Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Definisi
Gastroentritis atau dairemerupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekunsi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah. (Hidayat AAA 2006)
Gastroentritis atau diare adalah penyaktit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defikasi lebih dari biasa (>3 kali/hari) disertai dengan perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan / tanpa darah dan atau lendir (Prof. Sudaryat, dr. SPAK,
2007)
Gastroentritis atau diare adalah buang air besar (defikiasi) dengan tinja berbentuk cair
/setengah cair (setengah padat) , kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Penularan diare karena infeksi melalui
makan/minum yang terkontaminasi pathogen yang berasal / hewan atau muntahan
penderita dan juga melalui udara atau melalui aktivitas seksual kontak oral / genetal
atau aral-anal (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Dapat disimpulkan Gastroentritis atau diare akut merupakan inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh sebagai bakteri, usus, dan pathogen, yanh ditandai dengan
bertambahnya frekeunsi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali /sehari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
B. Etiologi
Menurut Ngastiyah 2005, penyebab terjadinya diare adalah sebagai berikut :
1. Faktor Infeksi
A. Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada infeksi internal, meliputi :
1. Infeksi bakteri
Vibrio, E coli, Samonela, Shigella, Campylobacter, yersinia, aeromonas
dan sebagainya.
2. Infeksi virus
Entovirus (virus echo), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
3. Infeksi Parasit
Cacing, protozoo,dan jamur.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi lactosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, friktosa, dan gluktosa), pada bayi
dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan
karbohidrat utama dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka
pada bayi dan balita diare akibat intoleransi laktosa mendapat perhatian khusus.
Penyebabnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang berfungsi
memecah laktosa belum sempurna, sehingga menyebabkan bayi diare, dan lipase
akan berfungsi optimal saat berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
usia bayi 1-2 bulan dan tidak menyebabkan berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
mengkonsumsi makanan.
5. Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.
C. Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada
sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan
keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen
ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan
Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dangangguan sirkulasi darah.
D .Fathways
Infeksi
( Bakteri, Virus, Parasit )
Masuk ke lambung
Melintasi mukosa
usus
Gastroentritis
Tekanan Hipomobilitas
osmotik
Hipermobilitas
Bakteri
Pengesahan Kontak cairan feses
tumbuh Sekresi
rongga usus dengan kulit sering
berlebih Elektrolit
Metabolisme
oleh bakteri Resiko kerusakan
integritas kulit
Devisit volume
cairan
Kembung
anoreksi mual, Tubuh kehilanagan N
muntah &K
Merangsang peningkatan Waktu absopsi
sekresi cairan dan nutrient
elektrolit ke rongga usus Gangguan
intake
keseimbangan
nutrient
cairan dan elektrolit
Abdomen
tegang
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri
E. Gejala klinis
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah.
Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan
empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare
dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006).
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dan Alatas, 1985).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya
kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi
diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas
sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, iritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air
mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang
dingin yang dingin dan pucat.
Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak
mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa
pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
F. Klasifikasi
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
enterotolitis nektrotikasi
b. Diare non spesifikasi : diare diestelis
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus misalnya, diare yang timbulkan oleh
bakteri, urus dan parasit
b. Diare infeksi paranitelar atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya diare
karena bronkitis
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari
b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih (sunoto,1990)
G. Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan Laboratarium
2. pemeriksaan tinja
3. Pemeriksaan gangguan kesimbangan asam dan basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan untuk menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan
4. pemeriksaan kadar ureum dan ereantin untuk mengetahui fungsi ginjal
5. pemeriksaan elektrolit inthubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif, turutama di lakukan pada penderita diare kronik
6. pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan lainnya,
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain yaitu
1. Demam
Sering terjadi pada diare akibat rotavirus dan disentri shigella.
Umumnya demam timbul bila bakteri penyebab menginvasi epitel usus.
Demam dapat disertai dehidrasi dan akan hilang jika hidrasi cukup. Penderita
dengan demam dan diare mungkin juga menderita penyakit lain seperti radang
telinga tengah, infeksi saluran nafas.
2. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang keluar tanpa pemasukan yang
adekuat.
Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a. Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b. Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
bayi merasa gelisah, matanya cekung, air mata dan mulutnya kering dan
sangat haus atau banyak minum.
c. Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BBbayi merasa
lesu, lunglai, matanya sangat cekung, mulut sangat kering dan malas atau
tidak bisa minum.
3. Hipokalemia
Dikarenakan banyaknya kalium yang terbuang bersama tinja. Penggantian
kalium yang tidak cukup selama diare yang berulang dapat menyebabkan
kekurangan kalium. Gejala yang timbul seperti kelemahan otot, ileus,
gangguan ginjal dan aritmia jantung.
4. Hipokalsemia
Dikarenakan banyaknya kalsium yang terbuang bersamanya.
5. Ileus paralitik
Berkurang atau berhentinya gerakan usus akibat hipokalemia. Gejalanya
kembung dan juga muntah.
6. Hiponatremi
Dikarenakan banyaknya natrium yang terbuang bersama tinja.
7. Syok hipovalemik
Dikarenakan cairan dan elektrolit yang terbuang bersama tinja tidak dapat
diimbangi dengan pemasukan yang sama.
8. Asidosis
Dikarenakan banyaknya elektrolit yang terbuang maka terjadi perfusi jaringan.
(Kliegman, Marcdante, Jenson, Behrman, 2006).
1. Identitas Klien
2. Riwayat Keperawatan
- Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
- Keluhan utama : feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit maka terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-
ubun mata cekung, tonus, dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan
bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan knstitensi encer.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit yang di derita, riwayat pemberian imunisasi
4. Riwayat Psikososial Keluarga
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah an merasa bersalah.
5. Kebutuhan Dasar
- Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari,
BAK sedikit atau jarang.
- Pola nutrisi : di awali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pada pasien.
- Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
- Pola hygiene : kebiasaan mandi tiap harinya
- Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernafasan agak cepat
b. Pemeriksaan Sistematik
- Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
- Palpasi : Turgor Kulit kurang elastis.
- Perkusi : adanya distensi abdomen.
- Auskultasi : terdengar bising usus
c. Pemeriksaan tumbuh kembang
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak
dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang
f. Pemeriksaan tinja
K. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan reflek spasme otot pada dinding perut.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, lokasi, dan skala nyeri
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Berikan posisi senyaman mungkin
d. Anjarkan teknik relaksasi distraksi
e. Kalaborasi dengan dokter sirkulasi darah yang menurun
2. Hipertermi berhubungan dengan sirkulasi darah yang menurun
Intervensi :
a. Kaji tanda gejala hipertermi
b. Kaji klien dan keluarga pentingnya mempertahankan masukan yang adekuat
sedikitnya 2000 ml/hari
c. Monitor intake dan ouput dehidrasi
d. Monitor suhu dan tanda vital
e. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
Intervensi :
a. Kaji intake dan output makananan
b. Berikan makanan sedikit tapi sering 2-3 jam
c. Timbangan berat badan tiap hari
d. Interaksi tehnik-tehnik pemberian makanan yang sehat
e. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang
aktif
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala : kulit dan membran mukosa kering, hus, lemah
b. Pantau masukan, pengeluaran dan berat badan
c. Berikan cairan itu sesuai instruksi
d. Berikan larutan hidrasi dan sesuai dengan instruksi
e. Dorong masukan cairan dengan tepat
f. Awasi TTV
g. Hindari masukan air jernih seperti seperti jus, buah, minuman bikarboral
Daftar pustaka
Sudoyo Anu, dkk.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1,2,3, edisi keempat. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat, Aziz A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta :
Media Indonesia
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju
Keluarga Sadar Gizi. Jakarta
Hagoat Modjo, Soetidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA AN. R
2015
I. Pengkajian
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. R
Umur : 5 tahun
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Nama : Tn. A
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Swasta
1. Keluhan Utama
Pada tanggal 24 Agustus 2015, Anak R masih bersekolah di salah satu taman kanak-
kanak di Banjarmasin dan An. R juga masih bermain aktif seperti biasa. Neneknya juga
mengatakan bahwa An. R ini tidak pernah di pantau apa saja makanan yang dia makan,
ketika sekolah maupun bermain.
Pada malam harinya, An. R mengeluh nyeri dibagian perut dan mulai BAB cair
berwarna kuning tanpa lender 10x disertai dengan muntah. Saat malam itu An. R terlihat
lemah dan pucat.
Keesokan harinya, pada tanggal 25 Agustus 2015 sekitar pukul 07.00 pagi An. R di
bawa ke IGD RS Sari Mulia Banjarmasin, di sana An. R dipasang infus RL dengan faktor
tetesan 15 TPM.
Pada sekitar pukul 09.30 pagi, An. R di bawa keruangan Garuda 7 kamar 1.A9 dengan
masih terpasang infus dibagian tangan kanan.
Pada tanggal 26 Agustus 2015, hari ke dua An. R di rawat inap, neneknya
mengatakan bahwa cucunya masih BAB cair 5x/hari, An. R masih mengeluh pusing dan
tidak nafsu makan.
Keluarga pasien mengatakan bahwa An. R tidak pernah mengalami penyakit seperti
ini sebelumnya, dan ini pertama kali di rawat inap di rumah sakit. Biasanya An. R hanya sakit
demam dan dibawa ke dokter praktik bias sembuh.
Keluarga pasien mengatakan bahwa An. R tidak ada riwayat penyakit menurun seperti
hipertensi, DM, Typoid, dll. Dan keluarga An. R juga tidak ada mengalami penyakit menular
seperti hepatitis, TBC, dll.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
TTV TD :-
T : 38,2
N :98x/menit
RR :23x/menit
Kesadaran: Composmentis
TB : 100cm
2. Kulit
Warna kulit sawo matang dan bersih, turgor kulit kembali dalam 3 detik (1-2 detik)
Bentuk kepala simetris, rambut tampak hitam dn tidak terdapat kelaianan pada kepala.
Pada pengkajian leher tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada keterbatasan gerak leher dan terdapat kelainan (normal).
Keadaan mata cekung, system penglihatn baik, mata kiri dan kanan simetris,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatn
(kacamata).
Keadaan umum hidung normal berbentuk simetris, tidak terdapat adanya sumbatan
pada hidung, tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak terdapat peradangan, tidak terdapat
adanya secret, tidak ada kelainan pada system penciuman dan tidak ada kesulitan bernafas.
6. pendengaran dan telinga
Tidak terdapat kelainan pada system pendengaran (normal) keadaaan bentuk telinga
simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan saat mendengar, tidak terdapat alat bantu dengar
dan tidak terdapat secret.
Keadaan mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah kotor, gigi tampak bersih
tidak terdapat gigi palsu, tidak ada gangguan saat menelan, dan tidak ada peradangan pada
mulut.
-Dada/Jantung
-Pernafasan/Paru
Inspeksi: Bentuk thorax normo chest, tidak ada otot bantu nafas.
Palpasi: perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri sama. Taktil premitus (+)
-Sirkulasi: warna ujung-ujung jari tampak pucat, CRT kurang dari 3 detik, tidak ada sianosis.
9. Abdomen
Secara keseluruhan normal tidak ada keterbatasan gerak pada tubuh pasien. Skala
kekuatan otot:
1= Ada kontraksi
Dari tabel diatas bahwa ada perbedaan aktivitas selama dirumah dan di rumah
sakit, data pengkajian di rumah sakit rata-rata An.R aktivitas dan istirahat
dibantu sebagian.
