Anda di halaman 1dari 13

KONSENTRASI URINE DAN PYURIA UNTUK MENGIDENTIFIKASI INFEKSI

SALURAN KEMIH PADA BAYI

ABSTRAK

Latar Belakang

Variasi ambang batas sel darah putih (WBC) dalam urin telah direkomendasikan
untuk mempermudah dugaan diagnosis infeksi saluran kemih (ISK) di kalangan bayi.
Ambang batas ini belum dipelajari dengan sistem urinalisis otomatis yang baru dimana urin
yang dianalisis tak disentrifugasi sehingga mungkin saja hasilnya dipengaruhi oleh
konsentrasi urine. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan ambang batas WBC yang
optimal untuk ISK pada bayi dengan menggunakan alat bantu sistem urinalisis otomatis, yang
disesuaikan berdasarkan konsentrasi urine.

Metode

Dilakukan penelitian dengan metode cross-sectional retrospektif pada bayi usia <3
bulan yang mengevaluasi kejadian ISK di instalasi gawat darurat menggunakan urinalisis dan
kultur urine. Pada penelitian ini ISK didefinisikan sebagai peningkatan WBC 50.000 unit
koloni / mL dari spesimen urin kateter. Tes karakteristik dihitung di kisaran antara WBC dan
leukosit esterase (LE), disesuaikan ke dalam kelompok berat jenis (tingkat keenceran<1,015;
terkonsentrasi 1.015).

Hasil

Penelitian melibatkan dua ribu tujuh ratus bayi dengan usia rata-rata 1,7 bulan.
Prevalensi ISK adalah 7,8%. Potongan poin untuk WBC yang optimal adalah 3 WBC/ lapang
pandang besar (HPF) urin yang diencerkan (rasio kemungkinan positif [LR +] 9.9, rasio
kemungkinan negatif [LR-] 0,15) dan 6 WBC / HPF (LR (+) 10,1, LR (-) 0,17) dalam urin
terkonsentrasi. Untuk analisis dipstick, LE positif memiliki karakteristik uji yang sangat baik
terlepas dari konsentrasi urin (LR + 22,1, LR- 0,12 dalam urin yang diencerkan; LR + 31,6,
LR- 0,22 pada urin terkonsentrasi).

1
Kesimpulan

Konsentrasi urin harus dimasukkan ke dalam interpretasi urinalisis otomatis


mikroskopik pada bayi. Ambang Pyuria dari 3 WBC / HPF pada urin yang diencerkan dan 6
WBC/HPF dalam urine konsentrat yang direkomendasikan untuk dugaan diagnosis ISK.
Tanpa koreksi graviti spesifik, LE positif dengan dipstick otomatis yang menjadi indikator
kuat terjadinya ISK.

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang paling umum yang ditemukan
pada bayi dengan demam yang berusia kurang dari 3 bulan, dengan prevalensi yang
dilaporkan sebesar 7%. Diagnosis yang akurat penting untuk memberikan perawatan yang
tepat pada pasien ISK untuk menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu jika ISK
memang tidak terbukti. Secara umum, kultur urin telah menjadi standar acuan untuk
diagnosis ISK. Namun, kultur urine tidak dapat segera dilaporkan dalam 24 sampai 48 jam,
sehingga mengharuskan penggunaan screening urinalisis untuk dugaan diagnosis ISK sambil
menunggu hasil kultur. Sebelumnya berbagai penelitian strategis telah dipelajari dengan baik
untuk mengevaluasi standar dan manajemen urinalisis pada bayi dengan mikroskop manual.

Urinalisis mikroskopis secara historis tergantung pada urin yang disentrifugasi, yang
dilaporkan sebagai standar sel per lapang pandang besar/ high power field (HPF), meskipun
penghitungan hemocytometer manual urine yang tidak disentrifugasi juga telah dijelaskan
dalam enchanted urinalisis (dilaporkan sebagai sel perMilimeter kubik [mm3]). Banyak
Laboratorium rumah sakit yang saat ini menggunakan sistem urinalisis otomatis untuk
menganalisa urine yang tidak disentrifugasi. Dua sistem analisa urin yang tidak disentrifugasi
yang paling umum adalah dengan menggunakan fluoresensi cytometry atau gambaran digital
dengan berbasis komputer yang mengenali elemen seluler. Sistem urinalisis otomatis ini lebih
banyak di jumpai, sehingga penting untuk menentukan ambang batas yang akurat untuk
gejala pyuria sehingga dapat menentukan diagnosis dan pengobatan ISK berdasarkan sistem
urinalisis otomatis ini.

