Anda di halaman 1dari 25

Pendekatan Terhadap Glaukoma Akut Sudut Tertutup OD dan Glaukoma

Primer sudut Tertutup


Brian Yeremia

Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna no. 6

Alamat E-mail: brian.2013fk024@civitas.ukrida.ac.id

Latar Belakang

Glaukoma merupakan istilah penyakit yang diambil dari bahasa Yunani yaitu glaukos
yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Hingga saat ini, glaukoma masih menjadi penyebab utama kebutaan secara global dan
diperkirakan jumlah orang dengan penyakit ini akan terus bertambah secara dramatis hingga
tahun 2020. Kelainan mata dari glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi papil saraf optik dan menciutnya lapang pandang pasien. Glaukoma akut sudut tertutup
merupakan peningkatan yang cepat dan parah pada tekanan intraokular yang diperkirakan akibat
dari obstruksi fisik pada sudut drainase kamera okuli anterior. Jika terus dibiarkan tidak
ditindaki, mata akan terkena kerusakan parah hanya dalam hitungan jam. 1-6

Pasien biasanya mengeluhkan sakit yang amat sangat pada mata dengan atau tidak
dengan sakit tambahan pada kepala yang juga biasa dirasakan adanya nausea dan muntah.
Kelopak juga bisa bengkak, konjunktiva, dan episklera terinjeksi sangat dalam, oedema kornea,
kamera okuli anterior yang dangkal dengan sudut yang tersumbat, pupil yang semi dilatasi,
kadang menyimpang atau terfiksasi pada tempatnya, berubahnya penampilan dari korteks
anterior lensa yang disebut glaukomflecken dan nervus optikus menjadi pucat. Biasanya terjadi
unilateral tapi bisa juga terjadi bilateral secara simultan.1

Orang yang mempunya resiko glaukoma sudut tertutup adalah mereka yang mempunyai
sudut drainase kamera okuli anterior yang pendek dan daerah yang dangkal.1
Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis


dapat dilakukan langsung kepada pasien, yan gdisebut sebagai autoanamnesis, atau dilakukan
langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali,
orang yang dekat dengan pasien atau sumber lain disebut alloanmnesis.7

Komponen riwayat medis dalam anamnesis adalah berupa:7

-Identifikasi data

-Keluhan utama

-Riwayat penyakit sekarang

-Riwayat penyakit dahulu

-Riwayat keluarga

Riwayat personal dan sosial7

Pada saat memulai wawancara mengenai permasalahan mata dan penglihatan, bisa
dibuka dengan pertanyaan yang jawabannya terbuka seperti Bagaimana penglihatan Anda? dan
Apakah Anda pernah mengalami gangguan pada mata Anda?

Jika pasien melaporkan perubahan pada penglihatannya, cari detail yang ada kaitannya dengan:

-Apakah onset gangguan tersebut bersifat mendadak atau terjadi secara berangsur-angsur?

-Apakah permasalannya semakin parah ketika melakukan pekerjaan yang memerlukan


penglihatan dekat atau jauh?

-Apakah terjadi kekaburan pada seluruh lapang pandang atau hanya sebagian saja?7

Keluhan utama, digolongkan menurut lama,frekuensi, hilang-timbul, dan cepat


timbulnya gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus
diperhatikan, demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat mata yang dipakai belakangan ini
dan semua gangguan mata yang pernah maupun yang sedang terjadi harus dicatat. Selain itu,
semua gejala mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan.8

Riwayat kesehatan terdahulu, berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum dan,
bila ada, penyakakit sistemik yang peenting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai
manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik. Selain itu,
seperti halnya riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata yang dipakai dan obat-
obatan sistemik pasien. Hal ini menunjukkan kesehatan umum dan dapat diketahui obat-obatan
yang mempengaruhi kesehatan mata, seperti kortikosteroid. Setiap alergi obat juga harus dicatat.
8

Riwayat keluarga, berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus,


ambliopia, glaukoma atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablatio retina atau degenerasi
makula. Penyakit diabetes juga mungkin relevan. 8

Gejala mata yang umum dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu kelainan
penglihatan, kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata seperti nyeri dan rasa tidak
nyaman. Gejala dan keluhan harus selalu terinci lengkap, yaitu onset atau munculnya gejala
(perlahan, cepat atau asimptomatik misalnya penglihatan kabur di satu mata tidak diketahui mata
sebelahnya tanpa sengaja ditutup), durasinya (singkat, atau gejala menetap, atau hilang timbul.8

Pengamatan

Perhatikan pada saat pasien masuk ruang pemeriksaan dilihat apakah pasien masuk
dibimbing keluarga atau masuk dengan memegang satu sisi kepala ataupun dengan mata
berdarah karena pengamatan terhadap pasien ini dapat menolong dokter untuk mengarahkan
diagnosis penyakit.8

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan kasus glaukoma, antara lain:

1. Tes Ketajaman Penglihatan

Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk menilai kekuatan
resolusi mata. Tes standar yang dilakukan ialah dengan menggunakan kartu
Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil. Tiap
baris diberi nomor dengan jarak dalam meter. Tajam penglihatan kemudian
dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil
yang dapat dibaca. Jika jarak baca ini adalah 6 meter, maka ketajaman
penglihatan sebesar 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter, maka ketajaman
penglihatan ialah 6/60. Penglihatan diperiksa dengan kacamata apabila pasien
menggunakan kacamata, namun tes pinhole dilakukan untuk mengkoreksi
kelainan refraksi sedang.

