Latar Belakang
Glaukoma merupakan istilah penyakit yang diambil dari bahasa Yunani yaitu glaukos
yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Hingga saat ini, glaukoma masih menjadi penyebab utama kebutaan secara global dan
diperkirakan jumlah orang dengan penyakit ini akan terus bertambah secara dramatis hingga
tahun 2020. Kelainan mata dari glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi papil saraf optik dan menciutnya lapang pandang pasien. Glaukoma akut sudut tertutup
merupakan peningkatan yang cepat dan parah pada tekanan intraokular yang diperkirakan akibat
dari obstruksi fisik pada sudut drainase kamera okuli anterior. Jika terus dibiarkan tidak
ditindaki, mata akan terkena kerusakan parah hanya dalam hitungan jam. 1-6
Pasien biasanya mengeluhkan sakit yang amat sangat pada mata dengan atau tidak
dengan sakit tambahan pada kepala yang juga biasa dirasakan adanya nausea dan muntah.
Kelopak juga bisa bengkak, konjunktiva, dan episklera terinjeksi sangat dalam, oedema kornea,
kamera okuli anterior yang dangkal dengan sudut yang tersumbat, pupil yang semi dilatasi,
kadang menyimpang atau terfiksasi pada tempatnya, berubahnya penampilan dari korteks
anterior lensa yang disebut glaukomflecken dan nervus optikus menjadi pucat. Biasanya terjadi
unilateral tapi bisa juga terjadi bilateral secara simultan.1
Orang yang mempunya resiko glaukoma sudut tertutup adalah mereka yang mempunyai
sudut drainase kamera okuli anterior yang pendek dan daerah yang dangkal.1
Pembahasan
Anamnesis
-Identifikasi data
-Keluhan utama
-Riwayat keluarga
Pada saat memulai wawancara mengenai permasalahan mata dan penglihatan, bisa
dibuka dengan pertanyaan yang jawabannya terbuka seperti Bagaimana penglihatan Anda? dan
Apakah Anda pernah mengalami gangguan pada mata Anda?
Jika pasien melaporkan perubahan pada penglihatannya, cari detail yang ada kaitannya dengan:
-Apakah onset gangguan tersebut bersifat mendadak atau terjadi secara berangsur-angsur?
-Apakah terjadi kekaburan pada seluruh lapang pandang atau hanya sebagian saja?7
Riwayat kesehatan terdahulu, berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan,
bila ada, penyakakit sistemik yang peenting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai
manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Selain itu,
seperti halnya riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata yang dipakai dan obat-
obatan sistemik pasien. Hal ini menunjukkan kesehatan umum dan dapat diketahui obat-obatan
yang mempengaruhi kesehatan mata, seperti kortikosteroid. Setiap alergi obat juga harus dicatat.
8
Gejala mata yang umum dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu kelainan
penglihatan, kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata seperti nyeri dan rasa tidak
nyaman. Gejala dan keluhan harus selalu terinci lengkap, yaitu onset atau munculnya gejala
(perlahan, cepat atau asimptomatik misalnya penglihatan kabur di satu mata tidak diketahui mata
sebelahnya tanpa sengaja ditutup), durasinya (singkat, atau gejala menetap, atau hilang timbul.8
Pengamatan
Perhatikan pada saat pasien masuk ruang pemeriksaan dilihat apakah pasien masuk
dibimbing keluarga atau masuk dengan memegang satu sisi kepala ataupun dengan mata
berdarah karena pengamatan terhadap pasien ini dapat menolong dokter untuk mengarahkan
diagnosis penyakit.8
Pemeriksaan Fisik
Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk menilai kekuatan
resolusi mata. Tes standar yang dilakukan ialah dengan menggunakan kartu
Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil. Tiap
baris diberi nomor dengan jarak dalam meter. Tajam penglihatan kemudian
dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil
yang dapat dibaca. Jika jarak baca ini adalah 6 meter, maka ketajaman
penglihatan sebesar 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter, maka ketajaman
penglihatan ialah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata apabila pasien
menggunakan kacamata, namun tes pinhole dilakukan untuk mengkoreksi
kelainan refraksi sedang.
