Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Parotitis merupakan penyakit sistemik pada anak yang sampai saat ini masih
sering dijumpai. Mumps merupakan salah satu virus penyebab parotitis yang
tersering. Saat ini sudah tersedia vaksin yang dapat mencegah parotitis yang
disebabkan oleh mumps.2
Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada tahun 1967, parotitis epidemika
merupakan penyakit yang sangat sering ditemukan pada anak. Insidens pada umur
<15 tahun 85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9 tahun. Setelah ditemukan
vaksin parotitis, kejadian parotitis epidemika menjadi sangat jarang. Di negara barat
seperti Amerika dan Inggris, rata-rata didapat kurang dari 1.000 kasus per tahun.
Demikian pula insidens parotitis bergeser pada anak besar dan dewasa muda serta
menyebabkan kejadian luar biasa di tempat kuliah atau tempat kerja. Di Indonesia,
tidak didapatkan adanya data mengenai insidens terjadinya parotitis epidemika. Di
Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus parotitis epidemika. Jumlah kasus
tersebut semakin berkurang tiap tahunnya, dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum
tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun setelah tahun 2000.1
Walaupun kasus parotitis sudah sangat jarang terjadi, namun apabila
mengalami parotitis dapat menimbulkan komplikasi yang serius, oleh karena hal
tersebut kasus ini dipilih untuk dipresentasikan agar kita dapat melakukan penegakkan
diagnosis dan mengetahui penatalaksanaan yang tepat serta memahami komplikasi
yang mungkin akan terjadi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva terbesar yang terletak di bawah


meatus akustikus eksternus, di lateral dari ramus asenden mandibula dan otot
maseter (gambar 1).1 Di bagian bawah, kelenjar ini berbatasan dengan otot
sternokleidomastoideus dan otot digastrikus. Kelenjar parotis adalah massa berlobus
yang dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat. Dilihat dari permukaan superficial,
kelenjar parotis berbentuk baji, dengan dasarnya diatas dan apeksnya di belakang
angulus mandibula. Nervus fasialis dan cabang-cabangnya berjalan ke depan di
dalam kelenjar parotis dan membagi kelenjar menjadi pars superfisialis dan
profunda.2

Meatus acusticus
Ramus mandibulae Glandula parotidea
externus

M. sternocleido M. masseter
mastoideus

Glandula
M. digastricus
submandibularis

Gambar 1. Anatomi Glandula Parotid 3

Duktus parotideus berjalan ke depan diatas permukaan lateral m. masseter.


Pada margo anterior m. masseter, duktus membelok tajam ke medial dan menembus
bantalan lemak buccalis dan m. buccinator (gambar 2). Jalan duktus ini yang miring

2
diantara membrana mukosa dan m. buccinator berfungsi sebagai mekanisme katup
dan mencegah masuknya udara ke dalam duktus pada saat meniup dengan kuat.2

Gambar 2. Duktus parotideus4

Struktur di dalam kelenjar parotis, dari lateral ke medial adalah nervus


fasialis, vena retromandibularis dan arteri carotis eksterna. Nervus fasialis muncul
dari foramen stilomastoideum dan masuk ke dalam kelenjar parotis, kemudian
bercabang menjadi dua saluran utama yaitu servikofasialis dan temporofasialis.
Bagian temporofsialis kemudian memisah menjadi cabang temporal, sedangkan
servikofasialis memberikan cabang servikal, mandibula dan bukal(gambar 2.1.3).2

Gambar 3. Cabang Nervus Fasialis5

3
2. Fisiologi Kelenjar Air Liur
Saliva atau air liur merupakan cairan di rongga mulut yang diproduksi dan
diekresikan oleh kelenjar air liur dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui
melalui suatu saluran. Saliva yang berasal dari glandula parotis dialirkan melalui
Stensens duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2. Air liur terdiri dari
98% dan 2% adalah mucus dan enzim-enzim. Setiap harinya, air liur diekskresikan
sebanyak 0,5-1,5 liter oleh kelenjar saliva mayor (parotis, submandibula,
sublingual) dan minor (kelenjar-kelenjar kecil yang terletak di mukosa atau
submukosa) dengan 45% dihasilkan oleh kelenjar parotis, 45% oleh kelenjar
submandibularis, 5% oleh kelenjar sublingualis dan 5% oleh kelenjar saliva minor.6
Secara fisiologis, kelenjar air liur di atur oleh sistem saraf autonom yaitu
saraf simpatis dan parasimpatis. Adapun fungsi dari air liur adalah berhubungan
dengan pengaturan kandungan air untuk mencegah terjadinya kekeringan pada
mulut (xerostomia), melindungi mukosa mulut dari toksin virus/bakteri, pencernaan
makanan dan proses pengecapan.6

