Anda di halaman 1dari 10

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Pengertian Pemboran

Pemboran adalah membuat lubang vertikal ke dalam tanah. Dalam keadaan

tertentu pemboran dapat juga dilakukan secara miring atau disebut juga

pemboran berarah.

3.1.1 Macam-Macam Pemboran

1. Pemboran Inti yaitu suatu pemboran yang bermaksud atau bertujuan

untuk memperoleh contoh batuan dalam bentuk inti (core), dari

kedalaman 0 sampai kedalaman tertentu. Pemboran ini biasa disebut

juga dengan diamond drilling.

2. Pemboran Stratigrafi bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

urutan-urutan stratigrafi suatu daerah.

3. Pemboran Struktur bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur

geologi suatu tempat.

4. Pemboran Eksplorasi yaitu pemboran uji apakah suatu formasi itu

mengandung minyak atau tidak. Pemboran semacam ini adalah fase

yang paling mendebarkan dalam pencarian minyak bumi.

5. Pemboran Air Tanah.

Berdasarkan gerakannya, pemboran dapat dibagi menjadi dua yakni

pemboran tumbuk dan pemboran putar.


3.2 Pengertian Pemboran Inti (Coring)

Pemboran Inti adalah suatu pemboran yang bertujuan untuk memperoleh

contoh batuan dalam bentuk inti (core), dari kedalaman 0 sampai kedalaman

tertentu. Pemboran ini disebut juga dengan diamond drilling.

3.3 Peralatan Pemboran Inti (Coring)

3.3.1 Mesin Bor

Mesin bor yang digunakan untuk pemboran inti sangat bervariasi,

tergantung panjang core barrel yang diinginkan dan jenis material yang hendak

dibor. Jenis Mesin bor yang digunakan pada kegiatan pemboran di daerah

Ekateta dan Tolnaku adalah mesin bor jenis Jackro 200.

Sumber : Doc. Pribadi 2017


Gambar 3.1 Mesin Jackro 200
Sumber : Dok. Pribadi, 2017
Gambar 3.2 Mesin Bor Jakro 200

3.3.2 Core Barrel (Bumbung Inti)

Core Barrel (bumbung inti) merupakan tabung inti core yang

dimasukan kedalam bor untuk menangkap dan menyimpan hasil pemboran.

Tabung dilengkapi dengan penahan dan penjepit untuk mencegah jatuhnya core.
Pada bagian dalam core barrel terdapat spilt tube (split pengunci) untuk

mengunci core (Inti Pemboran).

Alat ini berfungsi untuk tempat contoh yang diperoleh dari coring yang

dapat menjaga keutuhan core dan melindungi core dari pengaruh luar misalnya

kontaminasi dengan lumpur, tekanan atau beban dan lain sebagainya. Panjang

core barrel yang digunakan dalam pemboran ini ialah 2,6m size HQ.

GAMBAR 3.3 COREBAREL

3.3.3 Bits (Mata Bor)

Bits yang digunakan untuk pemboran eksplorasi tergantung jenis

pemboran yang dilakukan.

Pemboran yang dilakukan di Desa Ekateta menggunakan jenis mata

bor imprac, mata bor tungsten dan mata bor sobit serta mata bor buatan.

GAMBAR 3.4 MATA BOR

3.4 Metode Pengambilan Inti Core

Dalam pengambilan sampel (contoh), metode pemboran yang

digunakan adalah metode pengintian penuh (full coring). Full coring adalah

teknik pemboran yang dilakukan dari atas sampai bawah sesuai kedalaman yang

direncanakan dengan mengambil sampel coring tanpa melakukan metode Open

Hole. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih mendetail

mengenai data variasi batuan (stratigrafi) dari dalam lubang bor.


Untuk metode pengambilan sampel dengan metode full coring, digunakan

mata bor (bit) dengan tipe mata bor imprac, mata bor Tungsten dan Mata bor

buatan (Dry Drilling). Pengambilan inti sampel ini dilakukan secara penuh dari

permukaan sampai pada akhir kedalaman pemboran yang telah ditentukan sesuai

target yang ingin dicapai.