Piuria mikroskopik dan dipstick Leukosit esterase (LE) serta nitrit adalah hasil yang
paling relevan secara diagnostik untuk dugaan diagnosis ISK, sama halnya seperti pada kultur
urin positif. Umumnya, tingkat piuria yang lebih tinggi atau jumlah LE yang lebih besar lebih
prediktif terhadap ISK. Konsentrasi sel darah putih (WBCs) mencerminkan keseimbangan
antara sel darah putih (WBCs) ke dalam sistem saluran kemih yang berhubungan dengan
tingkat peradangan dan volume urin yang berkorelasi dengan tingkat produksi urin dan

2
pembersihan urin. Secara intuitif, beberapa sel darah putih dalam aliran rendah urin yang
terkonsentrasi mungkin kurang menunjukkan adanya ISK dibandingkan dengan beberapa sel
darah putih (WBCs) dalam aliran tinggi urin, pada urin yang diencerkan. Untuk
memperhitungkan efek potensial, ambang batas pyuria mungkin perlu disesuaikan
berdasarkan konsentrasi urin, yang diukur dengan berat jenis (gravity).

Tujuan kami adalah untuk menentukan nilai ambang batas optimal WBC pada urine
untuk kecurigaan diagnosis ISK pada bayi yang berusia <3 bulan dengan menggunakan
sistem urinalisis otomatis yang dikelompokkan berdasarkan konsentrasi urine.

METODE

Kami melakukan penelitian retrospektif pada bayi usia <3 bulan yang dievaluasi
terhadap angka kejadian ISK pada Rumah Sakit Utama Anak pada 60.000 pasien yang
berkunjung setiap tahunnya di departemen kegawatdaruratan (IGD). Rumah sakit ini
berfungsi sebagai rujukan pusat di Inggris dengan 26% kunjungan departemen
kegawatdaruratan yang berasal dari rujukan pusat perawatan primer atau departemen
kegawatdaruratan lainnya.

Semua bayi berusia <3 bulan yang datang ke IGD antara bulan Mei 2009 sampai
Desember 2014 dan telah dilakukan urinalisis dan kultur urin yang telah diidentifikasi oleh
rumah sakit menggunakan rekam medis elektronik. Masa awal penelitian dimulai dari sistem
implementasi pada bulan mei 2009. Data termasuk usia, jenis kelamin, suhu saat di IGD, dan
hasil penelitian laboratorium diambil langsung dari rekam medis rumah sakit. dewan peninjau
institut menyetujui penelitian ini dengan mengabaikan informed consent. Prosedur
standarisasi dimasukkan ke lembaga untuk kerahasiaan pasien.

Untuk mengkarakterisasi populasi penelitian, 5% sampel pasien dipilih secara acak


untuk mengulang catatan secara manual. Untuk pemeriksaan ini, tercatat informasi klinis
yang mungkin mempengaruhi kinerja atau interpretasi urinalisis dan kultur urine: riwayat
demam (38 C) sebelum datang ke IGD, adanya riwayat ISK sebelumnya, adanya
abnormalitas saluran kemih yang dapat menjadi predisposisi pasien terhadap ISK atau
kolonisasi bakteri, paparan antibiotik 48 jam sebelum kunjungan IGD, atau komorbiditas
yang signifikan seperti disabilitas neurologis berat atau keadaan yang mendasari terjadinya
imunodefisiensi. Tidak ada pasien yang dieksklusi dari analisis berdasarkan ulasan deskriptif
ini.