3. Definisi
Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).7,8

4. Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus
menyebar melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang
bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik
pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif
jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup
dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah. Biasanya terjadi pada
anak berusia 5-9 tahun. Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis

4
epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim
dingin. Golongan umur yang terkena 5-15 tahun. Juga ditemukan pada usia
dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan
diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah
yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada
usia/dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 4 tahun sebesar 70%-80%. Gender
juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena
parotitis dibandingkan perempuan.8

5. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m.4,5,6 Virus mumps
merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus
paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia
sebagai satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular melalui droplet,
kontak langsung, air liur, dan urin.6 Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala
prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang
diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah
terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.7,8
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :
antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen
V yang berasal dari hemaglutinin permukaan. Virus ini aktif dalam lingkungan yang
kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik.8

6. Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran
respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel
5
epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke
kelenjar ludah dan parotis. Sel nekrosis dan peradangan dengan infiltrasi sel
mononuklear adalah respon jaringan, Kelenjar ludah edema dan terjadi deskuamasi
sel epitel yang melapisi sel nekrotik. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan
kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Padca pankreas kadang-kadang
terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan
manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan
ginjal.1,2,8

7. Gejala Klinis
Masa inkubasi berkisar antara 14 - 25 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari
dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampai
30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal berupa demam, nyeri otot (terutama pada
leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5
39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral
tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan
maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang
asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri
khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan
dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan
menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan
jaringan mendorong lobus telinga keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi
dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang membengakak tidak hangat atau
eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri.
Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari. Satu kelenjar parotis
biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya
pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.7,8

8. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala,
muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadangdengan keluhan pembengkakan
pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan, terlebih
bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam.7,8
6
b. Klinis
Panas ringan sampai tinggi (38,5 39,5)C
Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau keduanya disertai pembesaran
Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa
malas.
Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi
14-24 hari).
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif
sampai sakit berat.
Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan
mastoid).7,8

9. Differensial Diagnosis
Parotitis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3
dan sitomegalovirus.
Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik disebabkan oleh kelainan metabolik
dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis.
Pembesaran kelenjar parotis simptomatik akibat operasi.
Parotitis supuratif disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari
duktus kelenjar, penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.
Parotitis berulang, suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.
Kalkulus salivarus yang menyumbat saluran parotis atau lebih sering
saluran sub mandibularis, menyebabkan pembengkakan intermitten.
Tumor parotis adalah pembengkakan karena massa jaringan abnormal dengan
pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan
jaringannormal dan tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut berhenti.

7
Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck,
mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis kanalis
auditorius eksterna.
Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan
pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.
Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat
antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan parotis.
Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya
yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi
pada wanita pasca menopause.7,8

10. Pemeriksaan Laboratorium


a. Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.
c. Pemeriksaan serologis
Ada dua pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization
(NT) test
d. Pemeriksaan Virologi
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.8

11. Pengobatan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilangsendiri)
yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik
bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.

8
a. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jal an bila : tidak ada komplikasi,
keadaan umum cukup baik.
Istirahat yang cukup
Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 500
mg/hari maksimum 2 g/hari, parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis.1,2,7,8

b. Penderita rawat inap.


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan TKTP,
Analgetik-antipiretik, Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.
1,2

c. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi


Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna
untuk mengurangi sakit kepala.
Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,8)

12. Komplikasi
a. Meningoensepalitis.
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan
kelenjar parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala
ringan,yang kemudian disusul oleh muntah -muntah, gelisah dan suhu
tubuhyang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang
sering pada anak-anak. Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat
dibedakan dengan meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang,
tetapi pemeriksaan lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal
menunjukan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif,
jumlah sel terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan
Cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun

9
kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnyahampir selalu limfosit,
berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit
polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit.8
b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.8

c. Orkitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa
setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri
perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari
setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3-14 hari. Testis yang