2. Lapang Pandang
Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang pandang
dapat direpresentasikan sebagai satu seri kontur atau isopter, mendemonstrasikan
kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu.
Lapangan pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang
jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan bukit penglihatan
di mana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada pada puncak bukit (di
fovea). Di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta. Ini berhubungan
dengan papil saraf optik di mana tidak terdapat fotoreseptor. Lapang pandang ini
dapat diperiksa dengan berbagai cara. Berikut ialah cara memeriksa lapang
pandang:
- Tes Konfrontasi
Mintalah pasien untuk menutup satu matanya. Duduklah di depan pasien dan
angkat kedua tangan Anda di depan mata yang tidak ditutup, dengan telapak
tangan menghadap pasien, satu tangan pada masing-masing sisi. Tanyakan
apakah kedua telapak tangan terlihat sama. Ulangi tes dengan mata satunya.
Tes ini dapat berguna dalam mendeteksi hemianopia bitemporal (pasien
mungkin juga tidak dapat melihat huruf temporal pada kartu Snellen ketika
dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan)
Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperlihatkan pada tiap
kuadran lapang pandang.
- Perimeter
Mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebih akurat. Mesin
ini mengukur:
- Tekanan Intraokular
3. Reaksi Pupil
4. Gerakan Mata
Beberapa hal yang dinilai, antara lain (1) posisi mata, (2) kisaran pergerakan
mata, (3) jenis pergerakan mata. Arah yang abnormal pada salah satu mata dalam
posisi primer pandangan (melihat lurus ke depan) dapat menandakan adanya
strabismus. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan tes cover. Kisaran pergerakan mara
dinilai dengan meminta subjek untuk mengikuti objek yang bergerak. Pergerakan
horizontal, vertikal, dan oblik diperiksa dari posisi primer pandangan dengan cara
meminta pasien melaporkan adanya penglihatan ganda (diplopia). Adanya
pergerakan mata yang berosilasi (nistagmus) juga harus dicatat. Pergerakan mata
ketika mengikuti objek diperiksa. Pergerakan mata ini (gerakan mengikuti)
biasanya lancar namun dapat berubah bila ada penyakit. Kemampuan untuk
mengarahkan pandangan dengan cepat dari satu objek ke objek lain (pergeraan
mata sakadik) dapat diperiksa dengan meminta pasien untuk melihat target
(seperti jari) yang diletakkan pada tiap sisi kepala. Pergerakan ini harus cepat,
halus, dan akurat (yaitu tidak overshoot atau undershoot target)
5. Kelopak Mata
Biasanya kelopak mata letaknya sejajar. Tepi kelopak terletak dekat bola mata
pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah keluar dari bola mata maka
terdapat ektropion, jika tepi ini mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan
dengan bola mata maka terdapat entropion. Kelopak mata yang jatuh atau ptosis
dapat menunjukkan (1) kelainan anatomis misalnya karena kegagalan tendon
levator untuk berinsersi dengan benari di kelopak (2) masalah organik misalnya
kelemahan otot levator pada miastenia gravis atau gangguan persarafan pada palsi
saraf ketiga. Dalam menilai ptosis, jarak antara kelopak mata atas dan bawah
diukur dengan pasien melihat lurus ke depan. Kemudian dicatat ekskursi kelopak
mata atas dari pandangan ke bawah yang ekstrim ke padangan ke atas ekstrim. Slit
lamp merupakan biomikroskop yang digunakan oleh spesialis mata untuk
memeriksa mata dan kelopak mata, dan memungkinkan pemeriksa mendapatkan
pandangan stereoskopik yang diperbesar. Dengan menyesuaikan sudut antara
sinar ini dengan mikroskop, cahaya dapat digunakan untuk memperjelas berbagai
struktur dan proses patologis dalam mata. Tanpa slit lamp, mata masih dapat
diperiksa dengan baik dengan cahaya yang cukup. Dapat diperiksa:
Kornea, apakah jernih, apakah terdapat refleksi cahaya yang jelas dari film
air mata yang melapisinya?