2. Lapang Pandang

Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Tiap lapang pandang
dapat direpresentasikan sebagai satu seri kontur atau isopter, mendemonstrasikan
kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu.
Lapangan pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang
jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan bukit penglihatan
di mana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada pada puncak bukit (di
fovea). Di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta. Ini berhubungan
dengan papil saraf optik di mana tidak terdapat fotoreseptor. Lapang pandang ini
dapat diperiksa dengan berbagai cara. Berikut ialah cara memeriksa lapang
pandang:

- Tes Konfrontasi

Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di seberangnya, menutup


matanya pada sisi yang sama. Satu objek, biasanya kepala jarum berukuran
besar, kemudian digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju
ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek
tersebut. Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta ditentukan.
Selanjutnya, lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang
pemeriksa. Dengan latihan dapat juga diidentifikasi skotoma sentral (skotoma
adalah daerah fokal dalam lapang pandangan dengan sensitivitas yang
berkurang, dikelilingi oleh area yang lebih sensitif. Tes lapang pandang kasar
dapat dilakukan sebagai berikut:

Mintalah pasien untuk menutup satu matanya. Duduklah di depan pasien dan
angkat kedua tangan Anda di depan mata yang tidak ditutup, dengan telapak
tangan menghadap pasien, satu tangan pada masing-masing sisi. Tanyakan
apakah kedua telapak tangan terlihat sama. Ulangi tes dengan mata satunya.
Tes ini dapat berguna dalam mendeteksi hemianopia bitemporal (pasien
mungkin juga tidak dapat melihat huruf temporal pada kartu Snellen ketika
dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan)

Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperlihatkan pada tiap
kuadran lapang pandang.

Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang padang neurologis


adalah dengan menggunakan objek berwarna merah. Lapang pandang merah
merupakan yang paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes
konfrontasi digunakan jarum kepala berwarna merah, pasien diminta untuk
mengatakan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut berwarna
merah (bukan saat ia pertama kali melihat kepala jarum tersebut). Cara yang
lebih sederhana, satu objek berwarna merah dapat dipegang di tiap kuadran
atau setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk membandingkan
kualitas warna merah di tiap lokasi. Pada defek lapang pandang hemianiopik,
warna merah akan tampak lebih buram di lapang pandang yang terkena.

- Perimeter

Mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebih akurat. Mesin
ini mengukur:

Lapang padang kinetik di mana pasien menunjukkan saat ia pertama


kali melihat cahaya dengan ukuran dan tingkat kecerahan tertentu yang
digerakkan dari perifer. Hal ini seperti menggerakkan kepala jarum
pada tes konfrontasi
Lapang pandang statik di mana pasien menunjukkan saat ia pertama
kali melihat cahaya stasioner pada tingkat kecerahan yang bertambah.
Teknik-teknik ini terutama berguna pada kondisi okular kronis dan
neurologis untuk memonitor perubahan lapang pandang (misal pada
glaukoma)

- Tekanan Intraokular

Tekana intraokular diukur dengan tonometer Goldmann. Satu silinder plastik


jernih ditekankan pada kornea yang suda dianestesi. Cincin pendataran, dilihat
melalui silinder, dibuat terlihat dengan adanya fluoresein pada film air mata.
Prisma yang diletakkan secara horizontal dalam silinder, memisahkan cincin
kontak menjadi dua setengah lingkaran. Tekanan yang diberikan ke silinder
dapat divariasikan untuk mengubah tingkat pendataran kornea dan kemudian
ukuran cincin. Tekanan disesuaikan sehingga kedua setengah lingkaran saling
bertautan. Ini merupakan titik akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan
dikonversi ke dalam satuan tekanan okular (mmHg) yang dapat dilihat di
tonometer. Ahli optometri menggunakan tiupan udara dengan intensitas yang
berbeda-beda untuk menghasilkan pendataran kornea dan bukannya
menggunakan prisma tonometer Goldmann.

3. Reaksi Pupil

Ukuran pupil (miosis, konstriksi; midriasis, dilatasi) dan responsnya terhadap


cahaya dan akomodasi memberikan informasi penting mengenai (1) fungsi jalur
aferen yang mengontrol pupil (saraf dan traktus optik) dan (2) fungsi jalur eferen.
Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil cahaya uniform. Jika
terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau yang
lebar yang merupakan pupil abnormal. Pupil kecil yang patologis (setelah
kerusakan saraf simpatis) akan menjadi lebih jelas pada pencahayaan redup,
karena dilatasi pupil normal akan menjadi lebih besar. Pupil besat yang patologis
(didapatkan pada penyakit sistem parasimpatis) akan menjadi lebih jelas dalam
cahaya. Pasien dengan riwayat inflamasi mata anterior, trauma atau pembedahan
mata sebelumnya mungkin mengalami perubahan struktur iris yang secara
mekanik mempengaruhi bentuk pupil. Beberapa individu memiliki diameter pupil
asimetris yang tidak terkait dengan penyakit. Pada pasien yang ukuran pupilnya
sama, langkah berikutnya adalah mencari defek fungsi saraf optik, dengan
menggunakan tes sentolop berayun. Pemeriksaan ini merupakan petunjuk
sensitif untuk defek konduksi aferen. Pasien duduk di ruangan dengan
pencahayaan redup dan memandang objek yang jauh. Senter diarahkan pada tiap
mata secara bergantian sementara pupil diamati. Defek unilateral pada konduksi
saraf optik diperlihatkan sebagai defek pupil aferen relatif (relative afferent pupil
defect, RAPD) Untuk memeriksa eferen refleks pupil, pasien kemudian diminta
untuk melihat objek yang dekat; pupil yang normal mengalami konstriksi bersama
dengan akomodasi dan konvergensi. Ini dinamakan refleks dekat.

4. Gerakan Mata

Beberapa hal yang dinilai, antara lain (1) posisi mata, (2) kisaran pergerakan
mata, (3) jenis pergerakan mata. Arah yang abnormal pada salah satu mata dalam
posisi primer pandangan (melihat lurus ke depan) dapat menandakan adanya
strabismus. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan tes cover. Kisaran pergerakan mara
dinilai dengan meminta subjek untuk mengikuti objek yang bergerak. Pergerakan
horizontal, vertikal, dan oblik diperiksa dari posisi primer pandangan dengan cara
meminta pasien melaporkan adanya penglihatan ganda (diplopia). Adanya
pergerakan mata yang berosilasi (nistagmus) juga harus dicatat. Pergerakan mata
ketika mengikuti objek diperiksa. Pergerakan mata ini (gerakan mengikuti)
biasanya lancar namun dapat berubah bila ada penyakit. Kemampuan untuk
mengarahkan pandangan dengan cepat dari satu objek ke objek lain (pergeraan
mata sakadik) dapat diperiksa dengan meminta pasien untuk melihat target
(seperti jari) yang diletakkan pada tiap sisi kepala. Pergerakan ini harus cepat,
halus, dan akurat (yaitu tidak overshoot atau undershoot target)

5. Kelopak Mata
Biasanya kelopak mata letaknya sejajar. Tepi kelopak terletak dekat bola mata
pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah keluar dari bola mata maka
terdapat ektropion, jika tepi ini mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan
dengan bola mata maka terdapat entropion. Kelopak mata yang jatuh atau ptosis
dapat menunjukkan (1) kelainan anatomis misalnya karena kegagalan tendon
levator untuk berinsersi dengan benari di kelopak (2) masalah organik misalnya
kelemahan otot levator pada miastenia gravis atau gangguan persarafan pada palsi
saraf ketiga. Dalam menilai ptosis, jarak antara kelopak mata atas dan bawah
diukur dengan pasien melihat lurus ke depan. Kemudian dicatat ekskursi kelopak
mata atas dari pandangan ke bawah yang ekstrim ke padangan ke atas ekstrim. Slit
lamp merupakan biomikroskop yang digunakan oleh spesialis mata untuk
memeriksa mata dan kelopak mata, dan memungkinkan pemeriksa mendapatkan
pandangan stereoskopik yang diperbesar. Dengan menyesuaikan sudut antara
sinar ini dengan mikroskop, cahaya dapat digunakan untuk memperjelas berbagai
struktur dan proses patologis dalam mata. Tanpa slit lamp, mata masih dapat
diperiksa dengan baik dengan cahaya yang cukup. Dapat diperiksa:

Konjungtiva, apakah mengalami injeksi (inflamasi), apakah terdapat


sekret, bagaiman distribusi kemerahan, apakah terdapat perdarahan
konjungtiva?

Kornea, apakah jernih, apakah terdapat refleksi cahaya yang jelas dari film
air mata yang melapisinya?

Bilik mata anterior, apakah intak (jika diduga trauam tembus), apakah
terdapat hipopion?

Iris dan pupil, apakah bentuk pupil normal?

Lensa, apakah terdapat opasitas pada refleksi fundus pada pemeriksaan


oftalmoskopi?

6. Penggunaan Fluoresein Diagnostik


Fluoresein memiliki sifat menyerap cahaya pada panjang gelombang biru dan
memancarkan fluoresensi hijau. Aplikasi fluoresein pada mata dapat
mengidentifikasi abrasi kornea (yaitu hilangnya sel epitel permukaan) dan
kebocoran akueous humor dari mata. Untuk memeriksa suatu abrasi (1) larutan
lemah fluoresein diaplikasikan pada mata (2) mata diperiksa dengan cahaya biru
(3) area abrasi akan berfluoresensi menjadi hijau terang. Untuk menentukan
apakah cairan bocor dari dalam mata (misal setelah cedera tembus kornea: (1)
larutan fluoresein 2% yang tidak berfluoresensi diaplikasikan pada mata (2) mata
diperiksa dengan cahaya biru (3) pewarna, yang terdilusi oleh akueous yang
bocor, menjadi berwarna hijau terang ketika bercampur dengan fluoresein gelap.

7. Eversi Kelopak Mata Atas

Bagian bawah kelopak mata atas diperiksa dengan membalikkannya


menggunakan objek kecil berujung tumpul (misalnya cotton bud) yang diletakkan
di atas lipatan kelopak mata. Ini adalah teknik yang penting dikuasai karena benda
asing sering kali masuk di bawah kelopak mata atas dan menyebabkan rasa nyeri
yang cukup hebat.

8. Retina

Retina diperiksa dengan (1) oftalmoskopi direk dan (2) oftalmoskopi indirek yang
mampu melihat retina sampai ke area yang sangat perifer. Teknik yang harus
dikuasai oleh nonspesialis adalah oftalmoskopi direk. Oftalmoskop direk
memberikan (1) suatu bayangan refleks fundus (2) pandangan yang diperbesar
dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator.
Oftalmoskopi direk terdiri dari (1) sumber cahaya, yang ukuran dan warnanya
dapat diubah (2) sistem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa
dan pasien dikoreksi. Beberapa hal yang perlu dinilai dalam oftalmoskopi direk,
antara lain: Temukan lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas), nilailah
warna lempeng (apakah pucat), nilailah mangkuk optik. Periksa daerah makula.
Apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampak sebagai
cahaya pinpoint terang di tengah retina). Apakah terdapat lesi abnormal seperti
perdarahan, eksudat atau cotton wool spot. Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti
tiap cabang pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter pembuluh
darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V
Nipping), apakah terdapat emboli di arteriol? Juga periksa apakah ada
abnormalitas di sekitar retina. Periksa retina perifer dengan gerakan menyapu
3600.3

Diagnosis

Working diagnosis

Glaukoma Akut Sudut Tertutup (Acute Angle-Closure Glaucoma)

