Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan afektif bipolar adalah kondisi umum yang dijumpai, dan
diantara gangguan mental menempati posisi kedua terbanyak sebagai
penyebab ketidak mampuan/disabilitas. Gangguan bipolar yang dikenal
sebagai manic-depresive illness adalah penyakit medis yang mengancam jiwa
karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi bipolar,
yaitu 10-15%. Gangguan bipolar adalah suatu penyakit jangka panjang dan
episodik dengan berbagai macam variasi perjalanan penyakit. Gangguan
bipolar sering tidak diketahui dan salah diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa
sering tidak terobati dengan adekuat. Selain itu penelitian maupun jurnal
masih jarang mengangkat tentang penyakit gangguan bipolar (Evans 2000;
Tohen & Angst 2002; Toni et al 2000).
Prevalensi gangguan bipolar I (satu atau lebih episode mania atau
campuran) adalah 0,4 % sampai 16 %, dan untuk bipolar II (episode depresi
berulang besar dengan episode hypomania) adalah sekitar 0,5 %. Kejadian
bipolar I pada wanita dan pria tidak ada yang berbeda, tetapi untuk kejadian
bipolar II lebih sering diderita oleh wanita, perbandinganya sekitar 3:2
(Drayton dan Weinstein, 2008). Pada kelompok usia muda lebih sering terjadi
episode mania, sedangan episode depresi mendominasi dalam kelompok usia
yang lebih tua. Usia onset gangguan bipolar sangat bervariasi. Rentang usia
baik untuk bipolar I dan bipolar II adalah dari masa kanak-kanak sampai usia
50 tahun, dengan usia rata-rata sekitar 21 tahun. Kebanyakan kasus dimulai
ketika mereka berusia 15-19 tahun (Ikawati, 2011).
Analisis pola pengobatan pada pasien gangguan bipolar diperlukan
salah satunya untuk mengetahui bagaimana pengobatan pada pasien
gangguan bipolar memberikan outcome membaik dari episode yang sedang
dialami pasien. Di sisi lain, pasien gangguan bipolar memiliki tingkat
ketidakpatuhan untuk farmakoterapi yang relatif tinggi, diperkirakan

1
mencapai 32-45% dari pasien yang diobati (Rothbaum & Astin, 2000).
Sedangkan penyakit gangguan kejiwaan seperti gangguan bipolar memang
belum mendapat perhatian yang cukup dari banyak kalangan.
Prof dr Sasanto Wibisono, SpKJ (K), guru besar di bagian Psikiatri
FKUI menjelaskan perbedaan ekstrem perasaan (manik dan depresi)
penderita Bipolar tidak selalu bisa diamati oleh lingkungannya karena
masing-masing individu reaksinya berlainan. Ada yang menonjol kutub
maniknya, sementara yang lain menonjol depresinya. Kondisi tidak normal
itu bisa terjadi hanya beberapa minggu sampai 2-3 bulan. Setelah itu kembali
''normal'' untuk jangka waktu relatif lama, namun dikesempatan lain muncul
kembali (Israr, 2009).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


1. Definisi Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi,
yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak
biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena
penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub,
yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi
(Israr, 2009).
Gangguan bipolar adalah suatu gangguan yang ditandai dengan
perubahan mood antara rasa girang yang ekstrim dan depresi yang parah.
Orang dengan gangguan bipolar (bipolar disorder) seperti mengendarai
suatu roller coaster emosional, berayun dari satu ketinggi rasa girang ke
kedalaman depresi tanpa adanya penyebab eksternal (Nevid, dkk, 2005).
Menurut Maslim, R (2013) dalam Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III dan DSM V, gangguan ini tersifat oleh
episide berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktifitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi danaktivitas (depresi). Khas dari gangguan ini adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai
4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata rata
sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stres atau trama mental lain (adanya stres tidak essensial untuk
penegakan diagnosis).

3
2. Epidemiologi
Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar
antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis.
Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian
itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko
bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5
per 1000 pasien. Sementara yang diterapi tercatat 1,3 per 1000 pasien
(Israr, 2009). Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya
timbul di usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu
seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar
telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-anak.

3. Etiologi
Penyebab pasti dari gangguan bipolar belum diketahui secara tepat.
Gangguan bipolar dianggap sebagai penyakit genetik yang kompleks yang
mempengaruhi lingkungan dan disebabkan oleh berbagai kelainan
neurobiologic (Drayton & Weinstein, 2008). Diperkirakan beberapa faktor
dapat menjadi penyebab terjadinya seseorang mendapat gangguan bipolar,
antara lain :
a. Faktor Genetik
Sebanyak 80%-90% pasien dengan gangguan bipolar memiliki
riwayat keluarga yang juga memiliki gangguan mood (misal,
gangguan bipolar, depresi, siklotimia atau dysthymia). Keluarga
derajat pertama pasien dengan gangguan bipolar memiliki prevalensi
sebesar 15%-35% berawal dari gangguan mood dan 5%-10% memiliki
risiko langsung mengalami gangguan bipolar (Drayton & Weinstein,
2008).
Pada penelitian saudara kembar, angka kejadian gangguan
bipolar 1 pada kedua saudara kembar monozigot adalah 33% -90%
dan untuk gangguan depresif berat, angka kejadian pada kedua

