SKRIPSI
Disusun Oleh :
2013
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 1
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
PENELITIAN
Abstrak
Diabetes melitus tipe II adalah penyakit kronis mengalami resistansi terhadap aksi insulin
dan ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin. WHO memprediksi kenaikan
jumlah penyandang DM tipe II di Indonesia meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030. Pola
makan yang buruk, riwayat keluarga dan kurangnya olahraga sangat mempengaruhi terjadinya
DM tipe II. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan
olahraga terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian kuantitatif yang bersifat analitis dengan metode kasus kontrol. Metode pengambilan
sampel yang digunakan yaitu dengan purposive sampling yaitu sebanyak 60 orang (30 kasus 30
kontrol). Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam lembar jawab , data yang
didapatkan dianalisa dengan menggunakan uji Chi-square dan diolah dengan menggunakan
program SPSS Windows 17 dan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
menggunakan uji odds ratio. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan pada pola makan nilai
p=0,000 (OR=10,0;95% (91%)), pada genetik p=0,000 (OR= 25,0;95% (97%)), pada kebiasaan
olahraga p=0,002 (OR= 5,67,0;95% (85%)). Nilai p ini lebih kecil dari nilai = 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan
olahraga terhadap kejadian diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja puskesmas Nusukan. Saran
peran penting dari tenaga medis dan para medis untuk terus memberikan informasi kepada
pasien diabetes mellitus yang berobat di puskesmas Nusukan, sehingga dapat mengatur pola
makan dengan baik dan menjalankan olahraga secara teratur.
Kata kunci : pola makan, genetik, kebiasaan olahraga, diabetes melitus tipe II
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 2
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
Abstract
Type II diabetes mellitus is a degeneratives disease which really has been. Diet is an overview
resistant of insulin and pancrease uncapable to product enough insulin. WHO prediction
increased total sufferer DM type II in up to possibly 12 million on 2030. The badness of diet,
genetic and habit of gymnastic had influence to type II diabetes mellitus. The purpose of this
research is to know about the relationship on diet, genetic and habit of gymnastic with type II
diabetes mellitus in the district of puskesmas Nusukan. This research is a quantitative analytic
with cases control method. The sampling method used to purposive sampling. This was a case
control study with 60 samples (30 cases and 30 controls). The answers of questions which there
are in answered of leaf, the data that already collected is being analized using the Chi-square
test and counted by SPSS Windows 17 program. The result of this research which is gain show
value p=0,000(OR=10,0;95% (91%)) for diet, p=0,000 (OR= 25,0;95% (97%)) for genetic,.
p=0,002 (OR= 5,67,0;95% (85%)) for habit of gymnastic. This value of p is smaller than =
0,05. The conclusion of this research is showed that a significant relationship on diet, genetic
and habit of gymnastic with type II diabetes melitus in thedistrict puskesmas Nusukan.
Suggestion for the medicals and nutritionist must keep give information about diet better and will
be gymnastic to be continue.
diabetes klinis. Sel beta pankreas masih bergeser dari pola makan yang tradisional
dapat mengkompensasi, sehingga terjadi yang banyak mengandung karbohidrat dan
hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih serat dari sayuran berubah menjadi pola
normal atau baru sedikit meningkat. makan yang kebarat-baratan dan sedikit
Kemudian setelah terjadi kelelahan sel beta serat. Komposisi makanan yang tinggi
pankreas, akan terjadi diabetes melitus lemak, garam, dan sedikit serat pada
klinis, yang ditandai dengan adanya kadar makanan siap saji yang pada akhir-akhir ini
glukosa darah yang meningkat, memenuhi sangat digemari dikalangan masyarakat
kriteria diagnosis diabetes. Indonesia.
