Benda Asing Telinga Ranti Verdiana Dan Inayah Afrilia
Benda Asing Telinga Ranti Verdiana Dan Inayah Afrilia
Oleh :
PRESEPTOR:
dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Korpus Alienum pada Telinga. Laporan kasus ini ditujukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL
sebagai preseptor yang telah membantu dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca
demi kesempurnaan laporan kasus ini. Penulis juga berharap laporan kasus ini
dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang
Korpus Alienum pada Telinga terutama bagi penulis sendiri dan bagi rekan-
rekan sejawat lainnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
i
DAFTAR ISI..............................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
1
2.1 Anatomi Telinga Luar...........................................................................................
2
2.2 Definisi.................................................................................................................
5
2.3 Epidemiologi........................................................................................................
5
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko...................................................................................
6
2.5 Manifestasi Klinik................................................................................................
6
2.6 Diagnosis..............................................................................................................
7
2.7 Diagnosis Banding...............................................................................................
7
2.8 Tatalaksana...........................................................................................................
7
2.9 Komplikasi...........................................................................................................
9
BAB III LAPORAN KASUS.....................................................................................
11
BAB IV DISKUSI......................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
24
DAFTAR GAMBAR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial
pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari celah
brankial pertama ektoderm. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga
akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini.1,2
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).2
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan
tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di
depan terhadap liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di
belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan
ke lateral menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian
berjalan di bawah liang teling untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang
telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf fasialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.2
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1
Gambar 2.1 Anatomi Telinga1
2.7 Tatalaksana
Benda asing di telinga sangat berisiko terjadi morbiditas karena ukurannya
yang kecil dan liang telinga luar terdiri dari bagian tulang rawan dan bagian tulang
yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat
sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum.
Selain itu, liang telinga dipersarafi oleh banyak serabut saraf seperti nervus vagus,
nervus mandibularis dan sejumlah kecil nervus fasialis. Hal ini menunjukkan
sensitivitas dari liang telinga sangat tinggi sehingga bisa menimbulkan rasa nyeri
yang hebat jika upaya ektraksi tidak hati-hati, apalagi usaha mengeluarkan benda
asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam.1,9
Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
benda asing keluar. Jika terbukti ada infeksi dan abrasi setelah ekstraksi, beri
kombinasi antibiotik dan steroid tetes telinga 5x/hari selama 5-7 hari.10
2.7.2 Metode
Prosedur pengangkatan benda asing perlu diperhatikan agar tindakan yang
dilakukan tidak mendorong benda asing lebih dalam. Bila kurang hati-hati dapat
berisiko menimbulkan trauma dan merusak membran timpani atau struktrur
telinga tengah. Anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh anak dan
kepala tidak dapat bergerak bebas. Bila binatang di liang telinga masih hidup
harus dimatikan terlebih dahulu dengan memasukkan tampo basah ke liang telinga
lalu diteteskan cairan (misalnya larutan rivanol/obat anestesi lokal) lebih kurang
10 menit, setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan
air bersih yang hangat.11,1
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing di telinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter.11
2.7.2.3 Suction
Amati benda asing dengan otoskop, buka lensa otoskop, dan secara hati-
hati masukkan kateter suction ke lubang otoskop. Secara gentle, tarik benda asing
keluar segera setelah benda asing melekat.10
2.7.2.4 Anestesi
General anestesi dilakukan jika prosedur ekstraksi gagal setelah dilakukan
berulang kali. Selain itu, hal ini dilakukan jika pasien tidak kooperatif.10
2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebanyak 22% dari kasus yang ditemukan terkait
dengan benda asing. Oleh karena itu, benda asing harus ditangani secara benar.
Komplikasi akut dari pengeluaran benda asing meliputi abrasi liang telinga,
perdarahann, infeksi, dan perforasi membran timpani. Komplikasi yang muncul
belakangan bila partikel benda asing lama berada di liang telinga atau partikel
benda asing yang masih tertinggal setelah ekstraksi dapat memicu terjadinya
granuloma.12,10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fornazieri, komplikasi yang
paling sering terjadi yaitu laserasi liang telinga, diikuti perforasi membran timpani
dan otitis eksterna.12
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Umur : 56 tahun
No MR : 948197
Pekerjaan : Wirawasta
Alamat : Padang
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Rasa tertinggal kapas cotton bud di telinga kanan 5 jam sebelum masuk rumah
sakit
- Rasa tertinggal kapas cotton bud di telinga kanan 5 jam sebelum masuk
rumah sakit
- Sebelumnya pasien mengorek telinga kanan dengan cotton bud, tiba-tiba
debu dan cuaca dingin tidak ada, keluar cairan dari hidung tidak ada,
tenggorok tidak ada, rasa sumbatan di leher tidak ada, suara serak tidak
ada.