4
saudara kembar monozigot adalah 50%. Pada kembar dizigot
angkanya berkisar 5% -25% untuk menderita gangguan bipolar I dan
10% - 25% untuk penderita gangguan depresif berat (Kaplan, dkk.,
1997).
Penelitian lain menyebutkan bahwa antara 4% sampai 24% dari
mereka yang memiliki keluarga dengan bipolar I juga akan mungkin
mengalami bipolar. Untuk bipolar II, pengaruh faktor ini lebih rendah,
dimana individu yang memiliki orang tua atau saudara didiagnosis
dengan bipolar II hanya berisiko sekitar 1% sampai 5% untuk
mengalami ganggaun mood (Akiskal, 1995).

b. Faktor Biokimia
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di
dalam metabolit amin biogenic di dalam darah, urin, dan cairan
serebrospinalis pada pasien gangguan mood. Amin biogenic
(Norepinefrin dan serotonin) merupakan dua neutransmiter yang
paling berperan dalam patofisiologis gangguan mood (Kaplan, dkk,
1997). Apabila Norepinefrin (NE) dan epinefrin mengalami penurunan
kadar NE dan epinefrin menyebabkan depresi, sebaliknya peningkatan
kadar keduanya menyebabkan mania (Ikawati, 2011).
Serotonin merupakan neurotransmiter aminergic yang paling
sering dihubungkan dengan depresi. Penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi. Pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan
serebrospinalnya. Selain kedua senyawa diatas, ada dopamine yang
memiliki peranan dalam depresi dan mania pula. Data menunjukkan
aktivitas dopamine yang menurun pada depresi dan meningkat pada
mania (Kaplan, dkk, 1997).
Ketidakseimbangan hormonal dan gangguan dari sumbu
hipotalamus-hipofisis-adrenal yang terlibat dalam homeostatis dan

5
respon stress juga dapat berkontribusi pada gambaran klinis gangguan
bipolar (Ikawati, 2011).

c. Faktor Lingkungan
Telah lama diamati bahwa peristiwa yang menyebabkan stress
sering mendahului episode pertama dan dapat meningkatkan serta
memperpanjang waktu pemulihan dari gangguan mood (Drayton &
Weinstein, 2008). Kehamilan juga merupakan stress tertentu untuk
wanita dengan riwayat penyakit mania-depresif dan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya psikosis postpartum (Ikawati,
2011).

4. Patofisiologi
Patofisiologi gangguan bipolar belum dapat diketahui dengan pasti.
Namun, orang yang kembar dan keluarga menunjukkan bahwa gangguan
bipolar memiliki komponen genetik. Bahkan, kerabat tingkat pertama
orang dengan gangguan bipolar sekitar 7 kali lebih mungkin untuk
mengembangkan gangguan bipolar daripada lingkungan (Soreff, 2012).
Banyak teori telah diajukan mengenai patofisiologi gangguan
bipolar, teori yang paling popular berpendapat bahwa gangguan bipolar
disebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter norepinefrin yang
diperkirakan menyebabkan gejala gangguan bipolar (Ikawati, 2011).
Hipotesis lain berasal dari penelitian Coppen dan timnya pada tahun 1960-
an, yang menjumpai bahwa kadar natrium pada syaraf menyebabkan
hipereksitabilitas syaraf yang menjadi kemungkinan terjadinya gangguan
bipolar (Ikawati, 2011).
Penggunaan dari beberapa substansi yang mempengaruhi sistem
syaraf pusat (misalnya, alkohol, antidepresan, kafein, stimulant sistem
syaraf pusat, halusinogen atau ganja) dapat memperburuk gejala mania
atau depresi (Drayton&Weinstein, 2008).

6
5. Diagnosis dan Klasifikasi
Maslim, R. (2013) dalam PPDGJ-III mengklasifikasikan gangguan
afektif bipolar sebagai berikut:
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini
hipomanik
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini
manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini
manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresif ringan atau sedang
.30 tanpa gejala somatik
.31 dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresif berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresif berat dengan gejala psikotik
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini
campuran
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam
remisi
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT

F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik


Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
hipomania; dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya 1 episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau

7
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala


psikotik
Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania
dengan gejala psikotik (F30.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau


sedang
Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.

F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:

8
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan


gejala psikotik
Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran


Pedoman diagnostik:
- Untuk menegakkan diagnosis pasti:
(a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan
cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama
mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang
sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu);
dan
(b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau.

F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi


- Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurngnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di

9
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran).

