Anda di halaman 1dari 7

GALENIKA Journal of Pharmacy Vol.et2 al.

/Galenika
Hikmah (1) : 24 - 30 Journal of Pharmacy ISSN : 2442-8744
March 2016

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum


Wight.) TERHADAP GLIBENKLAMID DALAM MENURUNKAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT(Mus musculus) YANG
DIINDUKSI ALOKSAN

THE IMPACT OF ADMINISTRATION BAY LEAF EXTRACT (Syzygium


polyanthum Wight.) ON GLIBENCLAMIDE IN LOWERING BLOOD
GLUCOSE LEVELS ON MICE(Mus musculus)THAT INDUCED
BY ALLOXAN

Nur Hikmah1*, Yuliet1, Khildah Khaerati1


1
Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA,UniversitasTadulako, Palu, Indonesia

Received 4 Desember 2015, Accepted 10 Februari 2016

ABSTRAK

Penggunaan obat herbal dan obat sintetik secara bersamaan banyak dilakukan oleh penderita diabetes
untuk pemeliharaan kadar glukosa darah yang lebih baik, seperti penggunaan glibenklamid dan daun salam.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak daun salam terhadap glibenklamid dalam
menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian ini menggunakan 40 ekor mencit
putih jantan yang terbagi dalam 8 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, hewan uji dibuat diabetes dengan
induksi aloksan (70 mg/kg BB) terlebih dahulu secara intravena. Kelompok kontrol negatif merupakan
kelompok yang diberikan Na CMC 0,5%, KG merupakan kontrol glibenklamid 0,65 mg/kg BB, kelompok
DS1, DS2, DS3 adalah kelompok kontrol ekstrak daun salam tunggal dengan dosis masing-masing 250 mg/kg
BB, 500 mg/kg BB, dan 750 mg/kg BB, kelompok KD1, KD2, KD3 adalah kelompok kombinasi glibenklamid
dan ekstrak daun salam dengan dosis masing-masing glibenklamid dikombinasikan dengan ekstrak daun salam
250 mg/kg BB, glibenklamid dikombinasikan dengan ekstrak daun salam 500 mg/kg BB, dan glibenklamid
dikombinasikan dengan ekstrak daun salam750 mg/kg BB, dengan selang waktu pemberian 1 jam. Data yang
diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANOVA (analysis of variance) pada taraf
kepercayaan 95% dengan parameter selisih penurunan kadar glukosa darah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak daun salam berpengaruh secara signifikan terhadap glibenklamid dalam menurunkan
kadar glukosa darah dan dosis yang efektif adalah kombinasi dosis glibenklamid 0,65 mg/kg BB dan ekstrak
daun salam 250 mg/kg BB.

Kata kunci: Aloksan, Syzygium polyanthum Wight., Glibenklamid.

ABSTRACT

The use of herbal medicines and synthetic drugssimultaneously carried out by diabetics for the
maintenance of blood glucose levels, such as the use of glibenclamide and bay leaf. This research was carried
out to know the impact of administration bay leaf extract on glibenclamide in lowering blood glucose levels on
mices that induced by alloxan. This research used 40 male mices which were divided into 8 groups. Before the
experiment, the mices were first induced by alloxan (70 mg/kg BW) intravenously. The negative control was
the group that given Na CMC 0,5%, KG was the control of glibenclamide 0,65 mg/kg BW, group DS1, DS2,
DS3 were the control of single bay leaf extract with each dose250 mg/kg BW, 500 mg/kg BW, and 750 mg/kg
BW, group KD1, KD2, KD3 were the combination group of glibenclamide and bay leaf extract with each dose
glibenclamide combined bay leaf extract 250 mg/kg BW, glibenclamide combined bay leaf extract 500 mg/kg
BW, and glibenclamide combined bay leaf extract 750 mg/kg BW, with an hour interval. The data were
statistically analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at 95% confidence interval with parameter of
blood glucose levels difference between before and after treatment.The results showed that the administration
of bay leaf extract gave significant impact on glibenclamide in lowering blood glucose levels and the effective
dose was the combination of glibenclamide 0,65 mg/kg BWand bay leaf extract 250 mg/kg BW.

Keywords:Alloxan, Syzygium polyanthum Wight, Glibenclamide.