Pola makan merupakan suatu cara Pada uji laboratorium yang telah
atau usaha dalam pengaturan jumlah dan dilakukan pada beerapa produk makanan
jenis makanan dengan maksud tertentu siap saji atau restoran seperti Burger King
seperti mempertahankan kesehatan, status Chicken, Kentucky Fried Chicken (KFC),
nutrisi, mencegah atau membantu dan McDonalds terdapat kandungan tipe
kesembuhan penyakit. Pola makan sehari- lemak jenuh dan tipe lemak trans yang dapat
hari merupakan pola makan seseorang yang meningkatkan resiko terjadinya diabetes
berhubungan dengan kebiasaan makan melitus, khusunya diabetes melitus tipe II
setiap harinya (Hardani, 2002), sedangkan (Herbold & Edelstein, 2012). Penelitian
Baliwati (2004) mengatakan pola makan yang telah dilakukan oleh majalah Fortune,
atau pola konsumsi merupakan susunan yang menganalisis mengenai perkembangan
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi penyakit degeneratif di Asia membuktikan
seseorang atau kelompok orang pada waktu bahwa terjadinya peningkatan penyakit
tertentu. seperti diabetes melitus tipe II berbanding
urus dengan peningkatan beberapa jumlah
Pola makan sehat untuk diabetesi restoran seperti contohnya McDonalds, hal
adalah 25-30% lemak, 50-55% karbohidrat, ini membuktikan bahwa gaya hidup dengan
dan 20% protein. Menurut Suyono (2007) pola makan yang lebih instan meningkatkan
dan Suiraoka (2012), gaya hidup di resiko prevalensi DM Tipe II. Pada DM
perkotaan dengan pola makan yang tinggi Tipe II, jumlah insulin normal atau
lemak, garam, dan gula mengakibatkan mungkin jumlahnya banyak, akan tetapi
masyarakat cenderung mengkonsumsi jumlah rsptor insulin yang terdapat dalam
makanan secara berlebihan, selain itu pola permukaan sel berkurang. Akibatnya
makanan yang serba instan saat ini memang glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit
sangat digemari oleh sebagian masyarakat, dan glukosa di dalam pembuluh darah
tetapi dapat mengakibatkan peningkatan meningkat (Zulaekah, 2004). Pada penderita
kadar glukosa darah. Penyakit menahun diabetes, metabolisme hidrat arang
yang disebabkan oleh penyakit degeneratif terganggu disebabkan oleh terganggunya
seperti diabetes melitus meningkat sangat produksi hormon insulin oleh pankreas.
tajam. Perubahan pola penyakit ini diduga Defisiensi insulin menyebabkan tidak semua
berhubungan dengan cara hidup yang glukosa dapat diubah menjadi glikogen,
berubah. Pola makan di kota-kota telah sehingga sebagian besar glukosa yang
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 6
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
berasal dari makanan tetap berada dalam yng ditemukan dalam nukleus atau daerah
darah (hiperglikemia) akan mendorong inti sel (Elrord&Stansfield, 2006).
pembuangan kelebihan glukosa tersebut
keluar tubuh melalui urin. Inilah yang Dalam penelitian diketahui bahwa
menyebabkan terjadinya glikosuria, dengan berkurangnya kemampun dari pankreas
sedikitnya glukosa yang dapat dibah untuk membentuk insulin ditentukan oleh
menjadi glikogen, maka untuk memenuhi reseptor d. Jika seseorang yang menderita
kebutuhan energi otot, akan terjadi proses diabetes, sedangkan kedua orang tuanya
pengubahan glikogen hati menjadi glukosa normal, maka dapat dipastikan kedua orang
melalui jalur glukoneogenesis. Hilangnya tuanya normal, maka dapat dipastikan kedua
sebagian besar glukosa karena tidak dapat orang tua merupakan heterizigot.
diambil tubuh dan terbuang melalui urin
menyebabkan lemak tubuh (liposis) dan Bukti untuk determinan genetik
protein (proteolisis) dijadikan sumber diabetes adalah kaitan dengan tipe-tipe
energi. Tingginya kadar glukosa dalam histokompatibilitas HLA (human leukocyte
darah disebabkan oleh menurunnya antigen) spesifik. Tipe dari gen
kemampuan tubuh mengubah glukosa histokompabilitas yang berkakitan dengan
menjadi glikogen, dan terjadinya proses diabetes (DW 3 dan DW 4) adalah yang
glukoneogenesis dalam hati menyebabkan memberi kode kepada protein-protein yang
terbentuknya glukosa dan masuk ke dalam berperan penting dalam interkasi monosit-
peredaran darah (Budiyanto, 2002). limfosit. Protein-protein ini mengatur respon
Perubahan pola makan yang tidak sehat sel T yang merupakan bagian normal dari
menyebabkan gangguan metabolisme zat-zat respon imun. Jika terjadi kelainan, maka
makanan baik berupa karbohidrat, protein limfosit T akan terganggu dan sangat
dan lemak yang menyebabkan penyakit berperan penting pada patogenesis
diabetes melitus tipe II. Hasil penelitian perusakan sel-sel pulau Langerhans.