10
terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi
atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut
jarang terjadi.8
d. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas.8
e. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga
kadang diagnosis dikelirukan dengangastroenteritis. Pankreatitis ringan dan
asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada
akhir minggu pertama.8
f. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita
danviruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak
belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis.
Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna
tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.8
g. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis
dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.8
h. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis
ringan dapat terjadi dan muncul 5 10 hari pada parotitis..Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau
inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan
bising sistolik.8

11
i. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis
adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi
mulai 1sampai 2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang
terkenaadalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini
berakhir 1sampai 12 minggu dan sembuh sempurna.8
j. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang
nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)
dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan
ringan dengan penyembuhan dalam 10 20 hari; uveokeratitis, biasanya
unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,kehilangan penglihatan cepat dan
penyembuhan dalam 20 hari; skleritis,tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ;
trombosis vena sentral.8
k. Embriopati parotitis
Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,
kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis
pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.8

13. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.
Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.8

14. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi
pasif dan imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.8
12
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan.Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat
efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps
padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12
tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan
poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi:
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin; demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum
diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikansetelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksinMumps
dalam situasi ini.8

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Penderita


Nama : An. IP
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Lrg. Kedukan Palembang

3.2. Anamnesis
Keluhan Utama :
Bengkak pada kedua pipi belakang sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sejak 3 hari yang lalu pasien pasien mengalami demam. Demam dirasakan terus
menerus. Menurut ibu pasien nafsu makan pasien menurun, mual dan terlihat lesu.
Keesokan harinya pasien mulai merasakan bengkak pada pipi belakang sebelah kanan,
bengkak pada pipi pasien disertai rasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan
bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang
bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat. Kemuadian 1 hari yang lalu
pasien juga mulai merasakan bengkak pada pipi belakang sebelah kiri. Keluhan ini juga
disertai nyeri. Riwayat pasien mengalami trauma pada daerah yang bengkak tidak ada,
gusi yang bengkak tidak ada tetapi terdapat gigi yang berlubang.

Penyakit yang pernah diderita


a. Keluhan penyakit yang sama yaitu bengkak pipi belakang belum pernah diderita
oleh pasien sebelumnya
b. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama yaitu bengkak pada pipi
belakang

14
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B (+) 4x
BCG (+) 1x
DPT (+) 3x
Polio (+) 5x
Campak (+) 1x
MMR (-)

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Kesadaran Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : BB = 30 kg, TB: 122 cm, BB ideal: 24 kg
Status gizi: 30 x 100% / 24 = 125 % = obesitas
Tanda Vital : Nadi : 92 kali/menit
Pernapasan: 24 kali/menit
Suhu : 36,7 C
Jantung : SI-II normal, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-Paru : Vesikuler normal, whezing (-), ronki (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+) normal
Hepar dan lien tidak membesar
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)

Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula t.a.k t.a.k
- Abses negatif negatif
- Sikatrik negatif negatif
- Pembengkakan negatif negatif
- Fistula negatif negatif
- Jaringan Granulasi negatif negatif
Regio Zigomatikus t.a.k t.a.k
- Kista Brankial Klep negatif negatif
- Fistula negatif negatif

15
- Lobulus Aksesorius negatif negatif
Aurikula t.a.k t.a.k
- Mikrotia negatif negatif
- Efusi Perikondrium negatif negatif
- Keloid negatif negatif
- Nyeri tarik aurikula negatif negatif
- Nyeri tekan tragus negatif negatif
Meatus Akustikus Eksternus t.a.k t.a.k
- Lapang/sempit lapang lapang
- Odeme negatif negatif
- Hiperemis negatif negatif
- Pembengkakan negatif negatif
- Erosi negatif negatif
- Krusta negatif negatif
- sekret negatif negatif
(serous/seromukous/mukopus/pus) negatif negatif
- Perdarahan negatif negatif
- Bekuan darah negatif negatif
- Cerumen plug Ada minimal Ada minimal
- Epithelial plug negatif negatif
- Jaringan Granulasi negatif negatif
- Debris negatif negatif
- Benda asing negatif negatif
- Sagging negatif negatif
- Exostosis negatif negatif
II. Membran timpani t.a.k t.a.k
- Warna putih putih
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
- Bentuk (oval/bulat) bulat bulat
- Reflek cahaya + (arah jam 5) + (arah jam 7)
- Retraksi negatif negatif
- Bulging negatif negatif
- Bulla negatif negatif
- Rupture negatif negatif
- Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) negatif negatif
- Pulsasi negatif negatif
- Sekret negatif negatif
(serous/seromukous/mukopus/pus)
(kecil/besar/subtotal/total)
- Tulang pendengaran t.a.k t.a.k
- Kolesteatoma negatif negatif
- Polip negatif negatif
- Jaringan granulasi negatif negatif

