349
350 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356
Kesehatan Kota Pontianak telah menunjuk Dinas Kesehatan Kota Pontianak, yaitu jumlah
sumber daya manusia di puskesmas adalah dana keseluruhan adalah Rp 21.600.000.
petugas sanitarian dengan syarat telah Meskipun tersedia dana yang cukup, tetapi
mengikuti pelatihan pemantauan jentik berkala birokrasinya sulit sehingga proses pencairan
yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota dana telat dan akhirnya proses kegiatan menjadi
Pontianak, sedangkan kader aktif yang terlambat. Untuk dana APBD Kota Pontianak,
melaksanakan kegiatan juga mengikuti pada penyerapan dana penanggulangan DBD
pelatihan yang diberikan oleh penanggung pengelola program harus mengusulkan
jawab kegiatan. penarikan dana kepada pembantu pemegang kas
Menurut Depkes RI tahun 2004 kader (PPK), selanjutnya PPK ke pemegang kas (PK)
aktif adalah orang yang direkrut dari dan PK ke Pemda berdasarkan perkiraan jumlah
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kasus dan penanggung jawab program yang ada
jentik secara berkala dan terus-menerus serta di puskesmas harus mengusulkan laporan
menggerakan masyarakat dalam melaksanakan pertanggung jawaban kegiatan yang telah
pemberantasan sarang nyamuk DBD. dilaksanakan barulah penyerapan dana cair.
Rendahnya ABJ di Kelurahan Siantan Tengah Padahal untuk melaksanakan pemantauan jentik
dibawah target nasional, yaitu > 95% berkala harus rutin dilaksanakan untuk
mengindikasikan bahwa kinerja kader dalam memutus mata rantai perkembangbiakan vektor
pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk DBD. Sebagai solusi menurut penelitian
masih belum maksimal, salah satu faktor sebelumnya untuk proyeksi anggaran tahun
rendahnya ABJ adalah pergantian kader dengan mendatang. Untuk Dinas Kesehatan Kota
masa kerja yang tidak bisa ditentukan dan Pontianak apabila diprediksi akan terjadi
tingkat pendidikan kader sebagian besar tingkat lonjakan kasus DBD perlu dipertimbangkan
pendidikan menengah. Menurut Purwanto menyampaikan usulan kepada Pemerintah
(2005) semakin tinggi tingkat pendidikan Daerah Kota pendanaan untuk keadaan darurat
seseorang maka akan lebih rasional dan kreatif sebagaimana diatur dalam Permendagri nomor
serta terbuka dalam menerima adanya 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Daerah. Di
bermacam usaha pembaharuan dan dapat dalam peraturan tersebut pada halaman 58
menyesuaikan diri terhadap berbagai bagian ke lima ayat 2 menyatakan bahwa
pembaharuan.Tingkat pendidikan seseorang keadaan darurat, pemerintah daerah dapat
berpengaruh dalam memberikan respon melakukan pengeluaran yang belum tersedia
terhadap sesuatu yang datang dari luar dan anggarannya, yang selanjutnya di usulkan
menurut Sastrohadiwiryo (2002) yang dalam rancangan pembahasan APBD.
mengatakan semakin lama seseorang bekerja Kemudian pada ayat 3 menyebutkan bahwa
maka semakin banyak pengalaman yang pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia
diperoleh sebaliknya semakin singkat orang anggarannya sebagaimana dimaksud pada ayat
bekerja, maka semakin sedikit pengalaman 2 dapat menggunakan belanja tidak terduga dan
yang diperolehnya Pengalaman bekerja banyak penyerapan dana untuk puskemas lebih
memberikan keahlian dan keterampilan dipermudah.
kerja.Terbatasnya jumlah petugas dan kader Tersedianya sarana untuk pelaksanaan
dalam pelaksanaan kegiatan dapat menjadi program PJB berupa alat dan bahan yang
penyebab tidak berhasilnya program PJB. Agar digunakan untuk pelaksanaan kegiatanyang
program PJB dapat berfungsi dan berjalan terdiri senter berjumlah 8 buah, baterai 20 buah,
secara optimal maka dibutuhkan tenaga kerja blangko (form), alat tulis, dan larvasida (abate).