Glaukoma ialah istilah non-spesifik yang ditujukan untuk beberapa


penyakit okuler yang ditandai dengan peningkatan dari tekanan intraokuler
dan penurunan ketajaman penglihatan. Kasus glaukoma akut sudut tertutup
ini termasuk dalam kasus emergensi okuler dan membutuhkan pembedaan
dilihat dari penampakan klinisnya, kebutuhan untuk penanganan secara cepat,
dan pemeriksaan patologi atonomis yang tepat. Diagnosis yang cepat.
Intervensi segera dan rujukan dapat memberikan efek besar bagi kesembuhan
dan morbiditas pasien.
Dahulu, istilah glaukoma akut sudut tertutup masih belum dapat
dipastikan, dikarenakan defisini dan kriteria diagnostik yang masih rancu.
Hanya dalam beberapa tahun belakang ini, mulailah dilakukan standardisasi
mengenai definisi dari tiap jenis penyakit glaukoma sudut tertutup. Glaukoma
primer sudut tertutup, dan glaukoma akut primer sudut tertutup dahulu
digunakan secara bergantian. Namun sekarang, glaukoma akut sudut tertutup
didefinisikan sebagai keadaan dimana paling tidak ada 2 dari gejala berikut:
nyeri okuler, mual/muntah, dan riwayat dari penglihatan kabur disertai
dengan halo dan paling tidak 3 dari tanda-tanda berikut ini: tekanan
intraokuler lebih dari 21 mmHg, injeksi konjungtiva, edema epitelial kornea,
pupil dilatasi yang non-reaktif, dan ruang yang lebih dangkal akibat oklusi.
Sudut tertutup primer didefinisikan sebagai sudut drainase yang dapat
teroklusi dan mengindikasikan adanya obstruksi trabekular oleh iris perifer
(misalnya oleh karena sinekia anterior, peningkatan tekanan intraokuler,
distorsi serat iris, kekeruhan lensa, deposit pigmentasi trabekular yang
berlebihan). Istilah glaukoma diberikan bila terdapat proses neuropati optik
glaukomatous.
Secara khas, pasien biasanya di dalam berusia tua, menderita hiperopia,
dan tidak memiliki riwayat glaukoma. Lebih umum lagi, biasa pasien akan
menunjukkan gejala nyeri periorbital dan defisit visual. Nyeri yang dirasakan
pasien dikaitkan dengan sakit kepala ipsilateral. Pasien dapat menandai
adanya penglihatan kabur dan mendeskripsikan fenomena melihat halo
sekitar objek. Investigasi yang saksama dapat menyingkirkan faktor
presipitatnya, seperti lampu dim, dan penggunaan obat-obatan.
(antikolinergik, simpatomimetik). Dalam persentase pasien yang besar, gejala
ekstraokuler dan manifestasi sistemik merupakan keluhan utama. Pasien
dapat mengalami sakit kepala dan mungkin mendapatkan pengobatan untuk
migrain atau mendapatkan evaluasi yang diperuntukkan untuk perdarahan
subaraknoid. Beberapa kasus melaporkan bahwa pasien dengan muntah dan
nyeri perut dapat salah didiagnosis sebagai gastroenteritis.5
Manifestasi klinis: Gejala dari glaukoma akut sudut tertutup dapat cukup
dramatis dan meliputi nyeri mata yang hebat, kemerahan, penglihatan kabur,
melihat halo di sekitar cahaya, sakit kepala, dan biasa ditemani dengan mual
dan muntah. Dan biasanya gejala-gejala awal ini justru ditanggapi sebagai
sebuah masalah gastrointestinal yang dapat memperlamban diagnosis akurat
dari penyakit ini sendiri. Pemeriksaan okuler dapat menyingkap adanya
edema kornea, injeksi konjungtiva, ruang anterioir yangg dangkal, sel dan
flare di bilik anterior, pupil yang mid-dilatasi dan terkadang juga ada
pengeruhan lensa, umumnya dengan flek putih kecil di bawah kapsul anterior
lensa (Glaucomflecken). Bila mata tengah cukup jelas untuk melihat fundus
mata dengan oftalmoskop, maka optic disc dapat terlihat bengkak dengan
pulsasi di arteri retina sentral. Peningkatan tekanan intraokuler yang ekstrim
dapat meningkatkan risiko oklusi vena retina sentral atau arteri retina sentral.
Gonioskopi menjadi metode definitif yang dapat menentukan diagnosis
glaukoma sudut tertutup ini. Bila hanya scleral spur dan band dari badan siler
dapat terlihat, maka sudut bilik anterior tidak teroklusi. Bila sudut bilik
anterior pada perbatasan oklusi, maka akan nampak bahwa trabecular
meshwork terlihat pada posisi paling dalam, biasanya di inferior. Bila hanya
garis Schwalbe yang terlihat, maka sudut bilik anterior tertutup. Pasien
dengan risiko glaukoma aut sudut terutup harus diingatkan akan gejala
mereka dan serangan akut yang dapat terjadi. Pasien dengan glaukoma sudut
tertutup primer mungkin tidak mengalami serangan akut, namun dapat saja
mengalami penutupan intermiten dari sudut ini atau dapat saja mengalami
penutupan secara progresif dengan gejala yang lebih sedikit hingga akhirnya
kerusakan nervus optik terjadi.
Secara singkat, glaukoma akut ditandai oleh nyeri mata yang hebat dan
gangguan lapang pandang secara mendadak. Individu melaporkan bahwa ia
dapat saja melihat cahaya halo di sekitar benda. Pembesaran mata dapat
terjadi.5-7
Glaukoma Primer Sudut Tertutup

Glaukoma primer ialah jenis glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana
tidak didapatkan kelainan yang dapat menyebabkan glaukoma. Glaukoma ini
didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti
(1) bakat yang berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau
susunan anatomis bilik mata yang menyempit dan (2) mungkin disebabkan
kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis), berupa
trubekulodisgenesis, iridodisgenesis, dan korneodisgenesis, dan yang paling
sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma primer sudut tertutup ini juga dapat timbul dengan tanda dan
gejala yang cukup dramatis yang dapat berakibat pada kebutaan permanen
dalam jangka waktu pendek apabila tidak dirawat dengan baik. Glaukoma
sudut tertutup terjadi oleh karena humor akueous tidak dapat mengalir
melalui pupil ke dalam bilik anterior (blokade pupil), yang akan
meningkatkan tekanan di belakang iris dan mendorong iris ke anterior (iris
bombe) untuk mengoklusi ke sudut bilik mata anterior. Pada umumnya
glaukoma sudut tertutup apabila tidak berlangsung secara akut, maka akan
berlangsung secara kronik, dengan gejala klinis yang lebig ringan. Pada kasus
glaukoma primer kronik dengan sudut tertutup, sudut bilik mata anterior
tertutup secara permanen oleh sinekia anterior. Pada pasien ini, gehala yang
terjadi bersifat minimal, namun walau begitu penutupan sudut, peningkatan
tekanan intraokuler, dan kerusakan glaukomatous berlangsung gradual.
Tekanan intraokuler pada kasus glaukoma kronik sudut tertutup dapat normal
atau meningkat. Pembentukan sinekia anterior, dapat bersifat progresif, dan
pada ketiadaan serangan intermiten, tekanan intraokuler ini dapat meningkat
sedikit dikarenakan kinerja trabecula meshwork yang berkurang. Pada mata
dengan serangan intermite, tekanan intraokuler dapat meningkat relatif cepat
dikarenakan kelanjutan dari formasi sinekia anterior yang menyebabkan
rekurensi oleh penutupan sudut yang bersifat transien. Pada kasus ini pula,
sudut bilik mata anterior lebih tenang dan biasanya lebih dalam dibandingkan
dengan pasien akut, pupil normal tidak berdilatasi.
Manifestasi klinis: Gejala yang ditimbulkan kurang lebih sama dengan
serangan akut glaukoma, namun dengan intensitas lebih ringan. Bahkan, tidak
jarang bersifat asimtomatis dikarenakan onset lambat dari penyakit. Mata
tidak merah atau tidak terdapat keluhan. Gangguan saraf optik akan
bermanifestasi sebagai gangguan fungsi berupa penciutan lapang pandang.
Gejala bersifat samar, bila ada berupa mata sebelah terasa berat, kepala
pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak
khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata baca
untuk presbiopia yang lebih kuat dibandingkan dengan orang-orang usianya.
Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukoma
sudah berat.1,3,6,9

