Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN, GENETIK DAN KEBIASAAN

OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUSUKAN, SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

DYAH AYU MARISSA FRANKILAWATI


J210.090.072

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 1
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN, GENETIK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA


TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS NUSUKAN, BANJARSARI
Dyah Ayu Marissa Frankilwati *
Agus Sudaryanto S.Kep, NsN. M.Kes **
Noor Alis Setiyadi, S.KM, MKM ***

Abstrak

Diabetes melitus tipe II adalah penyakit kronis mengalami resistansi terhadap aksi insulin
dan ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM tipe II di Indonesia meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030. Pola
makan yang buruk, riwayat keluarga dan kurangnya olahraga sangat mempengaruhi terjadinya
DM tipe II. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan
olahraga terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian kuantitatif yang bersifat analitis dengan metode kasus kontrol. Metode pengambilan
sampel yang digunakan yaitu dengan purposive sampling yaitu sebanyak 60 orang (30 kasus 30
kontrol). Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar jawab , data yang
didapatkan dianalisa dengan menggunakan uji Chi-square dan diolah dengan menggunakan
program SPSS Windows 17 dan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
menggunakan uji odds ratio. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan pada pola makan nilai
p=0,000 (OR=10,0;95% (91%)), pada genetik p=0,000 (OR= 25,0;95% (97%)), pada kebiasaan
olahraga p=0,002 (OR= 5,67,0;95% (85%)). Nilai p ini lebih kecil dari nilai = 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan
olahraga terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Nusukan. Saran
peran penting dari tenaga medis dan para medis untuk terus memberikan informasi kepada
pasien diabetes mellitus yang berobat di puskesmas Nusukan, sehingga dapat mengatur pola
makan dengan baik dan menjalankan olahraga secara teratur.

Kata kunci : pola makan, genetik, kebiasaan olahraga, diabetes melitus tipe II
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 2
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

RELATIONSHIP BETWEEN DIET, GENETIC AND HABIT OF GYMNASTIC WITH


TYPE II DIABETES MElITUS IN THE DISTRICT OF PUSKESMAS NUSUKAN

Dyah Ayu Marissa Frankilwati *


Agus Sudaryanto S.Kep, NsN. M.Kes **
Noor Alis Setiyadi, S.KM, MKM ***

Abstract

Type II diabetes mellitus is a degeneratives disease which really has been. Diet is an overview
resistant of insulin and pancrease uncapable to product enough insulin. WHO prediction
increased total sufferer DM type II in up to possibly 12 million on 2030. The badness of diet,
genetic and habit of gymnastic had influence to type II diabetes mellitus. The purpose of this
research is to know about the relationship on diet, genetic and habit of gymnastic with type II
diabetes mellitus in the district of puskesmas Nusukan. This research is a quantitative analytic
with cases control method. The sampling method used to purposive sampling. This was a case
control study with 60 samples (30 cases and 30 controls). The answers of questions which there
are in answered of leaf, the data that already collected is being analized using the Chi-square
test and counted by SPSS Windows 17 program. The result of this research which is gain show
value p=0,000(OR=10,0;95% (91%)) for diet, p=0,000 (OR= 25,0;95% (97%)) for genetic,.
p=0,002 (OR= 5,67,0;95% (85%)) for habit of gymnastic. This value of p is smaller than =
0,05. The conclusion of this research is showed that a significant relationship on diet, genetic
and habit of gymnastic with type II diabetes melitus in thedistrict puskesmas Nusukan.
Suggestion for the medicals and nutritionist must keep give information about diet better and will
be gymnastic to be continue.

Keyword : diet, genetic, habit of gymnastic, type II diabetes melitus.


Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 3
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

Pendahuluan melitus tipe II mencapai 12 juta diabetesi.


Sedangkan untuk di daerah Jawa Tengah
Diabetes melitus adalah gangguan pada tahun 2011, prevalensi penyakit
metabolisme yang secara genetik dan klinik diabetes melitus tipe II mengalami
termasuk heterogen diakibatkan karena peningkatan sebesar 9,7% dengan prevalensi
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, tertinggi di kota Semarang (Depkes, 2011).
2006). Menurut Suyono (2007), diabetes
melitus tipe II adalah suatu kelompok Menurut Suyono (2007), penyakit
penyakit metabolik dengan karakteristik diabetes melitus tipe II merupakan penyakit
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan degeneratif yang sangat terkait pola makan.
sekresi insulin, kerja insulin ataupun kedua Pola makan merupakan gambaran mengenai
hal tersebut. macam-macam, jumlah dan komposisi
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh
Berbagai penelitian epidemologi seseorang. Gaya hidup perkotaan dengan
menunjukkan adanya kecendrungan pola diit yang tinggi lemak, garam, dan gula
peningkatan angka insiden dan prevalensi secara berlebihan mengakibatkan berbagai
DM tipe II di berbagai penjuru dunia dan penyakit termasuk diabetes mellitus.
menurut WHO (World Health
Organisazation), Indonesia menempati Selain pola makan, faktor lain yang
urutan keempat terbesar, data dari Ditjen memberikan andil sangat besar pada
Bina Yanmedik mencatat (2009), kasus prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II
diabetes melitus II sebesar 2.178 atau sekitar adalah faktor keturunan atau genetik. Hal ini
2,38%. terbukti pada beberapa penelitian yang telah
membuktikan bahwa orang yang memiliki
Menurut data Non-Communicable riwayat keluarga menderita DM lebih
pada MDGs (Millenium Development berisiko daripada orang yang tidak memiliki
Goals) tercatat jumlah penduduk di riwayat DM. Hal ini selaras dengan
Indonesia yang mengidap penyakit diabetes penelitian-penelitian sebelumnya yang
melitus tipe II sebesar 5,7% dari menunjukkan terjadinya diabetes melitus
keseluruhan jumlah penduduk dan 1,1% tipe II akan meningkat dua sampai enam kali
diantaranya meninggal dunia karena lipat jika orang tua atau saudara kandung
penyakit tersebut. mengalami penyakit ini, risiko untuk
mengalami diabetes tipe II pada kembar
Berdasarkan data dari Badan Pusat identik 75-90%, yang menandakan bahwa
Statistik Indonesia (Anonimity, 2006) faktor genetik (keturunan) berperan sangat
jumlah penduduk Indonesia dengan penting.
prevalensi diabetes melitus tipe II di daerah
urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% Kurangnya latihan fisik atau olahraga
dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah juga merupakan salah satu faktor terjadinya
penduduk dengan asumsi prevalensi diabetes diabetes melitus tipe II. Menurut penelitian
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 4
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

