Anda di halaman 1dari 12

A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur-
struktur ini bertanggungjawab untuk kontrol dan koordinasi aktivitas sel tubuh
melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut berlangsung melalui
serat-serat saraf dan jaras-jaras, secara langsung dan terus-menerus. Responsnya
seketika sebagai basil dari perubahan potensial elektrik, yang mentransmisikan sinyal-
sinyal (Smeltzer. 2002).

1. Otak

Otak dibagi menjadi tiga bagian besar: serebrum, batang otak, dan serebelum. Semua
berada dalam satu bagman struktur tulang yang disebut tengkorak, yang juga melindungi
otak dari cedera. Empat tulang yang berhubungan membentuk tulang tengkorak: tulang
frontal, parietal, temporal dan oksipital Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian
fossa-fossa. Bagian fossa anterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer;
bagian tengah fossa berisi lobus parietal, temporal dan oksipital dan bagian fossa
posterior berisi batang otak dan medula(Smeltzer. 2002).

a. Cerebrum

Menurut Smeltzer. (2002) Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat
lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dansubstansia
alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi substansi
grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhikorteks serebri, nukleus dan basal
ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubunekan bagianbagian otak
dengan bagian yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan
sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu
terhadap fungsi individu dan intelegensi. Keempat lobus serebrum adalah sebagai berikut :

1) Frontal lobus terbesar; terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol perilaku
individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
2) Parietal , lobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang
tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu
mampumengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini
menyebabkan sindrom hemineglem
3) Temporal, Berfungsi mengintegrasikan sensasikecap, bau, pendengaran, dan
ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini
4) Oksipital, Terletak pada lobus anterior hemisfer serebri. Bagian ini
bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan
b. Batang otak
Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari otak
tengah, pons dan medula oblongata . Otak tengah (midbrain ataumesensefalon
menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jaldr
sensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di
depan serebelum antara otak tengah dan medula dan merupakan jembatan antar: bagian
serebehtm, dan juga antara medula dan seretPons berisi jaras sensorik dan
motorik (Smeltzer. 2002).
Medula oblongata meneruskan serabut-serabut rik dari otak Ice medulla spinalis .dan
serabut-se sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan set serabut tersebut menyilang pada
daerah ini. Pons berisi pusat-pusat terpenting dalam mengontrol jan pernapasan dan tekanan
darah dan sebagai asal-usul otak kelima sampai kedelapan (Smeltzer. 2002).
c. Cerebelum
Menurut Smeltzer. (2002) Serebelum terletak pada fossa posterior dan terpisalhemisfer
serebral, lipatan dura mater, tentorium se lum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu
meram dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terlkoordinasi dan gerakan halus.
Ditambah mengc gerakan yang benar, keseimbangan, posisi dan
me tegrasikan input sensorik.
1) Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20% dari jantung atau 750 ml per menit.
Sirkulasi ini sangat tuhkan, karena otak tidak menyimpan makanan, tara
mempunyai kebutuhan metabolisme yang tinggi. Aliran darah otak ini unik, karena
melawan arah gravitasi. Di mana darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena
mengalir dari alas. Kurangnya penambahan aliran darah kolateral dapat
menyebabkan jaringan rusak ireversibel; ini berbeda dengan organ tubuh lainnya yang
cepat mentoleransi bila aliran darah menurun karena aliran kolateralnya adekuat.
2) Arteri-Arteri
Darah arteri yang disuplai ke otak berasal dari dua arteri karotid internal dan
dua arteri vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotid internal dibentuk dari
percabangan dua karotid dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri-
arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada
satu sisi tulang belakang bagianvertikal dan masuk tengkorak melalui foramen
magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak.
Arteri vertebrobasilaris paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri
basilaris membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior.
3) SirIndus Willisi
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk
diantara rangkaian arteri karotid internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkulus
Willisi yang dibentuk dari cabang-cabang arteri karotid internal, anterior dan arteri
serebral bagian tengah, dan arteri penghubung anterior dan posterior .Aliran darah
dari sirkulus Willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan
posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus Willisi memberi rate alternatif pada
aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat.
Anastomosis arterial sepanjang sirkulus Willisi merupakan daerah yang sering
mengalami aneurisma, mungkin bersifat kongenital. Aneurisma dapat terjadi bila
tekanan darah meningkat, yang menyebabkan dinding arteri menjadi
menggelembung keluar seperti balon. Aneurisma yang berdekatan dengan struktur
serebral dapat menyebabkan penekanan struktur serebral, seperti penekanan pada
khiasma optikum yang menyebabkan gangguan penglihatan. Jika arteri tersumbat
karena spasme vaskuler, emboli, atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan
aliran darah ke distal neuron-neuron dan hal ini mengakiliatkan sel-sel neuron cepat
nekrosis. Keadaan inimengakibatkan stroke (cedera serebrovaskular atau infark).
Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada pembuluh darah dan pada
daerah otak yang tereran
4) Versa
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur
organ lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi
vena-vena yang besar. Penyilangan pada subarakhnoid dan pengosongan sinus dural
yang luas, mempengaruhi vaskular yang terbentang dalam dura mater yang
kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa vena ke luar dari otak dan
pengosongan vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat. Vena-vena serebri
bersifat unik, karena vena-vena ini tidak seperti vena-vena lain. Venavena serebri
tidak mempunyai katup untuk mencegah aliran balik darah.

