BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanat Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP),
mendorong satuan pendidikan untuk memenuhi 8 (delapan) SNP dalam kurun waktu yang
ditentukan. Ketentuan Peraturan Peralihan pasal 94 butir b, menyatakan bahwa satuan
pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut paling
lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya. Selain itu UU Sisdiknas dan PP tersebut
memberikan pula dorongan kepada satuan pendidikan untuk dapat melaksanakan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), baik dalam pembelajaran maupun manajemen sekolah.
Merespon amanat tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Dit. PSMA)
sejak tahun 2007 telah melakukan rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar
Nasioanal (SKM/SSN) di 441 SMA tersebar di 33 provinsi 220 kab/kota dan Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di 100 SMA, tersebar di 33 provinsi 90 kab/kota. Pada
tahun 2008 jumlah SMA rintisan SKM/SSN bertambah menjadi 2.625 SMA untuk rintisan
SKM/SSN, sedangkan untuk SMA rintisan PBKL, jumlahnya tetap. Pada tahun 2008 Dit.
PSMA juga merintis Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan fokus program adalah sebagai
media informasi dan pengembangan bahan ajar/bahan uji di 33 SMA, walaupun secara
faktual PSB sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan diadakannya kegiatan pelatihan
penyusunan pengembangan bahan ajar/bahan uji. Jumlah rintisan SKM/SSN pada tahun
2009 bertambah lagi menjadi 3.252 SMA. Selain program rintisan SKM, PBKL dan PSB,
Dit.PSMA juga secara intensif dan berkelanjutan melaksanakan Bintek KTSP dimulai
tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat kabupaten/kota/sekolah.
Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari
kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan tuntutan SNP,
dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana kerja sekolah yang
disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder sekolah bersifat unik, dan
berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, baik dalam melaksanakan program
pelayanan terhadap warganya, maupun pihak lain yang berkepentingan.
Sementara itu Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 menyatakan, bahwa sekolah harus
membuat Rencana Kerja Sekolah yang terdiri atas Rencana Kerja Jangka Menengah
yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), yang disusun dan dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka
Menengah. Untuk selanjutnya glosarium nomor 10 pada Permendiknas tersebut
menyatakan, bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar
pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).
Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini masih
banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS. Untuk itulah
perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang penggunaan istilah RKAS
tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk kepentingan tersebut dan untuk
memberikan kemudahan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, maka Dit. Pembinaan
Sekolah Menengah Atas menyusun Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan
program-programnya.
B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan
C. Landasan Operasional
D. Landasan Empiris
1. Masih ada sekolah yang menganggap bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) sebagai barang baru yang esensinya berbeda dengan Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga perlu adanya sosialisasi
tentang RKAS yang merupakan istilah lain dari RAPBS.
2. Masih ada sekolah yang mengalami kesulitan dalam menyusun Rencana Kerja
Sekolah (RKS), baik Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) maupun Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai dengan tuntutan dalam memenuhi SNP
dan program-program lainnya
4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat
dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS.
E. Tujuan
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun dengan
tujuan:
G. Sasaran
Panduan ini dapat digunakan oleh seluruh SMA dalam menyusun Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) untuk memenuhi SNP.
BAB II
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH
A. Pengertian
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan bahwa
Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi:
1. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam kurun waktu empat tahun berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai
dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M), dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
1. kesiswaan
Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi
dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 terakumulasi pada 8
(delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005. Dengan demikian komponen
kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan.
RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan
kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas. Menurut Muhaimin
(2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:
Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip berikut:
Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu
analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan suatu hal
yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan kegiatan sekolah yang
dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya akan dapat menentukan
keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan mutu pendidikan maupun dalam
kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat sekolah itu berada. Selain itu semua
program dan kegiatan yang dicanangkan oleh sekolah merupakan jembatan yang akan
dijalani sekolah dalam menyongsong masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith
(2001; 18) berpendapat bahwa analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting
dalam penentuan program sekolah, karena:
Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon it
An examination of past trends allows us to understand the present and anticipate
the future
Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A thorough
understanding of such problems provides an opportunity for taking appropriate
action with regard to program and personnel development
Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the
culture helps us understand and meet staff needs
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada lingkungannya,
serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa sekolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
dan dapat mewarnainya serta memiliki ketergantungan. Selain itu evaluasi terhadap apa
yang sudah dikerjakan dapat memberikan masukan dan bahan bagi masa depannya,
sehingga sekolah dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah
peningkatan dan kemajuan. Adapun hasil evaluasi terhadap pelaksanaa 8 SNP dapat
memberikan masukan untuk peningkatan dan kemajuan sekolah yang akan datang
Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat pada
pada bagan 1 berikut;
1. Perencanaan
Analisis Konteks
Analisis SNP dan Satdik Analisis Lingkungan
Dukungan
1. SI Ekternal
KTSP
2. SKL
3. St. Penilaian
4. St. Proses
6. St. Sarana
Prasarana
7. St.Pembiayaan
Pembiayaan
Strategi Perencanaan
Visi & Tujuan Anaslisis Strategi
Misi Kesenjangan
n
RKJM RKAS
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
Penjelasan Bagan 1
a. Perencanaan
Hasil analisis konteks dimaksud, pada dasarnya merupakan acuan utama bagi
sekolah dalam penyusunan program kerja sekolah, sebagai contoh: hasil pemetaan
standar Isi, SKL, dan Standar Penilaian merupakan bahan dasar dalam penyusunan
KTSP yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Analisis terhadap
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan akan
sangat diperlukan dalam menunjang keberlangsungan proses pembelajaran. Untuk
dapat melaksanakan pemetaan dan analisis standar standar ini dapat dibaca di
Seri Petunjuk Teknis penyusunan KTSP.