16
Gambar Membran Timpani
Kanan Kiri

t.a.k t.a.k

III. Tes khusus Kanan Kiri


1. Tes garpu tala tidak dilakukan tidak dilakukan
Tes Rinne tidak dilakukan tidak dilakukan
Tes Weber tidak dilakukan tidak dilakukan
Tes Scwabach tidak dilakukan tidak dilakukan
2. Tes Audiometri tidak dilakukan tidak dilakukan
Audiogram
Frekuensi (Hz)
125 250 500 1000 2000 4000 8000

Tingkat
Pendengaran
Dalam
Desibles (dB)

17
3. Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri
- Tes Valsava tidak dilakukan tidak dilakukan
- Tes Toynbee tidak dilakukan tidak dilakukan

4. Tes Kalori Kanan Kiri


- Tes Kobrak tidak dilakukan tidak dilakukan

Hidung
I. Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
- Tes aliran udara positif positif
- Tes penciuman tidak dilakukan tidak dilakukan
Teh
Kopi
Tembakau
II. Hidung luar Kanan Kiri
- Dosum nasi t.a.k t.a.k
- Akar hidung t.a.k t.a.k
- Puncak hidung t.a.k t.a.k
- Sisi hidung t.a.k t.a.k
- Ala nasi t.a.k t.a.k
- Deformitas negatif negatif
- Hematoma negatif negatif
- Pembengkakan negatif negatif
- Krepitasi negatif negatif
- Hiperemis negatif negatif
- Erosi kulit negatif negatif
- Vulnus negatif negatif
- Ulkus negatif negatif
- Tumor negatif negatif
- Duktus nasolakrimalis t.a.k t.a.k
(Tersumat/tidak tersumbat) tidak tersumbat tidak tersumbat
III. Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a. Vestibulum nasi t.a.k t.a.k
- Sikatrik negatif negatif
- Stenosis negatif negatif
- Atresia negatif negatif
- Furunkel negatif negatif
- Krustas negatif negatif
- Sekret negatif negatif
(serous/seromukus/mukopus/pus)

18
b. Kolumela t.a.k t.a.k
- Utuh/tidak utuh utuh utuh
- Sikatrik negatif negatif
- Ulkus negatif negatif
c. Cavum nasi t.a.k t.a.k
- Luasnya (lapang/cukup/sempit) lapang lapang
- Sekret negatif negatif
(serous/seromukus/mukopus/ negatif negatif
Pus)
- Krusta negatif negatif
- Bekuan darah negatif negatif
- Perdarahan negatif negatif
- Benda asing negatif negatif
- Rinolit negatif negatif
- Polip negatif negatif
- Tumor negatif negatif
d. Konka Inferior t.a.k t.a.k
- Mukosa
(erutropi/hipertrofi/atropi) eutropi eutropi
(basah/kering) basah basah
( licin/tak licin) licin licin
- Warna (merah merah muda merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor negatif negatif
e. Konka media t.a.k t.a.k
- Mukosa
(erutropi/hipertropi/atropi) eutropi eutropi
( basah/kering) basah basah
(licin/tak licin)\ licin licin
- Warna (merah merah muda merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor negatif negatif
f. Konka Superior t.a.k t.a.k
- Mukosa
(erutropi/hipertropi/atropi) eutropi eutropi
( basah/kering) basah basah
(licin/tak licin)\ licin licin
- Warna (merah merah muda merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor negatif negatif
g. Meatus medius t.a.k t.a.k
- lapang/sempit lapang lapang
- Sekret negatif negatif