3
Pada penellitian ini, standar perlakuan terhadap spesimen kultur urin dari bayi
diperoleh dengan cara kateterisasi uretra, dalam kasus yang jarang terjadi, urine mungkin
diperoleh dengan menggunakan kantong urin atau dengan cara aspirasi suprapubik. Dipstick
urinalisis termasuk pengukuran berat jenis spesifik dan dilakukan di laboratorium klinis
dengan menggunakan CLINITEK Atlas Automated Urine Chemistry Analyzer (Siemens
Medical Solutions USA, Inc, Malvern, PA). Sistem Atlas menganalisa dipsticks urin dan
diinterpretasikan oleh kolorimetri otomatis . Dipstick tes dengan hasil positif untuk LE, nitrit,
atau darah secara otomatis memicu urinalisis mikroskopik, yang dilakukan oleh IRIS iQ200
Series Automated Urine Microscopy Analyzer. iQ200 mengukur jumlah sel pada urine yang
tidak disentrifugasi dengan menggunakan Pencitraan Digital Aliran Sel. Pencitraan digital
mikroskopik menangkap beberapa gambar yang dianalisis dengan perangkat lunak pengenal
partikel otomatis, yang mengklasifikasikan partikel dengan sensitivitas 0,86-0,97 untuk
elemen seluler dan memiliki korelasi tinggi dengan mikroskop manual terhadap WBCs,
dilaporkan sebagai WB /HPF (lapang pandang besar). Atas kebijaksanaan penyedia alat,
urinalisis mikroskopik dapat dipesan independen dari hasil uji dipstick. Pada penelitian
tersebut, jika dipstick testing tersebut negatif, maka urinalisis mikroskopik tiidak rutin
dilakukan. Dalam kasus ketika sebuah urinalisis mikroskopik tidak dilakukan secara terpisah,
hasil dipstik negatif untuk LE dipertimbangkan setara dengan urinalisis mikroskopis negatif
sesuai dengan literatur yang ada sebelumnya.

Hasil utama adalah kultur urin positif didefinisikan dengan terdapatnya 50.000
koloni/(CFUs) / mL dari satu patogen urin untuk spesimen kateter dan jenis pertumbuhan
patogen pada aspirasi suprapubik, berdasarkan pedoman sebelumnya yang telah ditetapkan
untuk diagnosa ISK. Organisme yang dianggap patogen genitourinaria adalah Escherichia
coli, spesies Proteus, spesies Enterococcus, Klebsiella, Serratia marcescens, spesies
Citrobacter, Enterobacter, Streptococcus agalactiae, dan spesies Pseudomonas. Kultur yang
menghasilkan organisme nonpathogenic atau dilaporkan oleh laboratorium sebagai "mixed
organisme", "multipel organisme ", atau "Flora urogenital" dipertimbangkan sebagai
spesimen yang terkontaminasi. Untuk menghindari potensi kesalahan klasifikasi pada hasil
utama, kultur yang terkontaminasi dieksklusi dari analisis. bukan diklasifikasikan sebagai
kultur negatif. Kultur yang menghasilkan organisme patogen <50.000 CFU / mL
dipertimbangkan sebagai kultur negatif. Kultur yang di dapatkan dari spesimen yang
dikumpulkan dari kantong spesimen, pengosongan urin, atau kateter yang menetap di
eksklusi dari penelitian.

4
Semua analisis statistiknya dilakukan dengan menggunakan versi Stata / SE13.1
(Stata Corp, College Station, TX). Kinerja uji standar karakteristik dihitung dengan interval
kepercayaan 95%(CI) untuk berbagai cut-poin Pyuria mikroskopik dan dipstick LE (+/-
nitrit). Untuk dipstick, "trace" LE dianggap negatif. cut-poin baik itu "sedikit" atau
"beberapa" terhadap LE dipertimbangkan sebagai hasil positif. Seperti yang biasa digunakan
dokter untuk screening urinalis untuk menentukan kebutuhan akan perngobatan empiris,
analisis difokuskan pada rasio kemungkinan (LRs) sebagai yang paling relevan untuk
pengambilan keputusan klinis. Sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif untuk urinalisis
mikroskopik dan dipstick juga dihitung kisaran cut-poin. Analisis sekunder kinerja uji standar
karakteristik dilakukan pada subkelompok dari pasien yang febris (38 C).

memenuhi analisis yang sederhana untuk penerapan temuan di masa mendatang, hasil
sampel urin berdasarkan pengetahuan disesuaikan berdasarkan berat jenis spesifik menjadi
relatif encer dan urin terkonsentrasi. Tanpa definisi istilah medis, istilah ambang batas
disesuaikan untuk diidentifikasi dengan grafik LR + melewati kelompok graviti spesifik urin
yang didefinisikan dengan kenaikan bertahap 0,005 pada berat jenis dari cut-poin WBC yaitu
5 WBC / HPF. Kami kemudian memeriksa secara visual grafik untuk Ambang batas yang
logis (Supplemental Gambar 3). Nilai 1,015 dipilih, yang dengan mudah juga mewakili titik
tengah kontinum berat jenis dan secara kognitif sebagai nilai penghentian alami sebagai
pengingat untuk dokter.