*Correspondence author : Nurhikmah, Hikmahn86@gmail.com(ph : +62-852-411-808-67)

24
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

PENDAHULUAN model hewan diabetes. Lalu diberikan


International Diabetes Federation perlakuan sesuai kelompok uji.
(IDF) Diabetes Atlas menunjukkan bahwa
8,3% dari orang dewasa (382 juta orang) Lokasi dan Waktu Penelitian
menderita diabetes, dan jumlah penderita ini Penelitian dilaksanakan di
akan meningkat melampaui 592 juta dalam Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan
waktu kurang dari 25 tahun. Farmakologi-Biofarmasi Jurusan Farmasi,
Daun salam (Syzygium polyanthum FMIPA, Universitas Tadulako selama 9
Wight.) merupakan salah satu obat herbal bulan, yakni dari bulan Februari 2015 sampai
antidiabetes yang banyak dikonsumsi November 2015.
masyarakat. Penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa ekstrak etanol daun Persiapan Bahan Uji
salam dapat menurunkan kadar glukosa darah Bahan uji yang digunakan adalah daun
mencit yang diinduksi aloksan pada dosis salam (Syzygium polyanthum Wight.)yang
2,64 mg/20 g BB (26,6%) dan 5,24 mg/20 g diperoleh dari Desa Lolu
BB (34,2%) (Studiawan & Santosa, 2005). KecamatanBiromaru Kabupaten Sigi dan
Selain itu, penelitian sebelumnya juga dilakukan identifikasi di Unit Pelaksana
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Teknis (UPT) Sumber Daya Hayati Sulawesi
salam pada dosis 249,6 mg/kg BB dan 499,2 Universitas Tadulako Palu.Daun salam
mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa dibersihkan dengan air dan ditiriskan, lalu
darah mencit yang diinduksi aloksan dirajang berukuran kecil, kemudian
sebanding dengan glibenklamid (Carolina, R., dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
2007). dan selanjutnya diserbukkan hingga halus.
Kombinasi antara obat herbal dan Serbuk daun salamsebanyak 500 gram
obat sintesis tidak menutup kemungkinan dimaserasi dengan menggunakan etanol96%
terjadinya interaksi. Ada kekhawatiran sebanyak 2,5 L. Setelah itu disaring untuk
munculnya efek hipoglikemik yang mendapatkan maserat. Lalu maserat yang
berlebihan apabila antidiabetes herbal diperoleh dievaporasidengan rotary
dikonsumsi bersama dengan ADO. Hasil evaporator kemudian diuapkan di atas
penelitian Steffi Liem, 2015 menunjukkan waterbath hingga didapatkan ekstrak kental
bahwa kombinasi ekstrak daun salam dan dan ditimbang untuk menghitung
glibenklamid dapat menurunkan kadar rendemennya.
glukosa darah yang signifikan pada mencit
yang diinduksi aloksan dibandingkan dengan Uji Penapisan Fitokimia (Harborne, 1987)
pemberian tunggal glibenklamid ataupun Ekstrak daun salam yang telah
ekstrak daun salam. didapatkan kemudian diuji kualitatif terhadap
Berdasarkan uraian diatas, peneliti adanya senyawa flavonoid, fenolik, saponin,
ingin mengetahui pengaruh pemberian steroid, triterpenoid, alkaloid, dan tanin di
ekstrak daun salam terhadap glibenklamid Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
dalam menurunkan kadar glukosa darah. Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Sebagai model diabetes, digunakan mencit Tadulako.
yang mengalami keadaan hiperglikemia
akibat induksi senyawa aloksan. Pengujian Aktivitas Antidiabetes
Hewan uji yang digunakan berjumlah
METODE PENELITIAN 40 ekor, kemudian dibagi menjadi 8
Jenis Penelitian kelompok uji, dengan masing-masing
Penelitian yang dilakukan merupakan kelompok berjumlah 5 ekor. Hewan uji
eksperimen laboratorium dengan rancangan dipuasakan selama 16 jam dengan tetap diberi
acak lengkap pola searah. Kelompok minum, kemudian darah diambil melalui vena
perlakuan dibagi menjadi 8 kelompok uji, ekor mencit dan diukur kadar glukosa
masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. darahnya sebagai kadar glukosa darah puasa
Kemudian dilakukan pengukuran kadar awal (H1), kemudian semua hewan uji dibuat
glukosa darah mencit sebelum dan setelah diabetes dengan induksi aloksan 70 mg/kg
diinduksi dengan aloksan untuk membuat BB. Pada hari ke-8 kadar glukosa darah puasa
hewan uji diukur kembali untuk melihat efek