yang telah dilakukan di Cina beberapa Tinjauan Pustaka


waktu yang lalu, jika seseorang dalam
hidupnya kurang melakukan latihan fisik Diabetes melitus tipe II adalah
ataupun olahraga maka cadangan glikogen kombinasi akibat antara jaringan tubuh yang
ataupun lemak akan tetap tersimpan di mengalami resistansi terhadap aksi insulin
dalam tubuh, hal inilah yang memicu dan ketidakmampuan pankreas untuk
terjadinya berbagai macam penyakit menghasilkan cukup insulin ekstra untuk
degenratif salah satu contohnya diabetes mengatasi kondisi tersebut (Bryer, 2012).
melitus tipe II (Yunir&Soebardi, 2008). Diabetes melitus tipe II merupakan suatu
kelainan patofisiologi dari resistensi insulin,
Secara epidemologik diabetes melitus dimana terjadi sekresi insulin untuk
tipe II, mungkin tidak terdeteksi dan onset mengimbangi resistensi jaringan perifer
atau mulai tejadinya diabetes 7 tahun walaupun pada akhirnya mekanisme
sebelum diagnosis dikatakan, sehingga mengalami kegagalan. Kelainan utama
mordibitas dan mortalitas dini terjadi pada dalam hasil laboratorium berupa kadar gula
kasus tidak terdeteksi ini. Penelitian lain darah yang tinggi (Berkowtz, 2013).
menyatakan bahwa populasi diabetes tipe II
akan meningkat 5-10 kali lipat karena Menurut Price (2008) dan Waspandji
terjadinya perubahan peilaku rural- (2005), diabetes melitus tipe II ditandai
tradisional menjadi urban. Faktor risiko dengan kelainan sekresi insulin yang kurang,
yang berubah secara epidemologi resistensi insulin, serta kenaikan produksi
diperkirakan adalah gaya hidup beresiko. glukosa di hati.Pada awalnya terdapat
resistensi sel-sel sasaran terhadap kerja
Puskesmas Nusukan, Banjarsari, insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya
Surakarta merupakan puskesmas induk yang kepada reseptor-reseptor permukaan sel
terdapat di Kelurahan Nusukan, Banjarsari. tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal yang menyebabkan mobilisasi pembawa
18 Februari 2013 tercatat data dari rekam GLUT 4 glukosa dan meningkatkan transpor
medis Puskesmas Nusukan pada periode glukosa menembus membran sel.Pada
bulan Januari hingga Desember 2012 pasien-pasien dengan diabetes tipe II
sebanyak 489 kunjungan diabetes melitus terdapat kelainan dalam pengikat insulin
tipe II atau sekitar 9,2% dari jumlah dengan reseptor pada membran sel yang
kunjungan umum atau sebanyak 150 orang selnya responsif terhadap insulin intrinsik.
pasien. Dari uraian di tersebut peneliti Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal
tertarik untuk meneliti Hubungan Antara antara kompleks reseptor insulin dengan
Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan sistem transpor glukosa.Ketidaknormalan
Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes postreseptor dapat menganggu kerja insulin.
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Pada akhirnya, timbul kegagalan sel beta
Nusukan, Banjarsari, Surakarta. dengan menurunnya jumlah insulin yang
beredar dan tidak lagi dapat untuk
mempertahankan euglikemia. Pada awalnya,
resistensi insulin belum menyebabkan
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 5
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

diabetes klinis. Sel beta pankreas masih bergeser dari pola makan yang tradisional
dapat mengkompensasi, sehingga terjadi yang banyak mengandung karbohidrat dan
hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih serat dari sayuran berubah menjadi pola
normal atau baru sedikit meningkat. makan yang kebarat-baratan dan sedikit
Kemudian setelah terjadi kelelahan sel beta serat. Komposisi makanan yang tinggi
pankreas, akan terjadi diabetes melitus lemak, garam, dan sedikit serat pada
klinis, yang ditandai dengan adanya kadar makanan siap saji yang pada akhir-akhir ini
glukosa darah yang meningkat, memenuhi sangat digemari dikalangan masyarakat
kriteria diagnosis diabetes. Indonesia.