19
(serous/seromukus/mukopus/
Pus )
- Polip negatif negatif
- Tumor negatif negatif
h. Meatus inferior t.a.k t.a.k
- lapang/sempit lapang lapang
- Sekret negatif negatif
(serous/seromukus/mukopus/
Pus )
- Polip negatif negatif
- Tumor negatif negatif
i. Septum nasi t.a.k t.a.k
- Mukosa
(erutropi/hipertropi/atropi) eutropi eutropi
( basah/kering) basah basah
(licin/tak licin)\ licin licin
- Warna (merah merah muda merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor negatif negatif
- Deviasi ( ringan/sedang/berat) negatif negatif
(kanan/kiri)
(Superior/inferior)
(Anterior/Posterior)
(bentuk C/bentuk S)
- Krista negatif negatif
- Spina negatif negatif
- Abses negatif negatif
- Hematoma negatif negatif
- Perforasi negatif negatif
- Erosi Septum Anterior negatif negatif

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

20
Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2. Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


- Postnasal drip tidak diperiksa tidak diperiksa
- Mukosa (licin/tak licin) tidak diperiksa tidak diperiksa
(merah
muda/hiperemis)
- Adenoid tidak diperiksa tidak diperiksa
- Tumor tidak diperiksa tidak diperiksa
- Koana (sempit/lapang) tidak diperiksa tidak diperiksa
- Fossa Russenmullery tidak diperiksa tidak diperiksa
(tumor/tidak)
- Torus tobarius (licin/tak licin) tidak diperiksa tidak diperiksa
- Muara tuba (tertutup/terbuka) tidak diperiksa tidak diperiksa
(secret/tuba)

Gambaran Hidung Bagian Posterior

21
IV. Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri
- Nyeri tekan/ketok negatif negatif
- Infraorbitalis negatif negatif
- Frontalis negatif negatif
- Kantus medialis negatif negatif
- Pembengkakan negatif negatif
- Transluminasi tidak diperiksa tidak diperiksa
- Region infraorbitalis tidak diperiksa tidak diperiksa
- Region palatum durum tidak diperiksa tidak diperiksa

Tenggorok

I. Rongga Mulut Kanan Kiri


- Lidah t.a.k t.a.k
hiperemis/edema/ulkus/fissure
( mikroglosia/makroglosia)
( leukoplakia/gumma)
( papiloma/kista/ulkus)
- Gusi (hiperemis/edema/ulkus) t.a.k t.a.k
- Bukal (hiperemis/edema) t.a.k t.a.k
(vesikel/ulkus/mukolel)
- Palatum durum t.a.k t.a.k
(utuh/terbelah/pistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
- Kelenjar ludah
(pembengkakan/litiasisi) Pembengkakan Pembengkakan
pada glandula pada glandula
parotis ukuran 5-7 parotis ukuran 5-7
cm, bentuk bulat cm, bentuk bulat
oval, konsistensi oval, konsistensi

22
lunak, batas tegas, lunak, batas tegas,
kemerahan (-) dan kemerahan (-) dan
tidak hangat saat tidak hangat saat
dipegang, tidak ada dipegang, tidak ada
pus. Nyeri tekan (+) pus. Nyeri tekan (+)

(striktur/ranula) negatif negatif


- Gigi geligi
(mikrodontia/makrodontia) negatif negatif
(anadontia/supernumeri) negatif negatif
(kalkulus/karies) (+) Molar 2 negatif

II. Faring Kanan Kiri


- Pallatum molle t.a.k t.a.k
(hiperemis/edema/asimetris/ulkus)
- Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating) simetris simetris
- Pilar anterior ( hiperemis/edema/perlengketan) t.a.k t.a.k
( pembengkakan/ulkus)
- Pilar posterior ( hiperemis/edema/perlengketan) t.a.k t.a.k
(pembengkakan/ulkus)
- Dinding belakang faring ( hiperemis/edema) t.a.k t.a.k
( granuler/ulkus)
( secret/membrane)
- Lateral band ( menebal/tidak) t.a.k t.a.k
- Tonsil palatina ( derajat pembesaran) T2 T2
( permukaan rata/tidak)
( konsistensi kenyal/tidak)
( lekat/tidak)
( kripta lebar/tidak)
( detritus/membrane)
( hiperemis/edema)
( ulkus/tumor)