B. DEFINISI

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002)

Stroke non hemoragik dapat berupa iskemik, emboli, spasme ataupun thrombus
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau gangguan
tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses udema oleh
karena hipoksia jaringan otak (Price, 2006)

Stroke adalah gangguan didalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi dari
bagian tubuh tertentu (paralisis), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada
bagian otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan fungsi tersebut. (J.B.
Suharjan B.Cahyono, 2008).

Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa stroke adalah kehilangan


fungsi otak yang disebabkan oleh adanya gangguan proses aliran darah ke otak yang
ditandai dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (paralisis).
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer, 2002 penyebab stroke non hemoragik yaitu:
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
b. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
c. Iskemia
Suplai darah ke jaringan tubuh berkurang karena penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah.

D. EPIDEMIOLOGI

Menurut who 2002, Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam
kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan
sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat
setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh
mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun
yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan
bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena
serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).

E. MANISFESTASI KLINIS

Menurut Suzzane C. Smelzzer, 2002, menjelaskan ada enam tanda dan gejala dari
stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana
yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:

a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan


kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan
dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada
salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan
hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke
adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif.
3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh
yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek
ditempat kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus
frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin
terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.

F. NARASI DAN SKEMA PATHOFISIOLOGI


a. Narasi

Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan


arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi
klinis dengan cara:

1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran


darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.


2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah
ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi
menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak
yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar
pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi
otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting
terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti
thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler.
Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
b. Pathofiologi

Alkohol, hiperkolesteroid,
merokok, setres, depresi
kegemukan

Aterosklerosis Kepekatan darah Pembentukan


(elastisitas pembuluh meningkat tronbus
darah menurun

Penurunan darah ke otak

Hipoksia serebri

Infrak jaringan otak

Kerusakan pusat gerakan Kelemahan pada nervus


motorik di lobus frontalis V,VII,IX,X
hemispharase/hemiplagia

Penurunan kemampuan
Gangguan Mobilitas menurun otot menguyah menelan
mobilitas fisik

Tirah Baring
G. KOLABORATIVE CARE MANAGEMENT
1. DIANGNOSTIK TES
a. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
4) gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
5) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri
2. MEDICATION
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
3. SURGERY

Tujuan utama pembedahan adalah memperbaiki aliran darah serebral:

a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan


membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
4. TREATMEANT
5. DIET
6. AKTIVITY
7. HEALTH EDUCATION
H. NURSING MANAGEMENT
1. ASSESMENT
2. NURSING DIANGNOSIS
3. EXPECTED PATIENT OUT COME
4. NURSING INTERVENTION
5. EVALUATION
I. ANECTOTAL RECORD

Klien Ny. N umur 43 tahun, status sudah menikah, agama islam, suku banjar dan
berkembangsaan indonesia pendidikan terakhir SLTA, beralamat di jalan Antasan xx,
No xx Rtxx Rw x, kalimantan selatan dengan nomor register 22.XX.XX.

Pada tanggal 01 Oktober 2016 pukul 11 : 30 am klien datang ke IGD RS XX diantar


oleh Nn. D hubungan dengan klien adalah anak dengan keluhan kepala seperti ditusuk-
tusuk, bibir dan lidah terasa kaku, nyeri pinggang, lemah pada tangan dan kaki, riwayat
hipertensi dan diabetes militus. Di IGD klien diperiksa olleh dokter M dengan hasil
klien tampak sakit sedang, kondisi fisik baik , tingkat kesadan compos mentis GCS 456,
aktivitas mandiri, mobilitas baik, nyeri kepala ringan, kemudian oleh petugas IGD
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil : temperature 36,1C/ axilla,pulse
88 x/menit, respiratory 22x /menit, blood presure 160/100 mmHg. Diangnosa medis
sementara SNH.

Anda mungkin juga menyukai