A. Penyajian Kasus.
Pada BAB I sebelumnya telah disinggung sesuai dengan Undang Undang No. 23
perlindungan anak, dan Undang Undang NO. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak.
PSBR Taruna Jaya merupakan salah satu lembaga milik Pemda DKI Jakarta telah
memberikan pelayanan sosial kepada remaja bermasalah, yakni anak telantar, anak jalanan dan
remaja putus sekolah untuk diberikan pelatihan ketrampilan dan di asramakan dipanti selama 6
(enam) bulan. Hal ini sudah menunjukkan kepedulian pemda DKI Jakarta untuk ikut serta
Pada Bab ini penulis akan menyajikan 3 (tiga) buah kasus mengenai anak telantar yang
bermasalah di PSBR. Taruna Jaya dan gambaran mengenai peran pekerja sosial terhadap anak
telantar yang mengalami masalah yang di presentasikan dari kasus klien yang bernama : AGY,
Berikut ini akan disajikan 3 (tiga) buah studi kasus yang mempresentasikan kasus I, II
49
1. Kasus I :
a. Identitas Klien.
1. N a m a : AGY
2. Tempat tgl.Lahir : Jakarta, 12 Nopember 1993
3. Jeni Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : Tamat Sekolah Dasar
5. A g a m a : Islam
6. Anak ke : Anak tunggal
7. Alamat : -
8. Status perkawinan : Belum menikah.
9. Suku bangsa : Indonesia
10. Dirujuk dari : Panti Sosial Asuhan Anak
(PSAA ) 5 Duren Sawit,
Jakarta - Timur.
b. Struktur Keluarga. ( struktur keluarga ini pada saat klien belum
berada dipanti ).
Nam L/P Usia/t Status Pendidik Pekerjaa Keterangan
a h an n
NS L 35 Paman SLTA Dagang Suami
bibinya
ET P 28 Bibi SMP IRT Adik ibu
klien
PA P 4 Anak bibi - - A K. bibi
AS L 2 Anak bibi - - AK. bibi
AG P 18 Keponaka Tamat SD - Klien
Y n
c. Sumber Data
Studi kasus ini berdasarkan dari interview dengan dengan 4 (empat)
d. Presenting Problem
AGY adalah anak satu - satunya dari bapak AY dan ibu EM, tetapi
sejak AGY masih kecil kurang lebih berusia 2 tahun kedua orang tuanya
meninggal dunia. Pada waktu kedua orang tuanya masih hidup klien belum begitu ingat
karena memang masih sangat kecil, sehingga tidak mengetahui hubungan klien dengan
kedua orang tuanya. Menurut pengakuan klien pada awalnya hubungan dengan bibinya
cukup baik namun akhir-akhir ini tantenya sudah tidak mau lagi untuk menampung
klien, sehingga klien tidak boleh lagi pulang kerumah bibinya yang berada di
Majalengka, Jawa-Barat, klien sendiri tidak menganal keluarga dari bapaknya yang
ibunya yang di Sumatra klien tidak begitu dekat karena sejak kedua orang tuanya