Lap Fam Bedah
Lap Fam Bedah
I. Definisi
II. Etiologi
Kemungkinan penyebab adalah
a. Sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen.
b. Peningkatan aktifitas estrogen yang absolut atau relatif.
c. Genetik
d. Faktor faktor yang redisposisi : - Usia
- Jenis kelamin
- Geografi
- Pekerjaan
- Hereditas
- Diet
- Stres
- Lesi prekanker
IV. Patofisiologi
Peningkatan estrogen
Sensifites jaringan setempat
Struma : proliferasi fibroblest
V. Pemeriksaan
1.Pemeriksaan klinis.
a. Status umum.
b. Status penampilan.
c. Status penyakit.
Penyakit utama.
- Keluhan utama dan lain-laun keluhan serta sejak kapan.
- Riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang
telah diberikan).
- Faktor etiologi atau faktor resiko.
- Keadaan tumor lokal (topografi) tumor (T).
- Ada atau tidaknya metastase (nodus) regional (N).
- Ada atau tidaknya metastase jauh (M).
- Stadium kanker (sistim TNMUICC, 1987).
Komplikasi penyakit.
Penyakit sekunder.
2.Pemeriksaan penunjang klinis :
Bila pada pemeriksaan klinis jelas suatu tumor jinak, pemeriksaan
penunjang klinis dilakukan seperlunya.
X-foto thorak.
USG mamma atau mammografi.
Sitologi pada cairan puting susu.
Darah, urin, SGOT, SGPT.
3.Pemeriksaan sitologis atau patologis :
FNA.
Biopsi VC atau PC atau dari spesimen operasi.
VII. Terapi
1. Eksis tumor, dengan anastesi lokal atau umum, spesimen operasi periksa
patologis.
2. Insisi pembukaan / pembedahan dianjurkan melalui garis sirkum areoler.
I. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
1. Identitas
Perlu dikaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku atau bangsa, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling menonjol pada klien FAM adalah benjolan
pada payudara dan terasa nyeri bila di tekan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah hal-hal apa yang menyebabkan klien masuk RS
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya atau pernah punya penyakit yang menular sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, menular,
kronis atau keturunan.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Bagaimana dan berapa kali klien mandi, menggosok gigi, bagaimana
tindakan klien apabila klien sakit.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Bagaimana makannya, berapa banyak, kombinasi makannya.
c. Pola eliminasi
Bagaimana frekuensi BAB dan BAKnya, berapa kali sehari.
d. Pola istirahat dan tidur
Tidur klien tidak mengalami gangguan ( 6-7 jam / hari), berapa jam
klien tidur, mulai jam berapa dan bagaimana tidurnya.
e. Pola aktivitas dan latihan
Apa kegiatan klien sehari-hari sebelum dan selama sakit.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang dideritanya,
biasanya klien dengan FAM akan mengalami gangguan persepsi diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada klien FAM tidak mengalami gangguan kognitif tapi pada
pola sensori klien kadang mengalami nyeri bila ditekan
h. Pola reproduksi seksual
Pertumbuhan FAM akan cepat biasanya pada saat klien dalam masa
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause akibat rangsangan
estrogen yang meninggi.
i. Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien stress dan bagaimana cara
klien mengatasinya.
j. Pola hubungan peran
Adanya perasaan stres karena penyakit yang dideritanya sehingga
dukungan keluarga sangat berarti untuk mengatasi stress.
k. Pola tata nilai dan keperacayaan
Biasanya pada klien FAM tidak ada perubahan dalam melaksanakan
ibadah.
7. Pemeriksaan fisik
I. Keadaan umum
Biasanya pada klien FAM keadaan umum baik
II. Kepala
Biasanya pada klien FAM jarang ditemukan pembesaran pada leher,
rambut tidak rontok.
III. Sistem integumen
Turgor kulit baik.
IV. Sistem respirasi
Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : dispnoe, kering, batuk non
produktif.
V. Sistem kardiovaskuler
Lakukan pemeriksaan EKG, kaji tanda CHF
VI. Sistem genitourinaria
Kaji frekuwensi BAK, hatikan bau, warna, kekurahan urine
VII. Sistem muskuluskeletal
VIII. Sistem endokrin
IX. Sisten persyarafan
Tidak ditemukan adanya gangguan pada motorik dan sensorik
III. PERENCANAAN
a. Diagnosa I
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya dan prosedur pembedahan ditandai dengan pasien menanyakan
prosedur pembedahan.
Tujuan : mengerti tentang prosedur pembedahan
Kriteria Hasil : 1. Klien bisa menjelaskan prosedur pembedahan]
2. Klien kooperatif selama dilakukan tindakan
Intervensi
1. Kaji tingkat pemahaman pasien
R/ untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan klin tentang prosedur
pembedahan.
2. Jelaskan tentang prosedur pembedahan
R/ agar klien mengetahui lebih jelas tetang prosedur pembedahan yang
tidak ia ketahui.
3. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
R/ membantu klien memahami apa yang tidak ia ketahui.
4. Minta klien untuk menjelaskan kembali tentang prosedur pembedahan.
R/ untuk mengetahui sejuh mana klien mengerti penjelasan yang kita
lakukan.
b. Diagnosa 2
Katakutan / ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan /
ancaman kematian ditandai dengan keluarnya keringat dingin, jantung
berdebar.
Tujuan : klien tidak merasa takut / cemas
Kriteria hasil : 1. klien lebih tenang.
2. klien lebih percaya diri
IV. PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan adalah merupakan perwujudan diri rencana tindakan
yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah
klien secara optimal (Effendi, 1995).
V. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Medik Farmasi dan Terapi RSUD. Dr. Soetomo. 1994. Pedoman
Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah. Surabaya.
Staf Penganjar Bagian Patologi Anatomik FKUI. 1973. Patologi. Jakarta.
Lismidar, Dkk. Proses Keperawatan, Jakarta : Universitas Indonesia , 1990
Sumito Arkanda, Ringkasan Ilmu Bedah. PT. Ulna Aksara, Jakarta, 1987