6. Penatalaksanaan
a. Penentuan Kegawatdaruratan (Sadock, 2010) Terapi Biologis
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada
fase dari episodenya, seperti depresi atau manik, dan derajat
keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan depresi yang
ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri
memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap. Sebaliknya,
seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati
sebagai pasien rawat jalan.
Indikas rawat inap adalah :
(a) Berbahaya untuk diri sendiri
Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat
terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri.
Percobaan bunuh diri yang serius dan ide spesifik dengan rencana
menghilangkan bukti, memerlukan observasi yang ketat dan
perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita bisa
datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita
depresi yang tidak cukup makan beresiko kematian.
(b) Berbahaya bagi orang lain
Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa
orang lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi
yang berat meyakini bahwa dunia itu sangat suram/gelap,
sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya untuk
membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.
(c) Hendaya Berat
Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga
orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali,

10
meninggalkan orang seperti ini sendirian sangat berbahaya dan
tidak menyembuhkannya.
(d) Kondisi medis yang harus dimonitor
Contohnya penderita gangguan jiwa yang disertai
gangguan jantung harus berada di lingkungan medis, dimana obat
psikotropik dapat dimonitor dan diobservasi.

Rawat inap parsial atau program perawatan sehari :


Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun
memiliki tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil.
Contohnya, penderita dengan depresi berat yang berpikir akan bunuh
diri tapi tidak berencana untuk melakukannya dan dapat memiliki
tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan
interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan
keterlibatan dari keluarga. Keluarga harus selalu berada dirumah
setiap malam dan harus peduli terhadap penderita. Rawat inap parsial
juga menjembatani untuk bisa segera kembali bekerja. Kembali secara
langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan gejala
yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan hubungan
interpersonal.

Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama yaitu:


- Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya.
Stressor ini dapat berasal dari keluarga atau pekerjaan, dan bila
terkumpul dapat mendorong penderita menjadi depresi. Hal ini
merupakan bagian dari psikoterapi.
- Memonitor dan mendukung pemberian obat. Pengobatan membuat
perubahan yang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan
keuntungan dan mencegah efek samping. Penderita memiliki rasa
yang bertentangan dengan pengobatan mereka. Mereka mengetahui
bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap,

11
namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu,
harus dibantu untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu
mereka untuk mau melanjutkan pengobatan.
- Membangun sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan
satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan
ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan
waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu
mempertahankan gejala penderita dalam keadaan minimum dan
membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.
- Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan
keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada
terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin
memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting.
Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti
penting yang sangat luar biasa. Keadaan kesehatan tubuh penderita
gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi,
termasuk keadaan kardiovaskular, diabetes, masalah endokrin,
infeksi, komplikasi sistem urinari, dan gangguan keseimbangan
elektrolit.
b. Farmakoterapi (Sadock, 2010)
Pasien dengan gangguan bipolar membutuhkan dorongan
untuk mencari dan mempertahankan pengobatan dan tindak lanjutnya
dengan segala keterbatasannya. Llithium merupakan pengobatan
untuk gangguan bipolar yang telah lama digunakan meskipun banyak
obat-obat generasi baru yang ditemukan, namun efektifitas
pencegahan bunuh diri masih belum jelas.
Antipsikotik mulai digunakan sebagai antimanik sejak tahun 1950-an.
Antipsikotik lebih baik daripada lithium pada penderita bipolar
dengan agitasi psikomotor. Perhatian ekstra harus dilakukan bila
hendak merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang
terutama generasi pertama (golongan tipikal) sebab dapat

12
menimbulkan beberapa efek samping seperti ekstrapiramidal,
neuroleptik malignant syndrome, dan tardive dyskinesia. Valproat
menjadi pilihan ketika penderita bipolar tidak memberi respon
terhadap lithium. Bahkan valproat mulai menggeser dominasi lithium
sebagai regimen lini pertama. Salah satu kelebihan valproat adalah
memberikan respon yang baik pada kelompok rapid cycler. Penderita
bipolar digolongkan rapid cycler bila dalam 1 tahun mengalami 4 atau
lebih episode manik atau depresi. Efek terapeutik tercapai pada kadar
optimal dalam darah yaitu 60-90 mg/L. Efek samping dapat timbul
ketika kadar melebihi 125 mg/L, di antaranya mual, berat badan
meningkat, gangguan fungsi hati, tremor, sedasi, dan rambut rontok.
Dosis akselerasi valproat yang dianjurkan adalah loading dose 30
mg/kg pada 2 hari pertama dilanjutkan dengan 20 mg/kg pada 7 hari
selanjutnya.
Pencarian obat alternatif terus diupayakan. Salah satunya
adalah lamotrigine. Lamotrigine merupakan antikonvulsan yang
digunakan untuk mengobati epilepsi. Beberapa studi acak, buta ganda
telah menyimpulkan, lamotrigine efektif sebagai terapi akut pada
gangguan bipolar episode kini depresi dan kelompok rapid cycler.
Sayangnya, lamotrigine kurang baik pada episode manik.
Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh
putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga kekambuhan
semakin sering. Adanya fase normal pada gangguan bipolar sering
mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira
sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita
dapat ditangani lebih dini.

