Anda di halaman 1dari 28

Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanat Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP),
mendorong satuan pendidikan untuk memenuhi 8 (delapan) SNP dalam kurun waktu yang
ditentukan. Ketentuan Peraturan Peralihan pasal 94 butir b, menyatakan bahwa satuan
pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut paling
lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya. Selain itu UU Sisdiknas dan PP tersebut
memberikan pula dorongan kepada satuan pendidikan untuk dapat melaksanakan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), baik dalam pembelajaran maupun manajemen sekolah.

Merespon amanat tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Dit. PSMA)
sejak tahun 2007 telah melakukan rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar
Nasioanal (SKM/SSN) di 441 SMA tersebar di 33 provinsi 220 kab/kota dan Pendidikan
Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di 100 SMA, tersebar di 33 provinsi 90 kab/kota. Pada
tahun 2008 jumlah SMA rintisan SKM/SSN bertambah menjadi 2.625 SMA untuk rintisan
SKM/SSN, sedangkan untuk SMA rintisan PBKL, jumlahnya tetap. Pada tahun 2008 Dit.
PSMA juga merintis Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan fokus program adalah sebagai
media informasi dan pengembangan bahan ajar/bahan uji di 33 SMA, walaupun secara
faktual PSB sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan diadakannya kegiatan pelatihan
penyusunan pengembangan bahan ajar/bahan uji. Jumlah rintisan SKM/SSN pada tahun
2009 bertambah lagi menjadi 3.252 SMA. Selain program rintisan SKM, PBKL dan PSB,
Dit.PSMA juga secara intensif dan berkelanjutan melaksanakan Bintek KTSP dimulai
tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat kabupaten/kota/sekolah.

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan rintisan tersebut, Dit.PSMA membuka peluang


bagi sekolah-sekolah yang memiliki potensi dan sumber daya dapat melaksanakan
beberapa program rintisan secara sekaligus, dengan tetap memprioritaskan pemenuhan
SNP. Dengan demikian sekolah dapat membuat perencanaan program yang memuat
program pemenuhan SNP, ataupun program-program lainnya dalam bentuk perencanaan
program kerja sekolah sesuai dengan kondisi dan kesanggupan sekolah masing-masing.

Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari
kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan tuntutan SNP,
dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana kerja sekolah yang
disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder sekolah bersifat unik, dan

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 1-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, baik dalam melaksanakan program
pelayanan terhadap warganya, maupun pihak lain yang berkepentingan.

Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan


Pendidikan pasal 51 ayat 1 menyatakan, bahwa satuan pendidikan harus membuat
kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan
akuntabel. Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh satuan
pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah
dituangkan dalam:
a. rencana kerja tahunan satuan pendidikan;
b. anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan; dan
c. peraturan satuan atau program pendidikan

Sementara itu Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 menyatakan, bahwa sekolah harus
membuat Rencana Kerja Sekolah yang terdiri atas Rencana Kerja Jangka Menengah
yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), yang disusun dan dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka
Menengah. Untuk selanjutnya glosarium nomor 10 pada Permendiknas tersebut
menyatakan, bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar
pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).

Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini masih
banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS. Untuk itulah
perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang penggunaan istilah RKAS
tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk kepentingan tersebut dan untuk
memberikan kemudahan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, maka Dit. Pembinaan
Sekolah Menengah Atas menyusun Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan
program-programnya.

B. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 2-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan


Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
6. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar
Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendiknas No.25 Tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan
Ditjen Mandikdasmen.
10. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
12. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
13. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
14. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
15. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
16. Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan
Pengawas Satuan Pendidikan, dan penjabarannya dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas
Guru dan Pengawas yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK, Agustus 2009
17. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

C. Landasan Operasional

1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b menyatakan, bahwa


satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan mengenai 8 (delapan)
SNP paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya PP tersebut.
2. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, Lampiran Bagian B butir 1 a menyatakan, bahwa
dalam pelaksanaan rencana kerja, sekolah/madrasah membuat dan memiliki
pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
3. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 menyatakan bahwa standar proses untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran.
4. Permendiknas No. 22 tahun 2006 pada Pendahuluan Lampiran menyatakan , bahwa
peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
5. Permendiknas No.13 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 2.1 menyatakan
2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 3-28
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

kompetensi kepala sekolah menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk


berbagai tingkatan perencanaan.
6. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian A:
a. butir 1: Perencanaan Program meliputi Visi, Misi, dan Tujuan
Sekolah/Madrasah, serta Rencana Kerja Sekolah
b. butir 4 d: Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam kurun waktu empat tahun, berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin
dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka
menengah.
7. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 8 b menyatakan,
bahwa Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/ Madrasah
mengatur:
a) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
b) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana
investasi dan operasional;
c) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah dalam
membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
d) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran,
untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya.