Different Diagnosis

Differential diagnosis atau diagnosis banding


Phacolytic Glaucoma

Fakolitik glaukoma ialah glaukoma sekunder sudut terbuka dengan tanda-


tanda dan gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata terbuka lebar dan
lensa dengan katarak hipermatur disertai masa seperti susu di dalam bilik
mata depan. Di dalam bilik mata depan, terdapat efek Tyndal sehingga
gambaran menyerupai uveitis. Pada glaukoma jenis ini, jarang ditemukan
keratik presipitat dan sinekia posterior. Biasa glaukoma jenis ini terjadi
karena katarak hipermatur, dimana lensa yang mencair keluar melalui kapsul
yang utuh akan tetapi mengalami degenerasi. Masa lensa yang terdapat di
dalam bilik mata depan mengundang sebukan sel radang, dan tidak terlihat
adanya reaksi antigen antibodi yang nyata. Obstruksi dari aliran humor
diakibatkan oleh karena protein lensa yang dilepas melalui defek mikroskopik
pada kapsul lensa. Penampakan klinis yang timbul lebih akut disebabkan oleh
karena kebocoran protein lensa yang cepat yang mengoklusi trabecular
meshwork dan penampakan klinis yang lebih gradual akibat dari aktivitas
makrofag yang merupakan hasil dari respon imunologis. Pasien dengan
penyakit fakolitik glaukoma secara khas memiliki riwayat dari kehilangan
penglihatan yang lambat dapat selama kurun bulan maupun tahun sebelum
terjadi onset akut dari nyeri, kemerahan dan kadang-kadang penurunan
penglihatan. Dapat terjadi persepsi cahaya yang tidak akurat akibat ketebalan
katarak. Gejala meniru gejala yang ditimbulkan oleh glaukoma akut sudut
tertutup. Riwayat kehilangan penglihatan yang lambat sebelum onset akut
gejala menjadi pembeda penyakit ini dengan glaukoma akut sudut tertutup.
Tekanan intraokuler dapat meningkat hebat pada kasus fakolitik glaukoma
yang berat.1,10

Phacomorphic Glaucoma

Fakomorpik glaukoma ialah istilah yang digunakan untuk glaukoma sekunder


sudut tertutup yang diakibatkan oleh katarak intumesens. Peningkatan dari
ketebalan lensa akibat katarak lanjut, lensa intumesens yang cepat, atau
katarak traumatik dapat berujung pada blokade pupil dan penutupan sudut.
Pada mata dengan katarak yang lanjut, maka lensa akan membengkak dan
intumesens, kemudian sudut iridokornea akan berkurang secara progresif.
Glaukoma akibat blokade pupil dapat terjadi karena perubahan dari ukuran
lensa dan posisi dari permukaan lensa anterior. Penutupan sudut terjadi secara
sekunder dikarenakan mekanisme blokade pupil, atau dapat pula karena salah
posisi dari diafragma lensa-iris. Gejala yang terjadi sama dengan gejala
glaukoma akut kongestif, dengan perbedaan terdapatnya bilik mata yang
dangkal pada kedua mata sedang pada katarak intumesen kelainan sudut
hanya pada satu mata. Pada pasien katarak intumesen, sumbu anteroposterior
lensa makin panjang sehingga mengakibatkan adanya resistensi pupil pada
aliran cairan mata ke depan yang disebut blokade pupil.

Pasien dengan fakomorpik glaukoma dapat mengeluhkan nyeri akut,


penglihatan yang kabur, halo berwarna pelangi sekitar cahaya, mual dan
muntah. Pasien sudah mengalami penurunan penglihatan sebelum episode
akut glaukomanya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan intraouler
yang bisa lebih dari 35 mmHg, pupil ireguler dan berdilatasi, kornea edema,
injeksi konjungtiva, bilik mata anterior yang dangkal, dan pembesaran lensa.
Faktor yang menjadi predisposisi glaukoma jenis ini ialah katarak intumesen,
katarak traumatik, dan katarak senile yang berkembang cepat. Serangan akut
biasa dipresipitasi oleh karena dilatasi pupil. Dilatasi kemudian akan
membuat iris relaksasi untuk kemudian menekuk ke depan dan berkontak
langsung dengan trabecular meshwork, dan berkembang menjadi blokade
pupil. Penutupan sudut juga disebabkan karena tekanan dari belakang lensa
dan dari pembesaran lensa itu sendiri.1,11

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitif, namun ada beberapa
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada pasien glaukoma dapat
dilakukan:
Goldmann applanation tonometry masih menjadi pemeriksaan standar untuk
menentukan tekanan intraokular. Akurasi pengukuran dipengaruhi oleh
ketebalan kornea sentral, oleh karena itu, pengukuran ketebalan korne dengan
ultrasound pachymetry diperlukan.

Goniosopy statis dan dinamis digunakan untuk mengevaluasi dan


mendokumentasikan penyebab dari penutupan sudut.

Fundus photography dapat dilakukan untuk mendokumentasikan keadaan


dari kepala nervus optik dan lapisan serat saraf retina.

Slit lamp biomikroskopi, baik yang menggunakan lensa kontak maupun yang
tidak dapat mendokumentasikan adanya penipisan dari tebal lapisan serat
saraf retina.

Automated Static Perimetry, saat ini menjadi metode klinis paling umum
untuk mengetahui lapang pandang pasien glaukoma. Kelebihannya terletak
pada kemampuan alat ini untuk menyediakan prosedur terstandardisasi yang
bebas dari bias oleh karena pemeriksa.4,5

Etiologi

Beberapa penyebab dari kasus glaukoma akut sudut tertutup yang menyebabkan
penurunan visus mendadak, ialah bilik mata anterior yang lebih dangkal, lensa yang
berlokasi lebih anterior, axial length mata yang lebih pendek, iris yang tebal,
muskulus dilator iris yang terlalu berkembang, dan sudutu yang sempit. Kesemua hal
ini dapat berkontribusi lebih untuk terjadinya kasus glaukoma akut sudut tertutup.
Faktor yang mempresipitasi kejadian glaukoma ini, seperti obat-obatan
(simpatomimetik, antikolinergik, antidepresan/SSRI, antikonvulsan, sulfonamid,
kokain, toksin botulinum), lampu dim, dan koreksi yang terlalu cepat dari
hiperglikemia. Sebuah kasus melaporkan bahwa glaukoma akut sudut tertutup dapat
dikaitkan dengan fistula dari sinus karotis-kavernosus, trauma, posisi yang rawan
akan tindakan bedah dan giant cell arteritis.5
Menurut sumber lain, glaukoma umumnya disebabkan oleh obstruksi dari aliran
aqueous humor yang keluar dari ruang mata. Glaukoma penutupan sudut akut
disebabkan oleh obstruksi aliran secara mendadak melalui sudut antara kornea dan
iris, yang dapat terjadi pada infeksi atau cedera atau bahkan tanpa alasan yang jelas.
Sebaliknya, glaukoma sudut terbuka primer terjadi lebih bertahap, biasanya akibat
fibrosis yang berhubungan dengan usia di sudut tersebut atau obstruksi bertahap
saluran lain yang berperan dalam aliran aqueous humor. Pada kasus tersebut, terdapat
peningkatan progresif dari tekanan intraokuler. Kadang-kadang peningkatan produksi
dari aqueous hunmor dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler. Faktor
risiko glaukoma itu sendiri ialah usia (10% pada usia >80), riwayat keluarga positif,
berasal dari Karibia-Afrika, kornea tipis, miopia, dan mutasi genetik.7
Lebih lanjut lagi, pada kasus ini sudut antara kornea dan iris sangat sempit.
Kadang-kadang sudut benar-benar menutup, sehingga akan menghambat aliran
akueous dan TIO akan meningkat dengan cepat. Karena kerusakan permanen pada
retina dapat terjadi selama serangan-serangan, maka tekanan harus diturunkan secepat
mungkin dengan penggunaan obat tetes pilokarpin secara intensif yang dikombinasi,
bila perlu dengan asetalozamid intravena dan manitol hipertonis intravena (suatu agen
osmotik) untuk mengeluarkan air.9

Epidemiologi

Glaukoma sudut tertutup primer mengenai 1 dari 1000 orang yang berusia lebih
dari 40 tahun, perempuan lebih sering terkena dibandingkan dengan laki-laki. Pasien
dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun
dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.3
Di Amerika Serikat, kasus glaukoma akut sudut tertutup terjadi di antara 1 dan 40
kali untuk setiap 1000 orang Amerika, berdasarkan ras mereka.
Hasil perawatan yang didapatkan oleh seorang pasien glaukoma akut sudut
tertutup, didasarkan pada durasi dari sejak onset sampai perawatan, penyakit okuler
yang mendasari dan ras. Derajat dari elevasi tekanan intraokuler telah menunjukkan
bahwa hal ini memiliki dampak yang lebih kecil pada ketajaman penglihatan pasien
di masa mendatang. Beberapa studi melaporkan bahwa sebanyak dua pertiga individu
dengan glaukoma akut sudut tertutup tidak kehilangan lapang pandang mereka.
Walau begitu, orang-orang Asia nampaknya lebih refrakter terhadap penanganan
medis awal dan bahkan setelah penanganan secara definitif sekali pun, mereka masih
mengalami peningkatan progresif dari tekanan intraokuler dan penurunan ketajaman
penglihatan.
Glaukoma akut sudut tertutup terjadi pada1 dari 1000 orang berkulit putih, sekitar
1 dari 100 orang Asia, dan sebanyak 2-4 dari 100 orang Eskimo.
Kasus ini, lebih banyak mendominasi wanita dikarenakan bilik mata anterior yang
lebih dangkal. Pasien-pasien tua yang berada di usia ke-60 atau ke-70, memiliki risiko
yang lebih besar untuk menderita kasus glaukoma ini.5

