Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesisir Selatan merupakan salah satuKabupaten di Sumatera Barat yang kondisi
geografis berupa dataran dan perbukitan/ pegunungan dimana cukup banyak terdapat
aliran sungai. Disamping merupakan daerah rawan gempa, daerah Sumatera Barat juga
rawan terhadap bencana lainnya seperti tanah longsor, galodo, baik yang terjadi
diperbukitan maupun di lembah-lembah sungai. Kerawanan tersebut didukung oleh
curah hujan yang cukup tinggi dan kondisi topografi wilayah di Sumatera Barat yang
bergunung-gunung. Kondisi yang alamiah tersebut berdampak pada sungai-sungai di
Propinsi Sumatera Barat mempunyai potensi daya rusak air yang cukup tinggi.
Analisis kapasitas struktur bendung sawah laweh ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar bendung sawah laweh mampu menahan gaya hidrodinamis
pada tubuh bendung tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memenuhi kebutuhan air untuk tanaman padi secara teratur sehingga
produksi padi atau beras semakin meningkat.

2. Dapat meningkatkan potensi air sungai guna mengairi areal sawah pada Daerah
Irigasi.
3. Untuk mengetahui seberapa besar ketersediaan air Bendung Sawah Laweh saat
ini .
4. Untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan air untuk areal sawah yang masih
ada sekarang ini.
5. Hasil kesimpulan dapat digunakan untuk membuat suatu alternatif solusi yang
akan diambil berkaitan dengan ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi.
1.3 Batasan Masalah
Cakupan dari perhitungan Perencanaan Bendung sangatlah luas, maka dalam
penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya membatasi masalah perhitungan Bendung
dengan dasar-dasar Perencanaan Bendung yang meliputi :

1. Analisa Hidrodinamis
2. Analisa Stabilitas Bendung
3. Analisa Tubuh Bendung

1.4 SistematikaPenulisan
Sistematika penyusunan laporan penelitian ini secaragaris besar dibagi dalam
enam bagian sebagai berikut:

BABIPENDAHULUAN
Berisikan penjelasan secara umum mengenai latar belakang penelitian ini
dilakukan,tujuan dan manfaat dari penelitianini dan sistematika penulisan.

BABIITINJAUANPUSTAKA
Berisikan kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.

BABIIIMETODOLOGIPENELITIAN
Berisikan penguraian parameter,metoda penelitian, tahap pelaksanaan dan
pengerjaan penelitian.

BAB IVANALISIS DATA DANPEMBAHASAN


Berisikan hasil pengujian dari analisis data yang diperoleh dan pembahasan dari
analisis yang diperoleh.

BABV PENUTUP
Berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bendung
2.1.1 Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi meninggikan muka
air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu dari bagian bangunan
utama. Bangunan utama adalah bangunan air (hydraulic structure)yang terdiri dari
bagian-bagian: Bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure),
bangunan pengambilan (intake structure), bangunan pembilas(flushing structure),
dan bangunan kantong lumpur(sediment trapstructure).

Berdasarkan Standa rNasional Indonesia 03-2401-1991 tentang pedoman


perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan disungai adalah bangunan ini
dapat didesain dan dibangunan sebagai bangunan tetap,bending gerak, atau
kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan
muatan disungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat
dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya.

Definisi bendung menurut analisa upah dan bahan BOW (Burgerlijke Openbare
Werken), bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapan nya) yang dibangun
melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara
gravitasi ketempat yang membutuhkan nya.

Fungsi utama dari bending adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari
sungai yang dibendung sehingga air bias disadap dan dialirkan kesaluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure), dan untuk mengendalikan aliran, angkutan
sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan
optimal, (Mawardi &Memet,2010).

2.1.2 Klasifikasi Bendung


Adapun klasifikasi bending sebagai berikut:
1. Bendung berdasarkan fungsinya
a. Bendung penyadap, digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk
berbagai keperluan sepertiuntuk irigasi, air bakudan sebagainya.
b. Bendung pembagi banjir,dibangun dipercabangan sungai untuk mengatur
muka air sungai,sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit
rendah sesuai dengan kapasitasnya.

c. Bendung penahan pasang, dibangun dibagian sungai yang dipengaruhi


pasang surut air laut antara lain untuk mencegah masuk nya air asin.