minimal 3 orang petugas pelaksana yang tidak Berdasarkan jumlah tenaga yang melaksanakan
merangkup dan kader/perkelurahan disesuaikan tugas lebih banyak daripada sarana yang
dengan jumlah RW yang ada dan kader dengan dibutuhkan, seharusnya sarana seperti senter
masa kerja lebih lama lagi. Pelaksanaan PJB ini harus berjumlah lebih dari 8 buah dengan
memang terpenuhi secara kuantitas, namun penambahan baterai lebih banyak lagi, misalnya
adanya tenaga kerja yang merangkap tenaga yang ada dengan 2 orang petugas
programlainnya menjadikan pelaksanaan puskesmas dan 10 orang kader jadi senter yang
program PJB belum dapat terlaksana secara dibutuhkan sebanyak 12 buah atau lebih. Sarana
meyeluruh dan optimal. pelaksanaan masih tidak memadai jumlahnya
Kegiatan pemantauan jentik berkala dikarenakan jumlahnya sangat terbatas. Untuk
tahun 2013 yang bersumber dari dana APBD lebih mempermudahkan berjalannya proses
Wenny, dkk, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemantauan... 353
pelaksanaan pemantauan jentik berkala maka salah satu langkah pencegahan dan
pihak terkait lebih meningkatkan lagi kualitas pemberantasan penyakit DBD adalah PJB
(jumlah) alat dan bahan yang akan digunakan. dilakukan secara rutin, yaitu 1 (satu) bulan
sekali tiap desa/kelurahan endemis dan
PROSES pelaksanaan kegiatan dilakukan berdasarkan
prosedur juklak/juknis. Adapun dalam
Ada perencanaan kegiatan pemantauan pelaksanaan kegiatan kader dan petugas juga
jentik berkala tahun 2013, yaitu penanggung sering menghadapi situasi yang tidak nyaman
jawab telah menjadwalkan pelaksanaan sesuai dan tidak kondusif. Sering ditemukan terutama
prosedur juklak/juknis. Pelaksanaan program adanya penolakan dari pihak pemilik rumah
kegiatan PJB yang terjadwalkan sesuai juklak yang akan dilakukan pemeriksaan dikarenakan
juknis, yaitu setiap 1 (satu) bulan seperti kurangnya kesadaran mereka akan bahaya
disyaratkan dalam Kemenkes RI nomor penyakit demam berdarah jadi mereka
581/MENKES/SK/VII/1992 bahwa menganggap kader dan petugas hanya sebagai
pemeriksaan jentik berkala setiap satu (1) bulan mengganggu dirumah mereka. Untuk itu
dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) perlunya pengetahuan dengan penyuluhan
DBD dan penyuluhan langsung ke terus-menerus kepada masyarakat sehingga
masyarakat.Menurut Depkes RI tahun 2007 masyarakat termotivasi dan lebih aktif lagi
dengan adanya kegiatan pemantauan jentik dalam kegiatan pemantauan jentik berkala.
berkala dan upaya pemberantasan sarang Laporan kegiatan PJB yang telah
nyamuk untuk menurunkan populasi nyamuk dilaksanakan dibuat tertulis secara periodik,
penular demam berdarah dengue (Ae. Aegypti) yaitu laporan triwulan, namun tidak dibuat
serta jentiknya. Peran serta masyarakat dalam laporan bulanan,semester dan tahunan.
