Anda di halaman 1dari 7

Duduk!

Saya sengaja berdiri tegak di sini, karena pelajaran yang ada itu, ini hanya mengenai
keislaman saja dan pengetahuan lebih rendah dari pada itu umum. Santri itu keimanan yang
terkandung di dalamnya yaitu khusyuk. Ini ndak ada di sini. Jarang pesantren yang
menerangkan masalah keimanan yang sebenar-benarnya. Ini saya coba, mudah-mudahan,
bisa terlaksana niat ini, mencoba pondok pesantren salafiyah di sana, di sebelah utaranya Pak
Hawa. Maksudnya salafiyah itu akhlak. Karena semuanya kembali kepada akhlak. Baik
agama maupun ilmu dan lainnya kembali kepada akhlak. Ilmu tanpa akhlak tidak ada
gunanya. Ada ini, orang Madura. Ilmunya ada, tapi di sekolah ia mengajar, mengintip
perempuan. Ilmunya ada tapi akhlaknya tidak ada. Malahan sampai memperkosa seorang
perempuan. Membawa kabur seorang perempuan dan dilepas di sebuah gunung. Ini karena
akhlaknya. Karena ilmu yang tidak disertai akhlak, seakan-akan itu, sama dengan makanan
yang tanpa rempah. Sekalipun makanannya baik tapi tidak ada rempahnya tidak enak juga.
Begini juga ilmu, tapi tidak ada akhlaknya. Karena ini turun ayat
surat
itu (atau surat , pen.)

.
.

. .
Sesungguhnya dirimu, Muhammad, berada pada akhlak yang mulia.
Orang-orang Mekkah heran, seperti apa akhlaknya Muhammad ini? Ada yang bertanya
kepada Sayyidina Aisyah, Bagaimana akhlaknya Rasulullah, Sayyidina Aisyah? Sayyidina
Aisyah menjawab, Akhlaknya Rasulullah adalah Al-Quran. Seperti Al-
Quran surat Al-Baqarah, yang turun kepada Bani Israil yang berlaku sampai umat
Muhammad:
(83 : )...
Di waktu Kami mengambil perjanjian jangan kalian menyembah kecuali kepada Allah dan berbuat
baik kepada kedua orang tuanya
Panjang ini ayatnya, berbuat baik dan taat kepada kedua orang tua. Di ayat yang lain

(15 : )...



Orang tua, ayah ibu ini, kalau menyuruh anaknya kemaksiatan, menyimpang dari agama
jangan kamu ikuti, kata Allah, tapi perlakukan mereka, jangan lawan, dengan perlakuan
yang baik. Jangan ikuti. Jadi, kalau melakukan kemaksiatan, siapapun, tidak boleh diikuti.
Orang tua ini wajib dipatuhi, tapi kalau menyuruh kemaksiatan jangan dipatuhi, tapi tetap
hormati mereka.


(15 : )...
Dan ikutilah orang-orang yang kembali (bertaubat) kepada-Ku, kata Allah. Artinya yang beriman
dan berakhlak.
(Lanjutan dari surat Al-Baqarah: 83)



Dan kepada famili, anak yatim dan orang miskin juga, berbuat kebaikan, tidak membentak-
bentak. Dan berbicarah kepada manusia dengan tutur kata yang lembut. Kepada orang lain
berbicara harus dengan bahasa yang halus. Tegakkanlah shalat dan tunaikan zakat, ini bagi
mereka yang wajib mengeluarkan zakat. Ini di surat Al-Baqarah. Ini berlaku mulai Bani Israil
sampai sekarang. Banyak di ayat-ayat Al-Quran.
Sayyidina Aisyah berkata ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, (akhlak ini tata karma,
sopan, santun) membaca surat Al-Mukminun:

.
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang di dalam shalat mereka
khusyuk.
Sebelum ayat ini turun, orang-orang Mekkah biasa kalau shalat sambil tolah-toleh ketika ada
orang yang lewat. Sejak turun ayat ini, semuanya diam. Di Mekkah, katanya, banyak
nyamuknya, itu tidak berpengaruh. Sampai saking khusyuknya, Sayyidina Ali Ini yang
dimohon pada surat Al-Fatihah
...
.
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan.
Sayyidina Ali ketika shalat dipanah oleh seseorang, panahnya menancap, sayyidina Ali tidak
menoleh, sahabat yang lain yang datang. Ini dari khusyuknya, tidak terasa, yang ada hanya
Allah saja, tidak ada artinya panah itu. Ini khusyuk yang sudah sangat mantap. Jadi
maksudnya, khusyuk itu tata krama kepada Allah, bagaimana caranya shalat, tata krama,
sopan, santun, tidak berbicara, kalau baca Al-Fatihah tidak ingat kepada yang lain selain Al-
Fatihah yang dibaca itu.
(Lanjutan dari surat Al-Mukminun)