7. Prognosis
Gangguan bipolar memiliki tingkat yang cukup signifikan untuk
morbiditas dan mortilitas. Di Amerika Serikat selama bagian awal 1990-
an, sekitar 25%-50% dari orang-orang dengan gangguan bipolar usaha

13
bunuh diri, dan 11% benar-benar melakukan bunuh diri. Pasien dengan
gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Pada 2 tahun
pertama setelah episode awal, 40-50% pasien mengalami serangan mania.
Hanya 50-60% dari pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi
gejalanya dengan lithium. Gejala tidak terulang pada 7% dari pasien
tersebut, 45% dari pasien mengalami episode lebih dari satu kali
kekambuhan dan 40% memiliki gangguan persisten (Sadock, 2010).
Faktor yang memperburuk prognosis:
- Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan
- Disertai dengan penyalahgunaan alcohol
- Disertai dengan gejala psikotik
- Gejala depresi lebih menonjol
- Jenis kelamin laki-laki
Prognosis lebih baik bila:
- Masih dalam episode manik
- Usia lanjut
- Sedikit pemikiran bunuh diri
- Tanpa atau minimal gejala psikotik
- Sedikit masalah kesehatan medis.

14
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Y
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 097353
Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 24 Juni 1974
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status Martial : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : D3 Kebidanan (Tamat)
Pekerjaan Terakhir : Bidan Puskesmas
Waktu Pemeriksa : 8 Juni 2017
Dokter Pemeriksa : Dokter Muda

II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama :
Marah-marah
B. Autoanamnesa :
Seorang wanita berusia 43 tahun, datang ke IGD menggunakan
baju tidur rapi, tidak berbau ,rambut pendek, sedikit berbicara,
tidak kooperatif, roman wajah sesuai usia, kurus, diantar oleh
suami dan temannya naik mobil ambulan, pasien tau sekarang
berada di rumah sakit jiwa lawang hari kamis. Pasien mengatakan
diantar ke RS karena marah-marah lalu joget-joget sendiri tanpa
musik dirumah, ketika ditanya kenapa joget sendiri pasien
menjawab kayak tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dan tidak
tau apa penyebabnya tapi pasien tahu kalau dirinya sakit. Pasien
berkata tidak mau ditanya lagi karena capek. Pasien mengatakan
pernah masuk RSJ bulan Oktober di ruang Cempaka karena hal
yang sama yaitu marah dan joget sendiri tanpa musik. Ketika

15
ditanya kegiatan saat dirumah pasien mengatakan menyapu rumah
dan memberi makan mentok. Pasien berkata tidak mau ditanya-
tanya lagi karena capek. Saat ditanya apakah pernah mendengar
bisikan-bisikan pasien menjawab terkadang ada yang membisikan
kata-kata di kedua telinganya yang membicarakan tentang dirinya
sendiri, pasien tidak pernah melihat bayangan yang aneh-aneh.
Lalu pasien berdiri dari tempat tidur sembari berjalan dan berkata
saya tidak ingin ditanya-tanya lagi saya capek. Kemudian pasien
meninggalkan tempat tidur IGD berjalan ke depan tempat
pembayaran sambil joget dan nyanyi-nyanyi sendiri.
C. Heteroanamnesa didapat dari Suami pasien

1. Rincian keluhan Utama


Pasien mulai kambuh sejak hari kamis tanggal 8 juni 2017,
marah-marah membentak, mengancam suami. Pencetus pasien
sakit ini karena ada konflik dengan ibunya melalui telpon, pada
saat itu pasien telpon ibunya, Cuma tidak tahu persis
masalahnya seperti apa. Pasien juga nyanyi-nyanyi sendiri,
telanjang-telanjang, bicara dan tertawa sendiri. Aktivitas sehari-
hari tidak ada, hanya bermalas-malasan dan tidur-tiduran saja.
Makan dan mandi harus disuruh dan dipaksa. Pasien sering
membenturkan kepalanya ke tembok atau bahkan memukul
kepalanya sendiri. Pasien selama ini jika ada masalah dan
banyak pikiran, pelampiasannya yaitu dengan menyakiti
dirinya sendiri.

2. Gejala lain yang meyertai keluahan utama


Pasien memukuli kepalanya sendiri atau membenturkan
kepala ke tembok
Pasien mau telanjang
Mengamuk dan melempar barang

16
Joget-joget sendiri tanpa musik
3. Gejala Prodromal
Menyendiri
Malas beraktivitas
4. Peristiwa terkait dengan keluhan utama
Sehabis berbincang-bincang dengan ibunya melalui telepon
langsung marah-marah.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah MRS bulan Oktober tahun 2016 karena marah-


marah dan joget-joget sendiri dan dirawat 40 hari di RSJ.