Patofisiologi

Kasus glaukoma akut sudut tertutup menggambarkan adanya tahap akhir dari
proses-proses yang berakibat pada gangguan pada sirkulasi aqueous humor dan
peningkatan yang subsekuen dari tekanan intraokuler. Aqueous humor diproduksi
oleh badan silier di dalam bilik posterior mata. Kemudian cairan ini akan berdifusi
dari bilik posterior, melalui pupil, untuk masuk ke dalam bilik anterior. Dari bilik
anterior, cairan ini kemudian akan diserap ke dalam sistem vaskuler melalui
trabecular meshwork dan canalis Schlemm yang terletak di dalam sudut bilik mata
anterior.
Kelainan pada beberapa anatomis mata dapat menyebabkan bilik anterior untuk
menyempit dan menjadi predisposisi untuk terjadinya kasus glaukoma akut sudut
tertutup. Beberapa hal tersebut antara lain seperti bilik anterior yang dangkal, badan
silier yang lebih tipis, iris yang lebih tiis, lensa yang lebih tebal dan terletak lebih
anterior dan juga axial length mata yang lebih pendek. Studi-studi terkini telah
menunjukkan bahwa peningkatan dari ketebalan iris dan area kros-seksional dikaitkan
dengan risiko yang lebih bagi seseorang. Dari semua variasi anatomis yang ada, sudut
sempit memiliki akibat yang lebih membahayakan.
Pada jenis glaukoma akut sudut tertutup yang tradisional, respons alami dari mata
berupa dilatasi terhadap lingkungan atau stimulus kimiawi yang akan berakibat dari
aposisi dari lensa dan iris yang patologis. Aposisi dan kontak antara lensa dan iris
disebut blok pupiler. Lebih jauh, blok pupiler dideskripsikan sebagai suatu keadaan
dimana permukaan paling depan lensa bertempelan dengan iris, sehingga aliran dari
humor akueous terobstruksi. Ketika blok pupiler terjadi dan berhubungan dengan iris,
maka peningkatan tekanan di bilik posterior menyebabkan iris dapat terlipat, terutama
di daerah perifernya, untuk kemudian membengkok membentuk iris bombe. Iris
bombe ini lebih jauh akan menutup sudut yang sebelumnya sudah sempit dan akan
menghalangi drainase dari akueous, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler.
Penelitian terbaru, menunjukkan bahwa ada sebuah patofisiologi alternatif dari
jalur terjadinya kasus glaukoma akut sudut tertutup. Cronemberger et all menyatakan
bahwa kejadian akut ini dapat merupakan jejas dari sebuah imbalans autonomik pada
seseorang dengan kasus glaukoma akut sudut tertutup, lebih spesifik lagi ialah terjadi
peningkatan pada tonus simpatetik. Lebih jauh, muskulus yang mendilatasi iris pada
individu-individu ni ditemukan lebih berkembang dan lebih kuat. Secara singkat,
akibat dari peningkatan tonus simpatetik okular, mencakup karena distres emosional,
kondisi rendah cahaya, atau setelah penggunaan obat simpatomimetik, kontraksi dari
muskulur dilator iris menyebabkan pupil dilatasi dan terjadi pula penebalan dari iris
bagian medial-perifer. Penebalan ini akan berakibat pada penutupan sudut, yang
kemudian akan menghambat aliran keluar dari aqueous humor.
Mekanisme lain yang dapat mendasari kasus ini mencakup plateau iris,
pembengkakan lensa dan blok silier. Plateau iris lebih jarang terjadi dibandingkan
dengan blok pupiler dan disebabkan oleh karena anterior insertion dari iris.
Akibatnya, iris akan memblok trabecular meshwork dan menyebabkan peningkatan
tekanan intraokuler. Pembengkakan lensa dan blok silier terbilang sangat jarang.
Pembengkakan lensa terjadi di dalam kasus katarak dimana tekanan hidrasi memaksa
pembesaran dari lensa dan menyebabkan bilik anterior menyempit. Tekanan dari
posterior lensa akan mendorong lensa dan iris maju ke depan menyebabkan blok
silier.5
Tatalaksana

Farmakologi:
Obat yang menurunkan TIO dengan meningkatkan aliran keluar
Latanopros, ialah suatu prodrug dari prostaglandin-F2 (PGF2). Obat ini menembus
kornea dan menurunkan TIO melalui peningkatan aliran aquoeous uveosklera.
Mekanismenya dengan melibatkan aktivasi amtriks metaloproteinase yang
menyebabkan penurunan resistensi keluar. Latanopros sangat efektif dan telah
mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan pembedahan. Selain itu, juga memiliki
efek samping sistemik minimal dan telah dipakai secara luas.
Pilokarpin, menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris. Kontraksi tersebut
akan menarik taji sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan terpisah.
Jalur cairan akan terbuka dan aliran keluar aquaeous meningkat. Semua
parasimpatomimetik menyebabkan miosis, membuat penglihatan malam hari menjadi
buruk dan terdapat penglihatan remang-remang. Spasme otot siliaris meningkatkan
penglihatan dekat. Oleh karena itu, penglihatan kabur biasanya tidak menjadi
masalah. Keluhan hanya berupa sakit kepala dan sakit pada alis mata.
Obat yang menurunkan TIO dengan mengurangi sekresi aqueous
Beta-bloker, misalnya timolol memblok adrenoreseptor beta-2 pada prosesus
siliaris, sehingga menurunkan sekresi aquoeus. Selain itu timolol, bisa memblok
reseptor beta pada pembuluh darah afeen yang memperdarahi prosesus siliaris. Hal
tersebut menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian menurunkan ultrafiltrasi dan
pembentukan aqueous. Obat-obat yang diberikan sebagai tetes mata dapat diabsorpsi
melalui mukosa nasal dan menimbulkan efek sistemik. Oleh karena itu, beta-bloker
bisa mencetuskan bronkospasme pada pasien asma atau bradikardia pada pasien yang
peka. Oleh sebab itu, beta-bloker seharusnya dihindari pada pasien dengan asma,
gagal jantung, blok jantung, atau bradikardia.
Brimonidin, dan apraklonidin, merupakan agonis adrenoreseptor alfa-2. Obat ini
menurunkan pembentukan aqueous melalui stimulasi reseptor alfa-2 pada terminal
saraf adrenergik yang menginervasi badan siliaris (sehingga menurunkan pelepasan
norepinefrin)
Inhibitor karbonik anhidrase, asetazolamid bekerja pada badan siliaris dan
mencegah sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan transpor natrium dan
pembentukan aqueous karena transpor bikarbonat dan natrium saling berkaitan.
Asetazolamid dapat diberikan secara oral atau intravena, tetapi obat ini terlalu toksik
untuk pemakaian jangka panjang. Dorzolamid, merupakan inhibitor aktif karbonat
anhidrase yang diberikan topikal. Dorzolamid dapat digunakan tersendiri pada pasien
dengan kontraindikasi beta-bloker. Obat ini termasuk golongan sulfonamid dan dapat
memberikan efek samping sistemik misalnya ruam kulit dan bronkospasme.
Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu dengan
pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama satu hari.
Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Tujuan pengobatan ialah merendahkan TIO secepatnya kemudian bila tekanan mata
normal dan mata sudah tenang, baru dilakukan pembedahan. Pengobatan topikal
diberikan pilokarpin 2%. Sistemik diberikan intravena karena sering disertai mual.
Diberikan asetazolamid 500 mg IV, yang disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam
sesudah keluhan eneg hilang. Intravena juga dapat diberikan manitol 1,5-2 MK/kgBB
dalam larutan 20% namun perlu diperhatikan kelainan ginjal pasien. Gliserol sering
dipakai dokter mata dan diberikan per oral 1g/kgBB dalam larutan 50%.5,9