Yang tidak berbicara hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Ini akhlak Rasulullah. Hal-hal yang tidak ada manfaatnya, bercengkrama seperti sebagian
santri yang bercengkrama pada jam 3 malam, ini tidak dijalankan oleh para sahabat. Tidak
ada yang melakukannya.

Dan orang-orang yang menunaikan zakat.
Kalau punya kewajiban zakat, keluarkan zakatnya. Sekarang, rakyat Indonesia yang nampak,
orang-orang yang punya kewajiban mengeluarkan zakat banyak yang tidak mengeluarkan
zakat, tidak memenuhi kewajibannya.
Saya pernah diundang Menteri Agama dulu ke Semarang, di antaranya, ya ini, dua
permasalahan. Dari Sumenep saya yang diundang. Seperti kemarin ini, ada rapat, tapi bukan
menteri, rapat NU, tapi saya tidak bisa hadir, di kediaman K. Maimoen, Pondok Pesantren
Al-Anwar. Saya diundang. Itu hanya 70 kiai se-Indonesia yang diundang. Saya mewakilkan
ke orang Sumenep, Hafidi. Hafidi ini memang santrinya K. Maimoen. Saya mohon maaf,
keadaan sudah seperti ini (beliau tidak bisa bepergian jauh dengan kondisi kesehatan beliau,
pen.).
Sering-seringnya Rasulullah ketika dipanggil oleh keluarganya mengatakan . Ini artinya
kadhinto (tingkatan paling halus dalam bahasa Madura sebagai jawaban ketika ada yang
memanggil, pen.), bukan napa (bahasa yang sedikit lebih kasar dari kadhinto, pen.).
Termasuk khusyuk ini tujuan dari ibadah. Ibadah ini jangan ditujukan yang lain. Ibadah ini
bermacam-macam. Ibadah ini suatu bentuk pengabdian kepada Allah, apakah berupa
mengaji, mengaji yaa siin, mengaji dengan baik. Ada santri yang baik mengaji yaa siin di
rumah, ada yang tidak tahu tartil, mengajinya cepat. Tartil ini maksudnya tenang, huruf-
hurufnya tenang, bacaan madnya, tajwidnya digunakan. Ini yang saya harapkan. Membaca
yaa siin mencari santri yang benar-benar baik bacaannya. Ada, tiga orang, yang sangat baik
bacaannya. Jadi, kalau mengaji bukan karena apa. Karena itu ibadah. Ibadah itu suatu bentuk
pengabdian kepada dan karena Allah, berbuat kebaikan. Artinya ikut perintah Allah.
Ada sekarang, ini mulai dulu memang, mulai di Kitab Ihya, ada orang azan 30 tahun, setelah
itu meninggal dan diganti saudaranya, juga 30 tahun. Setelah sekian lama, datang ke
mimpinya bahwa yang dikerjakan tidak ada pahalanya sama sekali, malahan hanya
mendapatkan dosa. Bagaimana? Kalau azan itu (beliau mencontohkan azan yang kurang
baik). Azan ini memberitahukan waktu, jadi kalau azan sengaja dengan mempola kecil
suaranya bukan azan namanya, tapi mengumumkan kalau suaranya bagus. Ini tidak ada
pahalanya sama sekali, malahan kalau orangnya merasa suaranya lebih bagus hanya
mendapatkan dosa. Ini dikatakan , sombong, kalau merasa dirinya lebih bagus
(suaranya). Jadi kalau azan, azan seperti biasanya saja. Malah, kalau di sini dulu anak kecil
dilarang azan. Karena, kata orang dulu, kalau anak kecil azan gun mageringgingan buluna
burik (Madura: hanya membuat bulu-bulu dubur gemetaran). Tidak ada pahalanya. Kalau
sampai merasa lebih bagus dan lebih baik dari yang lain, ini hanya mendapatkan dosa.
Mengajipun begitu. Jadi, mengaji Al-Quran yang bisa mendapatkan pahala itu mengaji
dengan baik dan menggunakan tajwid. Ini maksud dan tujuan saya, mendirikan pesantren
agar tahu tujuan beribadah. Biar bisa beribadah dengan khusyuk kepada Allah, bisa kembali
kepada Allah ibadahnya.
Kedua, yang terakhir, jaga jangan sampai memakan yang kotor apalagi yang haram. Barang-
barang yang kotor itu, orang yang menjual sembarangan itu tidak tahu barang najis, terus
dibeli. Ini bisa mengotori akhlak. Apalagi tidak membayar. Ini, warung di depan, itu
diadakan, itu Layyinah (nama putri beliau) mengundang (penjaga) termasuk warung yang di
barat, agar santri tidak membeli di luar (pesantren). Dan kalau malam juga tidak keluar
(pesantren). Nah, itu ada laporan, kemarin biasanya dalam satu bulan bagiannya
mendapatkan sampai 5.000, dibagi tiga dengan pemilik (pengelola) warung, pemilik tanah
Layyinah, yang bangun warung Ibu Nyai, dan yang mengelola, itu hanya mendapatkan 200
sebulan, bagiannya. Karena hanya mendapatkan 600. Tidak mencapai 500 (pembagiannya).
Laporannya bagaimana, ketika menjual dan sedang ramai hanya piringnya yang banyak tapi
hasilnya uang sedikit, uangnya tidak pas, lebih banyak piringnya yang keluar. Jadi hati-hati.
Karena kata hadits, tapi saya tidak tahu perawinya, karena sudah tidak bisa, sulit mencari
kitab dengan keadaan seperti ini:

