EPIDEMIOLOGI
(EPID IV)
Study analitik
Populasi (Sampel)
a. Efek (+)
Faktor b. Efek (-)
Risiko
-------------------
a. Efek (+)
b. Efek (-)
Cross-sectional
Faktor resiko +
Faktor resiko -
Obesitas
No Variasi Jumlah P OR
Obesitas Tdk obesitas
Jenis fast value 95%
food n % n % N % CI
Kasus
Kontrol
Studi penyebab malnutrisi di puskesmas anak < 3tahun, dengan faktor risiko (air
minum), sebagai control misalnya anak < 3 tahun ISPA (control) pd waktu yg sama.
Ingin diteliti hubungannya dengan air minum yg digunakan. Confounding di match:
umur,Lokasi, agama, ethnic group) antara grup kasus dan grup kontrol.
Case-control
Contoh:
Penyakit : Faktor resiko:
Urtikaria kronis makan udang?
Ca paru kebiasaan merokok?
Tukak lambung makan NSAID?
Stroke hipertensi?
LANGKAH-LANGKAH
Merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesis
Mengidetifikasi variabel peneltian
Menetapkan subyek penelitian
Melaksanakan pengukuran
Menganalisis data
1. Penetapan pertanyaan penelitian :
Apakah terdapat hubungan antara kejadian
penyakit jantung bawaan pd bayi yg ibunya
minum jamu peluntur pada kehamilan muda?
hipotesis: Pajananan terhadap jamu peluntur
lebih sering terjadi pada ibu yang anaknya
menderita peny.jantung bawaan dbanding pada
ibu yang anaknya tidak menderita peny,jantu ng
bawaan.
2. Identifikasi variabel dan buat DO.
Fak,.risiko: intensitas pajanan fak risiko dpt dinilai dg
mengukur dosis, frekuensi, atau lamanya pajanan.
Yg berhub,dg frekuensi: tergantung var nominal
dikotom/polichotom, var.kontinyu/numerik, misalany
umur dlm tahun.
Pajanan yg berhub.dg waktu:Lama pajanan , misal jlh
bukan pemakaian IUD, dan apakah pajanan brlangsung
terus menerus, saat endpt pajanan pertamakali, kapan
mendpt pajanan terakhir.
2. Identifikasi variabel dan buat DO.
Misal: pemakaian kontrasepsi oral pd wanita yg belum
pernah hamil cukup bulanmeningkatkan risiko
kanker payu dara.
Sumber informasi: Catatan medik di RS, Lab PA,
catatan kantor kesehatan, kontak dg subyek (langsung
telepon, surat).
Catatan: Apapun yg dipergunakan prinsIpnya pd
kelompok kasus dan kontrol ditanyakan hal yang sama,
sebaiknya pewawancara tdk tahu mana kasus dan
Kontrol.
2. Identifikasi variabel dan buat DO.
Efek: Penyakit/kelainan yg diagnosisnya mudah
(Misalnya unencephali) penentuan subyek yg
menglami dan tdk menglami mudah.
Namun sering sulit diperoleh kriteria klinis yg obyektif
u diagnosis yg tepat, shg diperlukan pembuktian lab,
penctraan atau pem. PA. Namun kadang-ladang msh
sulit tu penyakit yg tergantugn stadium, misalnya
artiritis reuamtoid,
Untuk beberapa penyakit ada kriteria baku, tetapi kdg
harus dimodifikasi.
3. Menentukan subyek penelitian
Kasus: Cara terbaik secara acak dari populasi yg
menderita efek.
Sebaknya diambil kasus insidens
Tempat pengambilan kasus. Yang sebaiknya dari
registrasi kes masyarakat yg baik dan lengkap.
Sayangnya jarang hingga diambil dari pasien yg
mencar pertolongan ke RS (Bias karena
karakteristik berbeda yg berobat dan tdk berobat
ke RS)
3. Menentukan subyek penelitian
Kontrol: Memberikan masalah yg lbh besar drpd
pemilihan kasus . Karena kontrol semata-mata ditentukan
peneliti, shg sangat terancam bias.
Kontrol harus berasald ari popualsi yg sama dg kasus,
sehingga memp,kesmepatan g sama u terpajan o faktor
risiko g diteliti.
Kriteria inklusi kontrol: misalnya hub,kanker payu dara
dan penggunaan pil KB, subyek yg mep.peluang u minum
pil kontarsepsi (yi wanita yg menikah, dlm usia subur,
serta sdh memp,anak).