D. Landasan Empiris
1. Masih ada sekolah yang menganggap bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS) sebagai barang baru yang esensinya berbeda dengan Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga perlu adanya sosialisasi
tentang RKAS yang merupakan istilah lain dari RAPBS.
2. Masih ada sekolah yang mengalami kesulitan dalam menyusun Rencana Kerja
Sekolah (RKS), baik Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) maupun Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai dengan tuntutan dalam memenuhi SNP
dan program-program lainnya

3. Strategi sekolah dalam pencapaian SNP bervariasi, tergantung pada kemampuan


sekolah menganalisis kebutuhan sekolah berdasarkan kondisi riil, serta kesiapan dan
kemampuan sekolah dalam mengelola dan mengoptimalkan seluruh sumber daya di
sekolah.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 4-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat
dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS.

E. Tujuan
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun dengan
tujuan:

1. Menyamakan pemahaman tentang konsep dan substansi RKAS


2. Memberikan rambu-rambu kepada sekolah dalam menyusun dan mengembangkan
RKAS, sesuai dengan kondisi riil sekolah dengan dan mengacu pada tuntutan SNP

F. Hasil yang Diharapkan


1. Setiap sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang konsep dan substansi RKAS
2. Adanya acuan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, sehingga sekolah dapat menyusun
substansi RKAS sesuai dengan kondisi riil sekolah

G. Sasaran
Panduan ini dapat digunakan oleh seluruh SMA dalam menyusun Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS) untuk memenuhi SNP.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 5-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

BAB II
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH

A. Pengertian
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan bahwa
Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi:

1. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam kurun waktu empat tahun berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai
dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;

2. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M), dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.

Selanjutnya Glosarium butir 10 Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa: RKT


adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja
jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran
Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).

Dalam hal ini juga Muhaimin, et al (2009:185) mengungkapkan bahwa: Rencana


program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi
dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk
implementasi strategi utama organisasi. Rencana program merupakan proses
penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan suatu rencana.

B. Komponen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

PP Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran


Sekolah (RKAS) pada dasarnya harus mencakup substansi yang telah ditetapkan, sesuai
dengan tuntutan SNP. Sementara itu, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 secara rinci
mengatakan bahwa RKAS harus memuat secara jelas tentang;

1. kesiswaan

2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran

3. pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya

4. sarana dan prasarana

5. keuangan dan pembiayaan

6. budaya dan lingkungan sekolah

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 6-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

7. peranserta masyarakat dan kemitraan

8. rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan


mutu.

Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi
dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 terakumulasi pada 8
(delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005. Dengan demikian komponen
kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan.

C. Prinsip Penyusunan/Pengembangan RKAS

RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan
kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas. Menurut Muhaimin
(2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai dengan


tingkatan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil;
2. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah;
3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah
dan/atau antara sekolah dan Dinas Pendidikan;
4. menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan;
5. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
6. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,
dan berkelanjutan.

Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip berikut:

1. demand driven (berdasarkan kebutuhan)


2. data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis konteks
3. dapat memperbaiki prestasi belajar peserta didik
4. membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan)
5. sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), dan menyeluruh
6. tanggap terhadap perubahan
7. bersifat partisipasif, keterwakilan, dan transparansi,
8. berdasarkan pada hasil review dan evaluasi.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada
lampiran bagian A butir 4.d menyatakan bahwa Rencana Kerja Tahunan dijadikan dasar
pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 7-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

D. Keterkaitan antar-Komponen 8 SNP dalam Penyusunan RKAS

Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu
analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan suatu hal
yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan kegiatan sekolah yang
dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya akan dapat menentukan
keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan mutu pendidikan maupun dalam
kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat sekolah itu berada. Selain itu semua
program dan kegiatan yang dicanangkan oleh sekolah merupakan jembatan yang akan
dijalani sekolah dalam menyongsong masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith
(2001; 18) berpendapat bahwa analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting
dalam penentuan program sekolah, karena:

Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon it
An examination of past trends allows us to understand the present and anticipate
the future
Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A thorough
understanding of such problems provides an opportunity for taking appropriate
action with regard to program and personnel development
Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the
culture helps us understand and meet staff needs
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada lingkungannya,
serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa sekolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan
dan dapat mewarnainya serta memiliki ketergantungan. Selain itu evaluasi terhadap apa
yang sudah dikerjakan dapat memberikan masukan dan bahan bagi masa depannya,
sehingga sekolah dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah
peningkatan dan kemajuan. Adapun hasil evaluasi terhadap pelaksanaa 8 SNP dapat
memberikan masukan untuk peningkatan dan kemajuan sekolah yang akan datang

Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat pada
pada bagan 1 berikut;

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 8-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

1. Perencanaan

Analisis Konteks
Analisis SNP dan Satdik Analisis Lingkungan

Dukungan
1. SI Ekternal
KTSP
2. SKL

3. St. Penilaian

4. St. Proses

5. St. Pend. & 8. St. Pengelolaan


Tendik

6. St. Sarana
Prasarana
7. St.Pembiayaan
Pembiayaan

Strategi Perencanaan
Visi & Tujuan Anaslisis Strategi
Misi Kesenjangan
n

Rencana Kerja Sekolah (RKS)

RKJM RKAS

2. Pelaksanaan

3. Pengawasan

Bagan 1 Keterkaitan antar komponen dalam penyusunan RKAS


(dimodifikasi dari Model Smith)

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 9-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

Penjelasan Bagan 1

Keseluruhan proses kegiatan yang terjadi di sekolah mulai dari perencanaan,


pelaksanaan, dan pengawasan harus mengacu kepada berbagai ketentuan yang diatur
dalam PP No.17 Tahun 2010 tentang Standar Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan dan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.

a. Perencanaan

Proses perencanaan dimulai dengan melakukan analisis konteks dan menelaah


hasilnya, dilanjutkan dengan merumuskan/menyusun visi, misi, tujuan, sasaran dan
hasil yang diharapkan, serta strategi pelaksanaan.

1) Melakukan analisis konteks meliputi:

(a) Analisis konteks 8 SNP


(b) Analisis kondisi satuan pendidikan

(c) Analisis Kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan

(Untuk melakukan analisis konteks sangat dianjurkan membaca Petunjuk Teknis


Analisis Konteks yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA).

2) Menelaah hasil analisi konteks untuk mendapatkan kesenjangan yang dihadapi


sekolah

Hasil analisis konteks dimaksud, pada dasarnya merupakan acuan utama bagi
sekolah dalam penyusunan program kerja sekolah, sebagai contoh: hasil pemetaan
standar Isi, SKL, dan Standar Penilaian merupakan bahan dasar dalam penyusunan
KTSP yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Analisis terhadap
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan akan
sangat diperlukan dalam menunjang keberlangsungan proses pembelajaran. Untuk
dapat melaksanakan pemetaan dan analisis standar standar ini dapat dibaca di
Seri Petunjuk Teknis penyusunan KTSP.

3) Mendata hasil kesenjangan dan menetapkan skala prioritas penanganan program


sekolah.

4) Merumuskan/menyusun Visi

Wibisono (2006) menyatakan bahwa visi merupakan rangkaian kalimat yang


menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin
dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan
want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat
genting bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 10-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

panjang. Pernyataan visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan
yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Sementara itu Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 1.b menyatakan bahwa visi sekolah/
madrasah;
(a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap
pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
(b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga
sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan
pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi diatasnya
serta visi pendidikan nasional;
(d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala
sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite
sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
(f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan
perkembangan dan tantangan di masyarakat.

Memperhatikan kedua pernyataan tersebut, maka ada beberapa persyaratan


yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi, yaitu;
(a) Berorientasi pada masa depan
(b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau trend saat ini
(c) Mengekspresikan kreativitas
(d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi setiap warga
sekolah
(e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai sekolah meskipun ada perubahan
(f) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota lembaga
sekolah
(g) Memberikan klarifikasi bagi manfaat sekolah serta tujuan-tujuannya
(h) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi setiap warga
sekolah
(i) Menggambarkan keunikan/ciri khas sekolah dalam kompetisi serta citranya
(j) Dirumuskan bersama seluruh warga dan dijadikan pedoman atau citacita
bersama, dan ditetapkan melalui rapat sekolah

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 11-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

5) Merumuskan/menyusun misi sekolah

Setelah visi ditetapkan, maka untuk mencapainya dirumuskan misi yang merupakan
pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah. Dalam operasionalnya
seluruh personil yang terlibat berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan
hasil kompromi intepretasi visi. Misi juga merupakan serangkaian aktivitas yang akan
dilakukan oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi jangka panjangnya. Misi dapat
dimaknai juga sebagai sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi suatu sekolah yang
mencerminkan tujuan fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan
dan merangsang proses perumusan tujuan dan strategi.

Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; Misi merupakan
sebuah ... pervasive, although general, expression of the philosophical objectives
of the entreprise. Mission should focus on long-range economic potentials,
attitudes toward customers, product and service quality, employees, and attitudes
toward owners. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b menyatakan bahwa
misi sekolah/madrasah;

(a) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan


tujuan pendidikan nasional;
(b) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
(c) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
(d) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh sekolah/madrasah;
(e) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program
sekolah/madrasah;
(f) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan
unit sekolah/madrasah yang terlibat;
(g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan
termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(h) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan;
(i) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan
dan tantangan di masyarakat.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 12-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka proses perumusannya perlu


melibatkan dan memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak yang terkait
khususnya seluruh warga sekolah serta sumber-sumber lain yang secara langsung
berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Untuk memberikan tekanan pada faktor
komprehensif dari pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknya mampu
memberikan gambaran yang menjawab pertanyaan-pertanyaan diantaranya sebagai
berikut:

(a) Apa yang akan dikerjakan oleh sekolah?


(b) Usaha apa yang akan dilaksanakan sekolah dalam meningkatkan mutunya?
(c) Apa yang yang menjadi ciri khas dari sekolah?
(d) Pihak luar mana yang berkepentingan dengan sekolah dan mengapa?
(e) Apa nilai dasar sekolah?
(f) Apa yang berbeda pada sekolah 4 tahun yang lalu dengan sekarang?
(g) Mengapa berbeda?
(h) Cita cita apa yang diinginkan sekolah 4 tahun yang akan datang?
(i) Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan visi sekolah?

6) Merumuskan/menyusun Tujuan Sekolah

Setelah visi dan misi ditentukan, maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan
tujuan sekolah yang dijabarkan kedalam masing masing tujuan kegiatan/program.
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu rencana kegiatan.
Tujuan ini harus terdefinisikan dengan tepat dan dapat ditentukan atau diukur
keberhasilan yang ingin dicapainya pada satuan waktu tertentu, dengan target
tertentu, mengacu pada analisis kesenjangan.
Kesenjangan merupakan hasil pengukuran terhadap perbedaan antara kondisi riil
sekolah dengan kondisi ideal yang dicita - citakan sekolah sesuai dengan visi atau
standar yang berlaku. Analisis kesenjangan dilaksanakan untuk menentukan tindak
lanjut yang akan dilakukan dalam penentuan program dan kegiatan yang harus
dicanangkan dalam RKAS mengacu kepada visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah
ditentukan.

Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada


Lampiran bagian A butir 3.b menyatakan bahwa tujuan sekolah/madrasah:

(a) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
(b) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 13-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

(c) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh
sekolah/madrasah dan Pemerintah;
(d) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah/madrasah, dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang
berkepentingan.

7) Merumuskan/menyusun Hasil dan Sasaran Yang Akan Dicapai

Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam rumusan
yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran adalah ukuran
tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun
bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaiannya
(targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang
ditetapkan dalam rencana strategik.

Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap tahun
dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau kegiatan
sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk kegiatan
pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata usaha, atau peserta
didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau dokumen.

8) Merumuskan/menyusun Strategi Pelaksanaan

Strategi merupakan rencana komprehensip yang disusun untuk mencapai misi,


tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan. Strategi harus dapat memaksimalkan
seluruh peluang dan potensi yang tersedia di dalam dan di luar sekolah yang dapat
memacu pengembangan sekolah, dan sekaligus mampu meminimalkan
permasalahan yang dapat menghambat peningkatan mutu sekolah tersebut. Richard
Vancil dalam Nisjar dan Winardi (1997) mengemukakan bahwa: ... Strategi sebuah
organisasi, atau sub-unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi
yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan,
berupa:
(a) sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut;
(b) kendala-kendala dan kebijakan-kebijakan, yang ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, atau yang diterima dari atasannya, yang membatasi ruang lingkup
aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan, dan

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 14-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

(c) kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan
harapan akan diberikannya kontribusi mereka dalam hal mencapai sasaran-
sasaran organisasi tersebut

b. Pelaksanaan

RKAS disusun sebagai pedoman sekolah dalam melaksanakan program dan kegiatan,
serta pembiayaan yang telah dianggarkan. Semua warga sekolah harus memiliki
komitmen bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran dan mematuhi jadwal yang
telah ditetapkan. Selain itu, warga sekolah juga harus mentaati semua peraturan dan
membuat pelaporan untuk semua kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang
tercantum dalam RKAS. Apabila ada perubahan program/kegiatan, maka harus segera
dilakukan penyesuaian, dan diberitahukan kepada seluruh warga yang berkepentingan,
agar keberlangsungan program dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada
Lampiran Bagian B butir 3.b dan 3.c menyatakan:

1) Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana yang


sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan
komite sekolah/madrasah.

2) Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan


bidang akademik pada rapat dewan pendidik, dan bidang non akademik pada rapat
komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang
disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.

c. Pengawasan

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak


terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian
(2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan adalah usaha
memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada para guru, baik
secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan
hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan
pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud
menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan
terutama para guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam, dengan acuan
perencanaan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting,

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 15-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang
diberikan harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.

Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi
pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program dan
kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus menerus
mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga peningkatan mutu
pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana.

Pengawasan juga merupakan bantuan dalam pengembangan untuk memperoleh kondisi


yang lebih baik, terutama bantuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Selain itu, pengawasan juga merupakan suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang agar
dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, serta merupakan pekerjaan pembinaan
yang menggunakan sejumlah teknik atau pendekatan dalam memberikan dorongan dan
bantuan secara profesional untuk memperbaiki kinerja. Permendiknas No. 19 Tahun
2007 Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian C butir 1.d menyatakan
bahwa pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan baik secara periodik maupun sewaktu-waktu,
tetapi dengan tetap menggunakan prinsip pengawasan seperti yang dikemukakan oleh
Sahertian & Mataheru (1982), yaitu;
(1) Ilmiah, dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen;
(2) Demokratis, menjunjung tinggi musyawarah dan memiliki jiwa kekeluargaan;
(3) Kooperatif, seluruh personil sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha
bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik;
(4) Konstruktik dan kreatif, membina guru serta mendorong untuk aktif menciptakan
suasana dimana tiap orang merasa aman dan nyaman.

E. Mekanisme Penyusunan RKAS


Mekanisme penyusunan RKS, RKJM dan RKAS, dapat digambarkan seperti bagan 2 berikut.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 16-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

Kondisi Riil
St. Pengelolaan

St. Pembiayaan

Kegiatan Pembiayaan
P
Analisis Anslisis St.Pend & Pelatihan/IHT -Nara sumber
SI, SKL, Tendik /Workshop /fasilitator
St. -Akomodasi
Penilaian -Konsumsi
-ATK
-Honor
Penyusunan Siap Penugasan
KTSP ? -dll.

-ATK
Pembenahan/ -Honor
optimalisasi Penugasan
St. Proses Sesuai sesuai hasil -Biaya
? analisis operasional
Pesdik/Pend/
St. Sarpras TU/Adminis
Pemenuhan trasi
Pengadaan
Memenuhi, Pemanfaatan
Diberdayak secara optimal -Honor/biaya
anDipelihar Pemeliharaan/ jasa
a/ dirawat Perawatan -Pembelian
Penambahan -Pembangunan
Penghapusan/
Hibah

Koordinasi -Transport
Dukungan Cuku Konsultasi -ATK
Eksternal. p? Kemitraan -Akomodasi
-Konsumsi

RKJM Skala prioritas RKAS

Kondisi Ideal
2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 17-28
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

F. Penyusunan dan Penentuan Besaran Biaya Kegiatan dan Anggaran Sekolah

Rencana kegiatan di setiap sekolah tergantung kepada hasil analisis kesenjangan yang
terjadi di sekolah tersebut. Sedangkan besaran biaya dapat memgacu kepada ketentuan
Kabupaten/Kota masing masing, atau ketentuan lain yang ditetapkan menurut harga
pasar. Semua sumber dana harus dicantumkan dalam RKAS, baik dana yang diterima
sekolah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang tua, masyarakat, dan sumber
lainnya. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian A butir 8.b.4) yang menyatakan;
pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk
dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya. Penghitungan
dan penentuan besaran biaya/harga mengacu kepada besaran biaya/plafon yang berlaku
serta pembayaran kewajiban pajak sesuai dengan peruntukannya.

Cara menentukan program/kegiatan berdasarkan hasil analisis kondisi dapat dilihat pada
contoh 1. Sedangkan cara menentukan besaran biaya, terutama yang berkaitan dengan
operasional peserta didik dapat dilihat pada contoh 2. Untuk selanjutnya Adapun contoh
3 dan contoh 4 masing-masing adalah merupakan contoh cara menentukan besaran biaya
dalam pelaksanaan In House Training (IHT) dan cara menentukan biaya untuk kebutuhan
administrasi guru. Contoh 5 dan contoh 6 adalah contoh RKJM dan RKAS. Contoh RKAS
dapat dilihat di lampiran 1 panduan ini.