Barang siapa memakan satu suapan dari barang haram, maka tidak diterima shalatnya oleh Allah
sebanyak 40.
40 apa? Wallahu Alam. Ini mubham. Apa 40 kali shalat, 40 hari, 40 tahun, atau 40 apa, Wallahu
Alam. Satu suapan tidak diterima 40. Kalau dua suapan 80. Kalau tiga suapan 120. Kalau pak
ompaan? (Madura: berkali-kali suapan) nah, ini, pak ompaan. Pak ompaan dikali 40. Coba
dilihat, berapa? Pak ompaan dikali 40?
Jadi, ini yang saya maksudkan bagaiman menjadi santri yang bersih, bersih lahir batin. Jadi
harus patuh, tunduk, jangan melanggar. Ini maksudnya.
Ini juga sampaikan ke orang tunya ketika akan pulang, ini akan ditingkat lantai tiga, yang di
atas menghadap ke selatan, yang di bawah tetap menghadap ke utara. Ini sudah rusak. Ini
(bangunan) pondok pertama. Kayunya dulu saya (yang usaha). Tidak ada panitianya.
Mushalla ini juga tidak ada panitinya, saya sendirian. Sekitar tahun 70an, sebelumnya. Ia,
tahun 70an. Pasir dan besi masih sulit. Tidak ada yang jual besi di sini. Harus ke Surabaya.
Ketika beli ke Surabaya, tidak yang tahu beli besi. Tukang yang mengerjakan ini dari
Pamekasan. Tidak ada tukang di sini. Sekarang sudah banyak, di Prenduan, di Pragaan.
Terkadang saya larut malam, ada paman saya, yang mengantarkan. K. Abdul Mannan
namanya dari Pragaan. Paman sepupu, sepupunya ummi. Itu saya ajak ke Pamekasan, di
Bugih tempatnya, masuk ke pelosok. Jalan kaki dulu, karena tidak ada kendaraan. Dulu,
sekitar tahun 70an. Masjid yang di barat, saya juga (yang ngurus). Tahun 65, masjid itu
dikerjakan. Sebelum pemberontakan PKI sampai 65. Tidak mendapatkan semen. Masjid yang
sebelumnya. Beli semen saya bermalam di Pamekasan. Kadang dapat 10 sak. Ketika sampai
di sini, oleh tukangnya dilihat, diletakkan di air, banyak yang mengapung, abu tomang
(Madura: abu kayu/abu dapur), disamarkan dan dicampurkan. Tidak ada semen utuh,
semuanya sobek. Ini keadaan dulu, sekarang yang penting ada uang. Semen sudah banyak
macamnya.
Jadi, yang pertama berjamaah. Berjamaah ini penting. Karena shalat ini
, shalat ini nomor duanya syahadat dalam rukun Islam. Setelah syahadat, shalat. Jadi
ini harus dijaga. Khusyuklah, artinya jangan ingat pada yang lain. Paling rendahnya khusyuk
yaitu hati membaca apa yang dibaca mulut. Mulut membaca Al-Fatihah, hati juga membaca.
Jadi, tidak ingat pada yang lain. Badan sujud dan ruku membaca , hati
juga membaca. Ini paling rendahnya khusyuk. Sujud juga demikian,
hati juga membaca. Ini khusyuk namanya. Dipelajari. Di awal-awal memang sulit. Di waktu
shalat, Besok ibu datang. Bukan begini khusyuk. Bukan ingat pada ibunya. Besok semoga
aku dikirim anu. Ngosok (Madura: marah) itu namanya.
Saya sampai sekarang belum bisa berjamaah di sini. Sulit saya shalat ketika di rumah. Saya
shalat di kursi. Jadi, saya mengingatkan. Tapi saya tidak putus asa.