25
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

hiperglikemia yang terjadi. Setelah glukosa darah puasa rata-rata setiap


mengalami hiperglikemia, masing-masing kelompok uji.
hewan uji diberi perlakuan sesuai kelompok
uji. Untuk kelompok KD1, KD2, dan KD3 Tabel 1. Hasil Pengukuran Rerata Kadar
pemberian pertama adalah suspensi Glukosa Darah Mencit
glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB lalu satu Kadar Glukosa Darah
jam kemudian diberi ekstrak daun salam Kelompok
(rerata SD) mg/dL
dengan dosis masing-masing 250 mg/kg BB, Perlakuan
H1 H8 H15 H22
500 mg/kg BB dan 750 mg/kg BB. 87,4 350,8 424,2 429,6
Pemberian seluruh bahan uji dilakukan Kontrol -
setiap hari selama dua minggu. Pengukuran 13,03 124,08 44,85 67,18
kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke- 271,6 127,4
15 dan hari ke-22. Mencit dianggap sudah 83 98
KG
mengalami hiperglikemia apabila kadar 6,08 12,88
64,71 29,44
glukosa darah puasa > 200 mg/dL (Alarcon- 97,6 253,4 175,6 118
Aguilara et al., 1998). DS1
16,94 30,41 26,20 15,76
Analisis Data 90,8 297,8 195,2 134,6
Data penurunan kadar glukosa darah DS2
yang diperoleh dianalisis secara statistik 17,72 51,24 40,26 5,72
dengan menggunakan One Way Anova. Data 117,6 314,6 177 124,4
yang diperoleh sebelumnya diuji DS3
normalitasnya dengan uji Saphiro Wilk. Data 30,43 68,74 46,24 26,83
dikatakan terdistribusi normal jika p > 0,05. 103 149,2 117,6
Kemudian dilanjutkan dengan uji 355
KD1
homogenitas (uji Levene), jika nilai p > 0,05 106,07
9,27 60,68 31,91
berarti data yang didapatkan homogen. 93,4 329,6 113,4 83,6
Selanjutnya dilakukan uji statistik One Way KD2
Anova pada taraf kepercayaan 95%. Apabila 15,85 21,27 8,61 4,61
ada perbedaan antar kelompok dilanjutkan 93,2 393,2 161 105,8
dengan uji analisis Post Hoc Duncan untuk KD3
mengetahui kelompok perlakuan yang 20,54 69,82 45,02 65,05
memiliki perbedaan signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil rendemen yang diperoleh dari
proses ekstraksi sebesar10,62%. Berdasarkan
penapisan fitokimia yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa ekstrak daun salam
positif mengandung senyawa flavonoid,
fenolik, saponin, triterpenoid, alkaloid
dantanin. Senyawa-senyawa inilah yang
berperan dalam memberikan khasiat dan efek
biologis.
Pengamatan terhadap kadar glukosa Gambar 1. Profil rerata kadar glukosa darah
darah mencit dilakukan sebelum induksi, mencit
setelah hiperglikemia dan selama 14 hari
pemberian perlakuan. Pada hari ke-1, hari ke- Keterangan :
8 setelah induksi aloksan, hari ke-15, dan hari H1 : kadar glukosa darah awal sebelum
ke-22 dilakukan pengukuran kadar glukosa pemberian sediaan uji
darah dalam setiap kelompok uji yang H8 : kadar glukosa darah setelah
sebelumnya telah dipuasakan. Berikut adalah pemberian aloksan 70 mg/kg BB
hasil pengukuran dan grafik profil kadar H15 : kadar glukosa darah setelah 7 hari
pemberian sediaan uji