G. Kerangka Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan mencakup
berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan jumlah dana) yang
dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut:

1. Cover
2. Kata Pengantar dan Daftar Isi
3. Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
4. Pendahuluan (Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran )
5. Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis Konteks)
6. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan substansinya,
yaitu aspek dan uraian kegiatan, tanggal pelaksanaan, unsur yang terlibat, tujuan
kegiatan, hasil kegiatan dan sumber dana (format seperti contoh 6).

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 18-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

8. Lampiran - lampiran

Guna mendukung kelengkapan informasi, maka program kerja sekolah harus


dilengkapi/dilampiri dengan :
1. Fotocopy surat keputusan pendirian sekolah (bagi sekolah negeri) atau Akte
pendirian yayasan (bagi sekolah swasta)
2. Fotocopy surat keputusan pembentukan Komite Sekolah
3. Fotocopy surat keputusan pengangkatan Kepala Sekolah, sebagai bukti status
Kepala Sekolah yang definitif
4. Data sekolah mengacu pada Lembar Identitas Sekolah/Madrasah (LISM)
5. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Tim Kerja Sekolah beserta uraian
tugasnya.

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 19-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

Contoh 1: Penentuan rencana kegiatan yang didasarkan pada hasil analisis dan penentuan kebutuhan biaya dalam RKAS
No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
1. Semua pendidik Belum semua Melakukan kegiatan Honor fasilitator Besaran biaya Komite
menyusun Silabus pendidik dapat pelatihan bagi guru, Konsumsi pendidik dan sesuai dengan Sekolah
secara mandiri menyusun Silabus misalnya IHT fasilitator jumlah fasilitator
ATK dan pendidik yg
ada
....
.
7. Jumlah rombel 18 Jumlah ruang kelas 1.Penambahan ruang Biaya pembangunan RKB Jumlah ruang yang Komite
15 kelas dibangun sesuai Sekkolah
dengan kemampu- Masyarakat
an /rencana tahun Pemerintah
berjalan dengan
besaran biaya di-
sesuaikan dengan
standar yang
berlaku

....
.
18 Semua pendidik telah Baru 50% pendidik Persiapan dan Transport Disesuaikan Komite
tersertifikasi tersertifikasi pengusulan guru unyuk ATK dengan ketentuan sekolah
disertifikasi Kab./Kota
Mendorong Dinas
Kab/Kota
merealisasikan
usulan
....
..
22. Semua bangunan/ Sebagian gedung Pemeliharaan/pera- Pemeliharaan rutin berpe- Sesuai kebutuhan Komite
gedung difungsikan se- kurang terpelihara/ watan bangunan/ doman pada pembiayaan Sekolah
cara optimal dan ter- terawat gedung pemeliharaan dan rehab Block Grant
pelihara dengan baik ringan

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 20-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

No Kondisi Ideal Kondisi Riil Rencana Tindak Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana
. Lanjut/Kegiatan
23. Ruang kelas dilengkapi Baru sebagian ruang Pemenuhan sarana TIK Pembelian sarana TIK Besaran biaya Block Grant
dengan sarana TIK yang kelas yang dileng- di ruang kelas (infocus, screen, disesuaikan dengan
memadai kapi sarana TIK komputer, dll) aturan/harga yang
berlaku
....
30. Peserta didik memiliki Belum seluruh Kegiatan OSIS Transport Disesuaikan Komite
pengalaman peserta didik ATK dengan ketentuan Sekolah
berorganisasi memiliki Konsumsi Kab./Kota
pengalaman
organisasi
Seluruh peserta didik Baru sebagian Pembuatan kartu OSIS ATK Sesuai kebutuhan Komite
menjadi anggota OSIS peserta didik Biaya cetak Sekolah
memiliki kartu OSIS

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 21-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

Contoh 2: Perhitungan biaya operasional peserta didik (non inventaris)


a. Ulangan harian.
Ulangan harian diperhitungkan dari jumlah SK/KD untuk setiap mata pelajaran.
Sebagai contoh untuk mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Jumlah Banyak Ulangan Kebutuhan
Kelas Jumlah SK KD Harian Kertas
X 6 24 8 kali 24 lembar
XI IPA 6 21 7 kali 21 lembar
XI IPS 3 14 5 kali 15 lembar
XI BHS 2 6 4 kali 12 lembar
XII IPA 5 20 6 kali 18 lembar
XII IPS 4 12 4X 12 lembar
XII BHS 3 8 4X 12 lembar