Pola makan merupakan suatu cara Pada uji laboratorium yang telah
atau usaha dalam pengaturan jumlah dan dilakukan pada beerapa produk makanan
jenis makanan dengan maksud tertentu siap saji atau restoran seperti Burger King
seperti mempertahankan kesehatan, status Chicken, Kentucky Fried Chicken (KFC),
nutrisi, mencegah atau membantu dan McDonalds terdapat kandungan tipe
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari- lemak jenuh dan tipe lemak trans yang dapat
hari merupakan pola makan seseorang yang meningkatkan resiko terjadinya diabetes
berhubungan dengan kebiasaan makan melitus, khusunya diabetes melitus tipe II
setiap harinya (Hardani, 2002), sedangkan (Herbold & Edelstein, 2012). Penelitian
Baliwati (2004) mengatakan pola makan yang telah dilakukan oleh majalah Fortune,
atau pola konsumsi merupakan susunan yang menganalisis mengenai perkembangan
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi penyakit degeneratif di Asia membuktikan
seseorang atau kelompok orang pada waktu bahwa terjadinya peningkatan penyakit
tertentu. seperti diabetes melitus tipe II berbanding
urus dengan peningkatan beberapa jumlah
Pola makan sehat untuk diabetesi restoran seperti contohnya McDonalds, hal
adalah 25-30% lemak, 50-55% karbohidrat, ini membuktikan bahwa gaya hidup dengan
dan 20% protein. Menurut Suyono (2007) pola makan yang lebih instan meningkatkan
dan Suiraoka (2012), gaya hidup di resiko prevalensi DM Tipe II. Pada DM
perkotaan dengan pola makan yang tinggi Tipe II, jumlah insulin normal atau
lemak, garam, dan gula mengakibatkan mungkin jumlahnya banyak, akan tetapi
masyarakat cenderung mengkonsumsi jumlah rsptor insulin yang terdapat dalam
makanan secara berlebihan, selain itu pola permukaan sel berkurang. Akibatnya
makanan yang serba instan saat ini memang glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit
sangat digemari oleh sebagian masyarakat, dan glukosa di dalam pembuluh darah
tetapi dapat mengakibatkan peningkatan meningkat (Zulaekah, 2004). Pada penderita
kadar glukosa darah. Penyakit menahun diabetes, metabolisme hidrat arang
yang disebabkan oleh penyakit degeneratif terganggu disebabkan oleh terganggunya
seperti diabetes melitus meningkat sangat produksi hormon insulin oleh pankreas.
tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga Defisiensi insulin menyebabkan tidak semua
berhubungan dengan cara hidup yang glukosa dapat diubah menjadi glikogen,
berubah. Pola makan di kota-kota telah sehingga sebagian besar glukosa yang
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 6
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

berasal dari makanan tetap berada dalam yng ditemukan dalam nukleus atau daerah
darah (hiperglikemia) akan mendorong inti sel (Elrord&Stansfield, 2006).
pembuangan kelebihan glukosa tersebut
keluar tubuh melalui urin. Inilah yang Dalam penelitian diketahui bahwa
menyebabkan terjadinya glikosuria, dengan berkurangnya kemampun dari pankreas
sedikitnya glukosa yang dapat dibah untuk membentuk insulin ditentukan oleh
menjadi glikogen, maka untuk memenuhi reseptor d. Jika seseorang yang menderita
kebutuhan energi otot, akan terjadi proses diabetes, sedangkan kedua orang tuanya
pengubahan glikogen hati menjadi glukosa normal, maka dapat dipastikan kedua orang
melalui jalur glukoneogenesis. Hilangnya tuanya normal, maka dapat dipastikan kedua
sebagian besar glukosa karena tidak dapat orang tua merupakan heterizigot.
diambil tubuh dan terbuang melalui urin
menyebabkan lemak tubuh (liposis) dan Bukti untuk determinan genetik
protein (proteolisis) dijadikan sumber diabetes adalah kaitan dengan tipe-tipe
energi. Tingginya kadar glukosa dalam histokompatibilitas HLA (human leukocyte
darah disebabkan oleh menurunnya antigen) spesifik. Tipe dari gen
kemampuan tubuh mengubah glukosa histokompabilitas yang berkakitan dengan
menjadi glikogen, dan terjadinya proses diabetes (DW 3 dan DW 4) adalah yang
glukoneogenesis dalam hati menyebabkan memberi kode kepada protein-protein yang
terbentuknya glukosa dan masuk ke dalam berperan penting dalam interkasi monosit-
peredaran darah (Budiyanto, 2002). limfosit. Protein-protein ini mengatur respon
Perubahan pola makan yang tidak sehat sel T yang merupakan bagian normal dari
menyebabkan gangguan metabolisme zat-zat respon imun. Jika terjadi kelainan, maka
makanan baik berupa karbohidrat, protein limfosit T akan terganggu dan sangat
dan lemak yang menyebabkan penyakit berperan penting pada patogenesis
diabetes melitus tipe II. Hasil penelitian perusakan sel-sel pulau Langerhans.
menunjukkan bahwa pola makan sampel
terbanyak (59,50%) terdapat pada pola Olahraga adalah latihan gerak badan
makan yang tidak baik, yaitu jika salah satu untuk menguatkan dan menyehatkan badan
dari ketepatan jenis makanan, ketepatan seperti sepak bola, berenang, dan lain-lain.
jumlah kalori atau ketepatan waktu makan Olahraga atau aktivitas fisik didefinisikan
tidak tepat. sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh
otot dan sistem penunjangnya (Almatseir,
Gen adalah unit-unit herediter yang 2003)
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau diwariskan atau diturunkan. Pengelolaan diabetes melitus tipe II
Gen terletak pada molekul-molekul panjang yang meliputi 4 pilar, aktivitas fisik atau
asam deoksiribonukleat (deoxyribonuletic olahraga merupakan salah satu dari keempat
acid, DNA) yang terdapat pada semua sel pilar tesebut. Aktivitas minimal otot skeletal
DNA, bersama dengan suatu matriks lebih dari sekedar yang diperlukan untuk
protein, membentuk nukleoprotein dan ventilasi basal paru,dibutuhkan oleh semua
terorganisasi menjadi struktur kromosom orang termasuk diabetesi. Aktivitas fisik
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 7
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

