


1 Ketakutan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji dan dokumentasi tingkat ketakutan pasien 1. Mengetahui tingkat ketakutan
b.d. prosedur selama 1x10 menit diharapkan ketakutan 2. Jelaskan informasi tentang prosedur, sensasi pasien
pembedahan pasien berkurang dengan kriteria hasil: yang biasanya dirasakan ketika operasi. 2. Memberikan pemahaman terkait
yang akan Indikator Tujuan Awal 3. Berikan informasi yang faktual terkait diagnosis prosedur operasi yang akan
dilakukan a. Pasien tidak gelisah 2 3 dan tindakan operasi yang dilakukan dilaksanakan
b. TTV dalam batas normal 2 3
Keterangan : 4. Anjurkan pasien untuk rileks dan terlebih 3. Mengurangi ketakutan pasien
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat dahulu berdoa sebelum tindakan operasi dimulai 4. Memberikan kondisi rileks
)
5. Memonitor TTV. 5. Mengetahui perkembangan TTV
pasien
1. Pasang plate (isolator switch board)
2. Cek perlengkapan mesin electro surgical unit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang akan digunakan
Resiko selama operasi berlangsung 1x60 menit 1. Berfungsi sebagai elektroda
2 3. Gunakan tegangan sesuai kebutuhan
combustio diharapkan tidak terjadi combustion dengan kembali (isolator)
b.d. kriteria hasil: 2. Memperlancar jalannya operasi
Indikator Tujuan Awal
penggunaan
a. tidak ada luka bakar 1 3
3. Mencegah terjadinya combustion
electro b. operasi berjalan lancar 1 3 pada jaringan
surgical unit Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )
1. Berikan O2 binasal kanul sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Gunakan suction secara benar
Resiko aspirasi selama operasi berlangsung 1x15 menit 3. Posisikan pasien SIM
1. Mempertahankan kebutuhan O2
3 b.d. diharapkan tidak terjadi aspirasi dengan 2. Menghisap lendir
perdarahan kriteria hasil:
(mempertahankan jalan nafas tanpa
post op TE Indikator Tujuan Awal
merangsang area post OP TE)
a. jalan nafas efektif 1 3
b. tidak ada aspirasi 1 3 3. Mencegah terjadinya aspirasi
Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )
4 Resiko cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pelindung pada bed disebelah kanan
b.d. selama operasi berlangsung 1x10 menit dan kiri
proses diharapkan tidak terjadi aspirasi dengan 2. Pindahkan pasien dengan hati-hati 1. Mencegah pasien jatuh dari sebelah
pemindahan
kriteria hasil: 3. Siapkan minimal 2 personil saat memindahkan kanan-kiri bed
pasien Indikator Tujuan Awal pasien 2. Mengurangi resiko cedera
a. tidak ada luka/ cedera 1 3
4. Gunakan easy move 3. Mempermudah mobilisasi
Keterangan :
( 1-5 : tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat ) 5. Sejajarkan tempat tidur pasien dengan tempat 4. Mempermudah proses pemindahan
tidur yang akan ditempati pasien
5. meminimalkan

V.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Dx Tgl / Jam Implementasi Respon Evaluasi


1 21 des 2012 1. Menjelaskan informasi tentang prosedur, 1. Pasien mengerti dengan S : pasien mengatakan cemas berkurang
sensasi yang biasanya dirasakan ketika penjelasan yang disampaikan O: pasien tidak gelisah, TD 100/70mmHg,
09.30WIB operasi dan informasi yang faktual terkait 2. Pasien terlihat lebih rileks nadi 8x/m, RR 20x/m, suhu 36oC A:
diagnosis dan tindakan operasi yang setelah dijelaskan tindakan yang masalah teratasi
dilakukan akan dilakukan dan berdoa Indikator Tujuan Awal Akhir
2. Menganjurkan pasien untuk rileks dan 3. TD 100/70mmHg, nadi 84x/m, RR a. Pasien tidak gelisah 2 3 2
terlebih dahulu berdoa sebelum tindakan 20x/m, suhu 36oC b. TTV dalam batas 2 3 2
operasi dimulai normal

3. Memonitor TTV. P : pertahankan intervensi


1. plate terpasang bawah kaki kiri
(bagian betis)
1. Memasang plate (isolator 2. mesin ESU lengkap dan siap
switch board) digunakan S: -
2. Mengecek perlengkapan mesin electro 3. frekuensi tegangan yang O: plate terpasang, ESU lengkap, tidak ada
surgical unit (ESU) yang akan digunakan digunakan adalah 25 watt luka bakar, frekuensi tegangan 25 watt A:
3. Menggunakan frekuensi tegangan sesuai masalah teratasi
kebutuhan Indikator Tujuan Awal Akhir
a. tidak ada luka bakar 1 3 1
b. operasi berjalan lancar 1 3 1
P : pertahankan intervensi

