Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN 3 (PBL 3)

PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI


PUSKESMAS CILANDAK
JAKARTA SELATAN

Oleh :
IRMA RHOMAYANTI
1206320973

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seksualitas Kesehatan Rerpoduksi Remaja dapat didefinisikan sebagai
keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk terbebas dari
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, dan semua bentuk
kekerasan seksual. Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 71 tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan, ruang lingkup
kesehatan reproduksi mencakup saat sebelum hamil, waktu melahirkan
dan sesudah melahirkan, pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi,
kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. (Depkes, 2011)
Setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas,
pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja, dan pelayanan infeksi
menular seksual (HIV/AIDS) perlu di jamin dan bisa mendapatkannya di
pusat kesehatan masyarakat. Masa remaja adalah fase peralihan dari masa
anak ke dewasa. Pada masa tersebut terjadilah perubahan fisik secara
cepat tetapi perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan
kejiwaan (mental emosional). Perubahan tersebut membuat remaja
menjadi lebih berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi dan
perilaku seksual yang buruk.
Kasus HIV pada 2013 di dunia terdaftar 2,3 juta infeksi HIV baru, turun
33 persen dari tahun 2001, sekitar 34 juta orang di dunia mengidap Virus
HIV penyebab Aids dan kebanyakan dari mereka hidup dalam
kemiskinan dan di negara berkembang. Di Asia Tenggara, negara-negara
yang meningkat angka kematian HIV-nya adalah Indonesia, Laos,
Filipina, Sri Lanka, Vietnam.
Di Indonesia, setiap 25 menit sekali orang terinfeksi HIV baru dan rata-
rata terjadi pada orang dibawah usia 25 tahun. Papua adalah provinsi yang
menempati posisi pertama sebagai wilayah yang menyumbang kasus HIV
baru dengan jumlah insiden 131/100.000 populasi. Sedangkan Jakarta
menempati urutan ke empat setelah Papua Barat dan Bali dengan insiden
43/100.000 populasi (Kemenkes, 2011).
Di wilayah Puskesmas Cilandak kasus HIV periode Januari-Mei 2014
sebanyak 7 orang yang terdeteksi HIV positif. Sedangkan menurut jenis
kelamin, 75% laki-laki dan 25% perempuan yang terinfeksi HIV.
Damapak HIV
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membuat remaja semakin mudah untuk mengakses mengenai kesehatan
reproduksi dan seksualitas dari berbagai media. Namun, informasi yang
diberikan oleh media-media tersebut belum tentu benar. Sampai saat ini,
kebutuhan remaja akan informasi, pendidikan, dan pelayanan tentang
kesehatan reproduksi masih belum terpenuhi dengan baik.
Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan reproduksi, diharapkan
dapat mengisi kebutuhan remaja untuk memperoleh informasi KRR yang
benar. Salah satu program yang dilaksanakan di Puskesmas Cilandak
Jakarta Selatan adalah program Aku Bangga Aku Tahu. Dengan adanya
program tersebut diharapkan dapat membantu pencegahan dan penurunan
kasus HIV dikalangan remaja.
Berdasarkan data diatas maka penting remaja untuk mengetahui tentang
HIV/AIDS. Dan penyuluhan ini dilaksanakan di SMP 37 Negeri Jakarta
Selatan. Sekolah tersebut berada di wilayah kerja Puskesmas Cilandak
Jakarta Selatan. Oleh karena itu sekolah tersebut ditunujuk Puskesmas
untuk melakukan kegiatan program Aku Bangga Aku Tahu, yaitu
peyuluahan terkait masalah HIV/AIDS.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan kegiatan konseling dan penyuluhan dalam bidang kesehatan
reproduksi di wilayah kerja Puskesma Cilandak Jakarta Selatan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan penggalian masalah pada 5 area kesehatan reproduski (KIA,
KB, Kesehatan Reproduksi Remaja, Lansia, dan IMS termasuk
HIV/AIDS) di Puskesmas Cilandak
b. Melakukan kegiatan konseling pada ibu hamil, nifas, akseptor KB, remaja,
lansia, dan penderita IMS di Puskesmas Cilandak
c. Melakukan kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS di SMP 37 Negeri
Jakarta Selatan
d. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMP 37 Negeri Jakarta Selatan
tentang HIV/AIDS