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah Laporan triwulan di susun oleh penanggung
yang dilakukan secara berkala dan terus- jawab kegiatan pemantauan jentik berkala.
menerus merupakan indikator keberhasilan Secara teoritis penilaian kegiatan dalam bentuk
PSN DBD. Kegiatan ini memotivasi laporan tertulis secara periodik (bulanan,
masyarakat dalam memperhatikan tempat- triwulan, semester, tahunan), pengisian laporan
tempat yang potensial sebagai tempat tertulis yang lengkap, dan penyimpanan laporan
perkembangbiakan nyamuk penular DBD tertulis dengan baik dan benar. Pencatatan dan
sehingga mencegah terjadinya KLB penyakit pelaporan terhadap program yang sedang
DBD. berjalan juga dirasa kurang optimal. Pencatatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dilakukan secara periodik hanya setiap
berdasarkan waktu/jadwal yang ditentukan, triwulan. Dengan adanya pencatatan dan
yaitu setiap 1 (satu) bulan sekali. Pada tahun pelaporan pada tiap-tiap periode diharapkan
2013 pelaksanaan kegiatan PJB terlaksana dapat membantu mengidentifikasi masalah
setiap 1 (satu) bulan sekali, ini dapat terlihat yang muncul saat berjalannya program agar
dari hasil kegiatan yang dapat dilihat di dapat segera ditindaklanjuti.
lampiran 4, akan tetapi tidak sesuai hari yang
terjadwalkan dikarenakan keterbatasan waktu OUTPUT
kader. Kader dan petugas membantu
menggerakan masyarakat melakukan PJB setiap Berdasarkan lampiran menunjukan
pelaksanaan saja. Kegiatan PJB yang telah bahwa penyebab masalah pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemantauan jentik berkala di Puskesmas
(juklak/juknis). Kader dan petugas diberikan Siantan Tengah ABJ hanya 50,29%.
pelatihan dan keterampilan sebelum Keberadaan jentik di suatu wilayah dapat
melaksanakan tugas secara lisan. Akan tetapi diketahui dengan indikator Angka Bebas Jentik
kader dan petugas tidak dibekali buku panduan (ABJ). Angka Bebas Jentik (ABJ) merupakan
(tata cara juklak/juknis) dalam melaksanakan prosentase rumah/tempat-tempat umum yang
kegiatan PJB. Pelaksanaan yang tidak sesuai tidak ditemukan jentik. Target yang ditetapkan
waktu mengakibatkan belum optimalnya secara nasional, yaitu ABJ > 95%. Puskesmas
kegiatan pemeriksaan jentik berkala disebutkan Siantan Tengah target capaian PJB tahun 2012
pada keputusan Menkes RI nomor hanya 50,29 % bebas jentik dimana jumlah
1091/MENKES/SK/X/2004 tentang petunjuk rumah/bangunan yang ada tahun 2012 ada
teknis standar pelayanan minimal (SPM) bahwa 6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang
354 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356
diperiksahanya 2.639 dan rumah/bangunan merangkap berbagai program. Kader yang tidak
yang bebas jentik 1.890 atau 50,29 persen, dapat diketahui masa kerjanya. Untuk itu
sedangkan PJB tahun 2013, Kelurahan Siantan perlunya menambah tenaga pelaksana program
Tengah jumlah rumah/bangunan yang ada sama yang tidak merangkap program lain
seperti tahun sebelumnya, yaitu berjumlah (kader/petugas kesehatan) serta penanggung
6.974 dan jumlah rumah/bangunan yang jawab lebih rutin melakukan pemantauan
diperiksa 3665 (52,6%) dan 2.354 (64,2%) berkala denganpengawasan yang dilakukan
rumah yang bebas jentik. dapat berupa aturan-aturan yang sifatnya
Depkes RI (2007) menyatakan bahwa mengikat karena pada kenyataannya di
berbagai upaya pemberantasan demam berdarah Puskesmas Siantan Tengah tiap petugas
telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan kesehatan memegang lebih dari 1 (satu)
meliputi promosi kesehatan tentang seleksi program puskesmas dan 10 kader dengan masa
pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan kerja lebih singkat > 1 bulan. Hal tersebut harus
penanggulangan faktor resiko demam segera diintervensi lebih lanjut supaya tiap
berdarahserta kerjasama dengan lintas program program-program yang ada di Puskesmas dapat
dan lintas sektor terkait. Upaya-upaya terus- dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga
menerus dan berkesinambungan untuk program PJB yang akan datang terlaksana lebih
melaksanakan promosi kesehatan dari tingkat efisien sehingga pelaksanaan program PJB
pusat sampai dengan tingkat operasional di dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal.
