Disusun Oleh:
Eka Nurindah
H1AP11039
Pembimbing:
dr. Sulastri C Panjaitan, Sp.Rad
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Salah satu penegakan diagnosis adanya gagal jantung adalah
pemeriksaan foto rontgen toraks yang dapat menggambarkan ukuran dan
bentuk jantung serta kondisi kedua paru. Untuk itu penting bagi mahasiswa
kedokteran dan para dokter untuk memahami tanda-tanda penting pada
gambaran foto rontgen toraks pada keadaan gagal jantung.2
1.3 Tujuan
Referat ini bertujuan mengetahui gambaran radiologi konvensional
pada kasus gagal jantung kongestif.
1.4 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan untuk memahami gambaran
radiologi konvensional pada kasus gagal jantung kongestif.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan untuk mengurangi angka
kejadian gagal jantung kongestif
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi rujukan untuk pembuatan makalah
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
ukurannya relatif lebih besar daripada dewasa. Pada bayi, perbandingan
jantung terhadap rongga dada (rasio kardiotoraks) mencapai 60%, pada anak
besar sampai dewasa muda mencapai 50%.6
7
Gambar 2.2. Ruang-Ruang Jantung
8
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel
kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
2.2.2 Etiologi4
9
Dalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung:
1. Faktor mekanik (kelainan struktur jantung), yaitu :
Kondisi miokardium normal, akan tetapi gangguan dari beban kerja
yang berlebihan, biasanya kelebihan beban volume (preload) atau
tekanan (afterload) akibat penyakit jantung bawaan atau didapat.
2. Faktor miokardium, yaitu :
Kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium,
misalnya:
a. Radang atau intoksikasi otot jantung pada penderita demam
reumatik atau difteri.
b. Otot jantung mengalami defisiensi nutrisi, seperti pada anemia
berat.
c. Perubahan-perubahan patologis dalam struktur jantung, misal
kardiomiopati.
2.2.3 Patofisiologi2
10
Gambar 2.4. Patofisiologi gagal Jantung
2.2.4. Klasifikasi4
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. The
New York Heart Association (NYHA) classification for heart failure
membaginya menjadi 4 kelas, berdasarkan hubungannya dengan gejala
dan jumlah atau usaha yang dibutuhkan untuk menimbulkan gejala,
sebagai berikut :
1. Kelas I : Penderita dengan gagal jantung tanpa adanya pembatasan
aktivitas fisik, dimana aktivitas biasa tidak menimbulkan rasa lelah dan
sesak napas.
2. Kelas II: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya
pembatasan aktivitas fisik yang ringan, merasa lega jika beristirahat.
3. Kelas III: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya
pembatasan aktivitas fisik yang ringan, kegiatan fisik yang lebih ringan
dari kegiatan biasa sudah memberi gejala lelah, sesak napas.
11
4. Kelas IV: Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup melakukan
kegiatan apapun tanpa keluhan, gejala sesak napas tetap ada walaupun saat
beristirahat.
12
-
Dispnea, atau perasaan sulit bernafas, adalah manifestasi gagal
jantung yang paling umum.
-
Ortopnea (atau dispnea saat berbaring)
-
Dispnea nokturnal paroksismal (paroxysmal nocturnal dyspnea,
mengalami bendungan.
-
Tekanan vena sentral (CVP) dapat meningkat secara paradoks selama
Kussmaul
-
Dapat terjadi hepatomegali (pembesaran hati)
-
Nyeri tekan hati dapat terjadi akibat peregangan kapsula hati.
-
Anoreksia, rasa penuh, atau mual dapat disebabkan oleh kongesti hati
dan usus.
13
-
Edema perifer
-
Nokturia (diuresis han) yang mengurangi retensi cairan.
-
Gagal jantung yang berlanjut asites atau edema anasarka
-
Semua manifestasi yang dijelaskan di sini secara diawali dengan
14
-
Kuat angkat substernal (atau terangkatnya sternum sewaktu sistolik)
C. Gambaran EKG2
15
Dalam kasus kardiogenik, elektrokardiogram (EKG) dapat
menunjukkan bukti MI ( Miocardium Infark ) atau iskemia. Dalam kasus
noncardiogenic, EKG biasanya normal.
D. Gambaran Radiologi
1. Foto Thorax
Thorax AP, Posisi pasien :3
Erect (berdiri ), bagian anterior tubuh menempel kaset. sisi atas kaset
berada 3 cm diatas margin kulit diatas apex thorax.
Dagu pasien diletakkan ditas cassette holder dan sedikit ekstensi.
Pasien meletakkan bagian belakang tangan di pinggang kanan-kiri.
Bahu dan lengan diputar ke luar & depan untuk membawa scapula
keluar dari cavum thorax.
