Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN ILMU

KESEHATAN KOMUNITAS DAN


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
LAPORAN
Desember 2016

Laporan dan Pemecahan Masalah Kesehatan


Kerja di Rumah Sakit Anutapura

Oleh:
Aprilla Handayani, S.Ked
Zulkifli Maku, S.Ked
Nurholis Madjid, S.Ked

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATANKOMUNITAS DAN
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya
perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah
sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu
dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-
infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di rumah sakit juga harus memperhatikan keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk
kedalam program patient safety.1
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber best practices yang
berlaku secara Internasional, seperti National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), the US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data
tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The
National Safety Council (NSC), 41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan
oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan
sektor industri lainnya. Survei yang dilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota
memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%) diikuti oleh
kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah sakit sering
mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan kecelakaan.
Ketegangan otot dan keseleo merupakan representasi dari low back injury yang banyak
didapatkan dikalangan petugas rumah sakit.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius
dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan
kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di
lingkungan Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja

2
dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja Rumah Sakit,
pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.1
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.1
Konsep dasar K3RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah
Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah
Sakit.1
Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar
pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja setiap petugas kesehatan
dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja.1

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat
Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23
tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja
akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal
23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan
di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,

4
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola
RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan
psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada
di lingkungan RS.

B. Potensial Bahaya K3 di Rumah Sakit

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diperhatikan oleh semua instansi
perusahaan termasuk dalam hal ini rumah sakit. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit
dapat dikelompokkan, seperti dalam tabel berikut:1

5
C. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahas Latin yaitu Ergon (Kerja) dan Nomos(Hukum
Alam). Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam usahanya untuk
meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerjanya.2

6
2. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan ergonomi adalah:2,3
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial
baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antra berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis,
antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3. Manfaat Ergonomi
Manfaat pelaksanaan ergonomi:2,3
a. Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan kinerja
pekerja.
b. Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja.
c. Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja.
d. Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara
kemampuan pekerja dan persyaratan kerja.
e. Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk meningkatkan
produktivitas.
f. Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja.
g. Meningkatkan faktor keselamatan kerja.
h. Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk individu dan
institus

4. Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau
pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan
teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah

7
pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat
kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:2,3
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
b. Mengurangi beban berlebihan;
c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
f. Minimalisasi gerakan statis;
g. Minimalisasikan titik beban;
h. Mencakup jarak ruang;
i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
l. Mengurangi stres.

5. Jenis-jenis Ergonomi
Jenis-jenis ergonomi yaitu: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi sosial,
ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi
merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga didapatkan
suatu rancangan keergonomikan yang terbaik.2,3

a. Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik


fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang
relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan
berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
b. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ;
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian
elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban
kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, keandalan
manusia, dan stres kerja.

8
c. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi
antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu kerja,
timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi dan organisasi
virtual
d. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain;
perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.

Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk mengalami


beberapa keluhan antara lain:2,3
a. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk
ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun
payung.
b. Osteo-articular: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku, bungkuk
(kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya telapak kaki
pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.
c. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para
ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano
dan tukang kayu.
d. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci,
tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan pengendara
sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma
Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena
terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup
besar untuk menimbulkan rasa sakit.2,3
1. Trauma pada jaringan timbul karena:2,3
a. Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
b. Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.

9
c. Overcompression:Proses penekanan yang berlebihan.
2. Contoh-contoh dari CTD:2,3
a. Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).
b. Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).
c. Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).
d. Carpal Tunnel Syndrome
e. Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
f. White finger (pembuluh darah di jari rusak).
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi tersebut diatas yaitu:2,3
a. Lingkungan kerja
b. Penerangan/cahaya
c. Temperatur/suhu udara
d. Kelembaban
e. Sirkulasi udara
f. Musik
g. Kebisingan
h. Keamanan
i. Getaran mekanis
j. Bau tidak sedap
k. Tata warna
l. Dekorasi
4. Pencegahan terhadap kelelahan akibat kerja:2,3
a. Menggunakan secara benar waktu istirahat kerja.
b. Melakukan koordinasi yang baik antara pimpinan dan karyawan.
c. Mengusahakan kondisi lingkungan kerja sehat, aman,nyaman dan selamat.
d. Mengusahakan sarana kerja yangg ergonomis.
e. Memberikan kesejahteraan dan perhatian yang memadai.
f. Merencanakan rekreasi bagi seluruh karyawan

Terdapat beberapa aplikasi/penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi.