Bilik mata anterior, apakah intak (jika diduga trauam tembus), apakah
terdapat hipopion?
8. Retina
Retina diperiksa dengan (1) oftalmoskopi direk dan (2) oftalmoskopi indirek yang
mampu melihat retina sampai ke area yang sangat perifer. Teknik yang harus
dikuasai oleh nonspesialis adalah oftalmoskopi direk. Oftalmoskop direk
memberikan (1) suatu bayangan refleks fundus (2) pandangan yang diperbesar
dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator.
Oftalmoskopi direk terdiri dari (1) sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya
dapat diubah (2) sistem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa
dan pasien dikoreksi. Beberapa hal yang perlu dinilai dalam oftalmoskopi direk,
antara lain: Temukan lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas), nilailah
warna lempeng (apakah pucat), nilailah mangkuk optik. Periksa daerah makula.
Apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampak sebagai
cahaya pinpoint terang di tengah retina). Apakah terdapat lesi abnormal seperti
perdarahan, eksudat atau cotton wool spot. Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti
tiap cabang pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh
darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V
Nipping), apakah terdapat emboli di arteriol? Juga periksa apakah ada
abnormalitas di sekitar retina. Periksa retina perifer dengan gerakan menyapu
3600.3
Diagnosis
Working diagnosis
Glaukoma primer ialah jenis glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana
tidak didapatkan kelainan yang dapat menyebabkan glaukoma. Glaukoma ini
didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti
(1) bakat yang berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit dan (2) mungkin disebabkan
kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis), berupa
trubekulodisgenesis, iridodisgenesis, dan korneodisgenesis, dan yang paling
sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma primer sudut tertutup ini juga dapat timbul dengan tanda dan
gejala yang cukup dramatis yang dapat berakibat pada kebutaan permanen
dalam jangka waktu pendek apabila tidak dirawat dengan baik. Glaukoma
sudut tertutup terjadi oleh karena humor akueous tidak dapat mengalir
melalui pupil ke dalam bilik anterior (blokade pupil), yang akan
meningkatkan tekanan di belakang iris dan mendorong iris ke anterior (iris
bombe) untuk mengoklusi ke sudut bilik mata anterior. Pada umumnya
glaukoma sudut tertutup apabila tidak berlangsung secara akut, maka akan
berlangsung secara kronik, dengan gejala klinis yang lebig ringan. Pada kasus
glaukoma primer kronik dengan sudut tertutup, sudut bilik mata anterior
tertutup secara permanen oleh sinekia anterior. Pada pasien ini, gehala yang
terjadi bersifat minimal, namun walau begitu penutupan sudut, peningkatan
tekanan intraokuler, dan kerusakan glaukomatous berlangsung gradual.
Tekanan intraokuler pada kasus glaukoma kronik sudut tertutup dapat normal
atau meningkat. Pembentukan sinekia anterior, dapat bersifat progresif, dan
pada ketiadaan serangan intermiten, tekanan intraokuler ini dapat meningkat
sedikit dikarenakan kinerja trabecula meshwork yang berkurang. Pada mata
dengan serangan intermite, tekanan intraokuler dapat meningkat relatif cepat
dikarenakan kelanjutan dari formasi sinekia anterior yang menyebabkan
rekurensi oleh penutupan sudut yang bersifat transien. Pada kasus ini pula,
sudut bilik mata anterior lebih tenang dan biasanya lebih dalam dibandingkan
dengan pasien akut, pupil normal tidak berdilatasi.