4) Merumuskan/menyusun Visi
panjang. Pernyataan visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan
yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Sementara itu Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 1.b menyatakan bahwa visi sekolah/
madrasah;
(a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap
pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
(b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan
pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi diatasnya
serta visi pendidikan nasional;
(d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
(f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Setelah visi ditetapkan, maka untuk mencapainya dirumuskan misi yang merupakan
pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah. Dalam operasionalnya
seluruh personil yang terlibat berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan
hasil kompromi intepretasi visi. Misi juga merupakan serangkaian aktivitas yang akan
dilakukan oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi jangka panjangnya. Misi dapat
dimaknai juga sebagai sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi suatu sekolah yang
mencerminkan tujuan fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan
dan merangsang proses perumusan tujuan dan strategi.
Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; Misi merupakan
sebuah ... pervasive, although general, expression of the philosophical objectives
of the entreprise. Mission should focus on long-range economic potentials,
attitudes toward customers, product and service quality, employees, and attitudes
toward owners. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b menyatakan bahwa
misi sekolah/madrasah;
Setelah visi dan misi ditentukan, maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan
tujuan sekolah yang dijabarkan kedalam masing masing tujuan kegiatan/program.
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu rencana kegiatan.
Tujuan ini harus terdefinisikan dengan tepat dan dapat ditentukan atau diukur
keberhasilan yang ingin dicapainya pada satuan waktu tertentu, dengan target
tertentu, mengacu pada analisis kesenjangan.
Kesenjangan merupakan hasil pengukuran terhadap perbedaan antara kondisi riil
sekolah dengan kondisi ideal yang dicita - citakan sekolah sesuai dengan visi atau
standar yang berlaku. Analisis kesenjangan dilaksanakan untuk menentukan tindak
lanjut yang akan dilakukan dalam penentuan program dan kegiatan yang harus
dicanangkan dalam RKAS mengacu kepada visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah
ditentukan.
(a) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
(b) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;
(c) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
(d) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah/madrasah, dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan.
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam rumusan
yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran adalah ukuran
tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun
bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaiannya
(targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang
ditetapkan dalam rencana strategik.
Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap tahun
dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau kegiatan
sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk kegiatan
pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata usaha, atau peserta
didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau dokumen.
(c) kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan
harapan akan diberikannya kontribusi mereka dalam hal mencapai sasaran-
sasaran organisasi tersebut
b. Pelaksanaan
RKAS disusun sebagai pedoman sekolah dalam melaksanakan program dan kegiatan,
serta pembiayaan yang telah dianggarkan. Semua warga sekolah harus memiliki
komitmen bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran dan mematuhi jadwal yang
telah ditetapkan. Selain itu, warga sekolah juga harus mentaati semua peraturan dan
membuat pelaporan untuk semua kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang
tercantum dalam RKAS. Apabila ada perubahan program/kegiatan, maka harus segera
dilakukan penyesuaian, dan diberitahukan kepada seluruh warga yang berkepentingan,
agar keberlangsungan program dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada
Lampiran Bagian B butir 3.b dan 3.c menyatakan:
c. Pengawasan
sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang
diberikan harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.
Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi
pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program dan
kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus menerus
mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga peningkatan mutu
pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana.
Kondisi Riil
St. Pengelolaan
St. Pembiayaan
Kegiatan Pembiayaan
P
Analisis Anslisis St.Pend & Pelatihan/IHT -Nara sumber
SI, SKL, Tendik /Workshop /fasilitator
St. -Akomodasi
Penilaian -Konsumsi
-ATK
-Honor
Penyusunan Siap Penugasan
KTSP ? -dll.