3. Menentukan subyek penelitian
Beberapa cara memilih Kontrol yg baik:
1. Memilih kasus kontrol d ari populasi g sama
2. Matching
3. Memilih lebih dari satu kelompok kontrol.
4. Menetapkan besar sampel
Besar sampel yg akan diteliti tergantung pada:
1. Berapa besar densitas pajanan fak risiko pd populasi.
Kalau terlalu kecil/terlalu besar, maka kemungkinan
pajanan risiko pd kasus dan kontrol mungkin sama, shg
diperlukan sampel lbh besar.
2. OR terkecil yg dianggap bermakna
3. Derajat kemaknaan (alpha basanya 0,05) dan kekuatan
(power=1-betha) b biasanya 10 atau 20 %, power jadi 90
atau 80 %.
4. Rasio kasus dan kontrol.
5. Apakah pemilihan kontrol dg matching atau tidak.
5. Melakukan Pengukuran
Merupakan hal yg sentral dalam penelitian kasus kontrol.
Pengukuran fakor risiko yg terjadi pada waktu yl
menimbulkan kesulitan. Dalam kead,tertentu ada data
objektif (RM lengkap PA, Lab).
Namun lbh seri ng dg anamnesa recall bias.(Kelemahan
utama)..Misalnya ibu yg anaknya menderita cacat tertentu
(kasus) berusaha mengingat apakah wkt hamil muda
minum jamu peluntur, pd kontrol (orang sehat) cenderung
emnjawab tidak, karena tidak merasa perlu mengingat.
Kiatnya bawa alat peraga (misalnya jamu peluntur KB).
6. Menganalisis hasil penelitian
Analisis ditentukan oleh apa yg ingin diteliti, bagaimana
cara memilih kontrol (Macthing atau tidak) dan terdapat
variabel yg mengganggu atau tidak.
Studi kasus ontrol tanpa matching: Rasio Odss (OR): ad/bc
Studi kasus kontrol dg matching:b/c.
Tabel 2x2 hasil pengamatan case
control
BKB
YA TIDAK JUMLAH
FAK.RISI YA 30 70 100
KO
TIDAK 15 135 150
45 205 250
OR=ad/bc=30x135/70x15
= 3,857=3,86=3,9
Tabel 5.
Distribusi responden menurut kanker paru dan kebiasaan merokok,
Kabupaten X 1988
Merokok Kanker paru Total
Ya Tidak
n % n % N %
Ya 75 75,0 30 30,0 105 52,5
Tidak 25 25,0 70 70,0 95 47,5
Kelebihan:
(1) Dapat atau kadang-kadang bahkan merupakan satu-
satunya cara utk meneliti kasus yg jarang atau yg
ms latennya panjang
(2) Hasil dpt diperoleh dg cepat
(3) Biaya yg diperlukan relatif lebih sedikit
(4) Memerlukan subjek penelitian yg lebih sedikit
(5) Memungkinkan untuk mengidentifikasi pelbagai
faktor risiko sekaligus dlm penelitan.
PENELITIAN KASUS-KONTROL
Kelemahan:
(1) Data mengenai pajanan fak.risiko diperoleh dg
mengandalkan daya ingat (recall bias)/ctt medik.
(2) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sulit
diperoleh
(3) Karena kasus dan kontrol dipilih peneliti mk sukar
meyakinkan bahwa kedua kelompok itu sebanding
dl pelbagai faktor ekternal dan sumber bias lainnya
(4) Tdk dpt memberikan incidence rate
(5) Tdk dpt dipakai u menentukan > 1 variabel
dependen, hanya berkaitan dg satu penyakit/efek.
STUDI KOHORT
Merupakan studi epidemiologis analitik non
eksperimental yg mempelajari hu bungan antara
faktor risiko dan efek atau penyakit.
Cohort (Bhs Romawi kuno, berati kelompok
tentara yg berbaris maju kemedan perang).
Pendekatan time period approached (longitudinal).
Faktor kausa atau faktor risiko diidentfikasi lbh
dahulu, kemudian subyek diikuti sp periode
tertentu untuk melihat terjadinya efek.
Cohort
Titik tolak: ada tidaknya faktor resiko
Lalu: amati prospektif terjadinya efek pada
grup dengan dan grup tanpa faktor resiko
sampai batas waktu tertentu
Subyek orang yang tidak sakit dan belum
terpajan pada faktor resiko
Parameter: resiko relatif (relative risk)
Cohort
Studi longitudinal
Guna:
Mengetahui hubungan antara faktor risiko
dengan timbulnya efek
Mengetahui insidens
Cohort
Faktor risiko
penyakit + penyakit -
+
Faktor risiko
-
Subyek tanpa penyakit
dan belum terpapar
faktor risiko
Figure 3: Diagram Cohort study
PROSPEKTIF
PRESENT FUTURE
Prosepctive study
Masalah (+)
Terpapar
Faktor risiko Masalah (-)
Bandingkan
Masalah (+)
Tidak Terpapar
Faktor risiko
Masalah (-)
Studi hubungan Inncidence diare dengan sumber air.pada anak < 5 tahun didesa
dengan sumbe air berbeda. Cek anak tiap dua minggu apakah diare dan minum air ttu.
