Bab I
Bab I
Oleh :
IRMA RHOMAYANTI
1206320973
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seksualitas Kesehatan Rerpoduksi Remaja dapat didefinisikan sebagai
keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk terbebas dari
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, dan semua bentuk
kekerasan seksual. Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 71 tentang Kesehatan Reproduksi dinyatakan, ruang lingkup
kesehatan reproduksi mencakup saat sebelum hamil, waktu melahirkan
dan sesudah melahirkan, pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi,
kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. (Depkes, 2011)
Setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas,
pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja, dan pelayanan infeksi
menular seksual (HIV/AIDS) perlu di jamin dan bisa mendapatkannya di
pusat kesehatan masyarakat. Masa remaja adalah fase peralihan dari masa
anak ke dewasa. Pada masa tersebut terjadilah perubahan fisik secara
cepat tetapi perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan
kejiwaan (mental emosional). Perubahan tersebut membuat remaja
menjadi lebih berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi dan
perilaku seksual yang buruk.
Kasus HIV pada 2013 di dunia terdaftar 2,3 juta infeksi HIV baru, turun
33 persen dari tahun 2001, sekitar 34 juta orang di dunia mengidap Virus
HIV penyebab Aids dan kebanyakan dari mereka hidup dalam
kemiskinan dan di negara berkembang. Di Asia Tenggara, negara-negara
yang meningkat angka kematian HIV-nya adalah Indonesia, Laos,
Filipina, Sri Lanka, Vietnam.
Di Indonesia, setiap 25 menit sekali orang terinfeksi HIV baru dan rata-
rata terjadi pada orang dibawah usia 25 tahun. Papua adalah provinsi yang
menempati posisi pertama sebagai wilayah yang menyumbang kasus HIV
baru dengan jumlah insiden 131/100.000 populasi. Sedangkan Jakarta
menempati urutan ke empat setelah Papua Barat dan Bali dengan insiden
43/100.000 populasi (Kemenkes, 2011).
Di wilayah Puskesmas Cilandak kasus HIV periode Januari-Mei 2014
sebanyak 7 orang yang terdeteksi HIV positif. Sedangkan menurut jenis
kelamin, 75% laki-laki dan 25% perempuan yang terinfeksi HIV.
Damapak HIV
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membuat remaja semakin mudah untuk mengakses mengenai kesehatan
reproduksi dan seksualitas dari berbagai media. Namun, informasi yang
diberikan oleh media-media tersebut belum tentu benar. Sampai saat ini,
kebutuhan remaja akan informasi, pendidikan, dan pelayanan tentang
kesehatan reproduksi masih belum terpenuhi dengan baik.
Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan reproduksi, diharapkan
dapat mengisi kebutuhan remaja untuk memperoleh informasi KRR yang
benar. Salah satu program yang dilaksanakan di Puskesmas Cilandak
Jakarta Selatan adalah program Aku Bangga Aku Tahu. Dengan adanya
program tersebut diharapkan dapat membantu pencegahan dan penurunan
kasus HIV dikalangan remaja.
Berdasarkan data diatas maka penting remaja untuk mengetahui tentang
HIV/AIDS. Dan penyuluhan ini dilaksanakan di SMP 37 Negeri Jakarta
Selatan. Sekolah tersebut berada di wilayah kerja Puskesmas Cilandak
Jakarta Selatan. Oleh karena itu sekolah tersebut ditunujuk Puskesmas
untuk melakukan kegiatan program Aku Bangga Aku Tahu, yaitu
peyuluahan terkait masalah HIV/AIDS.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan kegiatan konseling dan penyuluhan dalam bidang kesehatan
reproduksi di wilayah kerja Puskesma Cilandak Jakarta Selatan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan penggalian masalah pada 5 area kesehatan reproduski (KIA,
KB, Kesehatan Reproduksi Remaja, Lansia, dan IMS termasuk
HIV/AIDS) di Puskesmas Cilandak
b. Melakukan kegiatan konseling pada ibu hamil, nifas, akseptor KB, remaja,
lansia, dan penderita IMS di Puskesmas Cilandak
c. Melakukan kegiatan penyuluhan tentang HIV/AIDS di SMP 37 Negeri
Jakarta Selatan
d. Meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SMP 37 Negeri Jakarta Selatan
tentang HIV/AIDS
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Terpapar dengan berbagai permasalahan nyata di lapangan,
b. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam
bidang kesehatan reproduksi,
c. Bekerja dalam tim untuk memcahkan masalah,
d. Menggunakan metodologi yang relevan untuk melakukan analisis
situasi, mengidentifikasi masalah, menetapkan alternatif pemecahan
masalah, merencanakan program intervensi, menerapkan kegiatan
intervensi, melakukan pemantauan kegiatan intervensi, serta menilai
keberhasilan intervensi,
e. Mendapat bahan untuk penulisan karya ilmiah yang setara dengan
skripsi.
1.3.2 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
a. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi/instansi tempat
PBL 3 dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antar
substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan reproduksi,
b. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di
lapangan,
c. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan
peserta didik yang terampil.
1.3.3 Bagi Puskesmas Cilandak
a. Dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa, baik dalam kegiatan
manajemen maupun kegiatan operasional,
b. Dapat memanfaatkan tenaga pembimbimg akademik untuk memberikan
asupan yang relevan dengan kegiatan manajemen maupun kegiatan
operasional di Puskesmas Jagakarsa,
c. Dapat memperoleh asupan yang lebih luas dari staf FKM UI melalui
kegiatan seminar, lokakarya, dan lain sebagainya,
d. Dapat mengembangkan kemitraan antara FKM UI dan Puskesmas
Cilandak, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.
Seluruh proses kegiatan disusun lengkap dan urut untuk kemudian dituliskan
dalam sebuah laporan akhir. Laporan ini kemudian di presentasikan setelah
pelaksanaan program.