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Terpapar dengan berbagai permasalahan nyata di lapangan,
b. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam
bidang kesehatan reproduksi,
c. Bekerja dalam tim untuk memcahkan masalah,
d. Menggunakan metodologi yang relevan untuk melakukan analisis
situasi, mengidentifikasi masalah, menetapkan alternatif pemecahan
masalah, merencanakan program intervensi, menerapkan kegiatan
intervensi, melakukan pemantauan kegiatan intervensi, serta menilai
keberhasilan intervensi,
e. Mendapat bahan untuk penulisan karya ilmiah yang setara dengan
skripsi.
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
a. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi/instansi tempat
PBL 3 dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antar
substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan reproduksi,
b. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di
lapangan,
c. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
peserta didik yang terampil.
1.3.3 Bagi Puskesmas Cilandak
a. Dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa, baik dalam kegiatan
manajemen maupun kegiatan operasional,
b. Dapat memanfaatkan tenaga pembimbimg akademik untuk memberikan
asupan yang relevan dengan kegiatan manajemen maupun kegiatan
operasional di Puskesmas Jagakarsa,
c. Dapat memperoleh asupan yang lebih luas dari staf FKM UI melalui
kegiatan seminar, lokakarya, dan lain sebagainya,
d. Dapat mengembangkan kemitraan antara FKM UI dan Puskesmas
Cilandak, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan


Kegiatan konseling dilakukan pada unit KIA (ibu hamil, nifas), KB (akseptor
KB). KRR (remaja), lansia, dan IMS. Sedangkan untuk kegiatan penyuluhan
dilakukan pada remaja kelas VII SMP 37 Negeri Jakarta Selatan. Kegiatan
PBL 3 berlangsung pada bulan September-Oktober 2014.
BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1 Analisis Epidemiologi


- Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012, angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.
Dalam survei yang sama, tahun 2007 angka kematian ibu hanya 228 per
100 ribu kelahiran hidup.
- Data AKB menurut World Health Organization (WHO) 2012 adalah
sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup, Indonesia masih harus bekerja
keras untuk mewujudkan targetan MDGs yaitu 23 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015
- Angka kehamilan remaja semakin meningka, menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang menyebutkan angka
fertilitas remaja (ASFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48
dari 1.000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi dibandingkan
temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari 1.000 kehamilan.
- Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi pada 2010
tersebut terhadap 3.006 responden remaja usia 17-24 tahun menunjukkan
bahwa 20.9% diantara mereka telah hamil dan melahirkan sebelum
menikah. Ada kecenderungan perilaku seksual di kalangan remaja
semakin meningkat dari tahun ke tahun.
- Jumlah remaja Indonesia terbilang sangat besar mencapai 63,4 juta jiwa
atau sekitar 26,7 persen dari penduduk Indonesia. Masalah yang paling
menonjol di kalangan remaja adalah seputar kesehatan reproduksi yaitu
seksualitas, HIV/AIDS, serta penyalahgunaan narkotika dan zat aditif.
(BKKBN, 2012)
2.2 Analisis Situasi Lingkungan
- Dalam upaya untuk membantu menurunkan angka kematian ibu dan
bayi, Puskesmas Cilandak melakukan program Kelas Ibu hamil yang
dilakukan setiap satu minggu sekali. Program ini bertujuan untuk
melakukan promosi kesehatan pada unit KIA
- Dalam unit remaja, Puskesmas Cilandak melakukan skrining pada remaja
satu bulan sekali dan melaksanakan program ABAT (Aku Bangga Aku
Tahu) yaitu penyuluhan kesehatan reproduksi
- Puskesmas Cilandak belum mempunyai program terkait IMS termasuk
HIV/AIDS baik pada kelompok berisiko maupun pada remaja
BAB III
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

3.1 Rencana Pelaksanaan PBL 3


Kegiatan PBL 3 dilaksanakan selama 24 hari kerja di Puskesmas Cilandak
Jakarta Selatan. Metode yang akan disampaikan adalah ceramah dan tanya
jawab. Media yang dipakai pada penyuluhan yaitu riflet, handout, LCD dan
Laptop.

3.2 Sasaran Kegiatan


Sasaran kegiatan PBL 3 adalah ibu hamil, nifas, akseptor KB, remaja, lansia,
dan pasien penderita IMS/HIV-AIDS.