2. Bendung berdasarkan tipe strukturnya:

a. Bendung tetap, bending tetap adalah jenis bendung yang tinggi


pembendunganya tidak dapat diubah, sehingga muka air dihulu bendung
tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung tetap elevasi
muka air dihulu bending berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang
melimpas (mukaair tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap
biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai
kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada didaerah
hilir.

b. Bendung gerak, bending gerak adalah jenis bending yang tinggi


pembendunganya dapat diubah susuai yang dikehendaki. Pada bending
gerak elevasi muka air dihulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun
sesuaiyang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu
air.Bendung gerak biasanya dibangun pada hilir sungai atau muara.

3. Berdasarkan dari segi sifatnya:

a. Bendung permanen,seperti bendung pasangan batu, beton, dan kombinasi


beton dan pasangan batu.

b. Bendung semi permanen, seperti bending broncong.

c. Bendung darurat, yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendung


tumpukan batu dan sebagainya. (Mawardi dan Memet 2010)
2.1.3 Komponen Utama Bendung
Bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu untuk keperluan irigasi terdiri
atas berbagai komponen,yaitu:
1. Tubuh bendung, antara lain terdiri dari ambang tetap dan mercu bendung
dengan bangunan peredam energinya.Terletak kurang lebih tegak lurus arah
aliran sungai saat banjir dan sedang. Maksud nya agar arah aliran utama
menuju bending dan yang keluar dari bendung terbagi merata,sehingga tidak
menimbulkan pusaran-pusaran aliran di udik bangunan pembilas dan intake.

2. Bangunan intake, antaralain terdiri dari lantai/ambang dasar, pintu, dinding


banjir, pilar penempatan pintu, saringan sampah, jembatan pelayan,
rumah pintu dan perlengkapan lainnya. Bangunan ini terletak tegak lurus
(90) atau menyudut(45-60) terhadap sumbu bangunan bilas.Diupayakan
berada di tikungan luar aliran sungai, sehingga dapat mengurangi sedimen
yang akan masuk keintake.

3. Bangunan pembilas, dengan indersluice atau tanpa indersluice, pilar


penempatan pintu, saringan sampah, pintu bilas,jembatan pelayan, rumah
pintu, saringan batu dan perlengkapan lainnya. Terletak berdampingan dan
satu kesatuan dengan intake, disisi bentang sungai dan bagian luar tembok
pangkal bendung, dan bersama-sama dengan intake, dan tembok pangkaludik
yang diletakkan sedemikian rupa dapat membentuk suatu tikungan luar
aliran (coidal flow). Aliran ini akan melemparkan angkutan sedimen kearah
luar intake/bangunan pembilas menuju tubuh bendung, sehingga akan
mengurangi jumlah angkutan sedimen dasar masuk keintake.

4. Bangunan pelengkap lain yang harus ada pada bendung antara lain yaitu
tembok pangkal, sayap bendung, lantai udik dan dinding tirai, pengarah arus
tanggul banjir dan tanggul penutup atau tanpa tanggul, penangkap sedimen
atau tanpa penangkap sedimen, tangga, penduga muka air, dan sebagainya.
(Mawardi dan Memet 2010).

2.1.4 Syarat-Syarat Konstruksi Bendung


Syarat bending harus memenuhi beberapa factor yaitu:
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di
bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran
air sungai dan aliran air yang meresap kedalam tanah.
4. Tinggi ambang bending harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan
pada tubuh bendung.

2.1.5 Pemilihan Lokasi Pembangunan Bendung


Pemilihan lokasi bending harus didasarkan atas beberapafaktor,yaitu:
1. Keadaan topografi
a. Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bending dapat ditetapkan.
c. Dari kedua hal diatas,lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
2. Keadaan hidrologi
Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor:
a. Faktor faktor hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang
bending serta tinggi bending tergantung pada debit rencana.
b. Faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana, perhitungan
debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf,
dan banjir di siteataubendung.
3. Kondisi topografi
Dilihat dari lokasi, bending harus memperhatikan beberapa aspek,yaitu:
a. Ketinggian bending tidak terlalu tinggi.
b. Trase saluran induk terletak di tempatyangbaik.
4. Kondisi hidrologi dan morfologi
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arah nya pada waktu
debitbanjir.
b. Kedalaman dan lebar muka air padawaktu debit banjir.
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana.
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
5. Kondisi tanah pondasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup
baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lainyang harus
dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan dan potensi gerusan
karena arus dan sebagainya.
6. Biaya pelaksanaan
Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu
faktor penentun pemilihan lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa
alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang palingmurah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