puskesmas kota maupun desa. Upaya ini
dilakukan dengan mengoptimalkan kinerja dari Dana
berbagai pihak yang berkepentingan (stake
holder) sebagai penggerak PSN dan fasilitasi Tersedianya dana anggaran kegiatan
sumber daya tenaga. Ukuran keberhasilan pemantauan jentik berkala yang cukup berasal
kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dari APBD Dinas Kesehatan Kota Pontianak
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila akan tetapi, penyerapan dana dan birokrasinya
lebih atau sama dengan 95% diharapkan sulit sehingga proses pencairan dana telat dan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. akhirnya proses kegiatan menjadi terlambat.
Diharapkan nantinya masyarakat mampu Untuk itu Pemerintah Kota Pontianak perlu
mandiri dengan melaksanakan PSN, meninjau kembali proses penyerapan dana
pemeriksaan dan pemusnahan jentik ditempat- sehingga pelaksanaan PJB berjalan dan
tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti menurunkan angka kesakitan akibat DBD.
lingkungan rumah, lingkungan sekitar.
Sarana
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Tersedianya sarana yang digunakan pada
Berhasil tidaknya pelaksanaan program program PJB di Puskesmas secara kuantitas
pemantauan jentik berkala adalah sebagai mencukupi. Akan tetapi secara kualitas sarana
penentuan prioritas pencegahan dan yang dibutuhkan program PJB tidak
pemberantasan sarang nyamuk DBD. Adapun mencukupi. Puskesmas hanya memiliki jumlah
rencana tindak lanjut (RTL) berdasarkan faktor alat seadanya, yaitu senter hanya 8 buah dengan
input, process, ouput, dan outcome adalah jumlah tenaga pelaksana lebih dari 13 orang.
sebagai berikut: Secara visual setiap pelaksanaan kegiatan PJB
membutuhkan senter untuk mengetahui jentik
Input terutama pada tempat (wadah) yang gelap.
Untuk itu perlunya penyediaan sarana yang
Tenaga cukup demi terlaksananya program sehingga
angka bebas jentik di wilayah Puskesmas
Berdasarkan sumber daya manusia Siantan Tengah mencapai target secara
(tenaga) yang ada di Puskesmas Siantan nasional, yaitu ABJ > 95%.
Tengah jumlah pelaksana program PJB yang
tidak cukup. Puskesmas Siantan Tengah hanya Proses
memiliki dua (2) orang petugas sanitarian.
Untuk program PJB yang bertanggung jawab Perencanaan
atas kegiatan dan pelaksana kegiatanjuga
Wenny, dkk, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemantauan... 355
Adanya penjadwalan kegiatan PJB tahun capaian PJB tahun 2012 ABJ hanya 50,29%
2013 menunjukan bahwa pelaksanaan dimana jumlah rumah yang ada tahun 2012
pemantauan jentik berkala terlaksana sesuai berjumlah 6.974 dan jumlah rumah/bangunan
juklak/juknis. Akan tetapi kenyataannya kader yang diperiksa hanya 2.639 dan
tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh rumah/bangunan yang bebas jentik 1.890
penanggung jawab kegiatan sehingga (50,29%), sedangkan PJB tahun 2013
pelaksanaan kegiatan tidak sesuai waktu Kelurahan Siantan Tengah jumlah bangunan
pelaksanaan yang terjadwalkan. Banyak kader yang ada sama seperti tahun sebelumnya, yaitu
tidak aktif melaksanakan kegiatan PJB dengan berjumlah 6.974 dan jumlah rumah/bangunan
alasan sibuk, sakit, tidak sempat PJB. Untuk itu yang diperiksa 3665 (52,6%) dan 2.354 (64,2%)
kader, petugas lebih aktif lagi dalam rumah yang bebas jentik. Untuk itu target
pelaksanaan kegiaitan PJB dan penanggung program PJB yang dicapai belum memenuhi
jawab melakukan evaluasi program PJB secara ABJ secara nasional, yaitu ABJ > 95%.