atau olahraga pada penderita diabetes Populasi dalam penelitian ini adalah
melitus tipe II akan menimbulkan perubahan klien yang menderita diabetes melitus tipe II
metabolik, yang dipengaruhi selain oleh pada periode Januari sampai Desember
lama, berat latihan, dan tingkat kebugaran, 2012. Populasi pada penelitian yang akan
juga oleh kadar insulin plasma, kadar dilakukan peneliti sebanyak 150 responden.
glukosa darah, kadar benda keton dan Sampel yang akan dijadikan responden pada
imbangan cairan tubuh. Ambilan glukosa kasus sebanyak 30 responden yang
oleh jaringan otot pada keadaan istirahat mengalami penyakit diabetes melitus tipe II
membutuhkan insulin, hingga disebut dan kontrol sebanyak 30 orang yang tidak
sebagai jarinagn insulin-dependent, sedang mengalami diabetes melitus tipe II.
pada otot aktif walau terjadi peningkatan
kebutuhan glukosa , tapi kadar insulin tidak Instrumen yang digunakan adalah
meningkat. Hal ini disebabkan karena rekam medis puskesmas serta lembar
peningkatan kepekaan reseptor insulin otot panduan wawancara untuk menilai variabel
dan pertambahan reseptor insulin otot pada pola makan dan genetik, dan kebiasaan
saat melakukan aktivitas fisik atau olahraga. olahraga dimana peneliti akan menggunakan
lembar ini sebagai acuan melakukan
Metodologi Penelitian wawancara kepada responden agar
mendapatkan data responden yang akurat.
Di dalam penelitian yang akan
dilakukan, peneliti menggunakan desain Hasil Penelitian Dan Pembahasan
penelitian kuantitatif yang bersifat analitis
dengan metode penelitian studi kasus Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan
kontrol, yaitu penelitian yang menjelaskan umur, jenis kelamin, pekerjaan
atau menerangkan situasi masalah (Lapau, N Karakteristik Subjek Freku Presen
2012). o ensi tase
(%)
Case control study atau case- 1 Jenis Kelamin
comparison study sering disebut juga Wanita 34 56,7
penelitian retrospektif yaitu penelitian Pria 26 43,3
2 Umur
epidemologis analitik observasional yang
46,57 5 8,3
meneliti tentang hubungan antara efek 47,54,61,66 4 6,7
(penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu 46,62 3 5,0
dengan faktor resiko tertentu (Sastroasmoro, 50,55,60,70,76,78,81 2 3,3
2011). Penelitian case control adalah adalah 42,44,48,51,53,56,63,6 1 1,7
suatu penelitian survei analitik yang 4,65,72,74,75,79
menyangkut bagaimana faktor risiko 3 Pekerjaan
dipelajari dengan menggunakan pendekatan Wiraswasta/Pedagang 18 30,0
retrospektive Karyawan swasta 14 23,3
IRT 13 21,7
Pensiunan 9 15,0
PNS/Guru 6 10,0
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 8
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

4 Sistolik (mmHg) No. Pola Kasus Kontrol


130 20 30,0 makan
140 13 21,7 1 Baik 10 25
150 12 20,0 (28,6 %) (71,4%)
120 8 13,3
160 4 6,7 2 Buruk 20 5
110 3 5,0 (80,0%) (20,0%)
5 Diastolik Hasil penelitian pada kelompok
90 18 30,0 kasus dengan pola makan yang buruk yaitu
70 16 26,7
80 14 23,3 20 orang (80,0%)
60 12 20,0
Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
Distribusi responden menurut jenis berdasarkan genetik responden
kelamin menunjukkan sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan
No Genetik Kasus Kontrol
sebanyak 34 orang (56,7%), menurut umur
menunjukkan penderita diabetes mellitus
tipe II pada usia diatas 45 tahun dengan 25 5
proporsi terbanyak usia 46 dan 57 tahun 1 Ya (83,3%) (16,7%)
sebanyak 5 orang (8,3%), menurut pekerjaan 5 25
menunjukkan proporsi terbesar 2 Tidak
wiraswasta/pedagang yaitu 18 orang (16,7%) (83,3%)
(30,0%), menurut sistolik pada kelompok
kasus proporsi terbanyak 130mmHg yaitu Hasil penelitian menunjukkan
20 orang (30,0%), menurut diastolik pada responden pada kelompok kasus dengan
kelompok kasus proporsi terbanyak riwayat diabetes melitus sebanyak 25 orang
90mmHg yaitu 18 orang (30,0%), menurut (83,3%)
kadar gula sewaktu pada kelompok kasus Tabel 4 Distribusi frekuensi responden
proporsi terbanyak adalah 280mg/dL berdasarkan kebiasaan olahraga
sebanyak 3 orang (1,7%), menurut lama
diabetes pada kelompok kasus proporsi Kebiasaan
No Kasus Kontrol
terbanyak adalah pada kurun waktu 5 tahun olahraga
yaitu 7 orang (11,7%)
11
1 Cukup 23
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden (32,4%)
olahraga (67,7%)
berdasarkan pola makan responden
19
2 Kurang 7
(73,1%)
olahraga (26,9%)
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 9
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabel 7. Hubungan antara genetik terhadap