6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Lahir cukup bulan, persalinan normal dibantu bidan,


perkembangan sesuai usianya.

7. Riwayat Sosial dan Pekerjaan

Sosial :
Sebelum sakit : pasien suka menyendiri dan
pendiam, bila ada masalah biasanya pasien bercerita
pada saudaranya.
Sesudah sakit : pasien tetap pendiam dan suka
menyendiri.

Pekerjaan :
Sebelum sakit : pasien bekerja sebagai bidan di
pukesmas.
Sesudah sakit : pasien berhenti bekerja sudah 1
tahun semenjak sakit.

8. Faktor Kepribadian Premorbid :

Pasien suka menyendiri, pendiam dan bila ada masalah


diselesaikan atau dibicarakan.

17
9. faktor keturunan :

Ada, nenek dari ibu pasien.

10. Faktor Organik :

Tidak ada

11. Faktor pencetus :

Konflik ketika menelpon ibunya, tetapi tidak persis seperti apa


masalahnya.

III. STATUS INTERNISTIK


- Tensi : 155/85 mmHg - RR : 20x/menit
- Nadi : 84 x/menit - Suhu : 36o C
- Keadaan Umum : Cukup
- Kepala leher : a/i/c/d : -/-/-/-
- Pembesaran Kelenjar KGB (-)
- Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallops (-)
Pulmo : Ves/ves rhonki (-) wheezing (-)
- Abdomen` : BU (+) Normal, Nyeri tekan (-), supel, distended
(-), meteorismus (-)
- Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) CRT <2 detik

IV. STATUS NEUROLOGIS


- GCS : E4 V5 M6
- Meningeal Sign : Kaku Kuduk (-) Brudsinski 1,2 (-)

- Refleks Fisiologis :
TPR 2+/2+
BPR 2+/2+
APR 2+/2+

18
KPR 2+/2+
- Refleks Patologis :
Babinski (-) Chaddock (-)
Oppenheim (-) Hoffman (-)

V. STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Seorang wanita datang ke RSJ Lawang, berjalan
sendiri. Pasien berpenampilan rapi. Pasien mengenakan baju tidur.
pakaian yang dipakai bersih. Berambut pendek. Roman wajah
sesuai usia, pasien non kooperatif, pasien gelisah dan sedikit bicara.
- Kontak : Verbal (+), relevan, lancar, Non verbal (+) kontak
mata, jabat tangan
- Kesadaran : Berubah kualitatif
- Orientasi : Waktu / Tempat / Orang : dalam batas normal
- Daya ingat : Segera/ Pendek/ Panjang : baik/ baik/ baik
- Persepsi : Halusinasi Auditorik (+)
- Proses berpikir :
Bentuk: Non realistik
Arus: Koheren
Isi: Pikiran tak memadai
- Mood/ afek : dangkal
- Kemauan : ADL menurun, sosial menurun, pekerjaan menurun
- Psikomotor : Meningkat

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AXIS I : Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan gejala psikotik
F31.2.

19
AXIS II : Ciri Kepribadian suka menyendiri, pendiam dan bila ada masalah
diselesaikan atau dibicarakan.

AXIS III : Hipertensi

AXIS IV : Masalah dengan primary support group (Konflik dengan ibunya)

AXIS V : GAF scale 20-11

GAF SCALE 9 bulan terakhir 20-11

VII. RENCANA TINDAK LANJUT

- MRS
- Cek Lab (darah lengkap, urine lengkap, RFT, LFT)
- Terapi Farmakologi :
Inj Diazepam 10 mg IM
Inj Haloperidol 5 mg IM
Tab Risperidon 2 mg 1-0-1 PO
Tab Litium 200 mg 0-0-1 PO

- Terapi non farmakologis :


- Psikoedukasi :
1. Memberi kesempatan pada pasien mengungkapkan isi hatinya mengenai
keadaan yang dialami.
2. Memotivasi pasien agar meminum obat teratur
3. Memotivasi pasien untuk banyak melakukan aktivitas
4. Mengedukasi keluarga agar bersosialisasi terhadap pasien dan menjelaskan
keadaan pasien saat ini
- Manipulasi Lingkungan
1. Keluarga memotivasi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur

20
2. Keluarga dapat memotivasi pasien agar dapat beraktivitas normal dan mandiri
- Rehabilitasi
1. Koordinasi intervensi antara staf kesehatan dan teman sejawat yang bertugas
ditempat pasien dirawat
- Terapi Spiritual
1. Mengedukasi pasien tentang pentingnya latar belakang agama dan peran dalam
menghadapi masalah hidup

Prognosis

Faktor BAIK BURUK


Usia 43th
Status pernikahan Menikah
Faktor keturunan Nenek dari ibu
Kepribadian premorbid Bila ada masalah Penyendiri dan pendiam
diselesaikan
Pekerjaan Bidan
Onset penyakit Kronis
Faktor pendidikan D3 Bidan
Insight 4
Pengobatan Sudah pernah
Faktor pencetus Konflik dengan Ibu