2.2 Stabilitas Bendung


2.2.1 Pengertian Stabilitas
Stabilitas bendung merupakan perhitungan kontruksi untuk menentukan ukuran
bending agar mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja padanya
dalam segala keadaan, dalam halinitermasuk terjadinya angin kencang dan gempa
bumi hebat dan banjir besar.Syarat-syarat stabilitas kontruksi seperti lerengdi sebelah
hulu dan hilir bending tidak mudah longsor, harus aman terhadap geseran, harus aman
terhadap rembesan, dan harus aman terhadap penurunan bendung.
Perhitungan konstruksi yang dilakukan untuk menentukan dimensi/ ukuran
bendung (weir)supaya mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja
pada bending dalam keadaan apapun, termasuk banjir besar dangempa bumi.
Penyelidikan geologi teknik, ditujukan untuk mengetahui apakah pondasi bendung
cukup kuat, apakah rembesan airnya tidak membahayakan konstruksi, dan apakah
bending akan dapat dioperasikan bagi penggunaan airnya dalam jangka waktu yang
lama minimal 30 tahun (Mawardi &Memet, 2010).

2.3 Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bendung


Menghitung stabilitas bendung harus di tinjau pada saat kondisi normal dan
ekstrem seperti kondisi saat banjir.Bangunan akan stabil bila dilakukan, kontrol
terhadap gaya-gaya yang bekerja tidak menyebabkan bangunan bergeser, terangkat
atau terguling, ada beberapa gaya yang harus dihitung untuk mengetahui stabilitas
bendung.
Selanjutnya gaya-gaya yang bekerja pada bangunan itu dianalisis dan di
kontrol stabilitas nya terhadap faktor-faktor keamanannya.

2.3.1 Tekanan Air Hidrostatis


Gaya tekanan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya
hidrodinamik. Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air.
Tekanan airakan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan,oleh karena itu
agar perhitungannya lebih mudah gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara
terpisah.
Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan pengelak
dengan tinggi energi rendah. Bangunan pengelak mendapat tekanan air bukan hanya
pada permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bending itu.
Gaya tekan keatas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam, menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan di atasnya.

Wu =w[h2+ (h2+h2)].A(2.1)
Dengan :
C : proposi dimana tekanan hidrostatik bekerja(c=1untuk semua tipe pondasi),

w : berat jenis air(KN/m3),


h2 : kedalamanair hilir (m),
: proposi tekanan,
h1 : kedalamanair hulu (m),

A : luas dasar (m2),


Wu : gayatekan ke atasresultante (KN).
Gaya angkat untuk bangunan yang dibangun pada pondasi buatan di
tunjukkan oleh Gambar2.1.

Gambar 2.1Gaya Angkat untuk Bangunan yang Dibangun pada Pondasi Buatan
Gaya hidrostatis adalah gaya-gaya yang bekerja terhadap tubuh bendung
akibat tinggi muka air diudik dan di hilir bendung pada saat muka air banjir dan pada
saat muka air normal. Gaya hidrostatis pada saat kondisi air normal, dan pada saat
kondisi air banjir ditunjukkan oleh Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar2.2 Gaya Hidrostatis Kondisi Air Normal

Gambar 2.3 Gaya Hidrostatis Kondisi Air Banjir

Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal


memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3kali lebih lemah dibandingkan dengan
bidang vertikal, ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan keatas dibawah
bendung dengan cara membuat beda tinggi energy pada bending sesuai panjang relative
disepanjang pondasi. Gaya angkat pada bending dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar2.4 Gaya Angkat pada Pondasi Bendung

Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x disepanjang
dasar bendungdapat dirumuskan sebagai berikut:
Lx
Px =Hx- . H..................................................................................... (2.2)
L
dengan:

Px : gayaangkat padax(kg/m2),
L : panjang total bidang kontak bending dan tanah bawah (m),
Lx : jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai kex(m),
H : beda tinggi energi (m),
Hx : tinggienergi dihulu bendung(m).

L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane, bergantung

kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 45 atau lebih terhadap
bidang horisontal, dianggap vertikal.
2.3.3 Gaya Gempa
Gaya-gaya akibat gempa adalah gaya-gaya yang terjadi terhadap tubuh bending
akibat terjadinya gempa, sedangkan prinsip perhitungan gaya-gayanya adalah berat
sendiri dari setiap segmen yang diperhitungkan dikalikan dengan koefisien gempa yang
nilai koefisiennya sesuai dengan posisi bendung terletak pada zona gempa berapa.
Harga-harga gaya gempa diberikan dalam bagian parameter bangunan (KP-06).
Harga-harga tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menunjukkan berbagai
daerah dan resiko.Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1g percepatan
gavitasi sebagai percepatan. Faktor ini hendaknya sebagai gaya horizontal menuju
kearah yang paling tidak aman yakni arah hilir,untuk daerah-daerah yang banyak
gunung berapinya seperti di Indonesia, maka gaya gempa harus diperhitungkan
terhadap kontruksi.