2. Personal Hygiene
Aktivitas Sebelum sakit Di RS
Mandi 2 x sehari -
Keramas 1 x sehari -
Gosok gigi 2 x sehari 1 x sehari
Ganti baju 3 x sehari 1 x sehari
3. Nutrisi
Makanan Sebelum sakit Di RS
Jenis makanan Nasi + ikan + Sayur Nasi bubur+sayur+buah
mayur
Porsi 1 piring 1/4 piring
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Dari tabel diatas menunjukkan adanya perbedaan status nitrisi ,dari porsi
makan dirumah 1 piring,di RS setengah piring dan juga kebutuhan cairan dari
kurang lebih 1 liter per hari menurun menjadi 3-6 gelas saja per hari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
BAB Sebelum sakit Di RS
Frekuensi 1x/hari 4-5 x/hari
Warna Kuning Kuning+encer
Dari tabel diatas menunjukkan adanya perbedaan antara pola eliminasi BAB
saat dirumah dan dirumah sakit, hasil pengkajian bahwa An.R BAB di rumah
sakit 2-3 kali sehari dan masih encer
Dari tabel diatas menunjukkan adanya perbedaan BAK An.R saat dirumah dan
di RS,frekuensi Bak An.R pada di RS lebih sedikit.
5. Seksualitas
An.R berjenis kelamin laki-laki,sudah di khitam,tidak ada keluhan di area
seksualitas.
6. Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga baik, namun An.R tidak banyak bicara, jika
ditanya tim kesehatan tanya mengangguk dan menggeleng.
7. Spiritual
Pasien mengatakan sholat secara tepat waktu dan pasien yakin bahwa sebentar
lagi akan pulih kembali status kesehatnnya.
E. DATA FOKUS
DO :
1. Inspeksi :klien terlihat lemah,mata cekung,mukosa bibir kering,lidah
kotor,tampak tidak nafsu makan Cuma menghabiskan piring dari yang
sudah disedikan,dan minum 3-6 gelas.
2. Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada bagian abdomen
3. Perkui :Terdengar suara hipertimpani di bagian kuadran bawah
abdomen
4. Auskultasi :Bising usus terdengar 40 x/menit.
TTV TD :-
P :-
RR :-
T :38,2
DS :
1. Nenek klien mengatakan BAB masih cair kurang lebih 5x per hari.
2. Nenek klien mengatakan klien masih pusing
3. Nenek klien mengatakan klien tidak nafsu makan.
F. PEMWRIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboraturium
26 Agustus 2015
-Kimia Negatif
Darah samar Negatif
Glukosa 6,0
Pit
-Mikrosposit
Pewarnaan natif 0-2
Eritrosit 1-3
Leukosit Positif
Kuman Negatif
Jamur
Meningkatkan nyeri
kronis dan akut
beratseperti penyakit
rematik,sakit
4 Antibiotik Promuba Oral 3x2 Neoropati penfer,bangkitan kepala,sakit gigi,
konvulsif,gatal gatal pada nyeri kanker,nyeri
kulit,rasa tidak enak di pasca operasi atau
mulut,muntah atau pasca cedera,kejang
gangguan saluran otot dan nyeri kolik.
cerna,mengantuk,sakit
kepala dan urine berwarna Mencegah
gelap. terjadinya infeksi.
Memelihara
kesehatan fungsi
pencernaan pada
anak dan dewasa,
membantu
mengembalikan
fungsi normal
pencernaan selama
diare,sembelit dan
intoleransi
laktosa,membantu
keseimbangan flora
normal,membantu
mengembalikan
fungsi normal
pencernaan pada
pasienyang
mengalami
kemoterafi dan
membantu fungsi
fermentasi usus.
II. Analisa Data
Diagnosa :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan cepatnya volume cairan yang
hilang.
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasinya.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
menyerap nutrisi.l