26
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

H22 : kadar glukosa darah setelah 14 hari KD3: kelompok kombinasi glibenklamid
pemberian sediaan uji 0,65 mg/kg BB + ekstrak daun salam
Kontrol -: kelompok perlakuan yang 750 mg/kg BB
diberikan Na CMC 0,5% Abjad yang sama menunjukkan tidak ada
KG : kelompok perlakuan yang diberikan perbedaan yang bermakna.
glibenklamid 0,65 mg/kg BB Abjad yang berbeda menunjukkan
DS1: kelompok ekstrak daunsalam 250 perbedaan yang bermakna.
mg/kg BB
DS2: kelompok ekstrak daun salam 500 Pembahasan
mg/kg BB Penelitian ini menggunakan ekstrak
DS3: kelompok ekstrak daun salam 750 daun salam (SyzygiumpolyanthumWight.)
mg/kg BB yang telah dilakukan identifikasi untuk
KD1: kelompok kombinasi glibenklamid memastikan bahwa benar tanaman yang
0,65 mg/kg BB +ekstrak daun salam digunakan adalah daun salam
250 mg/kg BB (SyzygiumpolyanthumWight.). Ekstrak daun
KD2: kelompok kombinasi glibenklamid salam diperoleh dari proses maserasi
0,65 mg/kg BB + ekstrak daun salam menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak
500 mg/kg BB kental yang didapatkan sebanyak 53,14 gram
KD3: kelompok kombinasi glibenklamid dengan rendemen yang diperoleh sebesar
0,65 mg/kg BB + ekstrak daun salam 10,62%.
750 mg/kg BB Penelitian ini menggunakan mencit
jantan sebagai hewan uji. Mencit jantan
Tabel2. Selisih penurunan rerata kadar dipilih karena mencit jantan mempunyai
glukosa darah kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat
Kelompok Selisih Penurunan Rerata Kadar Glukosa dengan kondisi biologis yang lebih stabil
Perlakuan Darah (rerata SD) mg/dL
1 2 dibanding mencit betina. Mencit jantan pada
Kontrol - -73,4 143,02 -78,8 115,12 usia 2-3 bulan adalah mencit dewasa muda
KG 144,2 46,05b 173,6 60,55ab yang mempunyai keadaan fisiologik yang
DS1 77,8 24,80a 135,4 28,89a
DS2 102,6 14,87 ab
163,2 47,99a optimum. Mencit yang digunakan terlebih
DS3 137,6 26,42b 190,2 46,98ab dahulu diadaptasi selama 7 hari agar dapat
KD1 205,8 51,57c 237,4 75,11bc
KD2 216,2 21,25c 246 23,09bc
menyesuaikan diri dengan lingkunganya
KD3 232,2 33,00c 287,4 65,05c selama penelitian berlangsung.
Keterangan: Hewan uji diukur kadar glukosa darah
1 : Selisih penurunan kadar glukosa darah awal dan hasil pengukuran menunjukkan
H8 dan H15 bahwa kadar glukosa darah masing-masing
2 : Selisih penurunan kadar glukosa darah mencit berkisar antara 836,08-117,630,43
H8 dan H22 mg/dL. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh
Kontrol -: kelompok perlakuan yang hewan uji memiliki kadar glukosa darah
diberikan Na CMC 0,5% normal, yakni berkisar antara 62-175 mg/dL
KG : kelompok perlakuan yang diberikan (Malole & Pramono, 1989).Selanjutnya
glibenklamid 0,65 mg/kg BB dilakukan penginduksian dengan memberikan
DS1: kelompok ekstrak daun salam 250 aloksan dosis 70 mg/kg BB secara intravena
mg/kg BB untuk membuat hewan uji diabetes.
DS2: kelompok ekstrak daun salam 500 Pemilihan aloksan sebagai agen penginduksi
mg/kg BB diabetes dikarenakan kemampuannya untuk
DS3: kelompok ekstrak daun salam 750 membuat hewan uji terkondisi sama seperti
mg/kg BB pasien DM. Selain itu, aloksan dapat
KD1: kelompok kombinasi glibenklamid menimbulkan keadaan hiperglikemia
0,65 mg/kg BB+ekstrak daun salam permanen dalam waktu yang cukup singkat
250 mg/kg BB yaitu 2-3 hari setelah induksi (Anonim,
KD2: kelompok kombinasi glibenklamid 1993).
0,65 mg/kg BB + ekstrak daun salam Pengukuran kadar glukosa darah puasa
500 mg/kg BB dilakukan kembali pada hari ke-8 untuk
memastikan bahwa mencit mengalami
hiperglikemia. Penginduksian aloksan akan

27
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

menyebabkan kadar glukosa darah dari keadaan normal selama penelitian.