Dubia ad malam

21
Follow Up (Tanggal pemeriksaan : 12 Juni 2017 jam 16.00 di Ruangan Cempaka)

S : Pasien wanita roman wajah sesuai usia, mengenakan baju rapi, tampak
gelisah, kontak mata terjalin, kooperatif dan komunikatif. Pasien tidak mengeluh
susah tidur. Selama diruangan kegiatan yang dilakukan pasien yaitu membantu
menyapu kadang mengepel ruangan. Pasien mengatakan punya banyak teman dan
sering memulai untuk mengobrol dengan teman-teman di ruangan. Pasien mandi 2
kali sehari yaitu pagi setengah 6 pagi dan jam 2. Untuk makan pasien mengatakan
makan 3 kali sehari. Pasien juga mengatakan sudah tidak mendengar bisikan-
bisikan yang mengomentari dirinya lagi. Perasaan pasien saat ini lebih tenang
dibandingkan sebelumnya.

O:
STATUS INTERNISTIK
- Tensi : 120/70 mmHg - RR : 20x/menit
- Nadi : 80 x/menit - Suhu : 36o C
- Keadaan Umum : Cukup
- Kepala leher : a/i/c/d : -/-/-/-
Pembesaran Kelenjar KGB (-)
- Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-),
gallops (-)
Pulmo : Ves/ves rhonki (-) wheezing (-)
- Abdomen` : BU (+) Normal, Nyeri tekan (-), supel,
distended (-), meteorismus (-)
- Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-) CRT <2 detik

STATUS NEUROLOGIS
- GCS : E4 V5 M6
- Meningeal Sign : Kaku Kuduk (-) Brudsinski 1,2 (-)
- Refleks Fisiologis :
- TPR 2+/2+

22
- BPR 2+/2+
- APR 2+/2+
- KPR 2+/2+
- Refleks Patologis :
Babinski (-) Chaddock (-)
Oppenheim (-) Hoffman (-)

STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Seorang wanita berpenampilan rapi. Pasien
mengenakan baju seragam pasien RSJ Lawang. Pakaian yang
dipakai bersih. Berambut pendek. Roman wajah sesuai usia,
pasien kooperatif, pasien tampak gelisah dan sedikit bicara.
- Kontak : Verbal (+), relevan, lancar, Non verbal (+) kontak
mata, jabat tangan
- Kesadaran : normal
- Orientasi : Waktu / Tempat / Orang : dalam batas normal
- Daya ingat : Segera/ Pendek/ Panjang : baik/ baik/ baik
- Persepsi : tidak ada gangguan persepsi
- Proses berpikir :
Bentuk: realistik
Arus: Koheren
Isi: normal
- Mood/ afek : dangkal
- Kemauan : ADL normal, sosial normal, pekerjaan normal
- Psikomotor : tidak ada gangguan

A:

AXIS I : Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan gejala


psikotik F31.2.

23
AXIS II : Ciri Kepribadian tertutup suka menyendiri, pendiam dan bila ada
masalah diselesaikan atau dibicarakan

AXIS III : tidak ditemukan

AXIS IV : Masalah dengan primary support group (Konflik dengan ibunya)

AXIS V : GAF scale 60-51

P:

Tab risperidon 2 mg 1-0-1 PO


Tab Litium 200 mg 0-0-1 PO
Inj Diazepam 10 mg IM
Inj Haloperidol 5 mg IM

Resume
Seorang wanita berusia 43 tahun, datang ke IGD menggunakan baju tidur rapi,
rambut pendek, sedikit berbicara, tidak kooperatif, roman wajah sesuai usia,
kurus, diantar oleh suami dan temannya naik mobil ambulan, pasien tau sekarang
berada di rumah sakit jiwa lawang hari kamis.
Dari autoanamnesa, Pasien mengatakan diantar ke RS karena marah-marah lalu
joget-joget sendiri tanpa musik dirumah, ketika ditanya kenapa joget sendiri
pasien menjawab kayak tidak bisa mengotrol dirinya sendiri dan tidak tau apa
penyebabnya tapi pasien tahu kalau dirinya sakit. Pasien berkata tidak mau
ditanya lagi karena capek. Pasien berkata pernah masuk RSJ bulan Oktober di
ruang Cempaka karena hal yang sama yaitu marah dan joget sendiri tanpa musik.
Ketika ditanya kegiatan saat dirumah pasien mengatakan menyapu rumah dan
memberi makan mentok. Pasien berkata tidak mau ditanya-tanya lagi karena
capek. Saat ditanya apakah pernah mendengar bisikan-bisikan pasien menjawab
terkadang ada yang membisikan kata-kata yang membicarakan tentang dirinya
sendiri, pasien tidak pernah melihat bayangan yang aneh-aneh. Lalu pasien berdiri

24
dari tempat tidur sembari berjalan sambil berkata saya tidak ingin ditanya-tanya
lagi saya capek. Kemudian pasien meninggalkan tempat tidur IGD berjalan ke
depan tempat pembayaran sambil joget dan nyanyi-nyanyi sendiri.