Kurva Karakteristik Penerima Operasi (ROC) dihasilkan dengan mengukur


keseluruhan nilai diagnostik pyuria untuk ISK ketika diklasifikasikan dengan konsentrasi
urine untuk kedua kelompok analisis utama dan subkelompok bayi dengan febris yang berada
di IGD. Ambang optimal telah ditentukan menjadi kombinasi terbaik dari LR + mendekati 10
dan LR - mendekati 0,1, mempertimbangkan pentingnya manajemen konservatif di kelompok
usia ini.

HASIL

Ada 3077 bayi dengan urinalisis dan kultur urin yang diidentifikasi berpasangan.
Tiga ratus tujuh puluhan pasien (12%) dieksklusi dari analisa dengan alasan: kultur urin yang
tiga ratus bercampur dengan organisme urogenital (n = 42) atau organisme nonpathogenic (n
= 15); Kultur urin yang diperoleh dari kantong urin (n = 7), sampel pengosongan urin (n
=145), atau penggunaan kateter yang menetap (n = 10); Sumber urin yang hilang (n = 2);
Atau graviti spesifik yang hilang (N = 156). Tidak ada spesimen urin yang diperoleh dari

5
aspirasi suprapubik. Sisanya 2700 anak-anak merupakan kelompok penelitian, yang dimana
211 (7,8%) memiliki nilai kultur urin yang positif.

Rata-rata (kisaran interkuartil [IQR]) umur sampel adalah 1,7 (1,0 - 2,3) bulan dan
45% (1200) pasien adalah berjenis kelamin perempuan. 49 persen mengalami demam 38C
didokumentasikan di IGD. Rata-rata (IQR) suhu tubuh yang diukur di IGD 37,9C (37,4 -
38,4). Identifikasi sendiri terkait ras dan etnis adalah 43% kulit putih, 14% Amerika- Afrika,
13% Hispanik, 4% Asia, 21% lainnya, dan 5% tidak teridentifikasi. Lima puluh tujuh persen
(1529) pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit (Tabel 1). Uropatogen yang
umum ditemukan adalah E coli (84%), spesies Klebsiella (7%), Enterobacter(4%), spesies
Enterococci (2%), dan S agalactiae (2%). Terdapat 2200 (81,5%) kasus dengan urin yang
diencerkan (<1,015) kelompok berat jenis dan 500 (18,5%) kelompok terkonsentrasi (1.015)
.

Penghitungan manual kami sebesar 5% (135) dari sampel penelitian juga


mengungkapkan adanya febris sebelum datang ke IGD atau adanya febris selama perawatan
di IGD sebesar 112 (83%), riwayat ISK sebelumnya sebanyak 1 orang (0,7%), adanya
kelainan genitourinari yang mungkin menjadi predisposisi pasien ISK atau kolonisasi bakteri
sebanyak 6 (4%), paparan antibiotik dalam waktu 48 jam sebelum datang ke IGD sebanyak 2
(1%), atau komorbiditas signifikan sebanyak 6 (4%).

LR, sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif berbagai ambang pyuria mikroskopik
disajikan dalam Tabel 2 dan 3, dikelompokkan berdasar dengan konsentrasi urin. Dari pasien
dengan kultur urine positif, sebanyak 12 orang (5,7%) memiliki urinalisis dengan hasil
negatif.