Gambar Rongga Mulut dan Faring

23
Rumus Gigi-Geligi

III. Laring Kanan Kiri


1. Laringoskopi tidak langsung tidak dilakukan tidak dilakukan
(indirect
- Dasar lidah (tumor/kista)
- Tonsila Lingualis (eutropi /
hipertropi)
- Valekula (benda asing/tumor)
- Fosa piriformis(benda asing
/tumor)
- Epiglotis (hiperemis/ udem/
ulkus/ membran)
- Aritenoid
(hiperemis/udem/ulkus/memb
ran)
- Pita Suara
(hiperemis/udem/menebal),
(nodus/polip/tumor), (gerak
simetris/asimetris)
- Pita suara palsu

24
(hiperemis/udem)
- Rima glotis (lapang/sempit)
- trakea
2. laringoskopi langsung (direct) tidak dilakukan tidak dilakukan

Gambaran laringoskopi tidak langsung

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan
Usulan pemeriksaan penunjang
a. Darah Rutin, pada infeksi virus biasnya akan menunjukkan lekopenia, tetapi
jika terdapat infeksi sekunder dan parotitis supuratif yang disertai pus, maka
didapatkan leukositosis. Pemeriksaan amilase serum biasanya mengalami
kenaikan.
b. Kultur jaringan untuk menetukan penyebab infeksi dan respon keberhasilan
pengobatan yang telah diberikan.
c. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk membedakan adanya tumor
parotis atau neoplasma.
3.5 Diagnosis banding
a. Parotitis epidemika dextra et sinistra ec.infeksi Viral

b. Parotitis supuratif ec infeksi bakteri

c. Tumor parotis

3.6 Diagnosis kerja


Parotitis epidemika dextra et sinistra ec.infeksi Viral

25
3.7 Penatalaksanaan

a. Promotif
Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
Menyarankan pasien untuk beristirahat.
Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur
Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri.
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya imunisasi
MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk antibody dan
kekebalan tubuh.
b. Preventif
Imunisasi MMR
Hindari kontak dengan pasien parotitis
Menjaga higienitas, dan kebersihan personal
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari
droplet

c. Kuratif
Non Farmakologi
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan
beristirahat yang cukup
Diet lunak 1.200kkal dan cairan yang cukup
Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada parotitis

Farmakologi

Antipiretik analgetik: Parasetamol syrup 120 mg/5 ml bila demam, 3 x


2,5 sendok teh
Tidak diberikan antiviral karena pada pasien ini tidak akan memberikan
manfaat yang nyata karena penyakit ini bersifat self-limiting.

d. Rehabilitatif
Meningkatkan daya tahan tubuh.
Mengatur pola makan dengan gizi seimbang
Minum obat sesuai anjuran dan teratur.
26
Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS
Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi seperti meningoensepalitis,
tuli mendadak dan sebagainya.