Dari daftar di atas, jika diratarata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali Ulangan
Harian setiap yahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD), maka kebutuhan
Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut;
18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar 0, 67 rim kertas
Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube,
dan
Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar.
Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah
Jenis Harga satuan
kebutuhan volume (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan
Kertas 0,67 40.000,00 26.800,00 Harga disesuaikan dengan
plafon/ ketentuan/ harga
pasar
Tinta 0,4378 300.000,00 131.250,00
Master 3,24 3.000,00 9.700,00
Jumlah 167.750,00

b. Praktikum
Ratarata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun
(disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah
sebagai berikut:
10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00

c. Pembinaan Prestasi
1) Ekstra kurikuler Rp 60.000,00
2) Akademik Rp 60.000,00
Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun
d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 22-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00
e. Buku Teks
18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi
Rp 180.000,00/peserta didik/tahun
f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00

Jumlah kebutuhan operasional /peserta didik/Tahun adalah;


Biaya yang Keterangan
No. Jenis kegiatan dibutuhkan (Rp)
a. Ulangan Harian 167.750,00 Harga/besaran biaya disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku
b. Praktikum 200.000,00
c. Pembinaan Prestasi 120.000,00
d. Ulangan Akhir 30.000,00
Semester/ Ujian
e. Buku Teks 180.000,00
f. Administrasi 30.000,00
Jumlah 727.750,00

Contoh 3: Penghitungan biaya In House Training

In House Training (IHT), merupakan pelatihan yang dilakukan di sekolah. Waktu disesuaikan
dengan banyaknya/luasnya substansi materi pelatihan, sedangkan pembiayaan disesuaikan
dengan peraturan yang berlaku, misalnya sesuai dengan plafon biaya Pemerintah Daerah
setempat. Berikut contoh perhitungan pembiayaan untuk IHT tentang pelaksanaan dan
penyusunan hasil analisis konteks dilaksanakan selama 2 hari dengan jumlah peserta 50
orang:

No. Jenis Pembiayaan Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)


(Rp)
1. Honor
a. Nara 16 jam 50.000,00 800.000,00
Sumber/fasilitator
b. Pengarah 2 orang 500.000,00 1.000.000,00
2. Konsumsi 55org x 2 hr 30.000,00 3.300.000,00
3. ATK 55 pkt 25.000,00 1.375.000,00
Jumlah 6.475.000,00
Contoh 4: Penghitungan biaya kebutuhan administrasi guru

Pembiayaan kebutuhan administrasi guru dalam pembelajaran berhubungan dengan ATK dan
honor penugasan. Penghitungan untuk ATK dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
banyaknya guru dan program (IPA, IPS, dan Bahasa) yang ada di sekolah. Penugasan
penyusunan administrasi (Silabus, RPP, dan pedoman/program kegiatan lainnya) dapat
dilakukan per mata pelajaran. Sebagai contoh untuk sekolah dengan banyak guru 55 orang

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 23-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

dan hanya ada jurusan IPA dan IPS saja, serta penugasan dilakukan per kelompok mata
pelajaran, maka penghitungan pembiayaan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Honor Penugasan: 18 mapel x Rp 200.000 = 3.600.000 /semester

2. ATK diperkirakan

a. Kertas: 1 rim/orang/semester, sehingga kebutuhan ATK keseluruhan menjadi 55


orang x 1 rim x Rp 40.000 = Rp 2.200.000/semester

b. Tinta; 55 rim x 500 lembar = 27.500 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (27.500 :
800) x Rp 300.000,00 = Rp 10.312.500,00/semester

c. Master; (27.500 : 100) x Rp 3000,00 = Rp 825.000,00/semester

Dengan demikian maka kebutuhan biaya untuk administrasi guru dalam satu Tahun
adalah sebagai berikut;

No. Jenis Kebutuhan Biaya per Biaya yang diperlukan dalam


semester (Rp) satu Tahun (Rp)
1. Honor Penugasan 3.600.000,00 7.200.000,00
2. ATK
a. Kertas 2.200.000,00 4.400.000,00
b. Tinta 10.312.500,00 20.625.000,00
c. Master 825.000,00 1.650.000,00
Jumlah 33.875.000,00

2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 24-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)
Contoh 5: Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)

RENCANA KERJA JANGKA MENENGAH (RKJM) - PERIODE TAHUN 2010-2013


SMA ........
KAB./KOTA : .........
PROVINSI: ..........