Tabel 1. Karakteristik Populasi Penelitian

6
Tabel 2. LR + dan LR-Pyuria Mikroskopik Di 2 Kelompok Berat Jenis Spesifik (<1,015, n =
2200 dan 1.015, n = 500)

URINALISIS MIKROSKOPIK

Ambang batas 3 WBC/HPF dalam urin yang diencerkan menghasilkan LR + 9.9 (CI,
8.5-11.5) dan LR- 0,15 (CI, 0,10-0,21), sedangkan ambang batas 6 WBC / HPF menghasilkan
LR + 10.1 (CI, 7.1-14.4) dan LR- 0.17 (CI, 0,06-0,49) pada urine terkonsentrasi. Efek berat
jenis spesifik pada LR + untuk pyuria mikroskopis secara grafis digambarkan pada Gambar 1.
Kurva ROC untuk kedua kelompok baik urin yang diencerkan dan urin konsentrat dihasilkan
untuk rentang ambang batas tertentu untuk pyuria mikroskopik (Gambar 2). Di kedua angka
tersebut, ambang batas dari 3 dan 6 WBC / HPF menjadi sorotan. Daerah di bawah kurva
untuk kedua kelompok berat jenis itu adalah sama (0.93).

7
Gambar 1. Efek berat jenis spesifik pada LR + terpilih ambang batas dari piuria.

Gambar 2. Kurva ROC pada pyuria

DIPSTIK

8
Karakteristik uji untuk LE (+/-Nitrit) disajikan pada Tabel 4 dan 5. Ambang batas dari
setiap LE (positif) (kecil atau 1+) menghasilkan LR + 22.1 (CI, 17.7-27.6) dan LR-0,12
(0,09-0,18) pada urine yang diencerkan, dan LR + 31,6 (CI, 17,2-57,8) dan LR- 0,22 (CI,
0,09-0,52) pada urin terkonsentrasi.

Tabel 4. LR + dan LR-LE (+/- Nitrit) Di 2 Kelompok Berat Jenis Spesifik (<1,015, n = 2200
dan 1.015, n = 500)

Analisis Subkelompok pada Bayi Febris

Analisis uji karakteristik subkelompok pasien dengan demam (38 C) yang


didokumentasikan di IGD serupa pada keseluruhan kelompok (Tabel Tambahan 6). Ambang
batas dari 3 WBC/HPF dalam urine yang diencerkan menghasilkan LR + 10,3 (CI, 8,3-12,8)
dan LR- 0,12 (CI, 0,07-0,2), sedangkan ambang batas 6 WBC/HPF menghasilkan LR + 14,4
(CI, 8,7-23,8) dan LR - 0,09 (CI, 0,01-0,58) pada urin terkonsentrasi. Ambang batas dari 5
WBC/HPF dalam urin terkonsentrasi dari bayi yang demam serupa dengan ambang batas 6
WBC/HPF pada urin terkonsentrasi di keseluruhan kohort [LR + 9,6 (CI, 6,3-14,6), LR-0,09
(CI, 0.01-0.6)]. Adanya LE (1 +) menghasilkan LR + 24,2(CI, 17,3-33,9) dan LR- 0,12
(0,07-0,19) pada urine yang diencerkan, dan LR + 93,8 (CI, 22,8-388,8) dan LR- 0,25
(CI,0,09-0,67) dalam urin terkonsentrasi. Area dibawah kurva dari kurva ROC untuk kedua
kelompok berat jenis spesifik 0,93 di antara bayi yang demam.

DISKUSI

Dalam kumpulan data dasar rumah sakit yang besar, 2700 bayi berusia di bawah 3
bulan dengan urinalisis dan kultur urine, kami menemukan bahwa uji karakteristik urinalisis
9
otomatis mikroskopik pada bayi bervariasi menurut konsentrasi urin. Kinerja diagnostik
secara keseluruhan terkait pyuria mikroskopis dalam rentang ambang batas WBC tertentu
memiliki hasil serupa baik pada kelompok urin yang diencerkan dan kelompok urin
konsentrat (area bawah kurva keduanya 0,93); Namun, ambang batas dari 3 WBC/HPF dalam
urine yang dencerkan dan 6 WBC/HPF dalam urine terkonsentrasi memberikan ambang batas
optimal untuk dugaan diagnosis ISK seperti yang didefinisikan oleh kultur urine positif
50.000 CFU/mL. LE manapun dengan dipstick memiliki kinerja diagnostik yang kuat
terlepas dari konsentrasi urine. Analisis sekunder pasien yang mengalami demam yang
didokumentasikan (38 C) pada IGD memberikan hasil tes karakteristik serupa.