Manifestasi klinis: Gejala yang ditimbulkan kurang lebih sama dengan
serangan akut glaukoma, namun dengan intensitas lebih ringan. Bahkan, tidak
jarang bersifat asimtomatis dikarenakan onset lambat dari penyakit. Mata
tidak merah atau tidak terdapat keluhan. Gangguan saraf optik akan
bermanifestasi sebagai gangguan fungsi berupa penciutan lapang pandang.
Gejala bersifat samar, bila ada berupa mata sebelah terasa berat, kepala
pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak
khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata baca
untuk presbiopia yang lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang usianya.
Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukoma
sudah berat.1,3,6,9
Different Diagnosis
Phacomorphic Glaucoma
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitif, namun ada beberapa
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada pasien glaukoma dapat
dilakukan:
Goldmann applanation tonometry masih menjadi pemeriksaan standar untuk
menentukan tekanan intraokular. Akurasi pengukuran dipengaruhi oleh
ketebalan kornea sentral, oleh karena itu, pengukuran ketebalan korne dengan
ultrasound pachymetry diperlukan.
Slit lamp biomikroskopi, baik yang menggunakan lensa kontak maupun yang
tidak dapat mendokumentasikan adanya penipisan dari tebal lapisan serat
saraf retina.
Automated Static Perimetry, saat ini menjadi metode klinis paling umum
untuk mengetahui lapang pandang pasien glaukoma. Kelebihannya terletak
pada kemampuan alat ini untuk menyediakan prosedur terstandardisasi yang
bebas dari bias oleh karena pemeriksa.4,5
Etiologi
Beberapa penyebab dari kasus glaukoma akut sudut tertutup yang menyebabkan
penurunan visus mendadak, ialah bilik mata anterior yang lebih dangkal, lensa yang
berlokasi lebih anterior, axial length mata yang lebih pendek, iris yang tebal,
muskulus dilator iris yang terlalu berkembang, dan sudutu yang sempit. Kesemua hal
ini dapat berkontribusi lebih untuk terjadinya kasus glaukoma akut sudut tertutup.
Faktor yang mempresipitasi kejadian glaukoma ini, seperti obat-obatan
(simpatomimetik, antikolinergik, antidepresan/SSRI, antikonvulsan, sulfonamid,
kokain, toksin botulinum), lampu dim, dan koreksi yang terlalu cepat dari
hiperglikemia. Sebuah kasus melaporkan bahwa glaukoma akut sudut tertutup dapat
dikaitkan dengan fistula dari sinus karotis-kavernosus, trauma, posisi yang rawan
akan tindakan bedah dan giant cell arteritis.5
Menurut sumber lain, glaukoma umumnya disebabkan oleh obstruksi dari aliran
aqueous humor yang keluar dari ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut
disebabkan oleh obstruksi aliran secara mendadak melalui sudut antara kornea dan
iris, yang dapat terjadi pada infeksi atau cedera atau bahkan tanpa alasan yang jelas.
Sebaliknya, glaukoma sudut terbuka primer terjadi lebih bertahap, biasanya akibat
fibrosis yang berhubungan dengan usia di sudut tersebut atau obstruksi bertahap
saluran lain yang berperan dalam aliran aqueous humor. Pada kasus tersebut, terdapat
peningkatan progresif dari tekanan intraokuler. Kadang-kadang peningkatan produksi
dari aqueous hunmor dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler. Faktor
risiko glaukoma itu sendiri ialah usia (10% pada usia >80), riwayat keluarga positif,
berasal dari Karibia-Afrika, kornea tipis, miopia, dan mutasi genetik.7
Lebih lanjut lagi, pada kasus ini sudut antara kornea dan iris sangat sempit.