bahwa proporsi kelompok kasus yang kejadian diabetes melitus tipe 2
kurang olahraga sebanyak 19 orang (73,1%),
No Genetik Kasus Kontr x p
Tabel 5 Hubungan antara pola makan ol
terhadap kejadian diabetes melitus 1. Ya 25 5 26. 0.00
tipe 2 83,4% 16,6% 667
2. Tidak 5 25
No. Pola Kasus Kontr x p
16,65 83,4%
makan ol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Baik 10 25 15. 0.00 nilai x=26,7 dan nilai p = 0,000 < 0,005
28,6% 71,4% 429 sehingga kesimpulannya adalah Ha diterima
2. Buruk 20 5 atau ada hubungan antara genetik terhadap
80,0% 20,0% kejadian diabetes melitus tipe II di wilayah
kerja Puskesmas Nusukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tabel 8. Odd ratio hubungan antara genetik
nilai p=0,000<0,005 sehingga terhadap kejadian diabetes melitus tipe II
kesimpulannya Ha diterima atau ada
hubungan antara pola makan terhadap Odds Value Lower Upper
kejadian diabetes melitus tipe II di wilayah ratio
kerja Puskesmas Nusukan. Pola 25.000 6.430 97.201
Tabel 6. Odd ratio hubungan antara pola genetik
makan terhadap kejadian diabetes Hasil dari uji Odds Ratio
melitus tipe II menunjukkan bahwa hubungan genetik nilai
OR= 25,0;95%(97%) dapat diinterpretasikan
Odds Value Lower Upper bahwa responden yang dengan riwayat
ratio
keluarga diabetes memiliki 25 kali lipat
Pola 10.000 2.941 34.008
makan risiko terhadap kejadian diabetes melitus
Hasil dari uji Odds Ratio tipe II.
menunjukkan bahwa hubungan pola makan
nilai OR= 10,0;95% (91%) dapat Tabel 9. Hubungan antara kebiasaan
diinterpretasikan bahwa responden yang olahraga terhadap kejadian diabetes melitus
dengan pola makan yang buruk memiliki 10 tipe 2
kali lipat risiko terhadap kejadian diabetes
melitus tipe II.
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 10
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

No Kebia- Kasus Kontr x p jajanan siap saji, hal ini menyebabkan


saan ol peningkatan kadar gula darah pada
olahraga perempuan yang lebih beresiko dibanding
1. Cukup 11 23 9.77 .002 laki-laki akibat pola makan yang tidak baik.
32,4% 67,6% 4 Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
2. Kurang 19 7 dilakukan di Amerika yang menunjukkan
73,1% 26,9% bahwa perempuan lebih beresiko terkena
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DM tipe-2 dibandingkan dengan laki-laki.
nilai x=9,7 dan nilai p = 0,002 < 0,005
sehingga kesimpulannya adalah Ha diterima Selain jenis kelamin usia juga ikut
mempengaruhi resiko terjadinya diabetes
atau ada hubungan antara kebiasaan melitus tipe II, hasil penelitian berdasarkan
olahraga terhadap kejadian diabetes melitus umur responden menunjukkan awitan usia
tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nusukan. yang menderita diabetes adalah 45 tahun
keatas. Hal ini didukung oleh hasil
Tabel 10. Odd ratio hubungan antara penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono
kebiasaan olahraga terhadap kejadian pada tahun 2011 di RS Dr. Kariadi,
diabetes melitus tipe II Semarang didapatkan lebih dari sebagian
responden berusia diatas 45 tahun. Teori
Odds Value Lower Upper
mengatakan semakin bertambahnya umur,
ratio
kemampuan jaringan mengambil glukosa
Kebiasaan 5.675 1.841 17.494
darah semakin menurun. Diabetes Melitus
olahraga
tipe II lebih banyak terdapat pada orang
Hasil dari uji Odds Ratio pada tabel berumur diatas 40 tahun daripada orang
10 untuk hubungan kebiasaan olahraga nilai yang lebih muda (Suiraoka, 2012).
OR= 5,67,0;95% (85%) dapat
diinterpretasikan bahwa responden yang Dari hasil penelitian menunjukkan
kurang olahraga memiliki 5 kali lipat risiko distribusi responden menurut pekerjaan
terhadap kejadian diabetes melitus tipe II. sebagian besar responden yaitu
Pembahasan wiraswasta/pedagang, hal ini dikarenakan
stresor yang dialami lebih tinggi sehingga
Dari hasil penelitian (tabel 1) dapat memicu terjadinya perubahan pada pola
kita lihat proporsi terbesar adalah responden makan yang mengakibatkan kelebihan
berjenis kelamin perempuan sebanyak . lemak. Hal ini didukung dari tinjauan teori
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang banyak faktor gaya hidup yang diketahui
telah dilakukan oleh Soewono (2006) bahwa berperan penting dalam menimbulkan
penderita DM paling banyak berjenis penyakit diabetes tipe 2 termasuk: asupan
kelamin perempuan 23 orang (laki-laki 17 gizi yang tidak baik, stres, dan urbanisasi
orang). Penyakit DM lebih sering terjadi (Suiraoka, 2012).
pada perempuan dikarenakan kebiasan
perempuan yang suka makan-makanan yang Dari hasil penelitian (tabel 1) proporsi
mengandung coklat, gula, dan jajanan- terbanyak untuk responden dengan nilai
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 11
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

