Anda di halaman 1dari 41

1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : P.67/Menhut-II/2013

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 59 ayat (1), Peraturan


Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan, Menteri Teknis memiliki kewenangan
untuk menetapkan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus;
b. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2014;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang ...
2

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2002 tentang
Dana Reboisasi;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4947);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2009 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana
Alokasi Khusus Di Daerah;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/PMK.07/2012
tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban
Anggaran Transfer Ke Daerah;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
180/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan
Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2014;

15. Peraturan ...


3

15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/Menhut-


II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Hutan
Kota(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 484);
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-
II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 405) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 779);
17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-
II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan
Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 173);
18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.47/Menhut-
II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar
Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada KPHL
dan KPHP Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1077).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG


PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN
2014.

Pasal 1
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan Tahun
Anggaran 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri Kehutanan ini.

Pasal 2
Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, merupakan acuan wajib
bagi Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam melaksanakan penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2014.

Pasal 3
Lingkupsubstansi yang diaturdalampetunjukteknisinimeliputi :
a. Peningkatan Sarana dan Prasana Pendukung Operasionalisasi KPH
b. Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
c. Peningkatan Sarana Prasarana Perlindungan dan Pengamanan Hutan;
d. Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Hasil Hutan Berbasis Kelompok;
dan
e. Peningkatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan.

Pasal 4 ...
4

Pasal 4
Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan seluruh kegiatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan.

Pasal 5

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Salinan sesuai aslinya


KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,

KRISNA RYA
5

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.67/Menhut-II/2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2014.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan merupakan mekanisme
pembiayaan pembangunan kehutanan dalam bentuk biaya transfer kepada
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk membiayai kegiatan prioritas
nasional di bidang kehutanan yang menjadi kewenangan daerah. DAK bidang
Kehutanan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah
yang secara khusus kegiatannya diarahkan dalam rangka menjaga
keberlangsungan fungsi kawasan hutan melalui implementasi kebijakan
pengelolaan hutan secara lestari berbasis unit Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) di tingkat tapak.
Upaya ini sangat strategis dan selaras dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2014 dimana kebijakan sektor pembangunan kehutanan
difokuskan pada perbaikan tata kelola hutan, peningkatan kapasitas
pemerintah daerah serta pemberdayaan masyarakat di sekitar dan dalam
kawasan hutan melalui kegiatan produktif dan peningkatan akses
masyarakat terhadap sumber daya hutan guna mendorong perbaikan
lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana alam. Untuk ini maka
kebijakan DAK Bidang Kehutanan disusun dengan mempertimbangkan
sinergitas dengan pembangunan daerah.
Kebijakan DAK Bidang Kehutanan tahun 2014 merupakan kelanjutan dari
pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan di daerah melalui dana
alokasi khusus yang telah dimulai sejak tahun 2008. Upaya ini sebagai
wujud nyata dari Kementerian Kehutanan untuk mendorong kebijakan
otonomi bidang kehutanan melalui skema dana perimbangan di dearah
terutama bagi kabupaten/kota yang kemampuan fiskalnya belum memadai.
Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan Pasal 59 ayat (1) dan penjelasan pasal 59 ayat (2) bahwa
Menteri Teknis menyusun dan menetapkan Petunjuk Teknis (Juknis)
Penggunaan DAK yang mengatur arahan penggunaan dan teknis pelaksanaan
kegiatan di daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka Menteri Kehutanan menetapkan
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 sebagai
pedoman teknis dan acuan bagi para pihak terkait di dalam penggunaan DAK
Bidang Kehutanan Tahun 2014, dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan
DAK Bidang Kehutanan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

B. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 ini,
yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
2. Daerah Aliran Sungai, selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
6

yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
3. Ekosistem esensial adalah ekosistem atau kawasan yang memiliki
keunikan habitat dan/atau jenis tumbuhan dan satwa liar dan/atau
mempunyai fungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan.
4. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-
pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada
tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang.
5. Hutan dan lahan kritis adalah hutan dan lahan yang berada di dalam dan
di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
6. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
7. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas
sekurang-kurangnya 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan
tanaman lainnya lebih dari 50 %.
8. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada
tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut.
9. Hutan pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh ditepi
pantai dan berada diatas garis pasang tertinggi.
10. Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khusus tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
11. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
13. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada
penggunaan (secara vegetatif dan/atau civil technic) yang sesuai dengan
kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga
dapat mendukung kehidupan secara lestari.
14. Multi Purpose Trees Species (MPTS) adalah jenis-jenis tanaman yang
menghasilkan kayu dan bukan kayu.
15. Penanaman pengkayaan rehabilitasi hutan adalah kegiatan penambahan
anakan pohon pada kawasan hutan rawang yang memiliki tegakan berupa
anakan, pancang, tiang dan pohon sejumlah 200-400 batang/ha, dengan
maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun
kuantitas sesuai fungsinya.
16. Penghijauan lingkungan adalah kegiatan penanaman yang dapat
dilaksanakan di taman, jalur hijau, halaman tempat ibadah, perkantoran,
sekolah, pemukiman, kanan kiri sungai, ruang terbuka hijau.
17. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan
lingkungannya dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman
7

tumbuh sehat dan berkualitas sesuai dengan standar hasil yang


ditentukan.
18. Penyuluhan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
19. Penyuluh kehutanan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan penyuluhan kehutanan.
20. Pendampingan adalah aktivitas penyuluhan yang dilakukan secara terus-
menerus pada kegiatan pembangunan kehutanan untuk meningkatkan
keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan kehutanan serta
keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat.
21. Rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga.
22. Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RP RHL) rencana
manajemen (management plan) dalam rangka penyelenggaraan rehabilitasi
hutan dan lahan sesuai dengan kewenangan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
23. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTn RHL) adalah
rencana rehabilitasi hutan dan lahan yang disusun pada tahun sebelum
kegiatan (T-1) yang bersifat operasional berisi lokasi definitif kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan, volume kegiatan, kebutuhan bahan dan
upah serta kegiatan pendukung.
24. Rencana Pengelolaan (RP) KPH adalah rencana kelola KPH yang disusun
berdasarkan hasil tata hutan pada KPH yang mengacu RKTN, RKTP, RKTK
dan dengan memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat
dan kondisi lingkungan.
25. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas.
26. Sarana dan prasarana penyuluhan adalah barang atau benda (bergerak
atau tidak bergerak) yang dimanfaatkan oleh penyuluh kehutanan sebagai
alat dalam menunjang kegiatan operasional penyuluhan kehutanan.
27. Sarana dan prasarana pengamanan hutan adalah alat, sarana dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk kelancaran operasional
pengamanan hutan, termasuk pencegahan perambahan hutan dan
pemadaman kebakaran hutan.
28. Sarana dan prasarana KPH adalah bangunan, peralatan dan perlengkapan
yang dibutuhkan untuk kelancaran operasionalisasi KPH
29. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami,
jenis asli atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya tumbuhan
dan atau satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi.
30. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung yang selanjutnya
disebut KPHL adalah organisasi pengelolaan hutan lindung yang
wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan lindung yang
dikelola pemerintah daerah
31. Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi yang selanjutnya
disebut KPHP adalah organisasi pengelolaan hutan produksi yang
wilayahnya sebagian besar terdiri atas kawasan hutan produksi yang
dikelola pemerintah daerah.
8

BAB II
KEBIJAKAN DAK BIDANG KEHUTANAN

A. Ketentuan Umum
1. DAK Bidang Kehutanan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di Bidang
Kehutanan yang telah menjadi urusan/kewenangan daerah khususnya
dalam rangka percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), pengelolaan Tahura,
perlindungan dan pengamanan hutan, pengelolaan ekosistem esensial,
penyuluhan kehutanan, dimana dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tersebut tidak/belum mendapat pembiayaan dari dana APBN lainnya
(dana tugas pembantuan, block grant, pinjaman, hibah luar negeri, hibah
dalam negeri, dan dana masyarakat, dll).
2. Prioritas nasional yang menjadi kegiatan wajib dalam penggunaan DAK
Bidang Kehutanan adalah : pembangunan dan operasionalisasi KPH,
rehabilitasi hutan dan lahan, serta perlindungan dan pengamanan
hutan.
3. Sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan
diprioritaskan pada sasaran : wilayah KPH, Tahura, dan kawasan
ekosistem esensial.
4. Pelaksanaan kegiatan RHL mengacu kepada dokumen perencanaan RHL,
yaitu RP RHL, RTn RHL dan rancangan teknis RHL.
5. Bagi Kabupaten/Kota dan UPTD Tahura yang telah mengadakan mobil
patroli dari dana DAK Bidang Kehutanan tidak diperkenankan kembali
untuk mengadakan mobil patroli dari dana DAK Bidang Kehutanan
tahun 2014.
6. Pendampingan pelaksanaan kegiatan oleh penyuluh kehutanan dan atau
dilaksanakan oleh SDM yang mempunyai kompentensi dibidang
penyuluhan kehutanan.

B. Tujuan
DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 bertujuan untuk :
1. Percepatan pembangunan dan operasionalisasi KPH;
2. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan;
3. Peningkatan perlindungan dan pengamanan hutan;
4. Peningkatan pengelolaan Tahura;
5. Peningkatan Penyuluhan Kehutanan;
6. Peningkatan pengolahan hasil hutan berbasis kelompok;
7. Peningkatan pengelolaan kawasan ekosistem esensial;
C. Proporsi Penggunaan
1. Minimal 85% dari besaran alokasi DAK Bidang Kehutanan digunakan
untuk mendukung kegiatan prioritas nasional yaitu peningkatan sarana
dan prasarana operasionalisasi KPHP/KPHL maksimum 20%, kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) minimum 50% dan peningkatan
sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan maksimum
15%.
2. Maksimum 15% dari besaran alokasi DAK Bidang Kehutanan digunakan
untuk peningkatan sarana prasarana pengolahan hasil hutan berbasis
kelompok, peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan, dan
pengelolaan kawasan ekosistem esensial di luar KSA dan KPA.
9

D. Sasaran Kegiatan
1. Sasaran di tingkat provinsi :
a. Memfasilitasi percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, dengan kegiatan, antara lain: peningkatan sarana prasarana
KPH, rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
pengelolaan kawasan ekosistem esensial, serta peningkatan sarana
prasarana pengolahan hasil hutan berbasis kelompok serta
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
b. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Tahura dengan kegiatan, antara
lain : Rehabilitasi Hutan dan Lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
2. Sasaran di tingkat kabupaten/kota :
a. Memfasilitasi percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, dengan kegiatan antara lain: peningkatan sarana prasarana KPH,
rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
pengelolaan kawasan ekosistem esensial, peningkatan sarana dan
prasarana pengolahan hasil hutan berbasis kelompok serta
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan
b. Memfasilitasi percepatan pembangunan KPH yang belum terbentuk
kelembagaannya, dengan kegiatan, antara lain : rehabilitasi hutan dan
lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK), peningkatan sarana prasarana
perlindungan dan pengamanan hutan, pengelolaan kawasan ekosistem
esensial, peningkatan sarana dan prasarana Pengolahan hasil hutan
berbasis kelompok serta peningkatan sarana prasarana penyuluhan
kehutanan.
c. Meningkatkan pengelolaan Tahura dengan kegiatan, antara lain :
rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sipil teknis, sumber benih,
HHBK), peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan
hutan, peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
E. Lokus Kegiatan
Lokus kegiatan DAK Bidang Kehutanan diprioritaskan pada:
1. Kawasan hutan yang terdegradasi dan yang telah memiliki kelembagaan
KPH Lindung dan Produksi (yang tidak/belum dibebani ijin)
2. Kawasan hutan yang belum memiliki kelembagaan KPH;
3. Tahura;
4. Lahan kritis di luar kawasan hutan;
5. Kawasan ekosistem esensial di luar KSA dan KPA.
F. Dana Pendamping
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan Pasal 61 ayat (1), pemerintah provinsi/kabupaten/kota
penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping yang bersumber dari
APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK. Dana
pendamping menjadi satu kesatuan dengan dana transfer dari pusat dan
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan fisik di dalam pelaksanaan
kegiatan DAK Bidang Kehutanan.

G. Dana Pendukung
Diperuntukan membiayai kegiatan non fisik antara lain : Penyusunan
rencana pengelolaan hutan pada KPH, perencanaan RHL (penyusunan RP
RHL, RTnRHL), pendampingan, peningkatan kapasitas SDM (KPH,
penyuluhan, dalkarhut, pamhut), monitoring dan evaluasi, pelaporan,
pengawasan dan pengendalian, rapat-rapat, dan sebagainya, pemerintah
10

provinsi/kabupaten/kota diharapkan mengalokasikan dana pendukung


diluar dana pendamping sekurang-kurangnya 10 %.
H. Instansi Pelaksana
Kegiatan DAK Bidang Kehutanan diselenggarakan oleh Dinas yang diserahi
tugas dan wewenang serta bertanggung jawab di bidang Kehutanan.
Khusus untuk provinsi/kabupaten/kota yang telah memiliki kelembagaan
KPH dan Badan Pelaksana Penyuluhan dapat ditunjuk Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) pada lembaga tersebut.

I. Penggunaan Sisa Lebih Pelaksanaan Anggaran (SILPA).

Sisa anggaran DAK Bidang Kehutanan Tahun 2013 dan tahun-tahun


sebelumnya dapat digunakan kembali di tahun 2014, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Menambah target dan capaian sasaran kegiatan DAK Bidang Kehutanan.
b. Terhadap sisa tender 2013 harus dilaksanakan 2014, tetap
menggunakan Juknis DAK Bidang Kehutanan Tahun 2013 atau 2014.
c. Sisa DAK Bidang Kehutanan Tahun 2013 tidak dapat digunakan sebagai
dana pendamping 2014.
d. Sisa DAK Bidang Kehutanan Tahun 2013 tidak perlu mengunakan dana
pendamping.
e. Sisa anggaran DAK Bidang Kehutanan tidak dapat dialokasikan untuk
kegiatan DAK di luar Bidang Kehutanan.

Pengaturan lebih lanjut terhadap SILPA dimaksud agar mengacu pada


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2013 tentang Pedoman
Penyusunan APBD Anggaran 2014.
11

BAB III
KEGIATAN DAK BIDANG KEHUTANAN

A. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung Operasionalisasi KPH.

Peningkatan sarana dan prasarana pendukung operasionalisasi KPH


diperuntukkan bagi provinsi/kabupaten/kota yang memiliki kelembagaan KPH
dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan anggaran dengan
mengacu standar, pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan, sebagai
berikut:
Jenis kegiatannya antara lain :

1. Pengadaan peralatan teknis operasional kegiatan pengelolaan hutan pada


KPH (GPS, kompas, dan peralatan survey lainnya)
2. Pengadaan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan hutan (peralatan
pemeliharaan reboisasi dan rehabilitasi, peralatan ringan pengolah hasil
pasca panen hasil hutan bukan kayu)
3. Pembuatan sarana penataan hutan (patok batas penataan blok, jalan
inspeksi yang diintegrasikan dengan batas blok/petak, papan-papan
pengumuman atau peringatan)
4. Pembangunan/pemeliharaan kantor resort KPH.
5. Pengadaan kendaraan operasional KPH (kendaraan roda 2, speed boat).
6. Pengadaan peralatan pendukung kegiatan KPH (komputer, LCD, laptop,
printer).
Pengadaan sarana dan prasarana KPH disinergikan dengan pengadaan sarana
dan prasarana yang didanai dari APBN Kementerian Kehutanan sesuai dengan
P.41/Menhut-II/2011 junto P.54/Menhut-II/2011 dan mengacu kepada
rencana pengelolaan hutan pada KPH yang bersangkutan.
Sarana prasarana setelah dilaksanakan pengadaannya oleh SKPD harus segera
diserahkan kepada KPH. Penyerahan sarana prasarana tersebut dilengkapi
dengan Berita Acara Serah Terima Sarana Pendukung Kesiapan
Operasionalisasi KPH.
B. Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
1. Persyaratan Teknis
Peningkatan fungsi DAS dilaksanakan melalui upaya rehabilitasi hutan, baik
vegetatif (penanaman dan pemeliharaan) maupun sipil teknis, rehabilitasi
lahan baik vegetatif (penanaman dan pemeliharaan) maupun konservasi
tanah dan air, serta pengelolaan Tahura dengan mengacu pada Pedoman
Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang diatur dengan Peraturan Menteri
Kehutanan P.9/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan
Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
dan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
No. P.1/V-SET/2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Untuk percepatan pemulihan fungsi DAS serta dengan mempertimbangkan
ke-khasan serta kharakteristik daerah maka untuk wilayah-wilayah tertentu
perlu dilakukan :
a. Untuk setiap kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur diarahkan
untuk pengembangan dan pelestarian cendana minimal 15 Ha, sisa dana
digunakan untuk kegiatan RHL lainnya.
b. Untuk setiap kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan diarahkan untuk
pembangunan Hutan Rakyat minimal 50 Ha, sisa dana digunakan untuk
kegiatan RHL lainnya.
c. Khusus bagi wilayah yang memiliki potensi tanaman bambu seperti,
Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Bali diarahkan untuk pengembangkan tanaman bambu
minimal 10 Ha, sisa dana digunakan untuk kegiatan RHL lainnya.
12

d. Khusus untuk Kabupaten Bogor, Cianjur, Sukabumi, Bandung Barat,


dan Kebumen, maka prosentase penanaman bibit pohon minimal 30%
dan konservasi tanah maksimal 70%.
e. Khusus kabupaten yang memiliki ekosistem mangrove yang rusak,
kegiatan RHL diarahkan ke ekosistem mangrove.
2. Proporsi Kegiatan Vegetatif dan Sipil Teknis
a. Untuk kabupaten di luar pulau Jawa, minimal 70% untuk kegiatan
vegetatif dan maksimal 30% untuk kegiatan sipil teknis.
b. Untuk kabupaten di pulau Jawa, minimal 50% untuk kegiatan vegetatif
dan maksimal 50% untuk kegiatan sipil teknis.
Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman kayu-kayuan dan Multi
Purpose Tree Species (MPTS) yang dapat berfungsi untuk mengembalikan
kesuburan tanah, jenis pohon setempat/lokal disesuaikan dengan
habitatnya dan jenis unggulan setempat.
3. Rincian Kegiatan
Rincian kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis DAS terdiri dari :
a. Rehabilitasi Hutan secara vegetatif
1) Sasaran lokasi
a). Kawasan Hutan yang termasuk dalam wilayah KPH (KPHL/KPHP)
b). Kawasan hutan lindung yang terdegradasi;
c). Tahura yang telah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati; dan
d). Hutan Produksi yang tidak di bebani hak, kecuali HKm dan HD.
2) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa satu paket pekerjaan yang
meliputi penyediaan bibit, penanaman, pengkayaan dan pemeliharaan
tanaman tahun berjalan;
3) Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan dan MPTS. Sedangkan
jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan ketentuan
teknis dan kondisi lapangan.
4) Lokasi kegiatan rehabilitasi hutan ini wajib dipetakan pada peta dengan
skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000.
5) Kegiatan dilaksanakan dengan sistem kontraktual oleh penyedia
barang/jasa pembuatan tanaman atau swakelola, dengan masa kegiatan
dalam satu tahun anggaran 2014 dengan berpedoman kepada Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
6) Untuk pulau Jawa, lokasi kegiatan DAK di dalam kawasan hutan adalah
pada kawasan hutan yang tidak termasuk dalam pengelolaan Perum
Perhutani.
7) Kegiatan rehabilitasi hutan secara vegetatif bisa dilaksanakan dalam
bentuk agroforestry (wanatani) dan pengembangan hasil hutan bukan
kayu.
8) Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai oleh
pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh Kepala
Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh BPDAS setempat.
b. Rehabilitasi Lahan Secara Vegetatif.
Kegiatan rehabilitasi lahan terdiri dari : penanaman dan pengkayaan
hutan rakyat, pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota,
penghijauan lingkungan, dan pembangunan dan/atau pengelolaan
sumber benih.
1) Penanaman dan pengkayaan hutan rakyat
a). Sasaran lokasi
(1).Tanah milik rakyat, yang menurut kesesuaian lahan dan
pertimbangan ekonomis lebih sesuai untuk hutan rakyat;
13

(2).Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu DAS;
(3).Tanah desa, tanah marga/adat, tanah negara bebas serta tanah
lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara;
(4).Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah lainnya yang sudah ada
tanaman kayu-kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan
tanaman.
b).Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan persiapan lapangan,
penyediaan bibit, pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman
tahun berjalan;
c).Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan dan MPTS. Sedangkan
jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan kondisi
lapangan.
d).Lokasi kegiatan rehabilitasi lahan ini wajib dipetakan pada peta
dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dan dilengkapi dengan titik
koordinat lokasi.
e).Pelaksanaan kegiatan secara sistem kontraktual oleh penyedia
barang/jasa atau swakelola sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dengan masa kegiatan selama satu tahun
anggaran 2014;
f).Untuk penyediaan bibit dilakukan melalui pengadaan bibit oleh
penyedia barang secara kontraktual atau swakelola dalam satu tahun
anggaran 2014 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No.
54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
g).Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai
oleh pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh
Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh BPDAS
setempat.
2) Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota
a). Sasaran lokasi kegiatan adalah hamparan lahan kosong di dalam
wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang
mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2001 tentang
hutan kota.
b). Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota dimaksudkan
sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan perkotaan dengan
tujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup wilayah perkotaan
yang sehat, rapi, dan indah dalam suatu hamparan tertentu
sehingga mampu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, estetika,
resapan air serta keseimbangan lingkungan perkotaan, kegiatan
terdiri dari tahapan persiapan lapangan, penyediaan bibit,
pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan.
c). Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara swakelola dan atau
kontraktual sesuai dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
d). Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai
oleh pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh
Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh
BPDAS setempat.
3) Penghijauan lingkungan
a) Sasaran lokasi kegiatan adalah lahan fasilitas umum dan fasilitas
sosial serta hamparan lahan kosong antara lain halaman tempat
ibadah, perkantoran, sekolah dan pemukiman;
b) Kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas
lingkungan melalui penanaman pohon jenis kayu dan MPTS;
14

c) Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swadaya oleh


masyarakat/pramuka/pelajar/mahasiswa/LSM/Ormas pengusul,
yang diarahkan agar sesuai kaidah teknis penanaman pada
umumnya;
d) Komponen kegiatan meliputi persiapan, pembibitan, penanaman
dan pemeliharaan;
4) Pembangunan dan/atau Pengelolaan Sumber Benih
a). Sasaran lokasi pembangunan dan/atau pengelolaan sumber benih
adalah di dalam dan di luar kawasan hutan atau lahan milik
pemerintah;
b). Pembangunan dan/atau pengelolaan sumber benih bertujuan
produksi benih bermutu untuk mendukung kegiatan rehabilitasi
hutan dan lahan;
c). Standar pembangunan dan pengelolaan sumber benih berpedoman
pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.01/Menhut-II/2009 jo.
No.P.72/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan
Tanaman Hutan;
d). Pelaksanaan pembangunan dan/atau pengelolaan sumber benih
dilakukan secara swakelola atau kontraktual dalam satu tahun
anggaran 2014;
c. Konservasi Tanah dan Air (KTA)
a) Pembuatan bangunan KTA dengan menerapkan teknologi teknis sipil yang
menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi serta dapat
diterima oleh masyarakat;
b) Kegiatan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat;
c) Bangunan KTA dapat berupa dam pengendali, dam penahan, pengendali
jurang/gully plug, embung air, sumur resapan air, biopori serta lainnya;
d) Kegiatan pembuatan bangunan KTA dilaksanakan secara swakelola atau
kontraktual oleh pihak III yang dillaksanakan dalam satu tahun anggaran
2014 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan
jasa pemerintah;
e) Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai oleh
pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh Kepala
Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh BPDAS setempat.
d. Rehabilitasi Mangrove dan Pantai
Penggunaan DAK Bidang Kehutanan untuk peningkatan fungsi lahan
mangrove dan pantai yaitu berupa kegiatan rehabilitasi mangrove dan pantai
yang dirinci sebagai berikut :
a. Sasaran lokasi kegiatan adalah pada lahan mengrove dan pantai yang
telah terdegradasi dan lahan yang potensi terkena dampak bencana
seperti tsunami, abrasi dan intrusi air laut. Sasaran lokasi dimaksud
meliputi :
1) Mangrove dan pantai pada kawasan hutan lindung, hutan produksi
yang tidak dibebani hak, lahan di luar kawasan hutan serta tidak
dicadangkan/proses perizinan untuk pembangunan HTI/HTR, serta
Taman Hutan Raya (Tahura) yang dikelola oleh Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota, serta Kawasan Hutan yang telah dikelola
oleh KPHL dan KPHP.
2) Kawasan pantai berhutan mangrove baik di dalam maupun di luar
kawasan hutan (sekurang-kurangnya 130 kali nilai rata-rata perbedaan
air pasang tertinggi dan terendah diukur dari garis surut terendah ke
arah darat) yang mengalami degradasi/deforestasi atau dipandang perlu
untuk dilakukan penanaman/pengkayaan jenis tanaman mangrove.
15

3) Sempadan pantai baik di luar maupun di dalam kawasan hutan


(sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat) yang telah mengalami degradasi/deforestasi atau dipandang
perlu untuk dilakukan kegiatan penanaman/pengkayaan jenis tanaman
pantai.
b. Untuk pulau Jawa, lokasi kegiatan DAK di dalam kawasan hutan adalah
pada kawasan hutan yang tidak termasuk dalam pengelolaan Perum
Perhutani.
c. Pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara swakelola atau
kontraktual oleh penyedia barang pembuatan tanaman yang dikerjakan
dalam satu tahun anggaran 2014 dengan berpedoman kepada Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012
tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
d. Kegiatan di luar kawasan hutan meliputi penyediaan bibit, penanaman
dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan. Pelaksanaan penyediaan bibit
dapat dilaksanakan secara kontraktual maupun melalui pembuatan
secara swakelola.
e. Komponen kegiatan terdiri dari penanaman dan pemeliharaan tanaman
tahun berjalan dilaksanakan secara swakelola atau secara kontraktual
dengan kelompok tani hutan/rehabilitasi lahan atau nelayan setempat.
f. Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai oleh
pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh Kepala
Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh BPDAS/Balai
Pengelolaan Hutan Mangrove setempat.
C. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perlindungan dan Pengamanan Hutan.
1. Ketentuan Umum
a. Peruntukan dan pemanfaatan sarana dan prasarana perlindungan dan
pengamanan hutan dipergunakan untuk mendukung kegiatan
perlindungan dan pengamanan hutan.
b. Pelaksanaan penyediaan sarana Prasarana Perlindungan dan pengamanan
Hutan mengacu kepada standar, pedoman dan petunjuk teknis sebagai
berikut:
1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.05/Menhut-II/2010 tentang
Standar Sarana dan Prasarana Polisi Kehutanan.
2) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.71/Menhut-II/2008 tanggal 31
Desember 2008 tentang pakaian, atribut, dan kelengkapan seragam
Patroli Kehutanan.
3) Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Nomor SK.114/IV-PKH/2010 tentang Pedoman Pakaian dan Atribut
Manggala Agni;
4) Surat Keputusan Direktur Jenderal Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Nomor SK.21/KPTS/DJ-IV/2002 tentang Pedoman
Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Di Indonesia;dan
5) Standar, pedoman dan petunjuk teknis pengelolaan Tahura dan
Kawasan Ekosistem Esensial dimasing-masing Propinsi,
Kabupaten/Kota setempat.
c. Untuk Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau,
Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan,
pengadaan sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan
diprioritaskan untuk pemadaman kebakaran hutan dan diarahkan untuk
belanja modal dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan.
d. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan ekosistem esensial
diperuntukkan bagi provinsi/kabupaten/kota yang wilayahnya sudah
ditetapkan oleh Gubernur /Bupati/Walikota setempat.
16

2. Ragam Peningkatan Sarana Prasarana Perlindungan dan Pengamanan Hutan


Peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan yang
dimaksud, adalah: Kendaraan Roda 2 untuk patroli perlindungan dan
pengamanan hutan, Kendaraan air (Speed Boat/Hovercraft), Seragam Polhut
dan perlengkapannya, Pakaian Pemadam Kebakaran dan perlengkapannya,
GPS, Kompas, Peta, dan Binokuler, Kamera, Handycam, Menara
Pengintai/Pengawas, Pos Jaga/Pos Loket, Pondok Kerja, Kantor Resort, Jalur
Tracking/jalur trail, Pagar Pengaman, Gerbang/Gapura, dan Papan
Informasi/Peringatan, Alat pemadam kebakaran manual (kapak, golok,
gergaji, garu, sekop api, cangkul, dan kepyok), Pompa Jinjing/Portable
Centrifugal Pump dan perlengakapannya (selang hisap, selang kirim, dan
nozzle), dan Pompa Punggung/Back Pack Pump (jet shooter).
D. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengolahan Hasil Hutan Berbasis
Kelompok ;
Kegiatan Peningkatan Sarana dan Prasarana pengolahan hasil hutan berbasis
kelompok dilakukan melalui penyediaan alat/mesin sederhana pengolahan
untuk peningkatan nilai tambah hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu
(rotan, madu, bambu, ulat sutera, gaharu, cendana, obat-obatan, minyak
atsiri), serta peralatan/mesin pengolahan bio energi bahan baku hasil hutan
atau limbah industri kehutanan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam
bergeraknya sektor riil dalam rangka mendukung pembangunan kehutanan
sesuai dengan potensi daerah setempat.
E. Peningkatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan
Penyuluhan kehutanan merupakan salah satu mata rantai pengurusan hutan
selain pokok kegiatan perencanaan, pengelolaan hutan dan pengawasan.
Penyuluhan kehutanan berperan penting dalam mewujudkan pengelolaan
hutan berbasis KPH yang dilakukan melalui pendampingan masyarakat
sebagai pelaku utama pembangunan. Pendampingan dilakukan mulai dari fase
prakondisi, output, outcome sampai tataran dampak/manfaat sebagaimana
diilustrasikan pada Gambar 1. Pedoman pendampingan kegiatan
pembangunan kehutanan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.29/ Menhut-II/2013.

Gambar 1. Proses Keberhasilan Kegiatan Pembangunan Kehutanan di Masyarakat


Untuk meningkatkan kinerja penyuluh kehutanan dalam melaksanakan tugas
pendampingan secara efektif dan efisien, perlu dukungan fasilitasi bagi para
penyuluh kehutanan utamanya dalam bentuk operasionalisasi proses
pembelajaran dengan masyarakat, pengembangan materi penyuluhan maupun
penyediaan sarana prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan di
tingkat lapangan. Proses pembelajaran dengan masyarakat antara lain
dilakukan melalui pertemuan kelompok tani, sosialisasi rancangan, maupun
penguatan kelembagaan.
Untuk efektifitas pengembangan materi penyuluhan kehutanan dan
penyediaan sarana prasarana, maka instansi penyelenggara penyuluhan
17

kehutanan propinsi/kabupaten/kota (Bakorluh/Bappeluh/Dinas Kehutanan)


perlu melakukan identifikasi kebutuhan di lapangan. Pengembangan materi
penyuluhan mengarah pada kebijakan pengelolaan hutan berbasis KPH,
rehabilitasi hutan lahan, perlindungan dan pengamanan hutan, serta
pengembangan produksi hasil hutan.
Secara substantif materi penyuluhan kehutanan mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan pembangunan kehutanan, sebagai berikut:
1. Aspek teknologi, antara lain untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi dan
efektifitas usaha bidang kehutanan dengan tetap memperhatikan kearifan
lokal.
2. Aspek manajemen, antara lain untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat.
3. Aspek ekonomi, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meliputi akses permodalan, sarana produksi, akses potensi
sumber daya, peluang usaha, akses informasi pasar.
4. Aspek ekologi, berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran tentang
pentingnya kelestarian sumber daya hutan sebagai sistem penyangga
kehidupan bagi kesejahteraan masyarakat.
5. Aspek sosial budaya, antara lain untuk mengembangkan kondisi sosial dan
kesadaran kultural dengan memperhatikan adat setempat sehingga dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan.
6. Aspek hukum, antara lain pemberian informasi tentang peraturan
perundang-undangan sehingga masyarakat menyadari hak dan
kewajibannya khususnya yang berkaitan dengan bidang kehutanan.
Penyediaan sarana prasarana penyuluhan kehutanan berupa, komputer
jinjing, global positioning system (GPS), LCD proyektor, kendaraan bermotor
roda-2, unit percontohan, serta alat peraga lainnya, utamanya ditujukan untuk
menunjang kinerja penyuluh kehutanan dalam hal:
1. Mengakses informasi berkaitan dengan hasil-hasil penelitian, menyusun
database penyuluhan kehutanan pada setiap wilayah kerjanya.
2. Melakukan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan
penyuluhan.
3. Memperlancar operasionalisasi kegiatan penyuluhan.
4. Meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh kehutanan antara lain
dalam penyusunan materi penyuluhan.
5. Memperlancar kegiatan pelaporan kegiatan penyuluhan kehutanan.
Pemanfaatan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan mempedomani
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2012. Khusus untuk
pembangunan unit percontohan, maka pelaksanaannya harus didahului
dengan penyusunan rancangan teknis oleh penyuluh kehutanan yang disetujui
Bappeluh. Penyusunan rancangan teknis pembangunan unit percontohan
mengacu pada pedoman unit percontohan penyuluhan kehutanan yang
diterbitkan oleh Badan P2SDMK.
Setelah selesai proses pengadaan sarana prasarana penyuluhan kehutanan,
selanjutnya diserahkan ke Bakorluh/Bappeluh/instansi penyelenggara
penyuluhan kehutanan provinsi/kabupaten/kota untuk dipergunakan
penyuluh kehutanan. Proses penyerahan sarana prasarana dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Sarana Prasarana Penyuluhan Kehutanan dengan
format sebagaimana terlampir. Dokumen Berita Acara Serah Terima tersebut
disampaikan kepada Badan P2SDMK cq. Pusat Penyuluhan Kehutanan.
18

BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Rencana Kerja
1. Setelah mendapatkan alokasi DAK Bidang Kehutanan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK
Tahun 2014, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) pelaksana DAK Bidang Kehutanan, menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA).
2. Berdasarkan RKA DAK Bidang Kehutanan, pemerintah daerah provinsi/
kabupaten/kota, menetapkan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pagu
DPA meliputi alokasi DAK murni dan dana pendamping minimal 10% dari
DAK murni yang digunakan untuk kegiatan fisik. Dana pendukung untuk
kegiatan non fisik minimal 10% dari DAK murni dapat menjadi bagian dari
DPA DAK Bidang Kehutanan, atau dialokasikan pada DPA lain pada SKPD
pelaksana DAK Bidang Kehutanan.
3. Berdasarkan RKA dan setelah diterbitkan DPA, SKPD pelaksana DAK
Bidang Kehutanan menyusun rencana kerja sesuai Form Lampiran 1,
dengan mengisi kolom rencana (lihat petunjuk pengisian format).
Dokumen rencana kerja di atas disampaikan oleh SKPD pelaksana DAK
melalui elektronic mail (email) / surat elektronik (surel), kepada:
a. Kementerian Kehutanan cq. Sekretariat Jenderal cq.:
1) Biro Perencanaan, dengan alamat email: dakkehutanan@dephut.go.id.
2) Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan, sesuai regional
masing-masing dengan alamat email:
(a) Pusdal Regional I: dakkehutananregI@dephut.go.id.
(b) Pusdal Regional II: dakkehutananregII@dephut.go.id.
(c) Pusdal Regional III: dakkehutananregIII@dephut.go.id.
(d) Pusdal Regional IV: dakkehutananregIV@dephut.go.id.
b. Dinas kehutanan / yang membidangi kehutanan Provinsi
Tembusan dokumen disampaikan kepada:
a. Unit-unit kerja lingkup Kemenhut di pusat
1) Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
(BPDASPS), cq. Sekretaris Ditjen BPDASPS, dengan alamat email:
dakkehutananbpdasps@dephut.go.id.
2) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
cq.Sekretaris Ditjen (PHKA), dengan alamat email:
dakkehutananphka@dephut.go.id.
3) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, cq. Sekretaris Ditjen
Planologi Kehutanan, dengan alamat email:
dakkehutananplanologi@dephut.go.id.
4) Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK), cq. Sekretaris Ditjen
BUK, dengan alamat email: dakkehutananbuk@dephut.go.id..
5) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM)
Kehutanan (P2SDMK), cq. Sekretaris Badan P2SDM Kehutanan,
dengan alamat email: dakkehutananbp2sdmk@dephut.go.id..
b. Unit-unit kerja kehutanan di provinsi :
1) Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh).
2) UPT lingkup kehutanan terkait di wilayah kerjanya (sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan), meliputi:
a) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
b) Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
c) Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP)
19

d) Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BB/BKSDA)


e) Balai Besar/Balai Taman Nasional (BB/BTN)
4. Berdasarkan dokumen perencanaan pada butir 3, dinas kehutanan / yang
membidangi kehutanan provinsi membuat dokumen perencanaan provinsi
sebagaimana Form Lampiran 2 pada kolom rencana (lihat petunjuk
pengisian form).
Dokumen rencana kerja pada butir 3 disampaikan oleh dinas kehutanan /
yang membidangi kehutanan melalui elektronic mail (email) / surat
elektronik (surel), kepada Kementerian Kehutanan cq. Sekretariat Jenderal
cq.:
a. Biro Perencanaan
b. Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan, sesuai regional masing-
masing
Beradasarkan dokumen perencanaan, Badan Koordinsi Penyuluhan dan
UPT terkait, membuat dokumen perencanaan sesuai dengan Form Lampiran
2 yang terkait dengan bidangnya. Dokumen perencanaan disampaikan
kepada eselon I cq. Secretariat/Direktorat teknis terkait unit eselon I.
5. Berdasarkan butir 4, Kementerian Kehutanan membuat rekapitulasi
nasional (Form Lampiran 3)
B. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP)
1. Pemantauan
a. Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari DAK
Bidang Kehutanan dilakukan pemantauan.
b. Pemantauan dilakukan secara berjenjang, yakni di tingkat SKPD
pelaksana DAK, tingkat provinsi, dan tingkat nasional.
c. Pemantauan dapat dilakukan secara administrasi berdasarkan laporan-
laporan dan secara fisik terhadap pelaksanaan kegiatan.
2. Evaluasi
a. Berdasarkan hasil pemantauan, SKPD pelaksana DAK, unit kerja terkait
pada tingkat provinsi (dinas kehutanan/yang membidangi kehutanan,
Badan Koordinasi Penyuluhan dan UPT Kementerian Kehutanan terkait)
dan tingkat pusat pada unit-unit eselon I terkait, melakukan evaluasi.
b. Evaluasi dapat dilakukan secara administratif berdasarkan laporan-
laporan dan secara fisik terhadap pelaksanaan kegiatan.
c. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan capaian terhadap
target/rencana yang telah ditetapkan, serta memberikan penjelasan
terhadap kondisi-kondisi terhadap capaian pelaksanaan kegiatan,
termasuk permasalahan dan tindak lanjut.
3. Pelaporan
a. Pelaporan pelaksanaan DAK Bidang Kehutanan meliputi laporan
triwulanan dan laporan tahunan.
b. Laporan-laporan disampaikan kepada unit kerja terkait yang dikirim
melalui elektronic mail (email) / surat elektronik (surel). Dalam hal
tidak memungkinkan dilakukan pengiriman melalui email/surel, maka
dapat dilakukan pengiriman melalui pihak jasa pengiriman.
c. Pelaporan dilakukan secara berjenjang:
1) Tingkat SKPD pelaksana DAK Bidang Kehutanan
SKPD pelaksana DAK membuat laporan pelaksanaan DAK Bidang
Kehutanan, meliputi:
a) Laporan triwulanan sebagaimana format pada Form Lampiran 1
dengan mengisi kolom realisasi (lihat petunjuk pengisian)
b) Laporan Tahunan sebagaimana outline pada outline Laporan
Tahunan
20