Kadang-kadang sudut benar-benar menutup, sehingga akan menghambat aliran
akueous dan TIO akan meningkat dengan cepat. Karena kerusakan permanen pada
retina dapat terjadi selama serangan-serangan, maka tekanan harus diturunkan secepat
mungkin dengan penggunaan obat tetes pilokarpin secara intensif yang dikombinasi,
bila perlu dengan asetalozamid intravena dan manitol hipertonis intravena (suatu agen
osmotik) untuk mengeluarkan air.9
Epidemiologi
Glaukoma sudut tertutup primer mengenai 1 dari 1000 orang yang berusia lebih
dari 40 tahun, perempuan lebih sering terkena dibandingkan dengan laki-laki. Pasien
dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun
dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.3
Di Amerika Serikat, kasus glaukoma akut sudut tertutup terjadi di antara 1 dan 40
kali untuk setiap 1000 orang Amerika, berdasarkan ras mereka.
Hasil perawatan yang didapatkan oleh seorang pasien glaukoma akut sudut
tertutup, didasarkan pada durasi dari sejak onset sampai perawatan, penyakit okuler
yang mendasari dan ras. Derajat dari elevasi tekanan intraokuler telah menunjukkan
bahwa hal ini memiliki dampak yang lebih kecil pada ketajaman penglihatan pasien
di masa mendatang. Beberapa studi melaporkan bahwa sebanyak dua pertiga individu
dengan glaukoma akut sudut tertutup tidak kehilangan lapang pandang mereka.
Walau begitu, orang-orang Asia nampaknya lebih refrakter terhadap penanganan
medis awal dan bahkan setelah penanganan secara definitif sekali pun, mereka masih
mengalami peningkatan progresif dari tekanan intraokuler dan penurunan ketajaman
penglihatan.
Glaukoma akut sudut tertutup terjadi pada1 dari 1000 orang berkulit putih, sekitar
1 dari 100 orang Asia, dan sebanyak 2-4 dari 100 orang Eskimo.
Kasus ini, lebih banyak mendominasi wanita dikarenakan bilik mata anterior yang
lebih dangkal. Pasien-pasien tua yang berada di usia ke-60 atau ke-70, memiliki risiko
yang lebih besar untuk menderita kasus glaukoma ini.5
Patofisiologi
Kasus glaukoma akut sudut tertutup menggambarkan adanya tahap akhir dari
proses-proses yang berakibat pada gangguan pada sirkulasi aqueous humor dan
peningkatan yang subsekuen dari tekanan intraokuler. Aqueous humor diproduksi
oleh badan silier di dalam bilik posterior mata. Kemudian cairan ini akan berdifusi
dari bilik posterior, melalui pupil, untuk masuk ke dalam bilik anterior. Dari bilik
anterior, cairan ini kemudian akan diserap ke dalam sistem vaskuler melalui
trabecular meshwork dan canalis Schlemm yang terletak di dalam sudut bilik mata
anterior.
Kelainan pada beberapa anatomis mata dapat menyebabkan bilik anterior untuk
menyempit dan menjadi predisposisi untuk terjadinya kasus glaukoma akut sudut
tertutup. Beberapa hal tersebut antara lain seperti bilik anterior yang dangkal, badan
silier yang lebih tipis, iris yang lebih tiis, lensa yang lebih tebal dan terletak lebih
anterior dan juga axial length mata yang lebih pendek. Studi-studi terkini telah
menunjukkan bahwa peningkatan dari ketebalan iris dan area kros-seksional dikaitkan
dengan risiko yang lebih bagi seseorang. Dari semua variasi anatomis yang ada, sudut
sempit memiliki akibat yang lebih membahayakan.