1. Memberikan O2 binasal kanul sesuai 1. O2 2 l/m diberikan binasal kanul S:-


kebutuhan 2. Lendir dihisap menggunakan O: O2 2l/m diberikan binasal kanul, lendir
2. Menggunakan suction suction dalam rongga mulut sudah dihisap, kepala
3. Memposisikan pasien dengan kepala 3. Kepala pasien ekstensi pasien ekstensi, tidak terjadi aspirasi
ekstensi A: masalah teratasi
Indikator Tujuan Awal Akhir
a. jalan nafas efektif 1 3 1
b. tidak ada aspirasi 1 3 1
P : pertahankan intervensi

1. Terpasang pelindung pada bed S: -


1. Menggunakan pelindung pada bed disebelah kanan-kiri O: tidak ada luka cedera, terpasang
disebelah kanan dan kiri 2. Pasien dipindahkan dengan hati- pelindung pada bed kanan-kiri. A:
2. Memindahkan pasien dengan hati-hati hati masalah teratasi
Indikator Tujuan Awal Akhir
3. Menyiapkan minimal 2 personil saat 3. Ada 2 personil
memindahkan pasien saat memindahkan pasien a. tidak ada luka/ cedera 1 3 1

4. Menggunakan easy move 4. Menggunakan easy move saat P : pertahankan intervensi


5. Menyejajarkan tempat tidur pasien memindahkan pasien
dengan tempat tidur yang akan ditempati 5. Tempat tidur pasien sejajar
dengan tempat tidur yang
akan ditempati
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada pasien bernama An.M pada tanggal 21 desember


2012. Pasien masuk keruang IBS RSMS purwokerto pukul 09.30 WIB. Pasien
An.M mengatakan takut akan dioperasi, sempat bertanya sakit tidaknya tindakan
operasi dan lamanya operasi berlangsung. Penyakit ini sudah kambuh > 10 kali
per tahun, dan kambuhnya setelah minum es. Ketika kambuh diikuti dengan
demam.

Tanda tanda vital di bangsal: TD 100/70mmHg, Nadi 90x/m, RR 20x/m,


Suhu 36,3oC dan di Ruang Pre Op: TD 110/70mmHg, Nadi 98x/m, RR 24x/m, Suhu
35,8o Dari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul
adalah Ketakutan berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan
dilakukan, perubahan status kesehatan. Menurut Nanda (2006) ketakutan adalah
respon yang mempersepsikan ancaman yang secara sadar ataupun diakui sebagai
suatu bahaya.

Saat akan dilakukakan operasi, pembiusan dilakukan dengan general


anestesi, pasien terpasang ETT no 4.5 saturasi O2 100% dan mendapat terapi O2 8
liter/menit. Pasien terpasang netral couter, sehingga dapat diambil masalah
keperawatan resiko combustio b.d penggunaan mesin electro surgical unit. Namun
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi berlangsung s/d selesai
combustio pada pasien tidak terjadi.

Pasien masuk recovery room (RR) dalam keadaan belum sadar penuh.
Pasien terpasang O2 binasal kanul 2 l/m. Dari keadaan tersebut dapat diambil
masalah keperawatan resiko aspirasi karena pasien dilakukan general anestesi.
Selain itu dengan kondisi yang belum sadar penuh tidak memungkinkan pasien
untuk bergerak, sehingga masalah keperawatan resiko cedera baik diam ditempat
tidur maupun saat pemindahan pasien diambil.
BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN
1. Pada pre ditemukan masalah keperawatan ketakutan berhubungan dengan
prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

2. Pada intra ditemukan masalah keperawatan resiko combustio


berhubungan dengan penggunaan mesin electro surgical unit

3. Pada post operasi ditemukan diagnose keperawatan resiko aspirasi


berhubungan dengan perdarahan post op TE dan resiko cedera b.d proses
pemindahan pasien.

B.SARAN
1. Sebaiknya pasien pre operasi yang mengalami ketakutan dapat dialihkan
perhatiannya dari tersebut dengan cara mengajaknya berkomunikasi atau
music hipnoteraphy bila ada, dan dianjurkan untuk selalu berdoa
menjelang tindakan operasi

2. Pantau terus perdarahan yang keluar selama operasi berjalan, dan


perhatikan cairan yang masuk lewat infuse

3. Pindahkan pasien dengan lebih hati-hati dan tidak gugup


4. Pantau selalu posisi pasien (harus dalam posisi SIM) sampai pasien sadar
penuh
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2,


Penerbit EGC.

Junadi, Purnawan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III. penerbit FKUI,
Jakarta.

NANDA.2006. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006.


Philadelphia. Ed Budi Santosa: Prima Medika

Price, Sylvia A.1998. Patofisiologi, jilid 2, Penerbit EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin.1998. Standar Perawatan Pasien. Penerbit buku


kedokteran, EGC. Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan


Kriteria NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai