22 Dak
22 Dak
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
5. Undang-Undang ...
2
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan Tahun
Anggaran 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri Kehutanan ini.
Pasal 2
Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, merupakan acuan wajib
bagi Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam melaksanakan penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Kehutanan Tahun Anggaran 2014.
Pasal 3
Lingkupsubstansi yang diaturdalampetunjukteknisinimeliputi :
a. Peningkatan Sarana dan Prasana Pendukung Operasionalisasi KPH
b. Rehabilitasi Hutan dan Lahan;
c. Peningkatan Sarana Prasarana Perlindungan dan Pengamanan Hutan;
d. Peningkatan Sarana Prasarana Pengolahan Hasil Hutan Berbasis Kelompok;
dan
e. Peningkatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan.
Pasal 4 ...
4
Pasal 4
Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan seluruh kegiatan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan.
Pasal 5
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR
KRISNA RYA
5
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.67/Menhut-II/2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2014.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kehutanan merupakan mekanisme
pembiayaan pembangunan kehutanan dalam bentuk biaya transfer kepada
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk membiayai kegiatan prioritas
nasional di bidang kehutanan yang menjadi kewenangan daerah. DAK bidang
Kehutanan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah
yang secara khusus kegiatannya diarahkan dalam rangka menjaga
keberlangsungan fungsi kawasan hutan melalui implementasi kebijakan
pengelolaan hutan secara lestari berbasis unit Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) di tingkat tapak.
Upaya ini sangat strategis dan selaras dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2014 dimana kebijakan sektor pembangunan kehutanan
difokuskan pada perbaikan tata kelola hutan, peningkatan kapasitas
pemerintah daerah serta pemberdayaan masyarakat di sekitar dan dalam
kawasan hutan melalui kegiatan produktif dan peningkatan akses
masyarakat terhadap sumber daya hutan guna mendorong perbaikan
lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana alam. Untuk ini maka
kebijakan DAK Bidang Kehutanan disusun dengan mempertimbangkan
sinergitas dengan pembangunan daerah.
Kebijakan DAK Bidang Kehutanan tahun 2014 merupakan kelanjutan dari
pelaksanaan kegiatan pembangunan kehutanan di daerah melalui dana
alokasi khusus yang telah dimulai sejak tahun 2008. Upaya ini sebagai
wujud nyata dari Kementerian Kehutanan untuk mendorong kebijakan
otonomi bidang kehutanan melalui skema dana perimbangan di dearah
terutama bagi kabupaten/kota yang kemampuan fiskalnya belum memadai.
Sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan Pasal 59 ayat (1) dan penjelasan pasal 59 ayat (2) bahwa
Menteri Teknis menyusun dan menetapkan Petunjuk Teknis (Juknis)
Penggunaan DAK yang mengatur arahan penggunaan dan teknis pelaksanaan
kegiatan di daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka Menteri Kehutanan menetapkan
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 sebagai
pedoman teknis dan acuan bagi para pihak terkait di dalam penggunaan DAK
Bidang Kehutanan Tahun 2014, dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan
DAK Bidang Kehutanan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
B. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 ini,
yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
2. Daerah Aliran Sungai, selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
6
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
3. Ekosistem esensial adalah ekosistem atau kawasan yang memiliki
keunikan habitat dan/atau jenis tumbuhan dan satwa liar dan/atau
mempunyai fungsi penting sebagai sistem penyangga kehidupan.
4. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-
pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada
tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh
pejabat yang berwenang.
5. Hutan dan lahan kritis adalah hutan dan lahan yang berada di dalam dan
di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem DAS.
6. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
7. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak
milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas
sekurang-kurangnya 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan
tanaman lainnya lebih dari 50 %.
8. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada
tanah alluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut.
9. Hutan pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh ditepi
pantai dan berada diatas garis pasang tertinggi.
10. Kawasan Suaka Alam (KSA) adalah kawasan dengan ciri khusus tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan.
11. Kawasan Pelestarian Alam (KPA) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi
pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
12. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah
wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
13. Konservasi tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada
penggunaan (secara vegetatif dan/atau civil technic) yang sesuai dengan
kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga
dapat mendukung kehidupan secara lestari.
14. Multi Purpose Trees Species (MPTS) adalah jenis-jenis tanaman yang
menghasilkan kayu dan bukan kayu.
15. Penanaman pengkayaan rehabilitasi hutan adalah kegiatan penambahan
anakan pohon pada kawasan hutan rawang yang memiliki tegakan berupa
anakan, pancang, tiang dan pohon sejumlah 200-400 batang/ha, dengan
maksud untuk meningkatkan nilai tegakan hutan baik kualitas maupun
kuantitas sesuai fungsinya.
16. Penghijauan lingkungan adalah kegiatan penanaman yang dapat
dilaksanakan di taman, jalur hijau, halaman tempat ibadah, perkantoran,
sekolah, pemukiman, kanan kiri sungai, ruang terbuka hijau.
17. Pemeliharaan tanaman adalah perlakuan terhadap tanaman dan
lingkungannya dalam luasan dan kurun waktu tertentu agar tanaman
7
BAB II
KEBIJAKAN DAK BIDANG KEHUTANAN
A. Ketentuan Umum
1. DAK Bidang Kehutanan digunakan untuk kegiatan-kegiatan di Bidang
Kehutanan yang telah menjadi urusan/kewenangan daerah khususnya
dalam rangka percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), pengelolaan Tahura,
perlindungan dan pengamanan hutan, pengelolaan ekosistem esensial,
penyuluhan kehutanan, dimana dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
tersebut tidak/belum mendapat pembiayaan dari dana APBN lainnya
(dana tugas pembantuan, block grant, pinjaman, hibah luar negeri, hibah
dalam negeri, dan dana masyarakat, dll).
2. Prioritas nasional yang menjadi kegiatan wajib dalam penggunaan DAK
Bidang Kehutanan adalah : pembangunan dan operasionalisasi KPH,
rehabilitasi hutan dan lahan, serta perlindungan dan pengamanan
hutan.
3. Sarana dan prasarana perlindungan dan pengamanan hutan
diprioritaskan pada sasaran : wilayah KPH, Tahura, dan kawasan
ekosistem esensial.
4. Pelaksanaan kegiatan RHL mengacu kepada dokumen perencanaan RHL,
yaitu RP RHL, RTn RHL dan rancangan teknis RHL.
5. Bagi Kabupaten/Kota dan UPTD Tahura yang telah mengadakan mobil
patroli dari dana DAK Bidang Kehutanan tidak diperkenankan kembali
untuk mengadakan mobil patroli dari dana DAK Bidang Kehutanan
tahun 2014.
6. Pendampingan pelaksanaan kegiatan oleh penyuluh kehutanan dan atau
dilaksanakan oleh SDM yang mempunyai kompentensi dibidang
penyuluhan kehutanan.
B. Tujuan
DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 bertujuan untuk :
1. Percepatan pembangunan dan operasionalisasi KPH;
2. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan;
3. Peningkatan perlindungan dan pengamanan hutan;
4. Peningkatan pengelolaan Tahura;
5. Peningkatan Penyuluhan Kehutanan;
6. Peningkatan pengolahan hasil hutan berbasis kelompok;
7. Peningkatan pengelolaan kawasan ekosistem esensial;
C. Proporsi Penggunaan
1. Minimal 85% dari besaran alokasi DAK Bidang Kehutanan digunakan
untuk mendukung kegiatan prioritas nasional yaitu peningkatan sarana
dan prasarana operasionalisasi KPHP/KPHL maksimum 20%, kegiatan
rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) minimum 50% dan peningkatan
sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan maksimum
15%.
2. Maksimum 15% dari besaran alokasi DAK Bidang Kehutanan digunakan
untuk peningkatan sarana prasarana pengolahan hasil hutan berbasis
kelompok, peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan, dan
pengelolaan kawasan ekosistem esensial di luar KSA dan KPA.
9
D. Sasaran Kegiatan
1. Sasaran di tingkat provinsi :
a. Memfasilitasi percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, dengan kegiatan, antara lain: peningkatan sarana prasarana
KPH, rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
pengelolaan kawasan ekosistem esensial, serta peningkatan sarana
prasarana pengolahan hasil hutan berbasis kelompok serta
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
b. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Tahura dengan kegiatan, antara
lain : Rehabilitasi Hutan dan Lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
2. Sasaran di tingkat kabupaten/kota :
a. Memfasilitasi percepatan pembangunan dan kesiapan operasionalisasi
KPH, dengan kegiatan antara lain: peningkatan sarana prasarana KPH,
rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK),
peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan hutan,
pengelolaan kawasan ekosistem esensial, peningkatan sarana dan
prasarana pengolahan hasil hutan berbasis kelompok serta
peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan
b. Memfasilitasi percepatan pembangunan KPH yang belum terbentuk
kelembagaannya, dengan kegiatan, antara lain : rehabilitasi hutan dan
lahan (vegetatif, sumber benih, HHBK), peningkatan sarana prasarana
perlindungan dan pengamanan hutan, pengelolaan kawasan ekosistem
esensial, peningkatan sarana dan prasarana Pengolahan hasil hutan
berbasis kelompok serta peningkatan sarana prasarana penyuluhan
kehutanan.
c. Meningkatkan pengelolaan Tahura dengan kegiatan, antara lain :
rehabilitasi hutan dan lahan (vegetatif, sipil teknis, sumber benih,
HHBK), peningkatan sarana prasarana perlindungan dan pengamanan
hutan, peningkatan sarana prasarana penyuluhan kehutanan.
E. Lokus Kegiatan
Lokus kegiatan DAK Bidang Kehutanan diprioritaskan pada:
1. Kawasan hutan yang terdegradasi dan yang telah memiliki kelembagaan
KPH Lindung dan Produksi (yang tidak/belum dibebani ijin)
2. Kawasan hutan yang belum memiliki kelembagaan KPH;
3. Tahura;
4. Lahan kritis di luar kawasan hutan;
5. Kawasan ekosistem esensial di luar KSA dan KPA.
F. Dana Pendamping
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan Pasal 61 ayat (1), pemerintah provinsi/kabupaten/kota
penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping yang bersumber dari
APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK. Dana
pendamping menjadi satu kesatuan dengan dana transfer dari pusat dan
digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan fisik di dalam pelaksanaan
kegiatan DAK Bidang Kehutanan.
G. Dana Pendukung
Diperuntukan membiayai kegiatan non fisik antara lain : Penyusunan
rencana pengelolaan hutan pada KPH, perencanaan RHL (penyusunan RP
RHL, RTnRHL), pendampingan, peningkatan kapasitas SDM (KPH,
penyuluhan, dalkarhut, pamhut), monitoring dan evaluasi, pelaporan,
pengawasan dan pengendalian, rapat-rapat, dan sebagainya, pemerintah
10
BAB III
KEGIATAN DAK BIDANG KEHUTANAN
(2).Tanah milik rakyat yang terlantar dan berada di bagian hulu DAS;
(3).Tanah desa, tanah marga/adat, tanah negara bebas serta tanah
lainnya yang terlantar dan bukan kawasan hutan negara;
(4).Tanah milik rakyat/tanah desa/tanah lainnya yang sudah ada
tanaman kayu-kayuan tetapi masih perlu dilakukan pengkayaan
tanaman.