Pada jenis glaukoma akut sudut tertutup yang tradisional, respons alami dari mata
berupa dilatasi terhadap lingkungan atau stimulus kimiawi yang akan berakibat dari
aposisi dari lensa dan iris yang patologis. Aposisi dan kontak antara lensa dan iris
disebut blok pupiler. Lebih jauh, blok pupiler dideskripsikan sebagai suatu keadaan
dimana permukaan paling depan lensa bertempelan dengan iris, sehingga aliran dari
humor akueous terobstruksi. Ketika blok pupiler terjadi dan berhubungan dengan iris,
maka peningkatan tekanan di bilik posterior menyebabkan iris dapat terlipat, terutama
di daerah perifernya, untuk kemudian membengkok membentuk iris bombe. Iris
bombe ini lebih jauh akan menutup sudut yang sebelumnya sudah sempit dan akan
menghalangi drainase dari akueous, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler.
Penelitian terbaru, menunjukkan bahwa ada sebuah patofisiologi alternatif dari
jalur terjadinya kasus glaukoma akut sudut tertutup. Cronemberger et all menyatakan
bahwa kejadian akut ini dapat merupakan jejas dari sebuah imbalans autonomik pada
seseorang dengan kasus glaukoma akut sudut tertutup, lebih spesifik lagi ialah terjadi
peningkatan pada tonus simpatetik. Lebih jauh, muskulus yang mendilatasi iris pada
individu-individu ni ditemukan lebih berkembang dan lebih kuat. Secara singkat,
akibat dari peningkatan tonus simpatetik okular, mencakup karena distres emosional,
kondisi rendah cahaya, atau setelah penggunaan obat simpatomimetik, kontraksi dari
muskulur dilator iris menyebabkan pupil dilatasi dan terjadi pula penebalan dari iris
bagian medial-perifer. Penebalan ini akan berakibat pada penutupan sudut, yang
kemudian akan menghambat aliran keluar dari aqueous humor.
Mekanisme lain yang dapat mendasari kasus ini mencakup plateau iris,
pembengkakan lensa dan blok silier. Plateau iris lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan blok pupiler dan disebabkan oleh karena anterior insertion dari iris.
Akibatnya, iris akan memblok trabecular meshwork dan menyebabkan peningkatan
tekanan intraokuler. Pembengkakan lensa dan blok silier terbilang sangat jarang.
Pembengkakan lensa terjadi di dalam kasus katarak dimana tekanan hidrasi memaksa
pembesaran dari lensa dan menyebabkan bilik anterior menyempit. Tekanan dari
posterior lensa akan mendorong lensa dan iris maju ke depan menyebabkan blok
silier.5
Tatalaksana
Farmakologi:
Obat yang menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran keluar
Latanopros, ialah suatu prodrug dari prostaglandin-F2 (PGF2). Obat ini menembus
kornea dan menurunkan TIO melalui peningkatan aliran aquoeous uveosklera.
Mekanismenya dengan melibatkan aktivasi amtriks metaloproteinase yang
menyebabkan penurunan resistensi keluar. Latanopros sangat efektif dan telah
mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan pembedahan. Selain itu, juga memiliki
efek samping sistemik minimal dan telah dipakai secara luas.
Pilokarpin, menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris. Kontraksi tersebut
akan menarik taji sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan terpisah.
Jalur cairan akan terbuka dan aliran keluar aquaeous meningkat. Semua
parasimpatomimetik menyebabkan miosis, membuat penglihatan malam hari menjadi
buruk dan terdapat penglihatan remang-remang. Spasme otot siliaris meningkatkan
penglihatan dekat. Oleh karena itu, penglihatan kabur biasanya tidak menjadi
masalah. Keluhan hanya berupa sakit kepala dan sakit pada alis mata.
Obat yang menurunkan TIO dengan mengurangi sekresi aqueous
Beta-bloker, misalnya timolol memblok adrenoreseptor beta-2 pada prosesus
siliaris, sehingga menurunkan sekresi aquoeus. Selain itu timolol, bisa memblok
reseptor beta pada pembuluh darah afeen yang memperdarahi prosesus siliaris. Hal
tersebut menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian menurunkan ultrafiltrasi dan
pembentukan aqueous. Obat-obat yang diberikan sebagai tetes mata dapat diabsorpsi
melalui mukosa nasal dan menimbulkan efek sistemik. Oleh karena itu, beta-bloker
bisa mencetuskan bronkospasme pada pasien asma atau bradikardia pada pasien yang
peka. Oleh sebab itu, beta-bloker seharusnya dihindari pada pasien dengan asma,
gagal jantung, blok jantung, atau bradikardia.