URAIAN KEGIATAN TAHUN


NO. KOMPONEN KEGIATAN (DISESUAIKAN DENGAN HASIL ANALISIS SASARAN 2010 2011 2012 2013
KESENJANGAN)
1. Standar Isi dan 1.1 Penyusunan/ 1.1.1 Penyusunan program kerja ... naskah
Standar
Kompetensi Lulusan Penyempurnaan 1.1.2 Penyusunan/penyempurnaan ... naskah
Dokumen kurikulum dokumen KTSP
1.1.3 Penyusunan/penyempurnaan ...naskah
komponen KTSP
1.1.4 Penyusunan/pengembangan silabus 22 naskah 6 6 6 4

2. Standar Proses 2.2 Penyusunan 2.2.1 Penyusunan RPP 22 MP ... .... ...-
perangkat
pebelajaran 2.2.2 Penyusunan/pengembangan bahan 5 judul/MP 2 2 2
ajar judul/MP judul/ judul/
MP MP
3. Standar Pendidik 3.1 Pemenuhan 3.1.1 Pendidikan S1 bagi guru 10 orang - 5 5
dan Kualifikasi orang orang
Tenaga akademik pendidik 3.1.2 Sertifikasi profesi guru ... orang ....- ... ....
Kependidikan dan orang orang orang
tenaga kependidikan 3.1.3 Peningkatan kompetensi guru ....orang ..... .... ....
dalam pengembangan bahan ajar
berbasis TIK, melalui
workshop/pelatihan eksternal dan
IHT(internal)
3.1.5 Peningkatan kompetensi tenaga .... orang ... ...
laboran melalui orang orang
workshop/pelatihan eksternal dan
IHT(internal)

2009-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 25-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)
URAIAN KEGIATAN TAHUN
NO. KOMPONEN KEGIATAN SASARAN
(DISESUAIKAN DENGAN HASIL ANALISIS 2010 2011 2012 2013
4. Standar Sarana dan 4.1 Pemenuhan standar KESENJANGAN)
4.1.1 Penambahan ruang kelas .... ruang ... ruang ... ...
Prasarana ruang kelas ruang ruang
4.1.2 Pemenuhan sarana ruang kelas ... ruang ....ruang ... ...
ruang ruang
4.2 Pemenuhan ruang 4.2.1 Perluasan ruang perpustakaan .... unit
perpustakaan
4.2.4 Pengembangan perpustakaan 1 paket
berbasis TIK

4.3 Pemenuhan 4.3.1 Pembangunan ruang laboratorium 1 unit


Laboratorium komputer
Komputer 4.3.2 Pemenuhan sarana 1 paket

dst .....

2009-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 26-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)
Contoh 6: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) - TAHUN 2010/2011

SMA ......
KABUPATEN/KOTA: .......
PROVINSI: .......

UNSUR YG TERLIBAT HASIL KEGIATAN SUMBER DANA


TGL
ASPEK DAN TUJUAN SEKOLAH BLOCK LAIN-
NO PELAKSANA URAIAN
URAIAN KEGIATAN JABATAN PERAN KEGIATAN JUMLAH (Rp) GRANT NYA
AN OUT PUT
(Rp) (Rp)
1. Standar isi dan
standar kompetensi
lulusan
1.1 Penyusunan/
Penyemp. dok.
Kurikulum
1.1.1 Penyempur- 23-25 Agust Kasek Narasum- Menyempur Dokumen KTSP 1 naskah 1.800.000 - -
naan doku- 3 Wa- ber nakan yang disempu-
men KTSP kasek Penyusun dokumen rnakan melalui
4 Guru KTSP analisis konteks
2 TU Panitia
2. Standar Sarana dan
Prasarana
2.1 Pengadaan 1 18 Juli s.d. Panitia Pelaksana Memenuhi Ruang kelas baru 1 unit 25.000.000 90.000.000. -
unit RKB 18 Oktober pemba- kebutuhan
2010 ngunan ruang kelas

dst

2009-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 27-28


Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)

BAB III

PENUTUP

1. Semua SMA berkewajiban untuk terus berupaya meningkatan kuantitas dan kualitasnya
secara proporsional melalui berbagai kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan
dan Anggaran Sekolah (RKAS), agar pada saatnya dapat memenuhi SNP.

2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan pedoman dan acuan bagi sekolah
dalam pelaksanaan proses pendidikan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah.

3. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk
mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh
guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang. RKAS juga harus berorientasi
ke depan dan dapat menjembatani antara kondisi saat ini dan kondisi ideal.

4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah memiliki komponen dan cakupan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis kondisi, serta memperhatikan peluang dan
tantangan dari lingkungan eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, dalam rangka
pemenuhan SNP.

5. Panduan Penyusunan RKAS ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah
dalam menyusun rencana kerjanya untuk memenuhi SNP.

Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini sangat diharapkan.

2009-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 28-28

Anda mungkin juga menyukai