Aplikasi/penerapan tersebut antara lain:4,5

10
1) Posisi Kerja,
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.Sedangkan posisi berdiri
dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada
dua kaki.4,5
a. Posisi Kerja Duduk

Keuntungan posisi kerja duduk yang sebagai berikut:


1. Mengurangi kelelahan pada kaki.
2. Terhindarnya sikap yang tidak alamiah.
3. Berkurangnya pemakaian energi.
Kerugian kerja duduk yang sebagai berikut
1. Melembeknya otot perut.\Melengkungnya punggung.
2. Efek buruk bagi organ bagian dalam.

Gambar 1. Gambar Posisi Kerja duduk4

b. Posisi Kerja Berdiri


Keuntungan:Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang belakang) tidak
rusak bila mengalami pembebanan.
Kerugian: Otot kaki cepat lelah.

11
Gambar 2: Posisi Kerja Berdiri4

c. Posisi Kerja Duduk - Berdiri


Posisi Duduk - Berdiri mempunyai keuntungan secara Biomekanis dimana tekanan
pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi
duduk maupun berdiri terus menerus.

Gambar 3. Posisi Kerja Duduk-Berdiri4

12
2) Mengangkat beban
Mengangkat beban. Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni,
dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan
yang berlebihan. Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO
sebagai berikut:3,4,5
Tingkat Dewasa Tingkat Muda
Deskripsi
Pria(Kg) Wanita(Kg) Pria(Kg) Wanita(Kg)
Sekali-
40 15 15 10-12
sekali
Terus menerus 15-18 10 10-15 6-9

3) Organisasi kerja
Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:2,3
a. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
b. Frekuensi pergerakan diminimalisir.
c. Jarak mengangkat beban dikurangi.
d. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak
terlalu tinggi.
e. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
4) Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan bagaimana cara mengangkat beban yang baik.
Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua
prinsip:2,3
a. Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.

13
Gambar4. Cara Mengangkat Beban4

5) Prinsip kerja mengangkat beban:2,3


a. Posisi kaki yang benar.
b. Punggung kuat dan kekar.
c. Posisi lengan dekat dengan tubuh.
d. Mengangkat dengan benar.
e. Menggunakan berat badan.
6) Supervisi medis2,3,4
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
a. Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
b. Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
c. Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita
muda dan yang sudah berumur

14
6. Akibat Tidak Ergonomi
Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan beberapa
manfaat yang menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan atau pabrik tempat
kerjanya. Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang tidak diterapkan akan
menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudian dapat menimbulkan penurunan
produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti:2,3
a. Kejenuhan pada pekerja
Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini dapat
muncul karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh fasilitasnya, seperti komputer,
meja, lemari, atau lainnya berada diposisi yang sama. Hal ini akan memberikan
kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja yang berada diruangan tersebut. Padahal
agar sel-sel otak bisa bekerja dengan giat, kita membutuhkan ruang kerja yang nyaman,
memiliki privasi, sekaligus inspiratif.2,3
b. Kelelahan
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti terjadikelelahan,
apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak menerapkan sistem ergonomi.
Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan dari segi fisik.2,3
c. Timbul penyakit akibat kerja
Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun tidak melakukan upaya
untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu, maka sudah dipastikan
penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti para pekerja yang terus-
terusan berada di depan komputer, maka tidak menutup kemungkinan penglihatannya
akan terganggu.2,3
d. Kematian
Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu bisa terjadi hanya
karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya bila tata letak mesin
pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.2,3

15
7. Contoh Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut
antara lain:2,3
a. Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan
saat kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja,
yang dilakukan dengan berdiri atu duduk.
b. Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.
c. Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
d. Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer
dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan
bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu,
pergelangan tangan, dan pinggang.
e. Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di luar recommended
weighting limit (RWL).
f. Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama pada
saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut sulit
dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa sering juga dialami oleh pilot,
dimana harus menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.