-ATK
Pembenahan/ -Honor
optimalisasi Penugasan
St. Proses Sesuai sesuai hasil -Biaya
? analisis operasional
Pesdik/Pend/
St. Sarpras TU/Adminis
Pemenuhan trasi
Pengadaan
Memenuhi, Pemanfaatan
Diberdayak secara optimal -Honor/biaya
anDipelihar Pemeliharaan/ jasa
a/ dirawat Perawatan -Pembelian
Penambahan -Pembangunan
Penghapusan/
Hibah
Koordinasi -Transport
Dukungan Cuku Konsultasi -ATK
Eksternal. p? Kemitraan -Akomodasi
-Konsumsi
Kondisi Ideal
2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 17-28
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)
Rencana kegiatan di setiap sekolah tergantung kepada hasil analisis kesenjangan yang
terjadi di sekolah tersebut. Sedangkan besaran biaya dapat memgacu kepada ketentuan
Kabupaten/Kota masing masing, atau ketentuan lain yang ditetapkan menurut harga
pasar. Semua sumber dana harus dicantumkan dalam RKAS, baik dana yang diterima
sekolah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang tua, masyarakat, dan sumber
lainnya. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian A butir 8.b.4) yang menyatakan;
pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk
dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya. Penghitungan
dan penentuan besaran biaya/harga mengacu kepada besaran biaya/plafon yang berlaku
serta pembayaran kewajiban pajak sesuai dengan peruntukannya.
Cara menentukan program/kegiatan berdasarkan hasil analisis kondisi dapat dilihat pada
contoh 1. Sedangkan cara menentukan besaran biaya, terutama yang berkaitan dengan
operasional peserta didik dapat dilihat pada contoh 2. Untuk selanjutnya Adapun contoh
3 dan contoh 4 masing-masing adalah merupakan contoh cara menentukan besaran biaya
dalam pelaksanaan In House Training (IHT) dan cara menentukan biaya untuk kebutuhan
administrasi guru. Contoh 5 dan contoh 6 adalah contoh RKJM dan RKAS. Contoh RKAS
dapat dilihat di lampiran 1 panduan ini.
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan mencakup
berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan jumlah dana) yang
dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut:
1. Cover
2. Kata Pengantar dan Daftar Isi
3. Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
4. Pendahuluan (Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran )
5. Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis Konteks)
6. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan substansinya,
yaitu aspek dan uraian kegiatan, tanggal pelaksanaan, unsur yang terlibat, tujuan
kegiatan, hasil kegiatan dan sumber dana (format seperti contoh 6).
8. Lampiran - lampiran
Contoh 1: Penentuan rencana kegiatan yang didasarkan pada hasil analisis dan penentuan kebutuhan biaya dalam RKAS
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
1. Semua pendidik Belum semua Melakukan kegiatan Honor fasilitator Besaran biaya Komite
menyusun Silabus pendidik dapat pelatihan bagi guru, Konsumsi pendidik dan sesuai dengan Sekolah
secara mandiri menyusun Silabus misalnya IHT fasilitator jumlah fasilitator
ATK dan pendidik yg
ada
....
.
7. Jumlah rombel 18 Jumlah ruang kelas 1.Penambahan ruang Biaya pembangunan RKB Jumlah ruang yang Komite
15 kelas dibangun sesuai Sekkolah
dengan kemampu- Masyarakat
an /rencana tahun Pemerintah
berjalan dengan
besaran biaya di-
sesuaikan dengan
standar yang
berlaku
....
.
18 Semua pendidik telah Baru 50% pendidik Persiapan dan Transport Disesuaikan Komite
tersertifikasi tersertifikasi pengusulan guru unyuk ATK dengan ketentuan sekolah
disertifikasi Kab./Kota
Mendorong Dinas
Kab/Kota
merealisasikan
usulan
....
..
22. Semua bangunan/ Sebagian gedung Pemeliharaan/pera- Pemeliharaan rutin berpe- Sesuai kebutuhan Komite
gedung difungsikan se- kurang terpelihara/ watan bangunan/ doman pada pembiayaan Sekolah
cara optimal dan ter- terawat gedung pemeliharaan dan rehab Block Grant
pelihara dengan baik ringan
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
23. Ruang kelas dilengkapi Baru sebagian ruang Pemenuhan sarana TIK Pembelian sarana TIK Besaran biaya Block Grant
dengan sarana TIK yang kelas yang dileng- di ruang kelas (infocus, screen, disesuaikan dengan
memadai kapi sarana TIK komputer, dll) aturan/harga yang
berlaku
....