berkala. Dengan evaluasi, semua kendala-
kendala yang ada dapat diperbaiki sehingga SIMPULAN
pelaksanaan PJB periode selanjutnya akan lebih
baik sehingga angka kesakitan DBD pun dapat Masukan (input) kegiatan PJB
berkurang di masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan PJB sesuai
Pelaksanaan juklak/juknis, sumber daya manusia (tenaga)
tidak mencukupi yaitu hanya ada 1 orang
Pelaksanaan kegiatan PJB di Puskesmas penanggung jawab kegiatan dengan dibantu 10
Siantan Tengah berdasarkan juklak/juknis, yaitu kader, dana kegiatan mencukupi, akan tetapi
setiap 1 (satu) bulan sekali. Kader dan petugas penyerapan dana sulit, sarana yang ada tidak
diberikan pelatihan dan keterampilan sebelum mencukupi karena jumlah petugas pelaksana
melaksanakan tugas secara lisan. Akan tetapi lebih banyak daripada sarana yang ada.
kader dan petugas tidak dibekali buku panduan
(tata cara juklak/juknis) dalam melaksanakan Proses (process) kegiatan PJB
kegiatan PJB. Untuk itu agar program PJB
terlaksana dengan baik maka setiap pelaksanaan Perencanaan kegiatan terlaksana sesuai
kegiatan PJB kader dan petugas diberikan buku juklak/juknis,pelaksanaan terjadwalkan. (a)
panduan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan terlaksana sesuai
juklak/juknis, tata laksana program PJB
Penilaian dilaksanakan setiap 1 (satu) bulan, akan tetapi
pelaksanaan tidak dilaksanakan sesuai waktu
Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan penjadwalan kegiatan. (b) Penilaian kegiatan
tertulis secara hanya triwulan tidak dalam pemantauan jentik berkala sesuai juklak/juknis.
pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Untuk Laporan kegiatan pemantauan jentik berkala
itu perlunya pencatatan dan pelaporan pada dilaksanakan dibuat tertulis secara periodik
tiap-tiap periode diharapkan dapat membantu hanya laporan triwulan.
mengidentifikasi masalah yang muncul saat
berjalannya program agar dapat segera Keluaran (Output) kegiatan PJB
ditindaklanjuti sehingga proses pemantauan
jentik berkala dapat di evaluasi untuk perbaikan Hasil kegiatan program pemantauan
program PJB selanjutnya. jentik berkala terlaksana sesuai prosedur
juklak/juknis. Hanya saja masih terdapat
Output kendala dan hambatan seperti tenaga pelaksana
yang belum mencukupi serta keterbatasan
Kegiatan pelaksanaan program waktu kader, penyerapan dana yang sulit,
pemantauan jentik berkala berdasarkan sarana yang juga tidak mencukupi, padatnya
prosedur juklak/juknis secara kuantitas bangunan sekitar serta kurangnya kerjasama
memenuhi. Akan tetapi secara kualitas dan masyarakat terhadap program PJB
keadaan yang real di lapangan proses kegiatan menyebabkan pelaksanaan kegiatan PJB belum
PJB masih mengalami hambatan baik dari mencapai target yang ditentukan secara
pelaksana hingga sarana dan prasarana. Target nasional.
356 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.349 - 356
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1992. Petunjuk Teknis Pengamatan Demam Berdarah Dengue Di Kota
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan:
Dirjen PPM dan PLP: Jakarta. Jakarta.
Depkes RI, 2007. Surat Keputusan Menteri Ngalim, Purwanto, 2005. Administrasi dan
Kesehatan Nomor: 581/SK/VII/1992 Supervisi Pendidikan. Remaja Rosda
tentang Pemberantasan Penyakit Demam Karya: Bandung.
Berdarah Dengue. Siswanto, Sastrohadiwiryo, 2002. Manajemen
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan
dan Pelayanan Kesehatan: Jakarta. Administrasi dan Operasional. Bumi
Fathi, et al. 2005. Peran Faktor Lingkungan Aksara: Jakarta.
dan Perilaku Terhadap Penularan WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan
dan Pengendalian Dengue dan Demam
Berdarah Dengue. EGC: Jakarta.