3.8 Prognosis
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

27
BAB IV
ANALISIS MASALAH

Sejak 3 hari yang lalu pasien pasien mengalami demam. Demam dirasakan
terus menerus. Menurut ibu pasien nafsu makan pasien menurun, mual dan terlihat
lesu. Keesokan harinya pasien mulai merasakan bengkak pada pipi belakang sebelah
kanan, bengkak pada pipi pasien disertai rasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan
bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang
bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat. Kemuadian 1 hari yang lalu
pasien juga mulai merasakan bengkak pada pipi belakang sebelah kiri. Keluhan ini juga
disertai nyeri. Riwayat pasien mengalami trauma pada daerah yang bengkak tidak ada,
gusi yang bengkak tidak ada tetapi terdapat gigi yang berlubang.
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan bengkak pada
kedua pipi belakang disertai nyeri, dirasakan terus menerus dan bertambah jika pasien
membuka rahangnya, hal ini disebabkan karena virus mumps masuk melalui saluran
respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel
saluran nafas, kemudian virus menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar
parotis, sel nekrosis dan peradangan dengan infiltrasi sel mononuklear adalah respon
jaringan pada kelenjar parotis, kelenjar parotis edema dan terjadi deskuamasi sel epitel
yang melapisi sel nekrotik oleh karena hal tersebutlah yang mengakibatkan pasien
mengeluh bengkak dan nyeri.
Sebelum terjadi bengkak pada kedua pipi belakang disertai nyeri, pasien
mengeluh demam, nafsu makan menurun, mual dan lesu merupkan gejala prodormal
sebelum terjadinya pembengkakan kelenjar parotis, hal ini disebabkan virus pada saat
virus mumps masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau
memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas, proses infeksi inilah yang
mengakibatkan terjadinya gejala prodormal.
Riwayat keluarga pasien tidak ada yang menderita keluhan yang sama, tetapi
berdasarkan teori bahwasanya penyakit ini biasanya terjadi secara endemik karena
penulan parotitis terjadi melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin. Air ludah
yang masuk ke saluran respiratorius dan virus mulai bermultiplikasi di epitel saluran
pernapasan yang kemudian menuju banyak jaringan dan menuju kelenjar parotis.
Pada pemeriksaan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pada
status lokalis telinga hidung tenggorokan dalam batas normal, sedangkan status lokalis
28
Regio angulus mandibula dextra et sinistra didapatkan Pembengkakan pada glandula
parotis ukuran 5-7 cm, bentuk bulat oval, konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan
(-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus. Nyeri tekan (+).
Kemungkinan penyakit yang terjadi pada pasien ini adalah parotitis epidemika
ec.infeksi viral, parotitis supuratif ec infeksi bakteri dan tumor parotis. Hal ini lebih
mengarah ke parotitis epidemika ec.infeksi viral karena sesuai dengan manifestasi klinis
keluhan didahului dengan gejala prodormal seperti demam, nafsu makan menurun,
mual dan lesu, kemudian diikuti dengan keluhan nyeri didaerah parotis
disertai pembesaran dan pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan pada
glandula parotis ukuran 5-7 cm, bentuk bulat oval, konsistensi lunak, batas tegas,
kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus, nyeri tekan (+), sedangkan
parotitis supuratif ec infeksi bakteri dapat disingkirkan karena tidak ditemukan pus yang
keluar dari duktus kelenjar, tumor parotis juga dapat disingkirkan karena pada kasus ini
pembengkakan disertai nyeri, sedangkan tumor parotis hanya mengalami
pembengkakan.
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini tidak dilakukan, tapi pemeriksaan
anjuran yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin san amilase serum.
Pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil lekopenia, hal tersebut dapat mengindikasikan
penyebab penyakit ini adalah virus, tetapi apabila didapat leukositosis hal tersebut dapat
mengindikasikan penyebab penyakit ini adalah bakteri, dan pemeriksaan FNAB (Fine
Needle Aspiration Biopsy) juga diperlukan untuk membedakan adanya tumor parotis
atau neoplasma.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien diagnosis Parotitis
epidemika dextra et sinistra ec.infeksi Viral.
Penatalaksanaan yang penting pada pasien ini adalah edukasi yaitu menjelaskan
pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya, menyarankan pasien untuk
beristirahat, menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur, menjelaskan
kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri, memberikan edukasi kepada
keluarga pasien akan pentingnya imunisasi MMR dimana imunisasi berperan untuk
membentuk antibody dan kekebalan tubuh dan juga menjelaskan komplikasi yang dapat
terjadi seperti meningoensepalitis, tuli mendadak dan sebagainya.
Pemberian terapi farmakologi pada pasien ini untuk simpatomatik saja dengan
pemberian analgesik antipiretik yaitu paracetamol 3x2,5 sendok teh, sedangkan

29
pengobatan kausatif dengan pemberian anti viral tidak akan memberikan manfaat yang
nyata karena penyakit ini bersifat self-limiting.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena akan sembuh sendiri
dan pembengkakan akan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari.

30
DAFTAR PUSTAKA
1. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sri Rezeki S. Orkitis pada Infeksi Parotitis
Epidemika: laporan kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009. p 47
2. Satari, Hindra Irawan, et.al. Studi Sero epidemiologi pada Antibodi Mumps Anak
Sekolah Dasar di Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 3, Desember 2004. p. 134
3. Muscle of Neck-Lateral View [homepage on the internet]. Available from: http://netter
image.com
4. Biology 911. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Available from: biology
911.wordpress.com
5. Face and Scalp : Parotid Gland and Facial Nerve [homepage on the internet].
Available from: http://netter image.com
6. Som P.M dan Brandwein M.S. Salivary Glands : Anatomy and Physiology. Available
from : www.similima.com
7. Adams, M.D George L. dkk. 2014. Boies: buku ajar penyakit THT. Jakarta; EGC
8. Behrman, Richard E. dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak Nelson Jilid 2. Jakarta; EGC

31

Anda mungkin juga menyukai