Sebagian besar literatur tentang ISK pada bayi muda (infant) tertanam dalam
investigasi dan ulasan tentang pendekatan untuk bayi demam. Strategi manajemen telah
dilakukan untuk mengidentifikasi bayi demam dengan infeksi bakteri serius untuk
menghindari penggunaan antibitok yang tidak perlu pada pasien yang bisa dianggap berisiko
rendah. Tiga dari yang paling sering dikutip "kriteria" diterbitkan pada awal 1990-an
"Philadelphia," "Rochester," dan kriteria "Boston". Semua protokol termasuk urinalisis
mikroskopis sebagai bagian dari laboratorium dan aktor penentu risiko rendah, dengan
ambang pyuria <10 WBC /HPF; Kriteria Philadelphia juga termasuk pewarnaan gram untuk
urin dengan hasil negatif dan kriteria Rochester juga termasuk tidak ditemukannya bakteri
pada mikroskopik. Sejak terbitan dari protokol ini, teknik untuk analisis urin dan definisi
pyuria yang signifikan berkembang secara klinis. Dalam studi selanjutnya, ambang pyuria
yang digunakan untuk menduga diagnosis ISK berkisar dari 5 sampai 10 WBC/HPF secara
mikroskop manual dan 10 WBC/mm3 oleh Hemocytometer. Untuk sistem otomatis, ambang
batas mungkin lebih rendah 2 WBC/HPF untuk pencitraan digital 6 dan 25 sampai 50 WBC
per microliter untuk Sitometri

Sebagai rumah sakit transisi dari mikroskop manual ke sistem otomatis, penggunaan
pyuria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dugaan diagnosis ISK juga harus dievaluasi
kembali pada tahun 2014, Shah et al mempelajari 703 sampel urin untuk membandingkan
secara urinalisis otomatis dan peningkatan urinalisis. Mereka menemukan bahwa 2
WBC/HPF pada sistem urinalisis mikroskopis otomatis iQ200 IRIS sebanding dengan 10
WB/mm3 urinalisis "ditingkatkan". Dari catatan tersebut, ambang batas 2 WBC/HPF ini pada
urinalisis otomatis lebih rendah dari 5 sampai 10 WBC/HPF yang umumnya digunakan untuk
sentrifugasi mikroskopi manual. Shah dkk mengatakan perbedaan ini berpotensi dari
penggunaan urin yang tidak disentrifusi pada sistem otomatis. Variabilitas spesimen yang

10
disentrifugasi, urinalisis otomatis dengan urin yang tidak di sentrifugasi dengan koreksi
konsentrasi seharusnya dilakukan sebuah upgrade atas proses manual dari pemutaran urine
dengan endapan suspensi.

Analisis kami menunjukkan nilai diagnostik konsentrasi WBC bervariasi menurut


konsentrasi urin. Pengukuran keduanya, WBC dan konsentrasi urine dilaporkan dalam skala
yang terus menerus, yang mana kami memilih untuk mengkategorikan untuk memperbaiki
utilitas klinis; Bagaimanapun, kemungkinan penerapan dari temuan aplikasi kami di masa
yang akan datang, sistem otomatis mungkin perlu matematis yang menyesuaikan pengukuran
piuria dengan normalisasi "standar" berat jenis spesifik. Secara luas, keputusan untuk dokter
bisa tidak hanya mengatur piuria pada urine terkonsentrasi, tapi juga menguji karakteristik
untuk masing-masing ambang potensi.

Yang menarik, dipstick LE otomatis memiliki nilai diagnostik yang superior terhadap
evaluasi pyuria mikroskopis. Analisis nilai diagnostik dipstick pada bayi sebelumnya telah
dicatat oleh Glissmeyer et al yang mempelajari 6394 bayi dan menemukan kombinasi LE dan
nitrit yang miliki nilai prediktif positif dari 66,8% dan nilai prediktif negatif sebesar 98,7%.

Investigasi kami memiliki beberapa keterbatasan penting. Pertama, sampel penelitian


termasuk bayi yang memiliki urinalisis berpasangan dengan kultur urin dan tidak terbatas
pada bayi demam saja, yang merupakan dasar untuk sebagian besar riwayat ISK sebelumnya
dalam kelompok usia ini. Keterbatasan audit rekam medis, 83% bayi memiliki baik itu
riwayat demam atau demam yang terdokumentasi di IGD. Yang penting, prevalensi ISK kami
sama dengan prevalensi ISK sebelumnya yang dipublikasikan pada bayi dengan usia kurang
dari 3 bulan. Selanjutnya, perkiraan kami atas uji kinerja komponen urinalisis serupa dengan
penelitian sebelumnya tentang urinalysis mikroskopis dan dipsticks, termasuk sistem
otomatis yang lebih baru. Hampir setengah dari sampel kami mengalami demam ( 38 C)
didokumentasikan saat di IGD, dan analisis karakteristik uji di subkelompok ini
mengungkapkan tes karakteristik serupa dengan kelompok kohort yang lebih besar.