Dari heteroanamnesa di dapatkan dari suami pasien. Pasien mulai kambuh sejak
hari kamis tanggal 8 juni 2017, marah-marah membentak, mengancam suami.
Pencetus pasien sakit ini karena ada konflik dengan ibunya melalui telpon, pada
saat itu pasien telpon ibunya, Cuma tidak tahu persis masalahnya seperti apa.
Pasien juga nyanyi-nyanyi sendiri, telanjang-telanjang, bicara dan tertawa sendiri.
Aktivitas sehari-hari tidak ada hanya bermalas-malasan dan tidur-tiduran saja.
Makan dan mandi harus dipaksa. Pasien sering menggedor-gedorkan kepalanya.
Pasien selama ini kalau ada masalah atau tidak kuat dengan banyak pikiran
pelampiasannya yaitu menyakiti dirinya sendiri. Sebelum sakiit pasien memang
pendiam dan penyendiri, tetapi bila ada masalah bisa diselesaikan dengan bicara.

STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Seorang wanita datang ke RSJ Lawang,
berjalan sendiri. Pasien berpenampilan rapi. Pasien
mengenakan baju tidur. Pakaian yang dipakai bersih. Berambut
pendek. Roman wajah sesuai usia, pasien non kooperatif,
pasien gelisah dan sedikit bicara.
- Kontak : Verbal (+), relevan, lancar, Non verbal (+) kontak
mata, jabat tangan
- Kesadaran : Berubah kwalitatif
- Orientasi : Waktu / Tempat / Orang : dalam batas normal
- Daya ingat : Segera/ Pendek/ Panjang : baik/baik/baik
- Persepsi : Halusinasi Auditorik (+)
- Proses berpikir :
Bentuk: non realistik
Arus: Koheren
Isi: Pikiran tak memadai

25
- Mood/ afek : dangkal
- Kemauan : ADL menurun, social menurun, pekerjaan menurun
- Psikomotor : Meningkat

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AXIS I : Gangguan Afektif Bipolar Episode kini Manik dengan gajala psikotik
F31.2.

AXIS II : Ciri Kepribadian suka menyendiri, pendiam dan bila ada masalah
diselesaikan atau dibicarakan.

AXIS III : Hipertensi

AXIS IV : Masalah dengan primary support group (Konflik dengan ibunya)

AXIS V : GAF scale 20-11

GAF SCALE 9 bulan terakhir 20-11

VII. RENCANA TINDAK LANJUT

- MRS
- Cek Lab (darah lengkap, urine lengkap, RFT, LFT)
- Terapi Farmakologi :
Inj Diazepam 10 mg IM
Inj Haloperidol 5 mg IM
Tab risperidon 2 mg 1-0-1 PO
Tab Litium 200 mg 0-0-1 PO
-Terapi non farmakologis :
- Psikoedukasi

26
1. Memberi kesempatan pada pasien mengungkapkan isi hatinya
mengenai keadaan yang dialami.
2. Memotivasi pasien agar meminum obat teratur
3. Memotivasi pasien untuk banyak melakukan aktivitas
4. Mengedukasi keluarga agar bersosialisasi terhadap pasien dan
menjelaskan keadaan pasien saat ini
- Manipulasi Lingkungan
1. Keluarga memotivasi pasien untuk minum obat dan kontrol secara
teratur
2. Keluarga dapat memotivasi pasien agar dapat beraktivitas normal dan
mandiri
- Rehabilitasi
1. Koordinasi intervensi antara staf kesehatan dan teman sejawat yang
bertugas ditempat pasien dirawat
-Terapi Spiritual
1. Mengedukasi pasien tentang pentingnya latar belakang agama dan
peran dalam menghadapi masalah hidup

Prognosis

Faktor BAIK BURUK


Usia 43th
Status pernikahan Menikah
Faktor keturunan Nenek dari ibu
Kepribadian premorbid Bila ada masalah Penyendiri dan pendiam
diselesaikan
Pekerjaan Bidan
Onset penyakit Kronis
Faktor pendidikan D3 Bidan
Insight 4
Pengobatan Sudah pernah
Faktor pencetus Konflik dengan Ibu

Dubia ad Malam

27
DAFTAR PUSTAKA

28
Akiskal, H.S., 1995, Mood disorders: introduction and overview dalam Kaplan,
H.I., Sadock, B.J., eds. Comprehensive Text of Psychiatry. 6th ed. Baltimore,
MD:Lippincott, Williams & Wilkins; p: 1067-1079
Drayton, S.J., dan Weinstein, B., Bipolar Disorder, dalam Dipiro, J.T., Talbert,
R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008,
Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach. Edisi 7. 1174-1181,
McGraw Hill Companies, Inc., New York
Evans D.L., (2000) Bipolar Disorder: Diagnostic Challenges and Treatment
Considerations. J Clin Psychiatry 2000;61(suppl 13);26-31. diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/treatmentguidelines/treatmenyguidelines-
bipolar-states-2000.pdf
Ikawati, Z., 2011. Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf, 213. Bursa Ilmu.
Yogyakarta
Israr, Yayan A. 2009. Gangguan Afektif Bipolar. Fakultas Kedokteran Universitas
Riau. Hal 1
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 1997, Sinopsis Psikiatri, diterjemahkan
oleh Widjaja Kusuma, edisi 7, 779-781, Binarupa Aksara, Jakarta.
Maslim, R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan da Ringkasan dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya. Jakarta: PT Nuh
Jaya. Hal 61
Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B., 2005, Psikologi Abnormal, diterjemahkan
oleh Tim Fakultas Psikologi UI, 5thed, 237-239, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rothbaum, B.O., & Astin, M.C., 2000, Integration of pharmacotherapy and
psychotherapy for bipolar disorder, dalam Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi
Penyakit Sistem Syaraf, 224, Bursa Ilmu, Yogyakarta
Sadock BJ, Sadock VA. 2010. Kaplan dan sadock Buku ajar psikiatri klinis,
Bipolar Disorder. Edisi 2. National Institute of Mental Health. Jakarta:
Penerit Buku EGC.
Soreff, S. 2012. Bipolar Affective Disorder Clinical Presentasion. Medscap.com.
diakses tanggal 11 Juni 2017

29
Tohen M dan Angst J, 2002. Epidemiology of Bipolar Disorder. In MT Tsuang &
Tohen M (Eds.), Textbook in Psychiatric Epidemiology second edition (pp.
427-447). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Toni C., Perugi G., Mata B., Madaro D., Maremmani I., Akiskal H.S., (2000) Is
mood-incongruent manic psychosis a distinct subtype?. Eur arch psychiatry
Clin Neurosci (2001) 251:12-17. Diunduh
http://msrc.fsv.edu/system/files/TonieCetal2001ismood
incongruentmanicpsychosisadistinctsubtype

30

Anda mungkin juga menyukai

  • Depres I
    Depres I
    Dokumen8 halaman
    Depres I
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen15 halaman
    Laporan Kasus
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Jadi
    BAB IV Jadi
    Dokumen6 halaman
    BAB IV Jadi
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Cover Fix
    Cover Fix
    Dokumen1 halaman
    Cover Fix
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Endometriosis
    Endometriosis
    Dokumen19 halaman
    Endometriosis
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen19 halaman
    Laporan Kasus
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Kop MS
    Kop MS
    Dokumen1 halaman
    Kop MS
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Hipotensi Ipd
    Hipotensi Ipd
    Dokumen7 halaman
    Hipotensi Ipd
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • FDFDGFGF
    FDFDGFGF
    Dokumen27 halaman
    FDFDGFGF
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen60 halaman
    Skrip Si
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Dokumen5 halaman
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Receh
    Receh
    Dokumen2 halaman
    Receh
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Pada Pasien In1
    Pada Pasien In1
    Dokumen1 halaman
    Pada Pasien In1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Pada Pasien Ini
    Pada Pasien Ini
    Dokumen2 halaman
    Pada Pasien Ini
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Tugas UAS Alk
    Tugas UAS Alk
    Dokumen4 halaman
    Tugas UAS Alk
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Tugas Epid
    Tugas Epid
    Dokumen15 halaman
    Tugas Epid
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Dokumen5 halaman
    Referat Kepaniteraan Klinik Farmasi Kedokteran
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Cover 1
    Cover 1
    Dokumen1 halaman
    Cover 1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR ISI KDK
    DAFTAR ISI KDK
    Dokumen1 halaman
    DAFTAR ISI KDK
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Ekuitas
    Ekuitas
    Dokumen19 halaman
    Ekuitas
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Lapjag 1
    Lapjag 1
    Dokumen13 halaman
    Lapjag 1
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen1 halaman
    JUDUL
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Kista Endometriosis
    Kista Endometriosis
    Dokumen22 halaman
    Kista Endometriosis
    Aliya Batrisya Aliya
    50% (2)
  • Telaah Jurnal
    Telaah Jurnal
    Dokumen5 halaman
    Telaah Jurnal
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Ta Fix
    Ta Fix
    Dokumen3 halaman
    Ta Fix
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Dokumen24 halaman
    Skizofrenia Hebefrenik Episode Berulang Lapjag
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen17 halaman
    Jurnal Reading
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen20 halaman
    Jurnal Reading
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Jiwa Editan Pro
    Lapsus Jiwa Editan Pro
    Dokumen30 halaman
    Lapsus Jiwa Editan Pro
    Raden Bagoes Zow Boro
    Belum ada peringkat