Rumus gaya gempa:

K =fxG...................................................................................(2.6)
dengan:
K : gaya gempa komponen horisontal (kn),
F : koefisien gempa (E),
G : berat kontruksi (kn).

Rumus untuk mencari koefisien gempa(f):


f = Ad..............(2.7)
g
Ad = n (Acxz)m(2.8)
dengan:

Ad : percepatan gempa (cm/dtk2),


n/m : koefisien untuk jenis tanah,
Ac : percepatan kejut dasar (cm/dtk2),
F : koefisien Gempa,
g : koefisien grafitasi (9,81m/dtk2=981 cm/dtk2),
Z : koefisien zona.
Gaya gempa ini berarah horisontal, kearah yang berbahaya (yang
merugikan), dengan garis kerja yang melewati titik berat kontruksi. Sudah tentu juga
ada komponen vertikal, tetapi ini relatif tidak berbahaya dibandingkan dengan
komponen yang horisontal. Harga tergantung dari lokasi tempat kontruksi sesuai
dengan peta zona gempa. Koefisien jenis tanah dan periode ulang dasar gempa dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. (http://www.Unikom,com.21 Maret 2013).

Tabel 2.1 Jenis Koefesien Tanah

Jenis n M
Batu 2,76 0,71

Diluvium 0,87 1,05

Aluvium 1,56 0,89

Aluvium Lunak 0,29 1,32

Tabel 2.2 Periode Ulang dan Percepatan Dasar Gempa

Periode Ulang ac
(Tahun) (gal = cm/det2)
20 85

100 160

500 225

1000 27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tinjauan Umum


Dalam suatu perencanaan bendungan peranan data sangatlah penting dan
menentukan sekali. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang benar dan akurat
terlebih dahulu dlakukan survey serta investigasi dari daerah yang akan dilakukan
penelitiannya.

3.2 Jenis Alat Dalam Pengumpulan Data


Peralatan yang digunakan untuk penelitian kali ini adalah :
1. Alat-alat tulis berupa buku, ball point, pensil, dan penggaris
2. Alat ukur berupa meteran yang digunakan untuk mengukur dilokasi.
penelitian.
3. Kamera untuk dokumentasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

1. Survey lapangan

Tahap ini dilakukan peninjauan lokasi untuk melihat kondisi eksisting


wilayah secara langsung yang berguna dalam menentukan batasan wilayah studi
dan ruang lingkup kajian.

2. Pengumpulan data primer

Pengumpulan yang dilakukan dengan cara meneliti dilapangan untuk


mendapatkan data primer khususnya yang belum tercangkup dalam data sekunder,
yaitu berupa data pengukuran debit langsung disungai dengan mengamati secra
langsung pengukuran debit dan wawancara dengan penduduk sekitar.

Analisa hidrologi adalah perhitungan berapa besar curah hujan (presipitasi)


evapotranspirasi, aliran permukaan dan air tanah.

3. Pengumpulan data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan tinjauan kepustakaan


dan internasional dari instasi-instasi terkait, meliputi pengumpulan data angka,
peta,. Sumber data sekunder yaitu:
a. Studi pustaka, mencari data-data yng terkait pada instasi pemerintah, bahan
bacaan, literature buku-buku yang sesuai dengan masalah studi.

b. Internasional, pengumpulan data yang erat kaitannya dengan masalah studi


yang berasal dari instasi-instasi yang terkait. Adapun data ini diperoleh dari
Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Barat.

3.4 Rencana Kerja


Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal di perlukan langkah-langkah yang
terstruktur dalam proses penelitian. Rencana kerja atau kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan peneliti adalah seperti yang diperlihatkan bagan alir pada halaman berikut ini.

Mulai

Survey Pendahuluan
Pemeilihan Lokasi Survey

Studi Literatur Studi Lapangan

Penetuan Alat Yang Digunakan Dalam Survey

Pengumpulan Data

Analisis dan Pembahasan

Alaternatif Penanganan Permasalahan

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 3.1. Bagan Alir Rencana Kerja

Anda mungkin juga menyukai