Exposure dilakukan saat pasien diminta untuk inspirasi.
16
Gambar 2.6. Thorax AP
Thorax AP3
Proyeksi ini digunakan sebagai alternatif untuk posisi PA. Yaitu
apabila pasien mengalami kelainan tertentu seperti sesak nafas, apabila
dilakukan foto PA akan memperburuk keadaan pasien. Teknik
radiografi posisi AP sama dengan PA, yang membedakan adalah arah
sinarnya datang dari anterior tubuh pasien. Bagiam posterior tubuh
pasien menempel kaset. Dapat dilakukan dengan erect, supine atau semi
erect.
17
Gambar 2.8. Anatomi Radiografi Jantung
Pada gagal jantung hampir selalu ada dilatasi dari satu atau lebih pada
ruang-ruang di jantung, menghasilkan pembesaran pada jantung. Dari segi
radiologik, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah membesar atau
tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada foto
toraks PA (cardio-thoracis ratio). Pada gambar, diperlihatkan garis-garis untuk
mengukur lebar jantung (a+b) dan lebar dada (c1-c2).
(normal : 48-50 %)
18
Gambar 2.10. Pengukuran CTR
Gambar 2.11. Foto Thorax menunjukan adanya infark miokard dan tampak
curvilinear kalsifikasi ( panah ) pada ventrikel kiri.
19
Gambar 2.12. Congestive cardiac failure. Radiografi dada memperlihatkan kardiomegali,
pengalihan vena-vena lobus atas (tanda panah), garis septum (garis Kerley B) terlihat
baik di zona bawah kanan (tanda panah terbuka), dan penebalan/cairan di fisura
horizontal (mata panah). Cairan di fisura horizontal kanan kadang-kadang disebut
Phantom tumour, itu bisa menghilang pada pemeriksaan radiologi berikutnya, bila
keadaan pasien membaik
20
Gambar 2.13 Foto Thorax PA menunjukan adanya pembesaran pada ventrikel kiri
karena adanya aneurisme yang mana tampak focal bulge ( panah ).
21
Perbesaran jantung dan Double Contour
2. Stage 2 :
22
Pada stage 2, PCWP [18-25 mm]. Tahap ini ditandai oleh kebocoran cairan
kedalam interlobular dan interstitial peribronkial sebagai akibat dari
meningkatnya tekanan di dalam kapiler paru. Saat kebocoran cairan masuk
ke dalam septum interlobular perifer, akan tampak gambaran garis Kerley
B pada foto toraks. Saat kebocoran cairan masuk ke dalam interstitial
peribronkovaskular, pada foto toraks akan tampak gambaran penebalan
pada dinding bronkus yang disebut peribronchial cuffing dan pengaburan
pembuluh darah paru (perihilar haze). Selain itu, fisura interlobaris juga
akan terlihat menebal pada foto toraks.
3. Stage 3 :
Pada stage ini, PCWP [> 25 mm]. Tahap ini ditandai dengan berlanjutnya
kebocoran cairan menuju interstitial, yang tidak dapat dikompensasi oleh
drainase limfatik. Hal ini akan mengakibatkan kebocoran cairan menuju
alveoli (edema alveolar) dan kebocoran cairan menuju cavum pleura (efusi
pleura). Pada foto toraks akan tampak gambaran konsolidasi, air
bronchogram, cotton woll appearance, dan efusi pleura.
4. Stage 4 :
Pada tahap ini terjadi proses hemosiderosis, osifikasi (tampak pada
hipertensi pulmonum yang lama).
23
Gambar 2.14. Cardiomegali dengan perihilar yang terlihat kabur
c) Peribronchial cuffing :
Gambaran seperti donat kecil. Terjadi akibat akumulasi cairan interstitial
di sekeliling bronkus yang menyebabkan menebalnya dinding bronkus.
24
semua daerah paru, tapi lebih sering pada paru bagian basal di sudut
costofrenicus pada foto toraks PA.
Gambar 2.17. Garis kerley B tampak berupa garis putih horizontal yang pendek-
pendek pada bagian basal paru
f) Garis Kerley C
Garis ini jarang terlihat dibanding garis yang lain. Bentuk garis ini pendek
dan tipis dengan gambaran reticular yang merepresentasikan garis Kerley
B en face. Munculnya garis ini disebabkan oleh menebalnya anastomosis
pembuluh limfe atau superimpose dari beberapa garis Kerley B.
g) Efusi pleura
Efusi laminar yang berkumpul di bawah pleura viseral, yakni pada
jaringan ikat longgar antara paru dan pleura.