Allah yang menciptakan kalian dari yang lemah, ketika kecil lemah itu. Tidak tahu apa-apa.
Memegang apa saja jatuh. Lemah. Sekarang langsung melek. Dulu, ketika saya masih kecil,
tiga hari bayi itu belum melek. Keluar dari rahim ibunya, tiga hari masih terpejam matanya,
tidak melek. Sekarang langsung melek. Melek langsung bisa berbicara. Tidak ada orang yang
cadel sekarang.



Kemudian setelah lemah dijadikan kuat. Lari-lari, bermain ke bukit. Itu setelah lemah.



Kemudian setelah kuat dijadikan lemah dan tua beruban.
Ada seseorang berjalan sudah tua, tapi lebih muda dari saya, di Surabaya periksa ke dokter,
dokter tulang, dokter yang menangani lutut seperti ini. Katanya tidak bisa. Padahal lebih
muda dari saya. Katanya, Ini umur sudah tua. Semoga saya tidak Saya umur ini kalau
(perhitungan) hijriyah sudah 91. 1394. Kalau masehi biasanya lebih banyak. Tapi saya tetap.
Yang saya khawatirkan saya meninggal, mendirikan pondok salafiyah, siapa yang akan
meneruskan itu. Saya maksa Itqan mondok, dia tidak kerasan, tidak mau. Mondok, pilih K.
Maimoen atau Kudus. Kalau sudah jadi, akan dimulai pengajian akhlak untuk santri yang
tidak sekolah. Yang saya khawatirkan saya meninggal, kasihan yang telah sedekah mushalla
itu. Luar biasa orang yang sedekah. Kemarin setelah temboknya sampai dua meter, panitia
berkumpul. Saya bilang, Saya berterima kasih. Saya tidak akan minta, tidak akan minta
bantuan lagi pada kalian. Terima kasih. Itu tidak ada biayanya. Saya memasrahkan, ada
orang sedekah tanah, tidak ada modal, ada orang yang sedekah uang dari Malang Rp. 25 juta.
Itu untuk semen. Itu saya berikan. Ini ada orang memberi uang 25 juta, katanya, untuk
dibelikan semen. Ini buat apa saja. Buat mushalla, buat bangunan, buat pagar. Saya tidak
tahu. Saya tidak ikut campur. Saya mau mengurusi yang santri putri, pondok dan mushalla.
Sudah tidak kuat. Untuk santri putri sulit. Lebih sulit dari santri putra. Saya tidak ikut
campur. Kalau cuma kopi di pagi hari dan genlanggena gigi (Madura: makanan ringan) bukan
genlanggena tabuk (Madura: makanan seperti nasi) silahkan minta ke rumah. Terima kasih.
Saya langsung pulang ke rumah. Ketika saya akan menutup pintu, saya dijemput untuk
membaca doa. Nah, ini ada yang menyatakan, akan nyumbang genting, nyumbang kayu,
memiliki kayu beberapa batang, silahkan pilih jika ada yang cocok, katanya. Ada yang 15
batang, besar-besar, diberikan semuanya. Ada yang memiliki 100 batang disuruh milih. Ada
yang tidak diketahui berapa batang, sampai sekarang ada di Muncek Timur di gunung. Tiga
batang yang ini. Terus genting, lantai, keramik ada yang menanggung. Kata saya rembuk
dengan panitia, keramiknya keinginan saya mencari yang baik, yang menanggung itu H.
Rauf, cucunya yang kecelakaan di Pamekasan, mau menanggung berapa terus dicarikan
tambahan dan disatukan dan memilih yang baik. Itu mengambil yang seharga 100 lebih,
asalnya mengambil yang seharga 170. Tapi warna keramiknya sangat putih. Sangat jelas
kalau kotor. Keramiknya mengambil yang seharga 100 lebih sedikit.
Terus semen. Dinaikkan ke atas memakai besi. Saya tanya, Ada semennya ini, ya? Ada
tujuh sak ini Kiai. Kata tukangnya. Bagaimana? Kalau sudah tidak ada, berheti dulu.
Setelah empat atau lima hari berikutnya saya kembali lagi. Bagaimana? saya tanya ke
Khaliq, keuangan. Bagaimana semennya? Sudah ada. 450. Toko-toko di Ganding, ini ada
yang nyumbang 70, ada yang numbang 25, ada yang 10. Ketika dijumlah mencapai 150.
Yang terakhir, kalau membacaya yaa siin, supaya dengan tartil, yang baik. Ada yang baik
bacaannya. Membaca Barzanji demikian juga. Dulu, kalau membaca Barzanji, natsarnya dibaca
juga
. .
.
Bukan langsung nazamnya. Banyak orang mengaji kalau Barzanji. Banyak yang hatam.
Barzanji, Burdah banyak yang hafal. Itu kan sifatnya Rasulillah. Menerangkan sifatnya
Rasulillah.