mengalami fluktuasi selama 24-36 jam yang Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan
meliputi fase hiperglikemia dan hipoglikemia pada hari ke-15 dan hari ke-22.
yang terjadi secara bergantian sebelum Hasil pengukuran kadar glukosa darah
terjadinya hiperglikemia permanen. kelompok kontrol positif dan kontrol uji pada
Hasil pengukuran kadar glukosa darah hari ke-15 dan ke-22 menunjukkan adanya
hari ke-8 memperlihatkan terjadinya penurunan kadar glukosa darah secara
peningkatan kadar glukosa darah. Data bertahap.Sedangkan kelompok kontrol
peningkatan kadar glukosa darah yang negatif Na CMC 0,5% masih mengalami
diperoleh cukup beragam. Hal ini disebabkan hiperglikemia.Berdasarkan hal tersebut maka
karena respon tubuh tiap mencit terhadap untuk kontrol negatif Na CMC 0,5% tidak
aloksan berbeda sehingga menghasilkan dilakukan uji statistik. Penurunan kadar
peningkatan kadar glukosa darah yang glukosa darah juga ditandai dengan
berbeda pula. Peningkatan kadar glukosa penurunan gejala poliuria.
darah oleh aloksan disebabkan antara lain Hasil uji statistik selisih penurunan
kerusakan pada pada sel beta pankreas karena kadar glukosa darah pada hari ke-15
pembentukan oksigen reaktif dan gangguan menunjukkan adanya perbedaan bermakna
homeostasis kalsium intraseluler(Lenzen antara kelompok KD1, KD2, KD3 dengan
&Panten, 1988). Kadar glukosa darah mencit kelompok kontrol glibenklamid maupun
mengalami kenaikan berkisar antara 253,4 kelompok DS1, DS2, DS3. Sedangkan hasil
30,41 393,2 69,82 mg/dL. uji statistik kelompok DS2 menunjukkan
Mencit yang hiperglikemia mengalami perbedaan tidak bermakna dengan kelompok
poliuria. Hal ini terlihat pada kondisi kandang DS1, DS3, dan kontrol glibenklamid. Hal ini
yang lembab. Mencit ini kemudian diberi terjadi karena penurunan kadar glukosa darah
perlakuan sesuai kelompok uji secara oral kelompok KD1, KD2, KD3 jauh lebih besar
selama 14 hari. Kontrol positif glibenklamid dibandingkan kelompok kontrol glibenklamid
digunakan sebagai pembanding untuk melihat maupun ekstrak daun salam tunggal, dimana
pengaruh antidiabetika oral yang telah kadar glukosa rata-rata kelompok KD1, KD2,
terbukti khasiatnya untuk menurunkan kadar KD3 sudah mencapai kadar glukosa darah
glukosa darah. Glibenklamid merupakan obat normal sedangkan kadar glukosa rata-rata
golongan sulfonilurea generasi kedua, yang kelompok DS1, DS2, DS3 masih tetap tinggi.
sering digunakan pada pasien DM. Kejadian ini memperlihatkan terjadinya
Glibenklamid tidak larut dalam air sehingga interaksi sinergis, dimana efek
disuspensikan dengan zat pensuspensi Na antihiperglikemik yang dihasilkan oleh
CMC 0,5%.Glibenklamid tidak larut dalam kelompok kombinasi lebih besar
air sehingga diberikan dalam bentuk suspensi dibandingkan kelompok tunggal masing-
menggunakan agen pensuspensi Na CMC. masing.
Alasan pemilihan Na CMC dikarenakan Hal yang sama juga terjadi pada hari
sistem pencernaan mencit tidak memiliki ke-22. Penurunan kadar glukosa darah
enzim selulase, maka penggunaan Na CMC kelompok KD1, KD2, KD3 jauh lebih besar
tidak akan berpengaruh pada kadar glukosa dibandingkan kelompok kontrol glibenklamid
darah (Akhtar, M. S., dkk., 1981). Dosis dan kelompok ekstrak daun salam tunggal.
glibenklamid yang digunakan adalah 0,65 Penurunan kadar glukosa darah tertinggi pada
mg/kg BB. Dosis tersebut digunakan hari ke-22 adalah kelompok kombinasi
berdasarkan dosis efektif oral pada manusia glibenklamid dan ekstrak daun salam 750
yaitu 5 mg/hari yang kemudian dikonversi ke mg/kg BB, yaitu 287,465,05.
dosis mencit. Ekstrak daun salam tunggal Peningkatan efek terjadi berbarengan
juga digunakan sebagai faktor koreksi, untuk dengan peningkatan dosis daun salam yang
melihat efek sinergis atau antagonis yang diberikan dalam penggunaan kombinasi.
dihasilkan oleh kombinasi glibenklamid dan Semakin tinggi dosis yang digunakan, maka
ekstrak daun salam terhadap penurunan kadar semakin besar pula efek penurunan kadar
glukosa darah. Kontrol negatif yakni kontrol glukosa darah yang dihasilkan. Namun, hasil
yang diinduksi aloksan sehingga uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa
menyebabkan diabetes diperlukan untuk kelompok KD1, KD2, dan KD3tidak
mengetahui penurunan kadar glukosa darah memberikan perbedaan yang bermakna,