- Nyeri kepala tidak ada, nyeri daerah sekitar muka tidak ada, penglihatan
Riwayat kemasukan kapas atau benda asing lainnya ke dalam telinga tidak ada
Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat kemasukkan benda asing ke dalam
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Suhu : Afebris
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normochepal
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun telinga Radang Tidak ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Dinding liang Cukup lapang (N) Sulit dinilai Cukup lapang
telinga Sempit Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tampak benda asing Tidak ada
berupa kapas
Ada / Tidak Ada Tidak ada
Sekret/serume Bau Ada Tidak ada
n Warna Kuning kecoklatan Tidak ada
Jumlah Sedikit Tidak ada
Jenis Lembek Tidak ada
Membran timpani
Warna Sulit dinilai Putih mutiara
Reflek cahaya Sulit dinilai Ada, arah jam 7
Utuh Bulging Sulit dinilai Tidak ada
Retraksi Sulit dinilai Tidak ada
Atrofi Sulit dinilai Tidak ada
Jumlah perforasi Sulit dinilai Tidak ada
Perforasi Jenis Sulit dinilai Tidak ada
Kuadran Sulit dinilai Tidak ada
Pinggir Sulit dinilai Tidak ada
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis
Rasa tertinggal kapas cotton bud di telinga kanan 5 jam sebelum masuk
rumah sakit
Sebelumnya pasien mengorek telinga kanan dengan cotton bud, tiba-tiba
Pemeriksaan Fisik :
Telinga:
Tatalaksana:
Tatalaksana Umum
Tatalaksana Khusus
telinga kanan cukup lapang, membran timpani utuh, refleks cahaya ada
arah jam 5, laserasi tidak ada, ekskoriasi tidak ada, benda asing tidak ada,
Prognosis
BAB IV
DISKUSI
Korpus alienum atau benda asing dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat
darurat.
Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda hidup atau benda mati berupa organik maupun non organik. Benda
asing pada telinga yang sering ditemukan pada anak kecil yaitu kacang hijau,
manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang
relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek
api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut
atau nyamuk.
Pada kasus ini, ditemukan benda asing berupa cotton bud pada liang
telinga kanan pasien yang dari anamnesis diketahui pasien sebelumnya mengorek
telinga. Pada kasus ini sesuai dengan benda asing yang paling sering ditemukan
kapas cotton bud di telinga kanan 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya
pasien mengorek telinga kanan dengan cotton bud, tiba-tiba kapas cotton bud
telinga kanan tampak massa berwarna putih berupa kapas di liang telinga,
kiri didapatkan liang telinga lapang, membran timpani utuh berwarna putih
ini tidak ada dikarenakan pada pemeriksaan dengan otoskop sudah jelas
didapatkan adanya benda asing berupa kapas di dalam liang telinga kanan.
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter. Pada pasien ini tatalaksana khusus yang dilakukan adalah
dilakukan ear toilet untuk membersihkan serumen yang ada, yaitu dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada cotton applicator karena konsistensi serumen
didapatkan liang telinga kanan cukup lapang, membran timpani utuh, refleks
cahaya ada arah jam 5, laserasi tidak ada, ekskoriasi tidak ada, benda asing tidak
berupa edukasi, yaitu menjelaskan bahwa kapas ditemukan di liang telinga kanan
dan sudah diekstraksi dari liang telinga kanan. Kemudian, menjelaskan agar
pasien tidak melakukan kebiasaan mengorek telinga. Bila telinga terasa gatal atau
Terakhir, menjelaskan kepada pasien bila ada benda asing yang masuk ke dalam
telinga, sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit untuk dikeluarkan dan jangan
1. Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
2. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan
THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.
3. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu Univ Med J. 2012;38(2):4-
8
4. Gomes JM, Andrade JSC, Matos RC, et al. ENT foreign bodies: profile of the
cases seen at a tertiary hospital emergency care unit. Braz J Otorhinolaryngol.
2013;79(6):699-703.
5. Chai et al dalam Al-Juboori AN. 2013. Aural Foreign Bodies: Descriptive
Study of 224 Patients in Al-Fallujah General Hospital, Iraq. Hindawi
Publishing Corporation International Journal of Otolaryngology Volume
2013; p 1-4
6. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone Gathers no Moss!
Asymptomatic Long-Standing Foreign Body in the External Ear- A Case
Report. International Journal of Basic and Applied Medical Sciences.
2014;4(1):7-9.
7. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital
Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.
8. Pagrani M dan Mohan C. 2013. An unusual foreign body in ear Indian
Journal of Otology July 2013 Vol 19 Issue 3; p 149-51
9. Chinski A, Foltran F, Gregori. Foreign bodies in the ears in children: the
experience of the Buenos Aires pediatric ORL clinic. The Turkish Journal of
Pediatrics. 2011; 53:425-429.
10. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2015.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada
tanggal 9 Mei 2015.
11. Kwong AOK, et al. Ear Foreign Body Removal Procedures. 2014. Diakses
dari http://emedicine.medscape.com/article/80507-overview pada tanggal 9
Mei 2015.
12. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External
Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., So
Paulo Brazil. 2010;14(1):45-49.