Oleh:
H1A013001
Pembimbing:
dr. M. Farizka Firdaus, Sp.B
I. IDENTITAS
Nama : Nn. SH
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Alamat : Pemenang
Pekerjaan : Mahasiswi
II. SUBJEKTIF
Keluhan Utama
Benjolan di leher
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah RSUP NTB dengan keluhan muncul benjolan di leher
depan sebelah kiri sejak 3 tahun yang lalu, yang dirasakan semakin lama semakin
membesar. Benjolan dirasakan muncul tiba-tiba dan tidak ada riwayat muncul benjolan di
tempat yang sama atau bagian tubuh lainnya. Benjolan tersebut dirasakan tidak
menimbulkan nyeri dan ikut bergerak saat pasien menelan. Pasien tidak pernah mengeluh
demam, BAB dan BAK normal, nafsu makan tidak menurun, tidak pernah sesak, dan tidak
ada gangguan menelan. Riwayat dada berdebar-debar (-), berkeringat (-), tangan sering
basah (-), gemetar pada tangan dan kaki (-), sering merasa gugup (-). Nafsu makan pasien
masih baik. Pasien biasa membeli garam di pasar.
III.OBJECTIF
Suhu : 36,5C
Status Gizi
- BB : 48 kg
- TB : 155 cm
- BMI : 20 dalam batas normal
Status Lokalis
Toraks Inspeksi
Bentuk dinding dada simetris.
Permukaan dada : massa (-), jaringan sikatrik (-), dan jejas (-).
Fossa jugularis : deviasi trakea (-)
Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
Pergerakan dinding dada simetris
Vocal fremitus simetris
Iktus kordis teraba di ICS 5 line midklavikula sinistra
Nyeri tekan (-), benjolan (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi
Pada lapang paru sonor (+/+)
Batas paru hepar anterior dekstra :
Inspirasi : ICS VI
Ekpirasi : ICS IV
Batas Jantung
Dextra anterior : ICS II parasternal line dekstra
Sinistra anterior : ICS V midklavikula line sinistra
Auskultasi
Pulmo : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-).
Cor : S1 dan S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi
Dinding abdomen : massa (-), distensi (-), jaringan sikatrik/scar (-).
Auskultasi
Bising usus (+) 18x/menit
Perkusi
Timpani seluruh lapang abdomen (+)
Palpasi
Nyeri tekan (-), distensi abdomen (-)
Hepar / lien / ren : tidak teraba
Ekstremitas atas dan Akral teraba hangat
+/+
bawah
+/+
Edema
-/-
-/-
CRT < 2 detik
IV. RESUME
Pasien perempuan berusia 21 tahun, datang ke Poli Bedah RSUP NTB dengan keluhan
benjolan di leher sebelah kiri sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut dirasakan semakin
lama semakin membesar dan muncul tiba-tiba, serta tidak ada riwayat muncul benjolan di
tempat yang sama atau bagian tubuh lainnya. Benjolan tersebut dirasakan tidak menimbulkan
nyeri dan ikut bergerak saat pasien menelan. Pasien tidak pernah mengeluh demam, BAB dan
BAK normal, nafsu makan tidak menurun, tidak pernah sesak, dan tidak ada gangguan
menelan. Riwayat dada berdebar-debar (-), berkeringat (-), tangan sering basah (-), gemetar
pada tangan dan kaki (-), sering merasa gugup (-). Nafsu makan pasien masih baik. Pasien
biasa membeli garam di pasar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik dengan TD 120/70 mmHg,
nadi, RR, dan suhu dalam batas normal. Pada pemeriksaan inspeksi leher didapatkan tampak
benjolan di sebelah kiri garis tengah leher, konsitensi padat kenyal, ikut bergerak saat
menelan (+). Pada palpasi didapatkan massa noduler di kiri garis tengah leher, bulat lonjong,
padat kenyal, batas tegas, permukaan licin, mobile (+), ukuran 5 x 5 cm, nyeri tekan (-),
ikut bergerak saat menelan.
V. ASESSMENT
Struma Nodusa Sinistra
Diagnosis Banding
- Karsinoma Tiroid
- Tiroiditis
VI. PLANNING
Diagnostik
- USG Thyroid
- FNAB Thyroid
Terapi
- Pro thyroidektomy
VIII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam.
TINJAUAN PUSTAKA
Struma nodusa merupakan pembesaran pada kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu
nodul. Struma nodusa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid, baik berbentuk nodul atau
difusa tanpa ada tanda-tanda hipertiroidisme dan bukan disebabkan oleh autoimun atau proses
inflamasi.
Secara klinis pemeriksaan klinis, struma nodusa dapat dibedakan menjadi struma toksik
dan non toksik. Struma toksik dibedakan menjadi dua, yaitu struma nodusa diffusa toksik dan
struma nodusa nodusa toksik. Istilah tersebut mengarah kepada perubahan bentuk anatomi,
dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Apabila tidak dilakukan
indakan medis sementara, nodusa akan menunjukkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau
lebih benjolan (struma nodusa multinoduler toksik). Struma diffusa toksik (tiroktosikosis)
merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang
berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok
eksoftalmik/exophtalmic goiter). Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun
telah di alami selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, kemudian mengaktifkan reseptor tersebut sehingga menyebabkan kelenjar tiroid
hiperaktif.
Struma nodosa non toxic sama halnya dengan struma nodosa toxic yang dibagi menjadi
struma nodosa diffusa non toxic dan struma nodosa nodusa non toxic. Struma nodusa non toxic
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik, yang juga disebut sebagai simpel struma
nodosa, struma nodosa endemik, atau struma nodosa koloid yang sering ditemukan di daerah
yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa
hormon oleh zat kimia. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea sehingga
menyebabkan gangguan respirasi dan esophagus tertekan, akibatnya terjadinya gangguan
menelan.