28
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

sehingga kombinasi dosis yang efektif adalah mampu berikatan dengan reseptor insulin
KD1, yakni kombinasi glibenklamid dan (Lee & Thuong, 2010). Triterpenoid juga
ekstrak daun salam 250 mg/kg BB. mampu menghambat produksi TNF-
Analisis fitokimia yang diperoleh (Tumor Necrosis Factor) di jaringan
menunjukkan bahwa pada ekstrak daun salam pankreas. TNF- dihasilkan oleh aktivitas
memberikan hasil positif terhadap golongan ROS (Gwozdziewiczova, Linchnovska,
senyawa flavonoid, fenolik, saponin, Ben, Chlup, & Hrebicek, 2005). Dengan
terpenoid, alkaloid dan tanin. Senyawa- dihambatnya produksi TNF-, maka efek
senyawa inilah yang berperan sebagai kerusakan serta menurunnya sensitivitas
antidiabetes. insulin lebih rendah.
Flavonoid diketahui mampu Alkaloid cincin imidazol menstimulasi
menangkap radikal bebas (ROS/Reactive sekresi insulin, menurunkan kadar glukosa
Oxygen Species atau RNS/Reactive darah dan memperkuat toleransi terhadap
Nitrogen Species) melalui transfer elektron, glukosa (Patel, Kumar, Laloo, &
serta menghambat reaksi peroksidasi Hemalatha, 2012).Tanin dapat menurunkan
(Lugasi, Hovari, Sagi, & Biro, 2003). kadar glukosa darah dengan cara
Flavonoid merupakan pengkhelat logam dan menangkap radikal bebas dan mengurangi
menghambat reaksi Fenton dan Haber- peningkatan stres oksidatif pada penderita
Weiss, yang penting sebagai sumber radikal diabetes sehingga mampu mengontrol kadar
oksigen reaktif (Shahidi & Wanasundara, glukosa darah (Widowati, 2008).
1992). Flavonoid dapat bekerja secara Penggunaan bersama glibenklamid dan
langsung terhadap sel beta pankreas, dengan ekstrak daun salam secara oral terbukti dapat
memicu pengaktifan kaskade sinyal cAMP memperbesar penurunan kadar glukosa darah.
dalam memperkuat sekresi insulin yang Untuk itu, pengkombinasian glibenklamid
disensitisasi oleh glukosa (Brahmachari, dengan ekstrak daun salam dapat dilakukan
2011). oleh pasien diabetes untuk memperbesar
Senyawa fenolik di dalam daun salam penurunan kadar glukosa darah, tetapi tetap
seperti 3,4,5-trihidroksi asam benzoat, 4- diperlukan pengawasan dalam
hidroksi 3-metoksi asam benzoat, dan 4- penggunaannya terutama jika digunakan lebih
hidroksi-3,5-dimetoksi asam benzoat dari 14 hari.
bersifat sebagai antioksidan (Lelono &
Tachibana, 2013). DAFTAR PUSTAKA
Saponin bertanggungjawab untuk
mempertahankan konsentrasi Ca2+ Akhtar, M. S., Athar, M. A., & Yaquib, M.
2+
intraseluler dan homeostasis Ca (Mythili, (1981). Effect of Momordica
Parameswari, & Dayana, 2012). Saponin charantia on Blood Glucose Level of
dapat merangsang sekresi insulin pada sel Normal and Alloxan Diabetic
beta pankreas. Mekanismenya sama seperti Rabbits. Planta Medica.
obat hipoglikemik oral golongan
sulfonilurea, dengan menghambat channel Alarcon-Aguilara, F. J., Roman-Ramos, R.,
K-ATPase, sehingga aliran kalium keluar sel Perez-Gutierrez, S., Aguilar-
terganggu. Akibatnya terjadi depolarisasi Contreras, A., Contreras-Weber, C.
membran sel beta pankreas, sehingga C., & Flores-Saenz, J. L. (1998).
channel Ca2+-ATPase terbuka dan ion Study of the Anti-Hyperglycemic
kalsium masuk ke sitoplasma. Keberadaan Effect of Plants Used as
ion kalsium tersebut mengaktifkan enzim Antidiabetics. Ethnopharmacology.
kalmodium dalam sel sehingga terjadi
eksositosis insulin dari vesikel untuk Anonim. (1993). Penapisan Farmakologi,
disekresikan keluar sel (Murray, Granner, Pengujian Fitokimia dan Pengujian
Mayes, & Rodwel, 2003). Klinik. Jakarta : Yayasan
Terpenoid seperti triterpenoid dapat Pengembangan Obat Bahan Alam
meningkatkan penyerapan glukosa dengan Phyto Medica.
bertindak meniru kerja insulin dan sebagai Anonim. (2013). Internasional Diabetes
insulin sensitizer. Triterpenoid yang dapat Federation 2013.
berperan sebagai insulin (insulinotropik)