sistolik 130, dan untuk proporsi terbanyak tetapi dapat mengakibatkan peningkatan
pada responden dengan diastolik 90mmHg kadar gula darah.
yaitu. Dari hasil penelitian genetik
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus
Dari hasil penelitian pada tabel 1, responden dengan riwayat keluarga diabetes
dapat kita lihat bahwa pada kelompok kasus melitus mencapai 25 orang. Pada responden
yaitu responden dengan diabetes melirtus yang mempunyai genetik atau riwayat
tipe II, memiliki kadar gula sewaktu diatas keluarga dengan DM, maka hal ini menjadi
200mg/dL, untuk lama diabetes pada salah satu faktor yang mempengaruhi
kelompok ini sebanyak pada kurun waktu terjadinya DM tipe II pada responden, dan
lima tahun sebaliknya pada responden kontrol yang
tidak mempunyai riwayat keluarga DM
Berdasarkan hasil analisa data pola maka responden kemungkinan kecil untuk
makan pada responden pada kelompok mengidap penyakit DM tipe II. Hal ini
kasus atau responden dengan diabetes sesuai dengan penelitian yang dilakukan
melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas oleh Putra (2011) di Poliklinik RS Dr.
Nusukan mempunyai pola makan buruk. Hal Soetomo Surabaya yang menunjukkan
ini dibuktikan dengan teori yang bahwa orang akan 42 kali lebih beresiko
menyebutkan faktor diet terlebih lagi gaya terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan
hidup modern yang sering mengkonsumsi orang yang tidak mempunyai riwayat
makanan siap saji saat ini mengakibatkan keluarga dengan DM.
peningkatan terhadap pengaruh risiko
munculnya penyakit diabetes melitus tipe-2, Dari hasil penelitian, membuktikan
konsumsi minuman yang mengandung bahwa responden kelompok kasus yang
pemanis gula berlebihan juga berhubungan kurang olahraga memiliki risiko lebih besar
dengan peningkatan risiko. Konsumsi beras terhadap diabetes melitus tipe II. Hal ini
putih yang terlalu berlebih juga berperan juga dibuktikan dengan penelitian yang
dalam meningkatkan risiko mencapai lebih dilakukan oleh Made (2010) di Poliklinik
dari 7% (Farrell, 2008). Beberapa responden RS Sanglah Denpasar yang menunjukkan
mengatakan dengan banyaknya tempat- bahwa responden dengan kebiasaan olahraga
tempat makanan siap saji yang terus yang kurang memiliki risiko tiga kali terjadi
menjamur mengakibatkan keinginan untuk diabetes melitus tipe dibandingkan dengan
mengkonsumsi makanan tersebut lebih mereka yang cukup olahraga.
tinggi dan dirasa lebih efisien ketika istirahat
pada waktu jam kerja. Hal ini juga didukung Hasil uji alternatif Chi-square (x),
dengan tinjauan teori dari Suyono (2007) untuk mengetahui hubungan antara pola
dan Suiraoka (2012), pola makan yang makan terhadap kejadian diabetes melitus
tinggi lemak, garam, dan gula tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nusukan
mengakibatkan masyarakat mengkonsumsi didapatkan nilai memenuhi syarat
makanan secara belebihan, selain itu pola dikarenakan terdapat nol cells atau memiliki
makanan yang serba instan saat ini memang nol persen expected count kurang dari lima.
sangat digemri oleh sebagian masyarakat, Hasil uji Odds Ratio, dapat diintepretasikan
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 12
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

