Beberapa Metode Kultivasi Mikroalga Dapat Diterapkan Sesuai Dengan Kenginginan
Beberapa Metode Kultivasi Mikroalga Dapat Diterapkan Sesuai Dengan Kenginginan
Kultivasi ini
dapat ditinjau dari berbagai segi seperti dari segi nutrien, cara pemanenan, dan sistem pond yang
ingin digunakan.
1. Sistem kultur
Kultivasi mikroalgae dibedakan menjadi dua, open pond dan closed pond
photobioreactor. Masing masing cara kultivasi memiliki kelebihan dan kekurangan
ditinjau dari beberapa aspek seperti biaya investasi, kontaminasi dan sebagainya.
a. Open Pond
Sistem kultivasi open pond rentan terhadap serangan mikroalgae dan protozoa asing.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk mikroalga jenis tertentu yang
hidup pada lingkungan ekstrim seperti Spirulina yang dapat tumbuh pada alkalinitas yang
tinggi, Dunaliella yang tumbuh pada salinitas yang tinggi, dan Chlorella yang tumbuh
pada medium dengan nutrien yang tinggi dan kompleks. Ditinjau dari produktivitas
biomas, sistem open pond kurang efisien dibanding photobioreaktor sistem tertutup. Hal
ini dikarenakan potensi evaporasi medium, temperatur yang fluktuatif, dan pengadukan
yang kurang sempurna.
Pada umumnya, kultivasi mikroalgae secara komerisial menggunakan metode open pond
karena dipilih berdasarkan biaya investasinya yang murah. Di antara desain open pond
lainnya, desain raceway lazim ditemui dalam industry pengolahan mikroalga. Sistem
raceway ini ditujukan untuk menghindari sedimentasi biomas dan mempermudah
pencampuran nutrien dengan medium. Pond memiliki kedalaman 0.2-0.5 meter, dan
medium diaduk menggunakan paddle wheel.
1. Cahaya
Cahaya menjadi faktor penting dalam pertumbuhan mikroalga karena dibutuhkan dalam
proses fotosintesis. Intensitas cahaya sering disebutkan dalam satuan microEinsteins/m2s
atau setara dengan satu mol photons. Beberapa satuan lain seperti micromol/ m2s, Lux
dan W/m2 juga digunakan. Jeon et al (2005) melaporkan bahwa aktivitas fotosintesis
naik seiring kenaikan intensitas cahaya. Hal ini menjadi penting apabila mikroalga
dibiakkan dalam kedalaman tertentu, semakin dalam medium mikroalga, intensitas
cahaya yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Choochote et al, (2010) melaporkan bahwa
Chlorella sp dapat tumbuh dalam keadaan maksimum pada kondisi intensitas cahaya
5000 lux.
Sebagian besar mikroalga tidak dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan pencahayaan
yang konstan, karena membutuhkan waktu istirahat untuk menyimpan makanan.
Terkadang dilakukan manipulasi durasi pencahayaan light .dark (L/D) antara lain 16:8,
14:10 atau 12:12 waktu pencahayaan.
2. Suhu
Kebanyakan jenis ganggang tumbuh dengan baik pada suhu 17 o C hingga 20oC. Suhu yang lebih
rendah biasanya tidak akan membuat ganggang mati, tetapi akan mengurangi laju pertumbuhan
mereka. Suhu diatas 27oC sebagian jenis alga akan mati. Jika perlu kultur dapat didinginkan oleh
aliran air dingin diatas permukaan pembuluh atau dengan mengendalikan suhu udara dengan
AC. Studi tentang pengaruh temperatur dan growth rate mikroalga telah dilakukan oleh Goldman
dan Carpenter (1974), dan dilaporkan bahwa kenaikan temperatur pada range tertentu dapat
menaikkan growth rate mikroalga.
3. Nutrisi
Nutrisi adalah garam-garam anorganik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Untuk
kultur alga, akan lebih mudah untuk membuat sampai standar solusi yang kuat, dalam
pengenceran yang tepat dalam air laut, menyediakan media kultur
4. Pencampuran
Dengan pencampuran cahaya dan nutrisi yang diperlukan menjadi tersedia untuk semua sel.
Kultur alga biasanya dicampur dengan gelembung udara yang melalui mereka. Hal ini dapat
dipasok dari kompresor udara atau melalui suatu blowerdan juga akan bertindak sebagai gas
pembawa karbondioksida. Kultur juga dapat dicampur dengan menggunakan alat mekanik,
misalnya pengaduk.
5. Karbon dioksida
Menyediakan ganggang dengan karbon tambahan, dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2),
Akan member jauh lebih cepat pertumbuhan. CO2 disuplai dari tabung gas bertekanan, dan
hanya sangat sedikit yang dibutuhkan (sekitar setengah dari satu persen) di udara disuplai ke
kultur. CO2 harus melalui flow meter untuk memastikan bahwa jumlah yang digunakan akan
menjaga pH kultur antara 7,8 dan 8,0. pH dapat diperiksa dengan kertas indikator yang berubah
warna dengan perubahan pH, atau dengan pH meter. Baik udara dan CO2 harus disaring melalui
unit-line filter 0,3 mikron sampai 0,5 mikron sebelum memasuki kultur, karena hal ini membantu
untuk mencegah terjadinya kontaminasi akibat adanya organism lain yang masuk ke dalam
kultur.
6. Salinitas
Salinitas antara 25 dan 30 PSU (unit salinitas praktis) (UNESCO, 1981) * umumnya terbaik
untuk kultur flagelata, dan antara 20 dan 25 PSU untuk kultur diatom. Salinitas ini dapat
diperoleh dengan mengencerkan air laut dengan air keran. Salinitas dapat diukur dengan
hydrometer atau refraktometer.
7. Kebersihan
Air laut yang mengandung ganggang harus bersih atau tidak diinginkan jenis ganggang dan
kontaminan lainnya, yang dapat memakan atau bersaing dengan ganggang, akan tumbuh dalam
kultur. Jumlah kecil (sampai sekitar 10 liter) air laut dapat diautoklaf (disterilkan dengan uap
pada tekanan tinggi - pressure cooker adalah autoklaf kecil), atau susu pasteurisasi (dipanaskan
sampai 80oC selama 1-2 jam, pendinginan sampai suhu kamar selama setidaknya 18 jam,
kemudian dipanaskan sampai 80oC