Andaikan tidak ada kamu, Muhammad, maka tidak akan ada dunia ini.
Jadi, adanya dunia karena Allah akan menciptakan Muhammad di zaman azali. Andaikan
Allah tidak akan menciptakan Muhammad tidak akan menciptakan dunia. Ada sebuah
hadits:

Andaikan tidak ada kamu, Muhammad, aku tidak akan menciptakan alam semesta ini. Ini hadits
qudsi.
Hormatlah kepada Rasulillah. Istri Rasulillah, Sayyidina Aisyah. Malaikat Jibril membawa
gambar, daun surga disampaikan kepada Rasulillah, ada gambarnya perempuan. Siapa
perempuan ini? Ini istrimu sampai ke surga. Kata Malaikat Jibril. Yang menunjukkan
Malaikat Jibril, lewat Malaikat Jibril langsung dari Allah dengan daun surga yang ada
gambarnya. Rasulullah tidak kenal. Siapa anak ini? Kata Rasulullah. Beliau memanggil
Abu Bakar. Abu Bakar, siapa ini? Abu Bakar adalah orang pertama yang beriman dari
golongan laki-laki. Kalau perempuan Sayyidina Khadijah, yang beriman pertama. Siapa
ini? Ini putri saya, Rasulullah.Ini Malaikat Jibril yang bawa. Ini istri saya sampai surga.
Kalau engkau mau mengetahui saya akan menyuruhnya mengantarkan kurma nanti.
Kemudian Abu Bakar pulang. Antarkan ini. Aisyah masih kecil waktu itu, umur 7 tahun.
Ketika Sayyidina Aisyah sampai, langsung dipegang oleh Rasulullah. Sayyidina Aisyah lari,
mengadu kepada Abu Bakar. Rasulullah memagangku. Itu adalah wahyu dari Allah,
kamu adalah istri beliau sampai surga. Ini Sayyidina Aisyah. Ini, tidak ada nabi sebelum ini.
Sudah demikian saja, ini azan sudah. Kalau azan, tidak harus meniru itu. Yang pas saja
suaranya. (Beliau menirukan suara azan). Azan itu memberitahukan kalau sudah masuk
waktu shalat, bukan memberitahukan merdunya suara. Ingat! Kalau merasa, azan dipola
suaranya, merasa bagus, ini namanya. Bukan hanya tidak ada pahalanya, tapi
hanya mendapatkan dosa. Mengaji demikian juga. Mengaji apapun. Sudah demikian saja.

Anda mungkin juga menyukai