responden dengan pola makan yang buruk yang menunjukkan terjadinya DM tipe dua
memiliki sepuluh kali lipat risiko terjadi akan meningkat dua sampai enam kali lipat
diabetes melitus tipe II. Penelitian lain yang jika orang tua atau saudara kandung
sejalan adalah penelitian yang dilakukan mengalami penyakit ini.
oleh Riski (2009) yang menyatakan ada
hubungan antara pola makan dengan kasus Dari hasil uji menunjukkan bahwa
diabetes melitus diabetes tipe-II di Poliklinik pada kelompok kasus responden yang
RSUD Tugurejo Semarang, sebanyak enam kurang olahraga pada kelompok kasus. Hasil
puluh koma lima persen responden yang uji Chi-square (x) pada tabel sembilan
memiliki pola makan yang tidak sehat dan memenuhi syarat karena terdapat nol cells
tidak teratur mengakibatkan diabetes melitus atau memiliki nol persen expexted count.
tipe II. Hal ini dibuktikan dengan teori yang Hasil uji Odds Ratio dapat dintepretasikan
mengatakan makanan memegang peranan bahwa kebiasaan olahraga yang kurang
dalam peningkatan kadar gula darah memiliki lima kali terjadi diabetes daripada
yang cukup olahraga Penelitian yang telah
Hasil uji menunjukkan bahwa genetik dilakukan secara prospektif juga
pada kelompok kasus (responden dengan memperlihatkan olahraga dengan
diabetes melitus tipe II) sebanyak dua puluh berkurangnya risiko terhadap diabetes
lima orang. Hasil uji Chi-square (x) pada melitus tipe II, penelitian lebih lanjut
tabel tujuh memenuhi syarat karena terdapat membuktikan bahwa semakin lama aktivitas
nol cells atau memiliki nol persen expexted fisik atau olahraga, maka mempunyai efek
count kurang dari lima. Hasil uji Odds Ratio menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan
dapat diintepretasikan bahwa yang memiliki darah, dan distribusi lemak tubuh, yaitu pada
riwayat keluarga diabetes memiliki dua aspek ganda sindroma metabolik kronik
puluh lima kali risiko terjadi diabetes sehingga mencegah beberapa penyakit salah
melitus. Penelitian yang telah dilakukan, satunya diabetes melitus tipe II, dengan
sebagian besar kasus diabetes melibatkan demikian olahraga memiliki efek protektif
banyak gen yang masing-masing yang dapat dicapai dengan bertambahnya
menyumbangkan pengaruh yang kecil aktivitas fisik (Bryer, 2012).
terhadap meningkatnya kemungkinan terjadi
diabetes tipe II. Bila salah satu dari
pasangan kembar identik menderita diabetes Simpulan Dan Saran
maka peluang seumur hidup saudara A. Simpulan
kembarnya terkena diabetes adalah lebih 1. Responden kasus dalam penelitian
dari sembilan puluh persen sedangkan untuk di wilayah kerja Puskesmas
pasangan kembar tidak identik hanya dua Nusukan yang memiliki pola
puluh lima sampai lima puluh persen. Dalam makan tidak baik dengan skore 6-
penelitian ini, orang yang memiliki riwayat 10 mengalami diabetes melitus tipe
keluarga menderita DM lebih berisiko II.
daripada orang yang tidak memiliki riwayat 2. Responden kasus dalam penelitian
keluarga menderita DM. Hal ini selaras di wilayah kerja Puskesmas
dengan penelitian-penelitian sebelumnya Nusukan yang memiliki riwayat
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 13
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

keluarga terhadap DM mengalami Peneliti lain dapat mengembangkan


diabetes melitus tipe II. penelitian ini, yaitu dengan
3. Responden kontrol dalam menambahkan variabel lain baik
penelitian di wilayah kerja
faktor intrinsik maupun ekstrinsik
Puskesmas Nusukan memiliki pola
makan yang baik dengan skore 0-5 dan memperluas subyek penelitian
tidak mengidap penyakit diabetes dan memberikan implementasi tidak
melitus tipe II. hanya ke pasien tetapi kepada
4. Responden kontrol dalam keluarga maupun perawat.
penelitian ini yang tidak memiliki
riwayat keluarga, tidak mengidap Daftar Pustaka
penyakit diabetes melitus tipe II di
wilayah kerja Puskesmas Nusukan. Almatseir. (2003). Buku Panduan Jasmani
5. Ada hubungan antara pola makan dan Rohani. Jakarta: Binarupa
dengan kejadian diabetes melitus
tipe II di wilayah kerja Pusekesmas AnneAhira. (2012). Gen dalam
Nusukan. http://www.anneahira.com.gen.htm
6. Ada hubungan antara genetik
dengan kejadian diabetes Anonimity. (2006). Konsesus Pengelolaan
melitustipe II di wilayah kerja dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Nusukan. Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan
B. Saran
1. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas Baliwati. (2004). Pengantar Pangan dan
Penelitisn ini diharapkan bisa Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya
menjadi bahan pertimbangan dan
masukan untuk meningkatkan mutu Berkowitz, Aaron. (2013). Lecture Notes
dan kualitas pelayanan institusi Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus
kesehatan khususnya puskesmas, Klinik. Tangerang Selatan: Binarupa
untuk mencegah angka peningkatan
khususnya diabetes melitus tipe II di Budiyanto, MAK. (2002). Gizi dan
wilayah kerja Puskesmas Nusukan. Kesehatan. Malang:Universitas
2. Bagi Perawat. Muhammadiyah Malang
Penelitian ini diharapkan menjadi
masukan dan sarana infomasi bagi Brunner&Suddarth. (2002). Buku Ajar
tim kesehatan tidak hanya Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
memperhatikan tindakan yang Volume 1. Jakarta: EGC
bersifat kuratif saat merawat pasien
atau pengobatan tetapi juga Bryer, Michael. (2012). 100 Tanya Jawab
melakukan kegiatan pencegahan atau mengenai Diabetes. Jakarta: PT Indeks
preventif.
3. Bagi Peneliti
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 14
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

