23
24
Karyohexsis
Vena Sentralis
Piknosis Karyolisis
(a) (b)
Keterangan : (a) Hati Ikan Mas Mengalami Nekrosis (Piknosis, Karyohexsis dan Karyolisis).
(b) Hati Ikan Mas Normal dengan Pembesaran 400x dan Pewarnaan H-E.
Vena Sentralis
Kongesti
(a) (b)
Keterangan : (a) Hati Ikan Mas mengalami Kongesti (b) Hati ikan Mas Normal dengan
Pembesaran 400x dan Pewarnaan H-E.
Gambar 5 a-b. Perbandingan Mikroanatomi Hati yang Mengalami Kongesti
dengan Hati Normal pada Ikan Mas
Vena Sentralis
Deg Hidropis
Deg Lemak
(a) (b)
Keterangan : (a)Hati Ikan Mas Mengalami Degenerasi Lemak dan Degenerasi Hidropis.
(b) Hati ikan Mas Normal dengan Pembesaran 400x dan Pewarnaan H-E
pada kedua Stasiun tersebut melampaui batas optimal untuk budidaya ikan mas,
menurut SNI 2000, suhu yang baik untuk ikan mas berkisar antara 25oC- 30oC.
Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya keramba jaring
apung (KJA), karena perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap proses fisika,
kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi
ekosistem perairan. Suhu air berpengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap faktor-faktor seperti aktivitas enzim dan tingkat metabolisme.
Peningkatan suhu dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap racun seperti
logam. Selain itu menurut Kusumastanto (2004) dalam Nur (2011) bahwa
konsentrasi logam berat terakumulasi dengan meningkatnya suhu lingkungan.
Hasil pengukuran pH pada Daerah Kertajaya (Stasiun 1), Daerah
Margaluyu (Stasiun 2) dan Daerah Margalaksana (Stasiun 3) menunjukkan bahwa
pH pada masing-masing Stasiun tersebut yaitu 7,5 ; 7,99 dan 7,6. Nilai pH yang
terdapat di masing-masing Stasiun menunjukkan dimana kondisi tersebut masih
dalam batas kelayakan untuk kehidupan ikan mas, sesuai SNI (2000) nilai pH
yang baik untuk budidaya ikan mas adalah 6,5 8,5. Connel dan Miller (1995)
menyatakan kenaikan pH diperairan akan diikuti dengan penurunan kelarutan
logam berat sehingga logam cenderung mengendap.
Hasil pengukuran DO pada Daerah Kertajaya (Stasiun 1), Daerah
Margaluyu (Stasiun 2) dan Daerah Margalaksana (Stasiun 3) menunjukkan bahwa
DO pada masing-masing Stasiun tersebut yaitu 6,1 ; 6 dan 6,5. Nilai DO tertinggi
terdapat di Daerah Margalaksana (Stasiun 3). Nilai DO yang terdapat di masing-
masing Stasiun menunjukkan dimana kondisi tersebut masih dalam batas
kelayakan untuk kehidupan ikan mas, sesuai SNI (2000) nilai DO yang baik
untuk budidaya ikan mas lebih dari 5 mg/l. Connel dan Miller (1995)
menyebutkan DO merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi
kadar logam berat pada organisme air. Rendahnya DO akan meningkatkan laju
respirasi ikan tersebut, sehingga dapat meningkatkan racun atau bahan kimia yang
masuk kedalam tubuh ikan. Kandungan O2 terlarut dalam suatu perairan dan dapat
mempengaruhi daya tahan organisme akuatik terhadap pengaruh letal suatu
kontaminan.
32