Non-farmakologi

Pembedahan trabekular dengan laser, bisa digunakan sebagai alternatif selain obat
pada pasien glaukoma. Dengan anestesia lokal, ahli bedah menggunakan laser agon
atau diode untuk membuat kira-kira 100 lesi pada permukaan dalam anyama
trabekular. Pembakaran laser menyebabkan pengerutan lokal, menghasilkan tegangan
pada jaringan terdekat yang tidak diterapi, membuka ruangan pada anyaman
trabekular, dan memungkinkan peningkatan aliran aqueous. Pada glaukoma sudut
tertutup, bisa digunakan laser yttrium aluminium garnet (YAG) untuk membuat
lubang pada bagian pinggir iris. Hal ini mencegah pergerakan iris ke depan yang
mempresipitasi glaukoma akut dan biasanya disebabkan oleh blok parsial aliran
akueous melalui pupil. Pembedahan lain yang dilakukan ialah iridektomi ketika mata
sudah dalam keadaan tenang.1,9

Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari kasus glaukoma akut sudut tertutup ialah
kebutaan, yang dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Oleh karena itu, kasus ini
merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Agen topikal yang digunakan untuk
mengobati glaukoma dapat memiliki efek sistemik yang merugikan, terutama pada
lansia. Efek ini dapat berupa perburukan dari fungsi jantung, pernapasan atau
neurologis. Beberapa komplikasi lain, yaitu:

a. Penurunan ketajaman penglihatan permanen

b. Episode berulang

c. Glaukoma maligna

d. Serangan pada mata sebelah

e. Oklusi dari arteri retina sentral dan vena retina sentral5,7

Preventif

Sebagai tindakan preventif, perlu diketahui beberapa faktor risiko yang dapat
mencetuskan glaukoma sudut tertutup, antara lain wanita keturunan Asia umur yang
kian bertambah hipermetropia riwayat keluarga positif katarak. Mata yang
sebelumnya mengalami serangan akut primer glaukoma sudut tertutup memiliki
kemungkinan lebih dari 50% untuk berkembang menjadi tipe kronik, walaupun sudah
dilakukan iridotomi perifer. Mata sebelah, pada pasien yang sebelumnya sudah
mengalami episode akut glaukoma sudut tertutup, memiliki kemungkinan lebih dari
50% untuk terserang dalam jangka waktu 5 tahun dan harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dan monitor dengan baik. Pelaksanaan LPI sebagai profilaksis dianjurkan
untuk mencegah hal ini. Berikut ialah beberapa nasihat yang dapat diberikan pada
pasien yang sudah mengalami glaukoma sudut sempit:

a. Emosi (bingung dan takut) dapat mencetuskan serangan akut

b. Membaca dekat yang mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan menimbulkan
serangan pada glaukoma dengan blok pupil
c. Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil dapat berbahaya

d. Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal berbahaya memakai
obat anthistamin dan antispasme.1,8

Prognosis

Beberapa studi yang mengevaluasi pasien setelah perawatan dari kasus glaukoma
akut sudut tertutup sudah mendemonstrasikan hasil yang cukup memuaskan. Dengan
perawatan yang adekuat, sebagian besar pasien dapat mengembalikan penglihatan
mereka yang hilang. Pada orang berkulit putih, tekanan intraokuler dapat dilakukan
hanya dengan LPI (Laser Peripheral Iridotomy) dan pada 65-76% orang Asia
seringkali refrakter terhadap pengobatan jenis ini dan membutuhkan pengobatan lain
setelah menjalani LPI. Selain itu, orang-orang Asia juga memiliki tingkat kehilangan
lapang pandang yang lebih tinggi dengan peningkatan tekanan intraokuler yang
sedikit lebih tinggi. Telah banyak yang menduga bahwa serangan awal lebih berat
pada orang Asia yang dapat berakhir pada kerusakan trabekular. Kemungkinan lain
ialah, dapat terjadi pembentukan sinekia perifer yang menyebabkan penutupan
kembali. Semakin cepat diagnosis ditegakkan dengan perawatan yang tepat, maka
prognosis dapat membaik.5

Kesimpulan

Berdasarkan gejala klinis yang dialami oleh pasien wanita tersebut dengan onset
nyeri mata akut, disertai mual/muntah,penglihatan yang kabur mendadak dan mata
merah ditambah dengan keterangan bahwa pasien memiliki tekanan bola mata N+++
pada mata kanan dan 26 mmHg pada mata kiri maka, saya menyimpulkan bahwa
pasien ini menderita glaukoma akut sudut tertutup atau glaukoma akut kongestif pada
mata kanan dan glaukoma primer sudut tertutup pada mata kiri.
Daftar Pustaka

1.Wormald R, Smeeth L, and Henshaw K. Acute and chronic angle closrue glaucoma. Evidence-
based ophthalmology. London: BMJ publishing group; 2004. p. 205-208.

2.Riordan P, Whitcher Jp. Glaukoma. Vaughan & Asbury : oftamologi umum. Edisi 17.
Jakarta:EGC;2009.

3.Ilyas HS. Glaukoma akut. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta:Balai penerbit FKUI; 2010.

4. Ehlers JP, Shah CP. Acuta angle-closure glaucoma. The wills eye manual office and
emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th editio. Philadelphia:Lippincott
williams & wilkins:2008.p. 198-201.

5.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 5 Januari 2011, diunduh dari
www.emedicine.medscape.com, 22 Maret 2011.

6.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 18 November 2005, diunduh dari
www.emedicinehealth.com, 22 Maret 2011.

7. Bickley LS. BATES Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta:EGC;2009. H. 139-159.

8. Riordan P, Whitcher Jp. Pemeriksaan oftamologik. Vaughan & Asbury : oftamologi umum.
Edisi 17. Jakarta:EGC;2009.

9. Surapsari J, alih bahasa. At a glance: farmakologi medis. Jakarta: Penerbit Erlangga;


2006.h.27.

10. Yi K. Phacolytic glaucoma. Medscape 2013 May 30. Diakses tanggal 21 Mar 2016.
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview

11. Gill H. Phacomorphic glaucoma. Medscape 2012 Apr 25. Diakses tanggal 21 Mar 2016.
Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1204917-overview

Anda mungkin juga menyukai