30. Peserta didik memiliki Belum seluruh Kegiatan OSIS Transport Disesuaikan Komite
pengalaman peserta didik ATK dengan ketentuan Sekolah
berorganisasi memiliki Konsumsi Kab./Kota
pengalaman
organisasi
Seluruh peserta didik Baru sebagian Pembuatan kartu OSIS ATK Sesuai kebutuhan Komite
menjadi anggota OSIS peserta didik Biaya cetak Sekolah
memiliki kartu OSIS
Dari daftar di atas, jika diratarata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali Ulangan
Harian setiap yahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD), maka kebutuhan
Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut;
18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar 0, 67 rim kertas
Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube,
dan
Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar.
Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah
Jenis Harga satuan
kebutuhan volume (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan
Kertas 0,67 40.000,00 26.800,00 Harga disesuaikan dengan
plafon/ ketentuan/ harga
pasar
Tinta 0,4378 300.000,00 131.250,00
Master 3,24 3.000,00 9.700,00
Jumlah 167.750,00
b. Praktikum
Ratarata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun
(disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah
sebagai berikut:
10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00
c. Pembinaan Prestasi
1) Ekstra kurikuler Rp 60.000,00
2) Akademik Rp 60.000,00
Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun
d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian
2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00
e. Buku Teks
18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi
Rp 180.000,00/peserta didik/tahun
f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00
In House Training (IHT), merupakan pelatihan yang dilakukan di sekolah. Waktu disesuaikan
dengan banyaknya/luasnya substansi materi pelatihan, sedangkan pembiayaan disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku, misalnya sesuai dengan plafon biaya Pemerintah Daerah
setempat. Berikut contoh perhitungan pembiayaan untuk IHT tentang pelaksanaan dan
penyusunan hasil analisis konteks dilaksanakan selama 2 hari dengan jumlah peserta 50
orang:
Pembiayaan kebutuhan administrasi guru dalam pembelajaran berhubungan dengan ATK dan
honor penugasan. Penghitungan untuk ATK dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
banyaknya guru dan program (IPA, IPS, dan Bahasa) yang ada di sekolah. Penugasan
penyusunan administrasi (Silabus, RPP, dan pedoman/program kegiatan lainnya) dapat
dilakukan per mata pelajaran. Sebagai contoh untuk sekolah dengan banyak guru 55 orang
dan hanya ada jurusan IPA dan IPS saja, serta penugasan dilakukan per kelompok mata
pelajaran, maka penghitungan pembiayaan dapat dilakukan sebagai berikut:
2. ATK diperkirakan
b. Tinta; 55 rim x 500 lembar = 27.500 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (27.500 :
800) x Rp 300.000,00 = Rp 10.312.500,00/semester
Dengan demikian maka kebutuhan biaya untuk administrasi guru dalam satu Tahun
adalah sebagai berikut;
2. Standar Proses 2.2 Penyusunan 2.2.1 Penyusunan RPP 22 MP ... .... ...-
perangkat
pebelajaran 2.2.2 Penyusunan/pengembangan bahan 5 judul/MP 2 2 2
ajar judul/MP judul/ judul/
MP MP
3. Standar Pendidik 3.1 Pemenuhan 3.1.1 Pendidikan S1 bagi guru 10 orang - 5 5
dan Kualifikasi orang orang
Tenaga akademik pendidik 3.1.2 Sertifikasi profesi guru ... orang ....- ... ....
Kependidikan dan orang orang orang
tenaga kependidikan 3.1.3 Peningkatan kompetensi guru ....orang ..... .... ....
dalam pengembangan bahan ajar
berbasis TIK, melalui
workshop/pelatihan eksternal dan
IHT(internal)
3.1.5 Peningkatan kompetensi tenaga .... orang ... ...
laboran melalui orang orang
workshop/pelatihan eksternal dan
IHT(internal)
dst .....
SMA ......
KABUPATEN/KOTA: .......
PROVINSI: .......
dst
BAB III
PENUTUP
1. Semua SMA berkewajiban untuk terus berupaya meningkatan kuantitas dan kualitasnya
secara proporsional melalui berbagai kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan
dan Anggaran Sekolah (RKAS), agar pada saatnya dapat memenuhi SNP.
2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan pedoman dan acuan bagi sekolah
dalam pelaksanaan proses pendidikan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah.
3. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk
mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh
guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang. RKAS juga harus berorientasi
ke depan dan dapat menjembatani antara kondisi saat ini dan kondisi ideal.
4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah memiliki komponen dan cakupan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis kondisi, serta memperhatikan peluang dan
tantangan dari lingkungan eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, dalam rangka
pemenuhan SNP.
5. Panduan Penyusunan RKAS ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah
dalam menyusun rencana kerjanya untuk memenuhi SNP.
Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini sangat diharapkan.