29
Hikmah et al./Galenika Journal of Pharmacy

Brahmachari, G. (2011). Bioflavonoids with Kebudayaan Direktorat Jendral


Promising Anti-Diabetic Potentials: Pendidikan Tinggi Antar Universitas,
A Critical Survey: Opportunity, Bioteknologi, IPB.
Challenge, and Scope of Natural
Products. Medicines Chemistry. Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A.,
& Rodwel, V. W. (2003). Biokimia
Carolina, R. (2007). Pengaruh Ekstrak Etanol Harper (Vol. 25). Jakarta: Penerbit
Daun Salam (Polyanthi Folium) Buku Kedokteran EGC.
Terhadap Kadar Glukosa Darah
Mencit Jantan Galur BALB/C Yang Mythili, Parameswari, C., & Dayana, J.
Diinduksi Aloksan. Universitas (2012). Phytochemical analysis of the
Surabaya, Surabaya. Bark Extract of Terminalia Arjuna
and its cardioprotective Effect. 2nd
Gwozdziewiczova, S., Linchnovska, R., Ben, National Level Students Conference
R. Y., Chlup, R., & Hrebicek, J. on Nascent Technologies in
(2005). TNF-alpha in the Biomedical.
Development of Insulin Resistance
and Other Disorders in Metabolic Patel, D., Kumar, R., Laloo, D., &
Syndrome. Biomed Pap Med Fac Uni Hemalatha, S. (2012). Natural
Palacky Olmouc Czech Repub. Medicines From Plant Source Used
For Therapy of Diabetes Mellitus: An
Harborne, J.B., (1987). Metode Fitokimia Overview of Its Pharmacological
Penuntun Cara Modern Menganalisa Aspects. Asian Pacific Journal of
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Tropical Disease.

Lee, M. S., & Thuong, P. T. (2010). Shahidi, F., & Wanasundara. (1992).
Stimulation of Glucose Uptake by Phenolic Antioxidants. Crit Rev Food
Triterpenoids From Weigela Sci Nutr.
Subsessilis. Phytotherapy research.
Studiawan, H., & Santosa, M. H. (2005).
Lelono, R. A. A., & Tachibana, S. (2013). Uji Aktivitas Penurun Kadar
Preliminary Studies of Indonesian Glukosa Darah Ekstrak Daun
Eugenia polyantha Leaf Extracts as Syzygium polyanthum pada Mencit
Inhibitors of Key Enzymes for Type yang Diinduksi Aloksan. Medika
2 Diabetes. J. Med. Sci. Kedokteran Hewan.

Lenzen, S., & Panten, U. (1988). Alloxan: Widowati, W. (2008). Potensi Antioksidan
History and Mecanism of Action. sebagai Antidiabetes. JKM.
Diabetologia.

Liem, S. (2015). Uji Aktivitas Antidiabetes


Kombinasi Glibenklamid dan Ekstrak
Daun Salam (Syzygium polyanthum
Wight.) Terhadap Mencit (Mus
musculus) yang Diinduksi Aloksan.
Universitas Tadulako, Palu.

Lugasi, A., Hovari, J., Sagi, K. V., & Biro, L.


(2003). The Role of Antioxidant
Phytonutrients In The Prevention of
Disease. Acta Biologica Szegediensis,
47, 119-125.

Malole, M. B. M., & Pramono, C. S. U.


(1989). Penggunaan Hewan-Hewan
Percobaan dalam Laboratorium.
Bogor: Departemen Pendidikan dan

30

Anda mungkin juga menyukai