Gambar 2.18. Efusi pleura tampak pada foto torak PA dan lateral
h) Bats Wings
Saat tekanan hidrostatik mencapai 25 mmHg, cairan melewati alveoli dan
menyebabkan edema paru. Hal ini dapat terlihat sebagai densitas alveolar
multiple dari setengah bagian bawah paru. Kemungkinan lain, dapat juga
terlihat densitas ruang udara bilateral yang difus dan kurang tegas/jelas
atau densitas perihilar.
25
Gambar 2.20. Ilustrasi Gambaran Foto Toraks Pasien CHF
2. Computed Tomograpy5
CT scan jantung biasanya tidak diperlukan dalam diagnosis rutin dan
manajemen gagal jantung kongestif. Multichannel CT scan berguna dalam
menggambarkan kelainan bawaan dan katup, namun, ekokardiografi dan
pencitraan resonansi magnetik (MRI) dapat memberikan informasi yang sama
tanpa mengekspos pasien untuk radiasi pengion.
26
Gambar 2.22. Penebalan garis septum dalam kaitan dengan edema interstitial
pada CHF
Gambar 2.23. Pada CT Scan posisi axial menunjukan adanya diffuse bilateralair
space opacities ( Adanya perselubungan yang diffuse di air space bilateral
27
tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,
nyeri dada, demam,dan sesak nafas, dimana gejala peneumonia ini
hampir sama dengan gejala gagal jantung kongestif. Alat diagnosanya
meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum. Pengobatan tergantung
penyebab dari pneumonia.
28
bocor yang dapat dipenuhi dengan cairan dari pembuluh-pembuluh
darah.
Gagal ginjal dan ketidakmampuan untuk mengeluarkan cairan dari
tubuh dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam pembuluh-
pembuluh darah, berakibat pada pulmonary edema. Pada orang-
orang dengan gagal ginjal yang telah lanjut, dialysis mungkin perlu
untuk mengeluarkan kelebihan cairan tubuh.
Trauma otak, perdarahan dalam otak (intracranial hemorrhage),
seizure-seizure yang parah, atau operasi otak dapat adakalanya
berakibat pada akumulasi cairan di paru-paru, menyebabkan
neurogenic pulmonary edema.
Overdosis aspirin atau penggunaan dosis aspirin tinggi yang kronis
dapat menjurus pada aspirin intoxication, terutama pada kaum tua,
yang mungkin menyebabkan pulmonary edema.
29
Gambaran CHF, Radiografi dada memperlihatkan
kardiomegali, pengalihan vena-vena lobus atas (tanda
panah), garis septum (garis Kerley B) terlihat baik di
zona bawah kanan (tanda panah terbuka), dan
penebalan/cairan di fisura horizontal (mata panah).
2.2.8. Tatalaksana6
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi
beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama
fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri ataupun gabungan dan: (1)
beban awal, (2) kontraktilitas, dan (3) beban akhir. Penanganan biasanya
dimulai bila timbul gejala saat beraktivitas biasa (NYHA kelas fungsional
II). Regimen penangangan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai
respons klinis yang diinginkan. Eksaserbasi akut dan gagal jantung atau
perkembangan menuju gagal jantung berat dapat menjadi alasan untuk
perawatan di rumah sakit dan penanganan yang lebih agresif.
2.2.9. Prognosis6
Prognosis pada pasien dengan gagal jantung kongestif (congestive
heart failure) tergantung dari berat dari gagal jantung kongestif yang dia
diderita, umur, dan jenis kelamin, dengan prognosis yang lebih jelek/buruk
pada pasien pria. Di samping itu, beberapa indeks prognostik dapat
dihubungkan dengan prognosis yang berlawanan, mencakup kelas dari
NYHA, fraksi ejeksi ventrikel kiri, dan status neurohormonal.
30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Foto toraks PA dapat membantu menegakkan diagnosis adanya suatu gagal
jantung yang disertai kondisi edema pulmonum, dengan gambaran radiologis
sebagai berikut :
Cardiomegali
Redistribusi pembuluh darah paru
Pengaburan dari tepi pembuluh darah
Peribronchial cuffing
Garis Kerley B (septum interlobular yang edematous dan menebal pada
perifer paru).
Perselubungan alveolar
Paru-paru terlihat kabur dan kurang radiolusen dari normal karena adanya
tahanan air, lattice pattern.
Konsolidasi
Air bronchogram
Cotton woll appearance
Efusi pleura, dapat unilateral dan bilateral dan sering di kanan.
3.2 Saran
Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
pelayanan kesehatan serta deteksi lebih dini penyakit agar mengurangi
angka morbiditas dan mortalitas gagal jantung kongestif.
Peningkatan sumber daya manusia yang berhubungan dalam penegakkan
diagnosis dan penatalaksanaan penderita gagal jantung kongestif
31
Daftar Pustaka
32