b).Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan persiapan lapangan,
penyediaan bibit, pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman
tahun berjalan;
c).Penyediaan bibit terdiri dari jenis kayu-kayuan dan MPTS. Sedangkan
jarak tanam yang dikembangkan bervariasi sesuai dengan kondisi
lapangan.
d).Lokasi kegiatan rehabilitasi lahan ini wajib dipetakan pada peta
dengan skala 1 : 5.000 atau 1 : 10.000 dan dilengkapi dengan titik
koordinat lokasi.
e).Pelaksanaan kegiatan secara sistem kontraktual oleh penyedia
barang/jasa atau swakelola sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dengan masa kegiatan selama satu tahun
anggaran 2014;
f).Untuk penyediaan bibit dilakukan melalui pengadaan bibit oleh
penyedia barang secara kontraktual atau swakelola dalam satu tahun
anggaran 2014 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden No.
54 Tahun 2010 jo. Peraturan Presiden No.70 Tahun 2012 tentang
pengadaan barang dan jasa pemerintah.
g).Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai
oleh pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh
Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh BPDAS
setempat.
2) Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota
a). Sasaran lokasi kegiatan adalah hamparan lahan kosong di dalam
wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak,
yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang
mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2001 tentang
hutan kota.
b). Pembangunan dan/atau pengelolaan hutan kota dimaksudkan
sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan perkotaan dengan
tujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup wilayah perkotaan
yang sehat, rapi, dan indah dalam suatu hamparan tertentu
sehingga mampu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, estetika,
resapan air serta keseimbangan lingkungan perkotaan, kegiatan
terdiri dari tahapan persiapan lapangan, penyediaan bibit,
pembuatan tanaman dan pemeliharaan tanaman tahun berjalan.
c). Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara swakelola dan atau
kontraktual sesuai dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
jo. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
d). Rancangan teknis kegiatan disusun oleh pejabat eselon IV, dinilai
oleh pejabat eselon III yang membidangi rehabilitasi, disahkan oleh
Kepala Satuan Kerja yang bersangkutan dan disupervisi oleh
BPDAS setempat.
3) Penghijauan lingkungan
a) Sasaran lokasi kegiatan adalah lahan fasilitas umum dan fasilitas
sosial serta hamparan lahan kosong antara lain halaman tempat
ibadah, perkantoran, sekolah dan pemukiman;
b) Kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas
lingkungan melalui penanaman pohon jenis kayu dan MPTS;
14
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Rencana Kerja
1. Setelah mendapatkan alokasi DAK Bidang Kehutanan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK
Tahun 2014, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) pelaksana DAK Bidang Kehutanan, menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA).
2. Berdasarkan RKA DAK Bidang Kehutanan, pemerintah daerah provinsi/
kabupaten/kota, menetapkan Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pagu
DPA meliputi alokasi DAK murni dan dana pendamping minimal 10% dari
DAK murni yang digunakan untuk kegiatan fisik. Dana pendukung untuk
kegiatan non fisik minimal 10% dari DAK murni dapat menjadi bagian dari
DPA DAK Bidang Kehutanan, atau dialokasikan pada DPA lain pada SKPD
pelaksana DAK Bidang Kehutanan.
3. Berdasarkan RKA dan setelah diterbitkan DPA, SKPD pelaksana DAK
Bidang Kehutanan menyusun rencana kerja sesuai Form Lampiran 1,
dengan mengisi kolom rencana (lihat petunjuk pengisian format).
Dokumen rencana kerja di atas disampaikan oleh SKPD pelaksana DAK
melalui elektronic mail (email) / surat elektronik (surel), kepada:
a. Kementerian Kehutanan cq. Sekretariat Jenderal cq.:
1) Biro Perencanaan, dengan alamat email: dakkehutanan@dephut.go.id.
2) Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan, sesuai regional
masing-masing dengan alamat email:
(a) Pusdal Regional I: dakkehutananregI@dephut.go.id.