3.3 Uraian kegiatan


3.3.1 Persiapan
Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan 3 dilaksanakan selama bulan
September hingga Oktober 2014. Kegiatan ini menggunakan metode
penyuluhan, konseling yang dilakukan dengan teknik komunikasi
persuasif, informasi, dan edukasi (KIE). Tahap-tahap yang dilakukan
dalam pelaksanaan PBL 3 di Puskesmas Cilandak antara lain:
1. Pembekalan Kegiatan PBL 3
Persiapan kegiatan PBL 3 diawali dengan pembekalan kegiatan PBL 3
dari Departemen Kesehatan Reproduksi FKM UI
2. Kegiatan PBL 3
Kegiatan PBL 3 meliputi kunjungan awal ke Puskesmas Cilandak untuk
mendapatkan izin melakukan kegiatan konseling dan penyuluhan di
wilayah Puskesmas Cilandak. Selain itu, tahap ini juga meliputi
pembuatan surat izin melakukan PBL 3 dari pihak FKM Universitas
Indonesia, pemberian surat izin melakukan PBL 3 kepada pihak
Puskesmas Cilandak, serta pembuatan proposal kegiatan PBL 3.
3.3.2 Perencanaan PBL 3
Kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain meliputi:
1. Kegiatan koseling PBL 3
a. Wawancara dengan setiap kepala ruangan (KIA, KB, KRR, IMS, dan
Lansia) untuk mengetahui masalah yang sering terjadi pada klien
b. Melakukan kegiatan koseling kepada klien sesuai dengan masalah yang
dihadapi klien di setiap unit yang telah ditentukan (KIA, KB, KRR, IMS,
dan Lansia)
2. Kegiatan Penyuluhan
2.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk melihat perubahan tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas IX SMP
IDHATA Jakarta Selatan tentang HIV/AIDS setelah diberikan penyuluhan
b. Tujuan Khusus
Siswa-siswi kelas IX SMP IDHATA dapat mengetahui :
- Pengertian HIV/AIDS
- Cara penularan HIV/AIDS
- Tanda dan gejala HIV/AIDS
- Cara pencegahan HIV/AIDS
- Dampak HIV/AIDS
2.2 Perencanaan kegiatan penyuluhan
a. Penyusunan rencana jadwal pelaksanaan, metode, dan media yang akan
dipakai pada kegiatan penyuluhan kepada siswa-siswi kelas IX SMP
IDHATA tentang HIV/AIDS
b. Persiapan satuan materi penyuluhan
c. Media yang digunakan adalah poster, powerpoint, dan leaflet.
d. Pembuatan handout materi penyuluhan
e. Pembuatan kuesioner pre-test dan post-test untuk mengetahui adanya
peningkatan pengetahuan siswa-siswi kelas IX SMP IDHATA
f. Pembelian alat dan bahan seperti alat tulis dan hadiah bagi siswa-siswi
untuk dibagikan saat kegiatan
2.3 Sosialisasi Kegiatan Penyuluhan
a. Penjelasan teknik pelaksanaan kegiatan kepada pihak sekolah meliputi
kegiatan itu sendiri, tujuan, serta metode yang akan dipakai saat
penyuluhan
b. Pengaturan jadwal bekerjasama dengan pihak sekolah
c. Pengumuman mengenai kegiatan penyuluhan di Kelas IX SMP IDHATA
tentang HIV-AIDS

3.4 Implementasi Kegiatan Penyuluhan


a. Pelaksanaan pre-test
Pre-test berupa pertanyaan berjumlah 15 soal mengenai HIV-AIDS, dijawab
oleh semua siswa-siswi kelas IX SMP IDHATA dengan waktu 10 menit
sebelum penyuluhan
b. Melakukan simulasi penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik secara
bersamaan
c. Pelaksanaan Penyuluhan tentang HIV-AIDS kepada siswa-siswi kelas IX SMP
IDHATA
d. Pelaksanaan post-tes
Post-tes berupa pertanyaan yang sama seperti pre-test diberikan kepada siswa-
siswi, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pengetahuan tentang HIV-
AIDS

3.5 Laporan Akhir dan Presentasi

Seluruh proses kegiatan disusun lengkap dan urut untuk kemudian dituliskan
dalam sebuah laporan akhir. Laporan ini kemudian di presentasikan setelah
pelaksanaan program.

Anda mungkin juga menyukai