16
BAB III
PEMBAHASAN

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diperhatikan oleh semua instansi
perusahaan termasuk dalam hal ini rumah sakit. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat
dikelompokkan, seperti dalam tabel berikut:1

17
Ergonomi merupakan Ilmu berupaya untuk menyerasikan mesin dan pekerja, tidak
menganggap pekerja harus menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Dimana
Ergonomi perlu memperhatikan 2 hal dibawah ini:
Menyediakan lingkungan yang memuaskan bagi pekerja untuk dapat melaksanakan
tugasnya tanpa mengalami gangguan fisik dan mental.
Ketidakserasian antara manusia-masing dapat menimbulkan gangguan mental atau otot
rangka yang berat.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Ergonomi ialah sebagai berikut:

Hasil pengamatan di Poli Mata memperlihatkan adanya potensial bahaya Ergonomi


yang dapat di alami oleh petugas kesehatan. Dimana pada jam dinas tampak seorang petugas
mengerjakan pekerjaan yang berulang-ulang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, dimana
posisi bekerja tidak sesuai dengan yang semestinya.

18
Gambar 1. Potensial Bahaya Ergonomi di Poli Mata

Pada gambar 1 memperlihatkan petugas kesehatan yang sedang membungkuk untuk


mencari trial frame untuk pengukuran refraksi. Kemudian petugas itu juga berjalan ke arah
snelen cart yang berjarak sekitar 6 meter dihadapannya untuk menilai refraksi pasien. Jika
dibutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti maka petugas tersebut akan berjalan ke refrakto meter
yang berada di sudut ruangan dan kemudian kembali lagi ke tempat semula untuk mencatat
hasilnya pada lembaran status pasien. Yang menjadi masalah Ergonomi disini, ialah dimana
petugas kesehatan harus membungkuk dalam mengisi status serta mengambil trial frame,
dimana hal itu dilakukan berulang-ulang. Bisa dibayangkan jika aktivitas tersebut di lakukan
untuk setiap pasien selama jam dinas yang kadang melebihi 30 pasien dalam sehari dengan
waktu dinas minimal 4 jam sehari, tentu hal ini akan menimbulkan dampak potensial bahaya
Ergonomi terutama masalah penyakit muskuloskeletal akibat posisi kerja yang tidak sesuai
serta stress akibat beban kerja. Pada Ergonomi terdapat 12 prinsip yang harus di perhatikan
yaitu:

19
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
2. Mengurangi beban berlebihan
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
6. Minimalisasi gerakan statis;
7. Minimalisasikan titik beban;
8. Mencakup jarak ruang;
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
12. Mengurangi stres.

Dan pada kasus ini petugas kesehatan tidak bekerja dalam posisi atau postur normal,
tidak bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh, melakukan gerakan berulang dan
berlebihan, dan tidak memperhatikan resiko stress yang dapat dialami.
Masih di poli mata, tampak seorang petugas kesehatan sedang menginput data dalam
komputer. Petugas tersebut duduk dihadapan meja berdampingan dengan komputer yang
berada disampingnya.

20
Gambar 2. Potensial Bahaya Ergonomi di Poli Mata
Beberapa hal harus diperhatikan saat bekerja terlebih saat posisi duduk yaitu keuntungan
dan kerugiannya yaitu dimana keuntungan posisi duduk mengurangi kelelahan pada kaki,
terhindarnya sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi. Sedangkan Kerugian
kerja duduk yaitu melembeknya otot perut\Melengkungnya punggung, efek buruk bagi organ
bagian dalam. Bayangkan jika bekerja dalam posisi duduk tanpa memperhatikan bahaya
Ergonomi maka akan menimbulkan penyakit akibat kerja dan stress beban kerja.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan komputer yaitu tampak pada gambar
berikut:

21
Gambar 3. Penggunaan Komputer yang Benar

Dalam kasus ini petugas kesehatan tampak tidak menyesuaikan postur tubuh dengan
penggunaan komputer yang seharusnya. Karena petugas kesehatan tersebut mengerjakan 2 hal
bersamaan yaitu menginput data secara manual dan menggunakan komputer, sehingga ia tidak
memposisikan dirinya didepan komputer sesuai dengan aturan penggunaan komputer yang
benar.
Manfaat pelaksanaan ergonomi yaitu :
Mengerti tentang pengaruh dari suatu jenis pekerjaan pada diri pekerja dan kinerja
pekerja.
Memprediksi potensi pengaruh pekerjaan pada tubuh pekerja.
Mengevaluasi kesesuaian tempat kerja, peralatan kerja dengan pekerja saat bekerja.
Meningkatkan produktivitas dan upaya untuk menciptakan kesesuaian antara kemampuan
pekerja dan persyaratan kerja..

22
Membangun pengetahuan dasar guna mendorong pekerja untuk meningkatkan
produktivitas.
Mencegah dan mengurangi resiko timbulnya penyakit akibat kerja.
Meningkatkan faktor keselamatan kerja.
Meningkatkan keuntungan, pendapatan, kesehatan dan kesejahteraan untuk individu dan
institusi
Seharusnya petugas kesehatan harus lebih memahami manfaat dari bekerja sesuai prinsip
Ergonomi untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Pemecahan masalah untuk polik mata ialah
sebagai berikut:

Masalah Pemecahan masalah

1. Posisi pekerja yang salah, lebih dominan Menambah petugas pelayanan


membungkuk dan berdiri, mengerjakan kesehatan serta melakukan pengarahan
beberapa hal sekaligus, berulang-ulang, tentang cara utk memperoleh
tanpa jeda selama jam dinas. kenyamanan saat bekerja

2. Tempat tidur pasien tidak sesuai fungsi Menyediakan tempat khusus untuk
yang seharusnya dan cenderung dibiarkan barang2 bawaan petugas kesehatan dll,
berantakan dengan barang2 bawaan agar tempat tidur pasien tidak
petugas kesehatan. digunakan sebagai tempat
penyimpanan barang2 bawaan

3. Penempatan kabel listrik yg tidak tertata Menata dengan baik penempatan kabel
rapi listrik jauh dr resiko utk terinjak oleh
petugas kesehatan.

Hasil pengamatan di Poli Mata memperlihatkan adanya potensial bahaya Biologi dimana
alat dan bahan ganti verban diletakkan ditempat tidur pasien. Hal ini dapat memudahkan
transmisi patogen atau mikroorganisme dari tempat tidur ke alat dan bahan yang seharusnya
steril atau tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya. Adanya meja untuk alat dan bahan ganti

23
verban tidak difungsikan sesuai dengan fungsinya. Tampak juga pengolahan sampah medis
belum sesuai standart, dimana sampah medis padat yang sekali pakai dan sampah medis berupa
jarum suntik masih di buang pada tempat sampah yang sama. Hal ini dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja bagi petugas kesehatan terutama resiko untuk tertusuk jarum suntik.

Gambar 4. Potensial Bahaya Biologi di Poli Bedah Orthopedi

Pada poli orthopedi juga tampak ruang pemeriksaan dan tindakan tidak sesuai standart,
dimana ukurannya lebih kecil dari yang seharusnya.

24
Gambar 5. Ukuran Ruang Periksa dan Tindakan Poli Bedah Orthopedi

Dibawah ini merupakan tabel masalah dan pemecahan masalah yang berada di poli
bedah Orthopedi di Rumah Sakit Anutapura:

No. Masalah Pemecahan masalah

1 Peletakkan alat dan bahan untuk ganti Tersedianya meja khusus untuk
pembalut tidak diletakkan pada tempat meletakkan alat dan baham untuk ganti
khusus, dan hanya berserakan diatas pembalut/verban
kamar tidur pasien

25
2. Terdapat SOP penanganan sampah medis Tersedianya tempat untuk membuang
tajam, namun didalam poli tidak terdapat sampah medis tajam, dan dibutuhkan
tempat khusus utk membuang sampah pengarahan khusus tentang pentingnya
tajam pengelolaan sampah tajam sesuai
standart

3. Luas ruang periksa dan tindakan <3x3 Tersedianya ruangan yang memadai
m, sesuai standar khususnya untuk ruang
periksa dan tindakan.

