Anda di halaman 1dari 28

Yesi Astri

Departemen Farmakologi dan Farmasi


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
MENUA
Proses yang mengubah seorang dewasa
sehat menjadi seorang yang 'frail' dengan
berkurangnya sebagian besar cadangan
sistem fisiologis dan meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan
kematian
menunjukkan efek waktu; suatu proses
AGING perubahan, biasanya bertahap dan
spontan

hilangnya kemampuan sel untuk


SENESCENCE membelah dan berkembang (dan seiring
waktu akan menyebabkan kematian)

penyempitan/ berkurangnya cadangan


HOMESOTENOSIS homeostatis yang terjadi selama penuaan
pada setiap sistem organ
Banyak tantangan dan Unik

Perubahan komposisi dan Penyakit yang


fisiologi tubuh mempengaruhi fungsi
organ

1. Perubahan kebutuhan dosis (farmakokinetik)


2. Kualitas respon obat
3. Risiko interaksi obat-obat dan interaksi obat-penyakit
4. Kesulitan dalam perlekatan obat (adherence) yang menurunkan
potensi obat untuk keberhasilan terapi.
Amerika Serikat : Individu yang berusia diatas 65
tahun (kira-kira 12% dari populasi) dan 25%nya adalah
pengkonsumsi obat.
Rata-rata pemakaian obat yang tinggi risiko efek
samping obat (Grymonpre et al. 1988; Walker &
Wynne 1994).
Diperkirakan 76000 lebih pasien rumah sakit
meninggal pada tahun 1994 di Amerika karena efek
samping obat (Lazarou et al. 1998).
Efek samping : pruritus, mual, muntah, gatal-gatal,
bingung atau letargi, diare, ketidakseimbangan,
pusing, jatuh dan inkontinensia.
Usia dapat merubah kecepatan absorpsi
Perubahan kebiasaan nutrisi, seringnya
mengkonsumsi obat-obatan pasar (contoh:
ABSORPSI antacid, laksatif)
Perubahan waktu pengosongan lambung, dimana
pada orang tua biasanya lebih lambat

Penurunan persentase cairan tubuh dan cairan


tubuh total
Peningkatan lemak sebagai persentase massa
DISTRIBUSI tubuh.
Penurunan albumin darah
Rasio obat yang terikat dan obat bebas berubah
secara signifikan.
Obat-obat tertentu dimetabolisme
lebih lambat, terutama pada fase I
METABOLISME Penurunan aliran darah hepar,
penyakit hepar (meskipun telah
sembuh)

Penurunan klirens kreatinin terjadi pada


kira-kira 2/3 populasi
Memanjangnya waktu paruh beberapa
EKSKRESI obat dan kemungkinan akumulasi hingga
level toksik penyesuaian dosis
Obat inhalasi jarang digunakan
Pasien lansia lebih sensitif pada efek
beberapa obat, terutama hipnotik sedatif dan
analgesik.
Dipengaruhi oleh kontrol homeostatik.
FAKTA-FAKTA :
Setiap individu semakin berbeda sebagaimana usia
masing-masing
Penurunan mendadak pada sistem atau fungsi selalu
dikarenakan penyakit dan bukan penuaan normal
Penuaan normal dapat diperlambat pada beberapa aspek
dengan modifikasi faktor-faktor risiko.
Dalam keadaan tidak berpenyakit, penurunan simpanan
homeostatik seharusnya tidak menimbulkan gejala dan
tidak menyebabkan restriksi pada aktivitas sehari-hari.
Kriteria Lansia risiko tinggi menurut The National Health and Medical
Research Council (NHMRC) Amerika Serikat :
Seluruh individu dengan umur > 65 tahun
Individu dengan asplenia baik fungsional maupun anatomi,
termasuk penyakit sickle-cell
Pasien immunocompromised seperti; HIV (+) sebelum muncul
AIDS, nefrosis akut, multipel mieloma, limfoma, penyakit Hodgkin
dan pasien dengan transplantasi organ
Pasien dengan immunocompetent, tetapi menderita penyakit
kronik seperti; penyakit jantung kronik, penyakit ginjal kronik,
diabetes mellitus, penyakit paru kronik, pecandu alkohol
Orang Aborigin dan Torrest Strait Islander dangan umur > 50 tahun
Pasien dengan kelemahan/gangguan CSF
Berikan obat hanya yang betul-betul
diperlukan, sesuai indikasi. Bila perlu berikan
plasebo.
Pilihlah obat yang memberikan manfaat yang
paling menguntungkan dan tidak berinteraksi
dengan obat lain.
Mulai pengobatan dengan dosis rendah dan
regimen yang sederhana.
Monitor kondisi pasien secara berkala
(Manjoer, 2004)
Bila hasil kultur belum ada,
diperlukan terapi empirik yang
Infeksi bakterial memerlukan
sesuai dengan lokasi infeksi,
terapi antibiotika yang sesuai
lokasi penderita dan lokasi
dengan hasil kultur
terjadinya infeksi (di
masyarakat atau di rumahsakit).
ANTIBIOTIK EKSKRESI UTAMA INTERAKSI OBAT
-lactam (penisilin, Ginjal Beberap sefalosporin, seperti
sefalosporin, sefoperazon, sefobetan)
karbapenem, mungkin berinteraksi dengan
monobaktam) warfarin (PT)
Makrolid (eritromisin, Hati Digoxin, warfarin,
clarithomycin, terfenadin, teofilin
azitromicin)
Tetrasiklin Hati Digoxin, antasid, besi
Fluoroquinolon Ginjal Teofilin, antasid, besi
(ciprofloxacin, ofloxacin)
Trimetoprim- Ginjal/hati Digoxin, procainamid,
sulfametoksazol phenitoin, warfarin, OHO
Vancomycin Ginjal Sedikit interaksi
Penurunan
Tingginya mekanisme
insidens pertahanan tubuh
Perubahan pada
infeksi fungsi limfosit T
pada Penurunan klirens
mukosiliaris
lansia
Penurunan klirens
ginjal