GAMBAR 3.5 MATA BOR

3.5. Logging Geoteknik

Logging geoteknik merupakan suatu kegiatan dalam mencatat atau

mendeskripsi sifat-sifat fisik dari litologi batuan bawah permukaan dari hasil

pengeboran inti. Data-data hasil deskripsi tersebut kemudian ditulis dalam suatu

format lembar deskripsi. Pendeskripsian yang dilakukan dalam kegiatan logging

geoteknik meliputi :

3.5.1 RQD (Rock Quality Designation)

Pengukuran Rock Quality Designation (RQD) menurut International Society

of Rock Mechanics (ISRM 1981), dilakukan terhadap hasil dari pemboran inti

(gambar 2.4). Perhitungan nilai RQD diperoleh berdasarkan persentasi perolehan

(recovery) inti bor (core) dengan panjang minimum 10 cm atau dalam persamaan

dapat ditulis sebagai berikut :


Sumber : Google Image
Gambar 3.6. Contoh ilustrasi coring geoteknik

Berikut ini merupakan tabel antara indeks RQD dan kualitas dari batuan yang

digunakan untuk mengetahui kualitas batuan.

Tabel 3.1. Hubungan antara indeks RQD dan kualitas teknik


dari batuan adalah sebagai berikut (Deere, 1958) :

RQD (%) Kualitas Batuan

< 25 Sangat jelek (very poor)

25-50 Jelek (poor)

50-75 Sedang (fair)

75-90 Baik (good)

90-100 Sangat Baik (excellent)

Sumber : Google

3.5.2. Core recovery

Core recovery merupakan suatu persentase yang menunjukkan

seberapa panjangnya core yang terambil dibagi dengan panjang run. Jika
dalam suatu core run, hasil corenya kurang dari 100%, maka terdapat adanya

core loss dalam pengeboran, masalah hilangnya inti (core loss) dapat

dikarenakan masalah pemboran maupun litologi yang buruk dari material.

3.5.3. Warna (Colour)

Dalam mengidentifikasi suatu inti core, warna merupakan salah satu

bagian dari pendeskripsian. Warna yang dideskripsikan haruslah difokuskan

pada warna keseluruhan dari suatu core run. Pada umumnya, batuan sedimen

dapat berwarna terang atau cerah, putih, kuning, atau abu abu terang.

Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu abu gelap sampai

hitam, serta dan coklat.

3.5.4. Ukuran butir (Grain Size)

Ukuran butir (Grain Size) yang dipakai dalam mendeskripsikan

material hasil pemboran mengikuti penamaan ukuran butir pada batuan

sedimen klastik menggunakan skala Wentworth (1922), yaitu :


Tabel 3.2. Pemerian ukuran butir pada sedimen klastik Wentworth (1922)

Sumber : Google Image

Ukuran butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara

megaskopis. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba

dengan tangan masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran

butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada

gesekan butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin.
3.5.5 Komposisi Mineral

Komposisi pada batuan sedimen klastik bisa dikelompokkan

berdasarkan kandungan mineral dan fungsinya dalam batuan sedimen dibagi

menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Fragmen

Fragmen yaitu butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa

mineral, pecahan batuan, cangkang fosil dan zat organik.

b. Matriks (massa dasar)

Matruks yaitu butiran yang lebih kecil dari fragmen, terendapkan

bersama sama dengan fragmen, terdapat di sela sela fragmen sebagai

massa dasar. Seperti fragmen, matrik dapat berupa mineral, pecahan batuan

maupun fosil. Matrik sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu

penting, terdapat di antara butiran sebagai massa dasar.

c. Semen

Semen yaitu material yang sangat halus (hanya dapat dilihat

menggunakan mikroskop ) diendapkan setelah fragmen dan matrik, sebagai

pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat berbentuk amorf

maupun kristalin. Semen umumnya terdiri dari :

- Semen karbonat ( kalsit, dolomit )

- Semen silika ( calsedon, kuarsit )

- Semen oksida ( limonit, hematit, dan siderit )


Pada sedimen berbutir halus ( lanau atau lempung ) tidak terdapat

semen, karena tidak adanya rongga atau ruang antar butir. Pada pemboran

yang dilakukan di Desa Ekateta ini hanya membahas secara makroskopis atau

secara garis besar saja tentang komposisi mineral batuan sedimen klastik.

3.5.5 Penamaan batuan dan tanah

Penamaan batuan dan tanah didasarkan pada pemerian ukuran butir

pada batuan sedimen. Dalam penamaan batuan ini juga dilihat material yang

dominan penyusun batuannya serta sifat kekompakkannya. Jika materialnya

termasuk material yang lepas (loose) dengan kekerasan very soft-soft, maka

dapat digolongkan sebagai tanah (soil) akan tetapi jika materialnya kompak,

padat dengan kekerasan dari soft rock- very hard rock, maka dapat

digolongkan sebagai batuan (rock).

GAMBAR 3.7

Anda mungkin juga menyukai