Laporan disampaikan kepada dinas kehutanan / yang membidangi


kehutanan provinsi, dengan tembusan disampaikan kepada:
a) Sekretariat Jenderal cq.:
(1) Biro Perencanaan
(2) Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional terkait
b) Badan Koordinasi Penyuluhan
c) UPT Kementerian Kehutanan:
(1) BPDAS/BPTH/BPHM
(2) BB/BKSDA/BB/BTN
(3) BPKH
(4) BPPHP
2) Tingkat provinsi
a) Dinas kehutanan / yang membidangi kehutanan provinsi
membuat laporan pelaksanaan DAK Bidang Kehutanan provinsi,
meliputi:
(1) Laporan triwulanan sebagaimana Form Lampiran 2, dengan
mengisi kolom realisasi (lihat petunjuk pengisian)
(2) Laporan tahunan sebagaimana outline pada outline Laporan
Tahunan
Laporan disampaikan kepada Sekretariat Jenderal cq.:
(1) Biro Perencanaan
(2) Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional
b) Badan Koordinasi Penyuluhan dan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Kementerian Kehutanan terkait, membuat laporan teknis
pelaksanaan DAK Bidang Kehutanan lingkup provinsi/wilayah
kerja.
Laporan meliputi:
(1) Laporan triwulanan
(2) Laporan tahunan
Format laporan triwulanan mengacu pada Form Lampiran 2
sesuai bidang terkait, dan laporan tahunan sesuai outline Laporan
Tahunan
Laporan disampaikan kepada unit eselon I (sekretariat Ditjen/
Badan terkait), dengan tembusan kepada dinas kehutanan / yang
membidangi kehutanan provinsi.
3) Tingkat nasional
a) Unit eselon I terkait, yaitu Ditjen BPDASPS, Ditjen Planologi
Kehutanan, Ditjen BUK, Ditjen PHKA, dan Badan P2SDM
Kehutanan cq. Sekretariat Ditjen/Direktorat teknis terkait dan
Badan membuat laporan teknis pelaksanaan DAK Bidang
Kehutanan, meliputi:
(1) Laporan Triwulanan
(2) Laporan Tahunan
Laporan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal cq.:
(1) Biro Perencanaan
(2) Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional I-IV.
Format laporan triwulanan sesuai Form Lampiran 3 sesuai bidang
terkait, sedangkan format laporan tahunan sesuai outline
Laporan Tahunan.
b) Sekretariat Jenderal cq.:
(1) Pusat Pengendalian Pembangunan Regional membuat laporan
pelaksanaan DAK Bidang Kehutanan regional, meliputi:
21

(a) Laporan triwulanan


(b) Laporan tahunan
Format laporan triwulanan mengacu pada Form Lampiran 3,
dan format laporan tahunan sesuai outline Laporan Tahunan
(2) Biro Perencanaan membuat laporan pelaksanaan DAK Bidang
kehutanan, meliputi:
(a) Laporan triwulanan
(b) Laporan tahunan
Format laporan triwulanan sesuai Form Lampiran 3, dan
format laporan tahunan sesuai outline Laporan Tahunan
Format-format laporan dapat diadakan perbaikan/penyempurnaan
berdasarkan Surat Edaran (SE) Sekretaris Jenderal An. Menteri
Kehutanan.
22

BAB V
KOORDINASI DAN EVALUASI KINERJA

1. Dinas yang membidangi kehutanan provinsi melakukan koordinasi, bimbingan,


pembinaan dan pengendalian manajerial perencanaan, pelaksanaan, dan PEP
DAK Bidang Kehutanan lingkup provinsi.
2. Badan Koordinasi Penyuluhan dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian
Kehutanan melakukan koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengendalian
teknis perencanaan, pelaksanaan, dan PEP DAK Bidang Kehutanan lingkup
provinsi.
3. Tingkat capaian, kepatuhan membuat dan menyampaikan laporan, serta
kesesuaian kegiatan yang dilaksanakan dengan petunjuk teknis, menjadi
bahan penilaian kinerja pelaksanaan DAK oleh SKPD pelaksana. Hasil-hasil
penilaian menjadi bagian dalam penetapan kriteria teknis alokasi DAK Bidang
Kehutanan selanjutnya.
4. Dalam hal terdapat indikasi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai DAK Bidang Kehutanan, Menteri Kehutanan menyampaikan indikasi
tersebut kepada Badan Pemerika Keuangan (BPK) dan/atau Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk diambil langkah-langkah tindak
lanjut sesuai peraturan yang berlaku.
23

BAB VI
PENUTUP

Dengan Petunjuk Teknis Pengunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan


Tahun 2014 ini diharapkan SKPD pelaksana DAK Bidang Kehutanan dapat
melaksanakan kegiatan DAK Bidang Kehutanan secara efektif dan efisien
dalam rangka menjaga keberlangsungan fungsi kawasan hutan melalui
implementasi kebijakan pengelolaan hutan secara lestari berbasis unit
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat tapak yang strategis dan selaras
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan
Rencana Kerja Pemerintah 2014.
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, peningkatan sarana prasarana
operasionalisasi KPH, peningkatan sarana prasarana perlindungan dan
pengamanan hutan, peningkatan sarana prasarana pengolahan hasil hutan
berbasis kelompok, dan peningkatan sarana prasarana penyuluhan
kehutanan diupayakan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
sumber daya hutan guna mendorong perbaikan lingkungan hidup serta
mengurangi resiko bencana alam.
Dinas yang membidangi kehutanan provinsi, Badan Koordinasi Penyuluhan
dan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kehutanan secara aktif melakukan
koordinasi, bimbingan, pembinaan dan pengendalian manajerial perencanaan,
pelaksanaan, dan PEP DAK Bidang Kehutanan sebagai bahan
evaluasi/penilaian dalam penetapan kriteria teknis alokasi DAK Bidang
Kehutanan selanjutnya. Semoga pembangunan kehutanan di pusat dan
daerah berjalan secara selaras dan serasi dalam mewujudkan Hutan Lestari
Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan.

Salinan sesuai aslinya MENTERI KEHUTANAN


KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

KRISNA RYA ZULKIFLI HASAN


24

FORM LAMPIRAN 1

PERENCANAAN, SERTA PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN TRIWULAN ......


PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2014

1. Nama SKPD : .....................................................


2. Provinsi : .....................................................
3. Pagu Anggaran Tahun 2014 : Rp. .......................
a. DAK Murni : Rp. .......................
b. Dana Pendamping : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)
c. Dana Pendukung : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)

4. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)

5. Rencana dan Realisasi :

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENINGKATAN SARPRAS PENDUKUNG OPERASIONALISASI KPH


1 GPS Unit
2 Kompas Unit
3 Peralatan survey Unit
lainnya
4 Peralatan Unit
pemeliharaan
reboisasi & rehabilitasi
5 Peralatan ringan Unit
pengolah hasil pasca
panen HHBK
6 Patok batas blok Buah
7 Jalan inspeksi M
8 Papan pengumuman/ Unit
peringatan
9 Pembangunan / Unit
Pemeli -haraan Kantor
Resort KPH
10 Roda 2 Unit
11 Speed boat Unit
12 Komputer Unit
13 LCD Unit
14 Laptop Unit
15 Printer Unit
16 ..
17 ..
18 ..
B REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
1 Penanaman Hutan Ha
Lindung KPHL
2 Penanaman Hutan Ha
Lindung Tahura
3 Penanaman Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
25

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Penanaman Hutan Ha
Produksi KPHP
5 Penanaman Hutan Ha
Produksi Tahura
6 Penanaman Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
7 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung KPHL
8 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung Tahura
9 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
10 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi KPHP
11 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi Tahura
12 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
13 Penanaman Hutan Ha
Rakyat
14 Pengkayaan Hutan Ha
Rakyat
15 Pembangunan Hutan Unit
Kota
16 Pengelolaan Hutan Unit
Kota
17 Penghijauan Ha
lingkungan
18 Pembangunan Kebun Unit
Benih
19 Pengelolaan Kebun Unit
Benih
20 Pembuatan Dam Unit
pengendali
21 Pembuatan Dam Unit
penahan
22 Pembuatan Unit
Pengendali
jurang/gully plug
23 Pembuatan Embung Unit
air
24 Pembuatan Sumur Unit
resapan air
25 Pembuatan Biopori Unit
26 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung KPHL
27 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung Tahura
28 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
29 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi KPHP
26

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
30 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi
Tahura
31 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
32 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)
33 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung KPHL
34 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung Tahura
35 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
36 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi KPHP
37 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi
Tahura
38 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
39 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)

D PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


1 Kendaraan patroli Unit
roda 2
2 Kendaraan air Unit
3 Seragam & Stel
perlengkapan Polhut
4 Pakaian & Stel
perlengkapan
pemadaman api
5 GPS Unit
6 Kompas Unit
7 Peta Lbr
8 Binokuler Unit
9 Kamera Unit
10 Handycam Unit
Menara Pengawas/ Unit
11 Pengintai
12 Pos Jaga/Loket Unit
13 Pondok kerja Unit
14 Kantor Resort Unit
15 Jalur tracking/trail M
16 Pagar pengaman M
17 Gerbang/gapura Unit
Papan Informasi/ Unit
18 Peringatan
19 Kapak Unit
20 Golok Unit
21 Gergaji Unit
27

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 8 7 9 10
22 Garu Unit
23 Skop Unit
24 Cangkul Unit
25 Kopyok Unit
26 Pompa jinjing/portable Unit
centrifugal pump dan
perlengkapannya
(selang hisap, selang
kirim, dan nozzle)
27 Pompa Unit
punggung/back pump
(jet shooter)
28 ..
29 ..
30 ..
E PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENGOLAHAN HASIL HUTAN BERBASIS KELOMPOK
1 Alat/mesin Unit
pengolahan kayu
2 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Rotan
3 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Madu
4 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Bambu
5 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Sutera
6 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Gaharu
7 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Cendana
8 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Obat-obatan
9 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Minyak Atsiri
10 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
..........................
11 Alat/mesin Unit
pengolahan
HHBK..........................
12 Peralatan/mesin Unit
pengolah bio-energi
13 ..
14 ..
15 ..
F PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN KEHUTANAN
1 Komputer jinjing Unit
2 GPS Unit
3 LCD projector Unit
28

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Kendaraan bermotor
roda 2 Unit
5 Unit percontohan Unit
6 Alat peraga Unit
7 ..
8 ..
9 ..
6. Permasalahan/Hambatan:
a. ...
b. ....

7. Upaya Tindak Lanjut:


a. ...
b. ....
Kepala ...... (SKPD pelaksana DAK)

.................................. (nama)
NIP. .....
29

FORM LAMPIRAN 2

PERENCANAAN, SERTA PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN TRIWULAN ......


PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2014

1. Provinsi : .....................................................
2. Pagu Anggaran Tahun 2014 : Rp. .......................
a. DAK Murni : Rp. .......................
b. Dana Pendamping : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)
c. Dana Pendukung : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)

3. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)

4. Rencana dan Realisasi :

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENINGKATAN SARPRAS PENDUKUNG OPERASIONALISASI KPH


1 GPS Unit
2 Kompas Unit
Peralatan survey Unit
3 lainnya
4 Peralatan Unit
pemeliharaan
reboisasi & rehabilitasi
5 Peralatan ringan Unit
pengolah hasil pasca
panen HHBK
6 Patok batas blok Buah
7 Jalan inspeksi M
8 Papan pengumuman/ Unit
peringatan
9 Pembangunan / Unit
Pemeli -haraan Kantor
Resort KPH
10 Roda 2 Unit
11 Speed boat Unit
12 Komputer Unit
13 LCD Unit
14 Laptop Unit
15 Printer Unit
16 ..
17 ..
18 ..
B REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
1 Penanaman Hutan Ha
Lindung KPHL
2 Penanaman Hutan Ha
Lindung Tahura
3 Penanaman Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
30

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dan Tahura

4 Penanaman Hutan Ha
Produksi KPHP
5 Penanaman Hutan Ha
Produksi Tahura
6 Penanaman Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
7 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung KPHL
8 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung Tahura
9 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
10 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi KPHP
11 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi Tahura
12 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
13 Penanaman Hutan Ha
Rakyat
14 Pengkayaan Hutan Ha
Rakyat
15 Pembangunan Hutan Unit
Kota
16 Pengelolaan Hutan Unit
Kota
17 Penghijauan Ha
lingkungan
18 Pembangunan Kebun Unit
Benih
19 Pengelolaan Kebun Unit
Benih
20 Pembuatan Dam Unit
pengendali
21 Pembuatan Dam Unit
penahan
22 Pembuatan Unit
Pengendali
jurang/gully plug
23 Pembuatan Embung Unit
air
24 Pembuatan Sumur Unit
resapan air
25 Pembuatan Biopori Unit
26 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung KPHL
27 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung Tahura
28 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
29 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi KPHP
31

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
30 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi
Tahura
31 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
32 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)
33 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung KPHL
34 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung Tahura
35 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
36 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi KPHP
37 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi
Tahura
38 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
39 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)

D PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


1 Kendaraan patroli Unit
roda 2
2 Kendaraan air Unit
3 Seragam & Stel
perlengkapan Polhut
4 Pakaian & Stel
perlengkapan
pemadaman api
5 GPS Unit
6 Kompas Unit
7 Peta Lbr
8 Binokuler Unit
9 Kamera Unit
10 Handycam Unit
11 Menara Pengawas/ Unit
Pengintai
12 Pos Jaga/Loket Unit
13 Pondok kerja Unit
14 Kantor Resort Unit
15 Jalur tracking/trail M
16 Pagar pengaman M
17 Gerbang/gapura Unit
18 Papan Informasi/ Unit
Peringatan
19 Kapak Unit
20 Golok Unit
21 Gergaji Unit
32

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 8 7 9 10
22 Garu Unit
23 Skop Unit
24 Cangkul Unit
25 Kopyok Unit
26 Pompa jinjing/portable Unit
centrifugal pump dan
perlengkapannya
(selang hisap, selang
kirim, dan nozzle)
27 Pompa Unit
punggung/back pump
(jet shooter)
28 ..
29 ..
30 ..
E PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENGOLAHAN HASIL HUTAN BERBASIS KELOMPOK
1 Alat/mesin Unit
pengolahan kayu
2 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Rotan
3 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Madu
4 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Bambu
5 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Sutera
6 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Gaharu
7 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Cendana
8 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Obat-obatan
9 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Minyak Atsiri
10 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
..........................
11 Alat/mesin Unit
pengolahan
HHBK..........................
12 Peralatan/mesin Unit
pengolah bio-energi
13 ..
14 ..
15 ..
F PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN KEHUTANAN
1 Komputer jinjing Unit
2 GPS Unit
3 LCD projector Unit
33

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Kendaraan bermotor Unit
roda 2
5 Unit percontohan Unit
6 Alat peraga Unit
7 ..
8 ..
9 ..
5. Permasalahan/Hambatan:
a. ...
b. ....

6. Upaya Tindak Lanjut:


a. ...
b. ...

Kepala Dinas ......Provinsi .

.................................. (nama)
NIP. .....
34

FORM LAMPIRAN 3

PERENCANAAN, SERTA PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN TRIWULAN ......


PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2014

1. Pagu Anggaran Tahun 2014 : Rp. .......................


a. DAK Murni : Rp. .......................
b. Dana Pendamping : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)
c. Dana Pendukung : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)

2. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)

3. Rencana dan Realisasi :

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENINGKATAN SARPRAS PENDUKUNG OPERASIONALISASI KPH


1 GPS Unit
2 Kompas Unit
Peralatan survey Unit
3 lainnya
4 Peralatan Unit
pemeliharaan
reboisasi & rehabilitasi
5 Peralatan ringan Unit
pengolah hasil pasca
panen HHBK
6 Patok batas blok Buah
7 Jalan inspeksi M
8 Papan pengumuman/ Unit
peringatan
9 Pembangunan / Unit
Pemeli -haraan Kantor
Resort KPH
10 Roda 2 Unit
11 Speed boat Unit
12 Komputer Unit
13 LCD Unit
14 Laptop Unit
15 Printer Unit
16 ..
17 ..
18 ..
B REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
1 Penanaman Hutan Ha
Lindung KPHL
2 Penanaman Hutan Ha
Lindung Tahura
3 Penanaman Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
35

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 Penanaman Hutan Ha
Produksi KPHP
5 Penanaman Hutan Ha
Produksi Tahura
6 Penanaman Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
7 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung KPHL
8 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung Tahura
9 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
10 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi KPHP
11 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi Tahura
12 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
13 Penanaman Hutan Ha
Rakyat
14 Pengkayaan Hutan Ha
Rakyat
15 Pembangunan Hutan Unit
Kota
16 Pengelolaan Hutan Unit
Kota
17 Penghijauan Ha
lingkungan
18 Pembangunan Kebun Unit
Benih
19 Pengelolaan Kebun Unit
Benih
20 Pembuatan Dam Unit
pengendali
21 Pembuatan Dam Unit
penahan
22 Pembuatan Unit
Pengendali
jurang/gully plug
23 Pembuatan Embung Unit
air
24 Pembuatan Sumur Unit
resapan air
25 Pembuatan Biopori Unit
26 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung KPHL
27 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung Tahura
28 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
29 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi KPHP
30 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi
36

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahura
31 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
32 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)
33 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung KPHL
34 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung Tahura
35 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
36 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi KPHP
37 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi
Tahura
38 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Produksi di
Luar KPHP dan
Tahura
39 Rehabilitasi Pantai Ha
Hutan Hak (luar kaw
hutan)

D PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN


1 Kendaraan patroli Unit
roda 2
2 Kendaraan air Unit
3 Seragam & Stel
perlengkapan Polhut
4 Pakaian & Stel
perlengkapan
pemadaman api
5 GPS Unit
6 Kompas Unit
7 Peta Lbr
8 Binokuler Unit
9 Kamera Unit
10 Handycam Unit
11 Menara Pengawas/ Unit
Pengintai
12 Pos Jaga/Loket Unit
13 Pondok kerja Unit
14 Kantor Resort Unit
15 Jalur tracking/trail M
16 Pagar pengaman M
17 Gerbang/gapura Unit
18 Papan Informasi/ Unit
Peringatan
19 Kapak Unit
20 Golok Unit
21 Gergaji Unit
22 Garu Unit
23 Skop Unit
37

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 8 79 10
24 Cangkul Unit
25 Kopyok Unit
26 Pompa jinjing/portable Unit
centrifugal pump dan
perlengkapannya
(selang hisap, selang
kirim, dan nozzle)
27 Pompa Unit
punggung/back pump
(jet shooter)
28 ..
29 ..
30 ..
E PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENGOLAHAN HASIL HUTAN BERBASIS KELOMPOK
1 Alat/mesin Unit
pengolahan kayu
2 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Rotan
3 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Madu
4 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Bambu
5 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Sutera
6 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Gaharu
7 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Cendana
8 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Obat-obatan
9 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
Minyak Atsiri
10 Alat/mesin Unit
pengolahan HHBK
..........................
11 Alat/mesin Unit
pengolahan
HHBK..........................
12 Peralatan/mesin Unit
pengolah bio-energi
13 ..
14 ..
15 ..
F PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN KEHUTANAN
1 Komputer jinjing Unit
2 GPS Unit
3 LCD projector Unit

4 Kendaraan bermotor Unit


roda 2
38

Kegiatan Anggaran Kinerja


Rencan Realisasi Keterangan
N
Pagu Realisas a (penjelasan
o Jenis Sat. % Progre
(Rp.) i (Rp.) (Volume Volume terhadap realisasi)
s (%)
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 Unit percontohan Unit
6 Alat peraga Unit
7 ..
8 ..
9 ..
4. Permasalahan/Hambatan:
c. ...
d. ....

5. Upaya Tindak Lanjut:


a. ...
b. ....
Kepala Biro Perencanaan,

..................................
NIP. .....
39

FORM LAPORAN TAHUNAN


(Outline)

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR (foto, peta, dll.)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup

II. RENCANA KEGIATAN


A. Rencana Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
1. Jenis dan volume kegiatan
2. Pembiayaan
B. Rencana Pengadaaan Sarana Prasarana Operasionalisasi KPH, Perlindungan dan
Pengamanan Hutan, Pengolahan Hasil Hutan Berbasis Kelompok, dan Penyuluhan
Kehutanan
1. Jenis dan volume kegiatan
2. Pembiayaan

III. HASIL-HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Peningkatan sarana dan prasarana operasionalisasi KPHP/KPHL
B. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
C. Peningkatan sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan
D. Peningkatan sarana dan prasarana pengolahan hasil hutan berbasis kelompok
E. Peningkatan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan
F. Pengelolaan kawasan ekosistem esensial di luar KSA dan KPA

IV. PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

V. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
40

PEMERINTAH PROVINSI - KABUPATEN/KOTA ..


DINAS KEHUTANAN
Alamat :
e-mail :

BERITA ACARA SERAH TERIMA


SARANA PRASARANA PENYULUHAN KEHUTANAN
Nomor : /2014

Pada hari ini, Tanggal Bulan Tahun Dua Ribu


Empat Belas, yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama/NIP : .....................................................
Jabatan : Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota
Alamat : .....................................................
dalam hal ini karena jabatannya bertindak untuk dan atas nama Penanggung
Jawab Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
Nama/NIP : .....................................................
Jabatan : Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten/Kota .
Alamat : .....................................................
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Penanggung Jawab Badan
Pelaksana Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten/Kota
, yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA, bahwa sesuai
dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. ./Menhut-II/2012 tanggal
2012 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Kehutanan Tahun 2014 Bab IV.F tentang Peningkatan Sarana dan
Prasarana Penyuluhan Kehutanan, pengadaan sarana dan prasarana penyuluhan
kehutanan apabila telah dilaksanakan agar diserahkan kepada Penyuluh
Kehutanan melalui Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh) Kabupaten/Kota.
Dengan ini PIHAK PERTAMA menyerahkan Barang Milik Negara berupa Sarana
Prasarana Penyuluhan Kehutanan PIHAK KEDUA selaku penanggungjawab
Pengguna Sarana Prasarana Penyuluhan Kehutanan di Kabupaten/Kota
.
Dalam Berita Acara Serah Terima Barang ini menyatakan hal-hal sebagai berikut
:
1. PIHAK PERTAMA telah menyerahkan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA
telah menerima dari PIHAK PERTAMA Barang Milik Negara dalam keadaan
baik dan dapat dipergunakan, berupa :
Harga
Nama Tahun
No Merk/Type Warna Pembelian Keterangan
Barang Pembuatan
(Rp)

2. Dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Barang ini, maka
wewenang dan tanggung jawab terhadap penggunaan/pemakaian,
pengamanan dan pemeliharaannya telah beralih dari PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.

Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat rangkap 2 (dua),


ditandatangani oleh kedua belah pihak dan mempunyai kekuatan hukum yang
sama.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Yang Menyerahkan, Yang Menerima,

() ()
41

NIP. NIP.

Anda mungkin juga menyukai