-laktam Berpengaruh terhadap


Fluorokuinolon
sebagian besar obat
Aminoglikosida yang diekskresikan Trimetoprim-
melalui ginjal sulfametoksazol
-lactam
Boleh (dengan
Fluoroquinolon
penyesuaian
Makrolid
dosis)

Aminoglikosida
toksisitas yang tergantung
Dipertimbangkan pada konsentrasi dan waktu
di ginjal dan organ lain
Aktivitas antimikroba -laktam tergantung dari
tiga faktor
Kemampuan penetrasi membran
Pencegahan terhadap inaktivasi oleh -
laktamase
Kemampuan untuk mengikat dan
menginaktivasi PBP (penicillin binding protein)
Hilangnya salah satu faktor-faktor ini akan
menyebabkan resistensi obat antimikroba.
Amoksisilin baik diabsorbsi secara oral.
Bioavailabilitas oral amoksisilin 75%,
ampisilin 40-60%.
Ekskresi urin pada pemberian parenteral
ampisilin lebih tinggi (kira-kira 90%).
Pada populasi lansia, bersihan plasma dan
ekskresi urin ampisilin menurun signifikan
jika dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda.
Sefalosporin yang memiliki rantai sisi N-
methylthiotetrazole, menggambarkan
peningkatan risiko perdarahan diathesis pada
usila, yang disebabkan oleh interferensi dengan
faktor pembekuan darah yang tergantung
vitamin K.
Malnutrisi, insufisiensi ginjal, dan status fisik
yang terbatas merupakan predisposisi pasien
lansia untuk mengalami efek samping dari
pemakaian sefalosporin.
Hanya satu monobaktam yang digunakan di
klinik yaitu Aztreonam dan hanya di berikan
secara parenteral.
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal,
waktu paruhnya kira-kira 2 jam (meningkat
tiga kali lipat pada gagal ginjal) .
Status ginjal adalah penentu utama dalam
memberikan dosis pada pengaturan dosis
pasien lansia
Hanya imipenem yang digunakan secara luas
di klinik dan efektif melawan hampir semua
bakteri yang resisten terhadap -laktamase.
Imipenem diekskresikan dengan kombinasi
biotransformasi, filtrasi glomerulus, dan
sekresi.
Pada pasien gagal ginjal, waktu paruh
imipenem meningkat kira-kira 4 jam.
Aminoglikosid digunakan terutama
untuk infeksi yang disebabkan bakteri
gram negatif. Obat-obatan ini
mempunyai efek bakterisid cepat yang
bertahan setelah kadar obat dalam
plasma jatuh ke kadar subterapetik.

Efek toksik yang cukup tinggi,


terutama nefrotoksik, ototoksik, dan
blokade neuromuskular.
Penggunaan klinis aminoglikosid pada pasien lansia
harus dievaluasi dalam konteks keefektifannya, biaya
keseluruhan , dan risiko, terutama ototoksiksitas dan
nefrotoksiksitas. Obat ini diindikasikan untuk penyakit
infeksi yang serius atau saat obat yang kurang toksik
lainnya tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai