Anda di halaman 1dari 2

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dosis lethal 50 (LD50) pada hewan coba serta penaruh

toksikan terhadap hewan coba. hewan coba yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus). Baygon Cair
digunakan sebgai toksikan, dimana zat yang terkandung di dalam baygon cair adalah propoxur dan
transflutrin yang diinjeksikan melalui intramuscular pada mencit. LD50 didefinisikan sebagai dosis
tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan coba, juga dapat
menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan
petunjuk dosis yang sebaiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama.

Sebelum perlakuan, Mencit diamati terlebih dahulu meliputi aktivitasnya (hiperaktif, aktif,
hipoaktif), adanya saliva atau tidak, respirasi (frekuensi pernafasan), denyut jantung, diameter pupil
mata, dan ada/tidaknya respon nyeri. Berdasarkan hasil pengamatan sebelum pemberian toksikan,
diperoleh hasil yang normal, yaitu tertera seperti pada tabel hasil pengamatan.
Selanjutnya toksikan (larutan baygon cair) diinjeksikan secara intramuscular pada hewan
coba sebanyak 0,35 ml. ternyata dengan dosis sebanyak 0,35 ml dapat menyebabkan hewan coba
mengalami penurunan aktivitas yang sangat cepat, yaitu setelah diinjeksikan tidak sampai satu menit
hewan coba langsung kejang dan kemudian mati. Selanjutnya dilakuak pengamatan seperti pada
sebelum perlakuan dan hasil pengamatan semuanya negative atau seperti pada tabel hasil pengamatan
karena mencit sudah mati. Dari hal tersebut kemungkinan adanya kesalahan cara/sudut penyuntikan
sehingga menimbulkan luka pada otot mencit yang langsung berdampak pada sistem saraf pusat
mencit, atau cairan diinjeksikan secara intramuscular pada mencit terlalu banyak yaitu 1 ml. Selain itu
mungkin karena adanya pengaruh dari toksikan yang memang dalam dosis 0,35 ml dapat membunuh
mencit secara cepat.
Padahal, sesuai literature propoxur bekerja dengan cara menghambat enzim asetil
kolinesterase dimana enzim tersebut berfungsi untuk menguraikan asetilkolin (Ach) menjadi asetat
dan kolin agar keseimbangan antara produksi dan degradasi Ach tetap terjaga. Karena terhambat
maka konsentrasi asetil kolin akan meningkat, efek meningkatnya asetilkolin berpengaruh terhadap
sistem saraf otonom yakni sistem saraf parasimpatis dimana salah satu efeknya berupa
bronkokontriksi yang akan menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi melambat atau terhenti
seketika. Tetapi hal tersebut tidak dapat dipastikan secara signifikan karena kami tidak dapat
melakukan pengamatan secara berlanjut yaitu setelah pemberian bahan toksikan pada mencit, dimana
semua hasil perlakuan negative atau seperti pada tabel di atas. Selain itu juga karena mencit
mengalami kejang dan kematian yang sangat cepat setelah pemberian toksikan.
III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan dosis sebanyak 0,35 ml dapat menyebabkan penurunan aktivitas yang sangat
cepat dan langsung setelah pemberian / penginjeksian pada hewan coba / mencit dan
sampai menyebabkan kejang dan kematian pada mencit.
2. Kemungkinan yang menyebabkan kematian secara langsung setelah penginjeksian adalah
kesalahan dalam penyuntikan yang menyebabkan luka pada jaringan otot mencit
sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap system saraf pusatnya.
3. LD50 tidak bisa dipastikan, karena kematian mencit tersebut dipengaruhi oleh dosis yang
diinjeksikan atau memang karena kesalahan pada saat penyuntikan.

Anda mungkin juga menyukai