Kedua, kami menganalisis kinerja 1 dari 2 rumah sakit paling umum yang
menggunakan sistem urinalisis otomatis, IRIS iQ200 Series Automated Urine Microscopy
Analyze. Temuan kami harus diselidiki dengan sistem mikroskopi otomatis utama lainnya
yang juga menganalisa urin yang tidak disentrifugasi.

11
Selanjutnya, kami memutuskan untuk secara konservatif mendefinisikan dan
mengeksklusi kultur yang terkontaminasi untuk menghindari kesalahan dalam
mengklasifikasikan sejumlah kecil kasus yang berpotensi hasil kultur negatif palsu atau
kultur positif palsu. Secara teoritis, bayi yang mengalami dehidrasi mungkin lebih memiliki
resiko tinggi hasil kultur yang terkontaminasi seperti flora urogenital diperkenalkan menjadi
lebih terkonsentrasi pada volume sampel urin yang sedikit; Jika ini benar, maka banyak bayi
dengan dehidrasi akan dieksklusi dari analisis untuk menghindari bias pada perbedaan yang
kurang jelas antara kelompok urin terkonsentrasi dan urin yang diencerkan. Menariknya,
pasien dengan ISK lebih cenderung mengalami urin yang encer dibanding pasien tanpa ISK
(91% vs 81%), tapi kami tidak memilikinya data klinis yang rinci untuk menduga sebab
tersebut.

Akhirnya, definisi ISK adalah keterbatasan umum dalam penelitian yang menilai
kinerja urinalisis. Kami menggunakan hitungan koloni standar sebagai definisi konsentrasi
bakteri dari 50.000 CFU/mL untuk menentukan ISK pada sampel urin kateter, yang mana
sudah sesuai dengan penelitian yang sebelumnya. Namun, definisi jumlah koloni yang lebih
sedikit telah dijelaskan dalam literatur. Pada 2011, update Akademi Pediatrik Amerika,
pedoman praktik klinis untuk mendiagnosis ISK pada pasien demam usia 2 sampai 24 bulan,
definisi ISK diperbarui termasuk kedalamnya baik kultur urine positif dengan 50.000
CFU/mL single patogen urin, dan urinalisis positif dengan pyuria dan atau bakteriuria dari
spesimen yang diperoleh dengan kateterisasi. Yang dibutuhkan dari pyuria untuk menentukan
infeksi untuk membedakan ISK dari bakteriuria asimtomatik. Namun, untuk mempelajari
diagnostik nilai pyuria dan LE, kita gunakan kriteria kultur urin untuk menentukan ISK
selaras dengan penelitian sebelumnya tentang kinerja urinalisis. Tidak termasuk pyuria ke
dalam definisi ISK kami, pasien dengan bakteriuria sederhana mungkin juga termasuk. Meski
definisi Akademi Pediatrik Amerika terkait ISK yang meliputi pyuria, terjadinya kultur urine
positif tanpa pyuria ternyata dilaporkan di dalam literatur. Namun, pada pasien dengan ISK
bakteriemia, kejadiannya sangat jarang terjadi, menyoroti tantangan dengan definisi standar
referensi dari ISK.

KESIMPULAN
Konsentrasi urin seharusnya dimasukkan ke dalam interpretasi dari urinalisis
mikroskopis otomatis pada bayi. Menggunakan sistem otomatis dengan urin yang tidak
disentrifugasi, ambang batas pyuria 3 WBC/HPF dalam urin yang diencerkan (berat jenis

12
<1,015) dan 6 WBC/HPF pada urin terkonsentrasi (berat jenis 1.015) direkomendasikan
untuk dugaan diagnosis ISK. Tanpa koreksi berat jenis, LE positif oleh dipstick otomatis
adalah indikator handal yang kuat untuk ISK di kelompok usia ini.

13

Anda mungkin juga menyukai