Depkes. 2011. Prevalensi penyakit diabetes Hardani, Rika. (2002). Pola Makan Sehat .
melitus dalam Makalah Seminar Online Kharisma ke-2.
http://www.depkes.go.id/download.p Yogyakarta: RS dr. Sardjito
ublikasi ditjen (diakses pada tanggal 20
Desember 2013) Hartwell, H.Leland. (2011). Fourth Edition
Genetics From Genes to Geneous. Amerika,
Depkes. (2011). Prevalensi penyakit New York: McGraw-Hill
diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah
dalam http:// http://id.wikipedia.org/wik/Diabetes_melitus
www.depkes.go.id/download.publika _tipe_2
si ditjen (diakses pada tanggal 20 Desember
2013) http://id.wikipedia.org/wiki/genetika

Depkes. (2012). Millenium Development http://www.gizinet. (2007). penderita


Goals (MDGs) of diabetic for Indonesia diabetes bisa hidup enak.
dalam
http://www.depkes.milleniumdevelo Ilyas, Muh. (2004). Penatalaksanaan
pmentgoals/etn/download (diakses pada Diabetes Melitus Terpadu Edisi II Cetakan
tanggal 20 Desember 2012) ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Edelstein, Sari PhD, RD&Herbold, H. Imron, Drs.Moch.TA,MM,MBA&Munif,


Nancie EdD, RD. (2012). Buku Saku Nutrisi DR.Amrul,Ms,APU. (2010). Metodologi
(Rapid for Nurses: Nutrition). Jakarta : Penelitian Bidang Kesehatan Bahan
Buku Penerbit Kedokteran EGC Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Sagung Seto

Elrord, Susan L,Ph.D.D&Stansfield, Kariadi, Sri Hastuti. (2009). Diabetes:


D.William,Ph.D.D. (2006). Teori dan Soal- Panduan Lengkap Untuk Diabetisi. Jakarta:
Soal Genetika Edisi Keempat. Jakarta: Mizan Utama
Erlangga
Karim, Faizati. (2003). Panduan Kesehatan
Farrell JB, Deshmukh A, Baghaie AA Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
(2008). "Low testosterone and the Departemen Kesehatan
association with type 2 diabetes". The
Diabetes Educator 34 (5): 799806 Kuncoro, Benyamin Makes. (2010). Buku
Ajar Patologi II (Khusus) Edisi I. Jakarta:
Gustaviani, Reno. (2007). Buku Ajar Ilmu Sagung Seto
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Lapau, Prof.Dr.Buchari,dr.MPH. (2012).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah
Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertai
Pedoman bagi Mahasiswa S-1, S-2 dan S-3.
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 15
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4.


Indonesia Jakarta: Sagung Seto

Markum, H.M.S&Galastri, Miko. (2004). Simadibrata. (2006). Buku Ajar Ilmu


Diabetic Neuropathy among Type 2 Penyakit Dalam Edisi ke IV. Jakarta:
Diabetes Melitus Patient in Dr. Cipto Fakultas Kedokteran Universitas
Mangunkusomo Hospital. Journal of Indonesia
Diabetic Neuropathy in Type 2
Diabetic Patient, 13, 161-165 Sudoyo, Aru W. (2007). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Medika. (2013). Belajar biologi (Pengertian Departemen Penyakit Dalam
Genetika) dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
http://www.blogspot.com/2009/02/pe
ngertian genetika/org Suiraoka, Ip. (2012). Penyakit Degeneratif.
Yogyakarta: Nuhamedika
Ndraha, (2009). Puasa Bagi Penderita
Diabetes Melitus. Jakarta: Penerbit Suryo, Ir. (2002). Genetika. Yogyakarta:
Gramedia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

Notoadmodjo, Dr.Soekidjo. (2010). Suyono, Slamet. (2008). Buku Ajar Ilmu


Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Penerbitan
Rineka Cipta Departemen Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Praktinya, Dr.Ahmad Watik. (2010). Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran Tjokroprawiro, Askandar. (2009). Hidup
dan Kesehatan. Jakarta: PT Raja Sehat dan Bahagia bersama Diabetes.
Grafindo Persada Jakarta: Penebar Swadaya

Price, A.Sylvia&Wilson M. Lorraine. Waspandji, Sarwono. (2005).


(2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe
Proses Terpadu sebagai Panduan
Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi
EGC Dokter maupun Edukator. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Riset Kesehatan Dasar. 2007. Penyakit
Diabetes Melitus di Indonesia dalam WHO. 2003. Step : A frame work for
http://www.rikesdas.litbang.depkes.g survailance, the WHO STEP (Use Approach
o.id/diabetes melitus (diakses pada tanggal to Surveilance of Noncommunicable
20 Desember 2012) Disease) Geneva dalam
http://.who.int/penyakitdegeneratif/re
Sastroasmoro, Prof.Dr.Sudigdo&Ismail, sources/atlas/en/diakes pada tanggal 20
Prof.Dr.Sofyan. (2011). Dasar-Dasar Desember 2013
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 16
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)

Yunir, Em&Soebardi, Suharko. (2008).


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
Pusat: Penerbitan Departemen Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Zulaikah, Siti. (2004). Ilmu Dasar Gizi bagi


Mahasiswi Keperawatan. Surakarta:
Fakultas Ilmu Kedokteran UMS

*Dyah Ayu Marissa Frankilawati


: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
** Agus Sudaryanto S.Kep, NsN.
M.Kes: Dosen Pembimbing I FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
*** Noor Alis Setiyadi, S.KM,
MKM: Dosen Pembimbing II FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.

Anda mungkin juga menyukai