Studi perokok dan tidak perokok, dengan kejadian Ca paru. Studi kohort biasanya
digunakan untuk mencari penyebab kasus terutama yg incidence rendah.
Figure 3: Diagram Cohort study
RETROSPEKTIF (Fak risiko dan efek telah terjadi pd ms lalu)
MAS A LALU MASA LALU:Penelitian
dilakukan disini
Masalah (+)
Terpapar
Faktor risiko Masalah (-)
Bandingkan
Masalah (+)
Tidak Terpapar
Faktor risiko
Masalah (-)
Hubungan ASI Eksluifi dengan Berat Badan bayi pada usia 1 tahun
Dari catatan Medik Rumah Bersalin tercatat 400 bayi. Yg belum cukup bulan. Pada
folow up diperolehs ejumlah 180 yg melakukan kontrol teratur setiap bulan sp usia 1
tahun. Pd CM follow tercatat apaka bayi minum ASI ekslusif atau tidak.
LANGKAH-LANGKAH
Merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesis
Mengidetifikasi variabel peneltian
Menetapkan subyek penelitian
Melaksanakan pengukuran
Menganalisis data
Tabel 5.
Distribusi resoonden menurut kanker paru dan kebiasaan merokok,
Kabupaten X 1988
Merokok Kanker paru Total
Ya Tidak
n % n % N %
Ya 75 71,4 30 28,6 105 100
Tidak 25 26,3 70 73,7 95 100
PJK
No Merokok Jumlah P RR
Ya Tdk
value 95%
n % n % N % CI
Kelebihan:
(1) Merupakan desain terbaik dalam menentukan
insidens dan perjalanan penyakit atau efek yg
diteliti
(2) Merupakan desain terbaik dalam menerangkan
dinamika hubungan antara faktor risiko dg efek
secara temporal
(3) Merupakan pilihan terbaik u kasus yg bersifat fatal
dan progresif
(4) Dapat dipakai u meneliti beberapa efek sekaligus
dari st faktor risiko tertentu
(5) Karena pengamatan dilakukan secara kontinyu dan
longutidinal, studi kohort meiliki kekuatan yg andal
u meneliti berbagai masalah kesehatan yg makin
meningkat.
PENELITIAN KOHORT
Kelemahan:
(1) Biasanya memerlukan waktu yg lama
(2) Sarana dan biaya biasanya mahal
(3) Seringkali rumit
(4) Kurang efisien dari segi waktu dan biaya untuk
meneliti kasus jarang
(5) Terancam drop out atau terjadinya perubahan
intensitas pajanan atau faktor risiko dapat
mengganggu analisis hasil.
(6) Pada keadaan tertentu dpt menimbulkan masalah
etika karena peneliti melibatkan subjek terkena
pajanan yg dicurigai atau diangap dapat
merugikan subjek.
Bias
BIAS (Kesalahan sistematik yg mengakibatkan
distorsi penaksiaran parameter populasi sasaran
berdasarkan statisik sampel)
Bias seleksi
Bias informasi
Bias perancu (confounding bias).
Distorsi : memperbesar, memperkceil atau
meniadakan pengaruh paparan yg
sebenarnya.
Contoh: Sejumlah studi kasus kontrol
menemukan bahwa penggunaan estrogen
pasca menopause meningkatkan risiko Ca
endometrium hingga OR =9,8 . Benarkah
itu? Perdrhan pervaginam (berhub dg
paparan estrogen, tetapi dinyatkan kasus)
Bias seleksi: kesalahan sistematik dalam memilih
subyek menurut status penyakit dipengaruhi status
paparannya (pada studi Kasus kontrol) atau memilih
subyek menurut status paparannya dipengaruhi oleh
status penyakitnya (kohort retrospektif).
Jenis:
Bias deteksi (perbed intensitas surveilans memilih kasus
dan non kasus
Bias Berkson (penelitian di RS bukan populasi
umum)
Bias non responden (menolak berpartisipasi)
BIAS INFORMASI (Disebut juga Bias pengukuran,
bias pengamatan, bias misklasifikasi)
Bias dalam cara mengamati, melaporkan, mengukur,
mencatat, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan
status paparan dan atau penyakit.
Jenis:
Bias mengingat kembali,
bias pewawancara,
bias follow up(pd studi kohort, DO).,
bias Hawthorne (Perub perilaku subyek disesuaikan dg
keinginginan peneliti yg kehadirannya diketahui subyek
penelitian), penelitian ekstra pada kelompok ekperimen (Uji
klinik, mencegahnya dengan blinding)