Brimonidin, dan apraklonidin, merupakan agonis adrenoreseptor alfa-2. Obat ini
menurunkan pembentukan aqueous melalui stimulasi reseptor alfa-2 pada terminal
saraf adrenergik yang menginervasi badan siliaris (sehingga menurunkan pelepasan
norepinefrin)
Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid bekerja pada badan siliaris dan
mencegah sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan transpor natrium dan
pembentukan aqueous karena transpor bikarbonat dan natrium saling berkaitan.
Asetazolamid dapat diberikan secara oral atau intravena, tetapi obat ini terlalu toksik
untuk pemakaian jangka panjang. Dorzolamid, merupakan inhibitor aktif karbonat
anhidrase yang diberikan topikal. Dorzolamid dapat digunakan tersendiri pada pasien
dengan kontraindikasi beta-bloker. Obat ini termasuk golongan sulfonamid dan dapat
memberikan efek samping sistemik misalnya ruam kulit dan bronkospasme.
Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan
pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama satu hari.
Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Tujuan pengobatan ialah merendahkan TIO secepatnya kemudian bila tekanan mata
normal dan mata sudah tenang, baru dilakukan pembedahan. Pengobatan topikal
diberikan pilokarpin 2%. Sistemik diberikan intravena karena sering disertai mual.
Diberikan asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam
sesudah keluhan eneg hilang. Intravena juga dapat diberikan manitol 1,5-2 MK/kgBB
dalam larutan 20% namun perlu diperhatikan kelainan ginjal pasien. Gliserol sering
dipakai dokter mata dan diberikan per oral 1g/kgBB dalam larutan 50%.5,9
Non-farmakologi
Pembedahan trabekular dengan laser, bisa digunakan sebagai alternatif selain obat
pada pasien glaukoma. Dengan anestesia lokal, ahli bedah menggunakan laser agon
atau diode untuk membuat kira-kira 100 lesi pada permukaan dalam anyama
trabekular. Pembakaran laser menyebabkan pengerutan lokal, menghasilkan tegangan
pada jaringan terdekat yang tidak diterapi, membuka ruangan pada anyaman
trabekular, dan memungkinkan peningkatan aliran aqueous. Pada glaukoma sudut
tertutup, bisa digunakan laser yttrium aluminium garnet (YAG) untuk membuat
lubang pada bagian pinggir iris. Hal ini mencegah pergerakan iris ke depan yang
mempresipitasi glaukoma akut dan biasanya disebabkan oleh blok parsial aliran
akueous melalui pupil. Pembedahan lain yang dilakukan ialah iridektomi ketika mata
sudah dalam keadaan tenang.1,9
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari kasus glaukoma akut sudut tertutup ialah
kebutaan, yang dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Oleh karena itu, kasus ini
merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Agen topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada
lansia. Efek ini dapat berupa perburukan dari fungsi jantung, pernapasan atau
neurologis. Beberapa komplikasi lain, yaitu:
b. Episode berulang
c. Glaukoma maligna
Preventif
Sebagai tindakan preventif, perlu diketahui beberapa faktor risiko yang dapat
mencetuskan glaukoma sudut tertutup, antara lain wanita keturunan Asia umur yang
kian bertambah hipermetropia riwayat keluarga positif katarak. Mata yang
sebelumnya mengalami serangan akut primer glaukoma sudut tertutup memiliki
kemungkinan lebih dari 50% untuk berkembang menjadi tipe kronik, walaupun sudah
dilakukan iridotomi perifer. Mata sebelah, pada pasien yang sebelumnya sudah
mengalami episode akut glaukoma sudut tertutup, memiliki kemungkinan lebih dari
50% untuk terserang dalam jangka waktu 5 tahun dan harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dan monitor dengan baik. Pelaksanaan LPI sebagai profilaksis dianjurkan
untuk mencegah hal ini. Berikut ialah beberapa nasihat yang dapat diberikan pada
pasien yang sudah mengalami glaukoma sudut sempit:
b. Membaca dekat yang mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan menimbulkan
serangan pada glaukoma dengan blok pupil
c. Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil dapat berbahaya
d. Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal berbahaya memakai
obat anthistamin dan antispasme.1,8
Prognosis
Beberapa studi yang mengevaluasi pasien setelah perawatan dari kasus glaukoma
akut sudut tertutup sudah mendemonstrasikan hasil yang cukup memuaskan. Dengan
perawatan yang adekuat, sebagian besar pasien dapat mengembalikan penglihatan
mereka yang hilang. Pada orang berkulit putih, tekanan intraokuler dapat dilakukan
hanya dengan LPI (Laser Peripheral Iridotomy) dan pada 65-76% orang Asia
seringkali refrakter terhadap pengobatan jenis ini dan membutuhkan pengobatan lain
setelah menjalani LPI. Selain itu, orang-orang Asia juga memiliki tingkat kehilangan
lapang pandang yang lebih tinggi dengan peningkatan tekanan intraokuler yang
sedikit lebih tinggi. Telah banyak yang menduga bahwa serangan awal lebih berat
pada orang Asia yang dapat berakhir pada kerusakan trabekular. Kemungkinan lain
ialah, dapat terjadi pembentukan sinekia perifer yang menyebabkan penutupan
kembali. Semakin cepat diagnosis ditegakkan dengan perawatan yang tepat, maka
prognosis dapat membaik.5
Kesimpulan
Berdasarkan gejala klinis yang dialami oleh pasien wanita tersebut dengan onset
nyeri mata akut, disertai mual/muntah,penglihatan yang kabur mendadak dan mata
merah ditambah dengan keterangan bahwa pasien memiliki tekanan bola mata N+++
pada mata kanan dan 26 mmHg pada mata kiri maka, saya menyimpulkan bahwa
pasien ini menderita glaukoma akut sudut tertutup atau glaukoma akut kongestif pada
mata kanan dan glaukoma primer sudut tertutup pada mata kiri.
Daftar Pustaka
1.Wormald R, Smeeth L, and Henshaw K. Acute and chronic angle closrue glaucoma. Evidence-
based ophthalmology. London: BMJ publishing group; 2004. p. 205-208.
2.Riordan P, Whitcher Jp. Glaukoma. Vaughan & Asbury : oftamologi umum. Edisi 17.
Jakarta:EGC;2009.
3.Ilyas HS. Glaukoma akut. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta:Balai penerbit FKUI; 2010.
4. Ehlers JP, Shah CP. Acuta angle-closure glaucoma. The wills eye manual office and
emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th editio. Philadelphia:Lippincott
williams & wilkins:2008.p. 198-201.
5.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 5 Januari 2011, diunduh dari
www.emedicine.medscape.com, 22 Maret 2011.
6.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 18 November 2005, diunduh dari
www.emedicinehealth.com, 22 Maret 2011.
7. Bickley LS. BATES Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta:EGC;2009. H. 139-159.
8. Riordan P, Whitcher Jp. Pemeriksaan oftamologik. Vaughan & Asbury : oftamologi umum.
Edisi 17. Jakarta:EGC;2009.
10. Yi K. Phacolytic glaucoma. Medscape 2013 May 30. Diakses tanggal 21 Mar 2016.
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview
11. Gill H. Phacomorphic glaucoma. Medscape 2012 Apr 25. Diakses tanggal 21 Mar 2016.
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1204917-overview