(b) Pusdal Regional II: dakkehutananregII@dephut.go.id.
(c) Pusdal Regional III: dakkehutananregIII@dephut.go.id.
(d) Pusdal Regional IV: dakkehutananregIV@dephut.go.id.
b. Dinas kehutanan / yang membidangi kehutanan Provinsi
Tembusan dokumen disampaikan kepada:
a. Unit-unit kerja lingkup Kemenhut di pusat
1) Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
(BPDASPS), cq. Sekretaris Ditjen BPDASPS, dengan alamat email:
dakkehutananbpdasps@dephut.go.id.
2) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
cq.Sekretaris Ditjen (PHKA), dengan alamat email:
dakkehutananphka@dephut.go.id.
3) Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, cq. Sekretaris Ditjen
Planologi Kehutanan, dengan alamat email:
dakkehutananplanologi@dephut.go.id.
4) Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK), cq. Sekretaris Ditjen
BUK, dengan alamat email: dakkehutananbuk@dephut.go.id..
5) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM)
Kehutanan (P2SDMK), cq. Sekretaris Badan P2SDM Kehutanan,
dengan alamat email: dakkehutananbp2sdmk@dephut.go.id..
b. Unit-unit kerja kehutanan di provinsi :
1) Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh).
2) UPT lingkup kehutanan terkait di wilayah kerjanya (sesuai dengan
kegiatan yang dilaksanakan), meliputi:
a) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)
b) Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)
c) Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP)
19
BAB V
KOORDINASI DAN EVALUASI KINERJA
BAB VI
PENUTUP
ttd.
FORM LAMPIRAN 1
4. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)
.................................. (nama)
NIP. .....
29
FORM LAMPIRAN 2
1. Provinsi : .....................................................
2. Pagu Anggaran Tahun 2014 : Rp. .......................
a. DAK Murni : Rp. .......................
b. Dana Pendamping : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)
c. Dana Pendukung : Rp. ....................... (.... % terhadap pagu DAK)
3. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)
4 Penanaman Hutan Ha
Produksi KPHP
5 Penanaman Hutan Ha
Produksi Tahura
6 Penanaman Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
7 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung KPHL
8 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung Tahura
9 Pengkayaan Hutan Ha
Lindung di luar KPHL
dan Tahura
10 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi KPHP
11 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi Tahura
12 Pengkayaan Hutan Ha
Produksi di Luar
KPHP dan Tahura
13 Penanaman Hutan Ha
Rakyat
14 Pengkayaan Hutan Ha
Rakyat
15 Pembangunan Hutan Unit
Kota
16 Pengelolaan Hutan Unit
Kota
17 Penghijauan Ha
lingkungan
18 Pembangunan Kebun Unit
Benih
19 Pengelolaan Kebun Unit
Benih
20 Pembuatan Dam Unit
pengendali
21 Pembuatan Dam Unit
penahan
22 Pembuatan Unit
Pengendali
jurang/gully plug
23 Pembuatan Embung Unit
air
24 Pembuatan Sumur Unit
resapan air
25 Pembuatan Biopori Unit
26 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung KPHL
27 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung Tahura
28 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Lindung di Luar
KPHL dan Tahura
29 Rehabilitasi Mangrove Ha
Hutan Produksi KPHP
31
.................................. (nama)
NIP. .....
34
FORM LAMPIRAN 3
2. Realisasi Anggaran s/d saat ini : Rp. ....................... (....% terhadap pagu)
a. Kinerja (progres) : ......... %
b. Anggaran (kumulatif s/d TW ybs.) : Rp. ....................... (....% terhadap pagu Anggran)
..................................
NIP. .....
39
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR (foto, peta, dll.)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
V. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
40
2. Dengan telah ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima Barang ini, maka
wewenang dan tanggung jawab terhadap penggunaan/pemakaian,
pengamanan dan pemeliharaannya telah beralih dari PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA.
() ()
41
NIP. NIP.