Dibawah ini merupakan hasil pengamatan di bagian Polikilinik Bedah dan Kulit RS
Anutapura

Dokumentasi poliklinik bedah

26
Dibawah ini merupakan daftar tilik observasi masalah di poliklinik bedah:

Dokumentasi poliklinik Kulit

27
daftar tilik observasi di bagian poliklinik kulit

masalah dan pemecahan masalah di poliklinik bedah dan non bedah

28
Bagian Loket RumahSakit Anutapura Palu (RSAP)

Dokumentasi loket Rumah Sakit Anutapura Palu

Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada loket RSAP adalah:
a. Pekerja di loket tidak menggunakan alat pelindung diri (masker). Loket adalah tempat
mendaftar semua pasien (pasien yang menular dan tidak menular) untuk berobat.
b. Bangunan loket tidak tertutup kaca, sehingga sangat memudahkan terjadinya penularan
melalui droplet.\
c. Tempat kerja yang tidak ergonomis. Pada gambar terlihat meja kerja yang tidak sesuai
dengan porsi tubuh pekerja.

29
Tabel Pemecahan masalah di loket RSAP
Penyakit akibat
No Masalah kerja/penyakit Akibat Pencegahan
hubungan kerja
1 Pekerja tidak Infeksi saluran napas Produktivitas 1. Pekerja
pekerja menurun
menggunakan (ISPA, TB, menggunakan
dan meningkatkan
masker Bronkhitis, kesakitan pada masker
pekerja
(bahaya biologik) pneumonia, dll) 2. Loket
menggunakan
dindingkaca
2 Tempat kerja tidak - Musculoskeletal - Kelelahanfisik - Mengubah
ergonomis Disorders - Konsentrasi tempat kerja
(bahaya ergonomis) menurun sesuai porsi tubuh
- Produktivitas dan pekerja
semangat menurun

30
Bagian Tempat Rekam Medik Rumah Sakit Anutapura Palu

Dokumentasi Ruang Rekam Medik Rumah Sakit Anutapura Palu

Pada gambar dapat di lihat bahwa masalah yang terdapat pada tempat rekam medik
RSAP adalah:
a. Pekerja tidak menggunakan masker
b. Rekam medik tidak disimpan dalam lemari yang tertutup, sehingga debu dari rekam
medik dapat terhirup oleh pekerja. Selain itu, rekam medik yang tidak tersimpan dalam
lemari yang terkunci memperlihatkan bahwa privasi pasien tidak terjaga dengan baik,
memungkinkan mudahnya informasi data pasien diperoleh jika sewaktu-waktu orang
asing masuk keruangan.
c. Lemari tempat penyimpanan rekam medic tidak terfiksasi denganmbaik, sehingga jika
terjadi gempa bumi, maka pekerja sangat berisiko tertimpa lemari tersebut.

31
Dibawah ini merupakan tabel Pemecahanmasalah di tempat rekam medik Rumah Sakit
Anutapura:
Penyakitakibatkerja/pe
No Masalah Akibat Pencegahan
nyakithubungankerja
1 Pekerja tidak Infeksi saluran napas Produktivitas pekerja - Pekerja
menurun dan
menggunakan (ISPA, rhinitis alergi, menggunakan
meningkatkan
masker asma, pneumonia, dll) kesakitan pada masker
pekerja
(bahaya biologik)

2 Rekam medic - Infeksi saluran napas - Produktivitas - Mengganti


tidak di simpan (ISPA, rhinitis alergi, pekerja menurun lemari
dalam lemari asma, pneumonia, dll) dan meningkatkan penyimpan
tertutup dan kesakitan pada rekam medik
terkunci pekerja dengan lemari
(bahaya biologik) yang tertutup
dan terkunci
3 Lemari tidak - Kecelakaan pada - Kecacatan/ - Fiksasi lemari
terfiksasi dengan pekerja kesakitan pada penyimpan
baik (bahaya pekerja dengan baik
mekanik)

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor: 1087/menkes/sk/viii/2010.


Standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Direktorat bina kesehatan kerja;
Jakarta: 2010. Available from: URL:http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/05/Kepmenkes-1087-Standar-K3-RS.pdf
2. Nurmianto E. Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya. Edisi 2. Guna widya; Jakarta: 2008.
3. Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas. UNIBA
PRESS; Surakarta: 2004.
4. Kroemer KHE, dkk. Ergonomics design for ease and efficiency. Prentice Hall
Internasional; USA: 1994.

33

Anda mungkin juga menyukai