menunjukkan bahwa pola makan sampel
terbanyak (59,50%) terdapat pada pola Olahraga adalah latihan gerak badan
makan yang tidak baik, yaitu jika salah satu untuk menguatkan dan menyehatkan badan
dari ketepatan jenis makanan, ketepatan seperti sepak bola, berenang, dan lain-lain.
jumlah kalori atau ketepatan waktu makan Olahraga atau aktivitas fisik didefinisikan
tidak tepat. sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh
otot dan sistem penunjangnya (Almatseir,
Gen adalah unit-unit herediter yang 2003)
ditransmisikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau diwariskan atau diturunkan. Pengelolaan diabetes melitus tipe II
Gen terletak pada molekul-molekul panjang yang meliputi 4 pilar, aktivitas fisik atau
asam deoksiribonukleat (deoxyribonuletic olahraga merupakan salah satu dari keempat
acid, DNA) yang terdapat pada semua sel pilar tesebut. Aktivitas minimal otot skeletal
DNA, bersama dengan suatu matriks lebih dari sekedar yang diperlukan untuk
protein, membentuk nukleoprotein dan ventilasi basal paru,dibutuhkan oleh semua
terorganisasi menjadi struktur kromosom orang termasuk diabetesi. Aktivitas fisik
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 7
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
atau olahraga pada penderita diabetes Populasi dalam penelitian ini adalah
melitus tipe II akan menimbulkan perubahan klien yang menderita diabetes melitus tipe II
metabolik, yang dipengaruhi selain oleh pada periode Januari sampai Desember
lama, berat latihan, dan tingkat kebugaran, 2012. Populasi pada penelitian yang akan
juga oleh kadar insulin plasma, kadar dilakukan peneliti sebanyak 150 responden.
glukosa darah, kadar benda keton dan Sampel yang akan dijadikan responden pada
imbangan cairan tubuh. Ambilan glukosa kasus sebanyak 30 responden yang
oleh jaringan otot pada keadaan istirahat mengalami penyakit diabetes melitus tipe II
membutuhkan insulin, hingga disebut dan kontrol sebanyak 30 orang yang tidak
sebagai jarinagn insulin-dependent, sedang mengalami diabetes melitus tipe II.
pada otot aktif walau terjadi peningkatan
kebutuhan glukosa , tapi kadar insulin tidak Instrumen yang digunakan adalah
meningkat. Hal ini disebabkan karena rekam medis puskesmas serta lembar
peningkatan kepekaan reseptor insulin otot panduan wawancara untuk menilai variabel
dan pertambahan reseptor insulin otot pada pola makan dan genetik, dan kebiasaan
saat melakukan aktivitas fisik atau olahraga. olahraga dimana peneliti akan menggunakan
lembar ini sebagai acuan melakukan
Metodologi Penelitian wawancara kepada responden agar
mendapatkan data responden yang akurat.
Di dalam penelitian yang akan
dilakukan, peneliti menggunakan desain Hasil Penelitian Dan Pembahasan
penelitian kuantitatif yang bersifat analitis
dengan metode penelitian studi kasus Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan
kontrol, yaitu penelitian yang menjelaskan umur, jenis kelamin, pekerjaan
atau menerangkan situasi masalah (Lapau, N Karakteristik Subjek Freku Presen
2012). o ensi tase
(%)
Case control study atau case- 1 Jenis Kelamin
comparison study sering disebut juga Wanita 34 56,7
penelitian retrospektif yaitu penelitian Pria 26 43,3
2 Umur
epidemologis analitik observasional yang
46,57 5 8,3
meneliti tentang hubungan antara efek 47,54,61,66 4 6,7
(penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu 46,62 3 5,0
dengan faktor resiko tertentu (Sastroasmoro, 50,55,60,70,76,78,81 2 3,3
2011). Penelitian case control adalah adalah 42,44,48,51,53,56,63,6 1 1,7
suatu penelitian survei analitik yang 4,65,72,74,75,79
menyangkut bagaimana faktor risiko 3 Pekerjaan
dipelajari dengan menggunakan pendekatan Wiraswasta/Pedagang 18 30,0
retrospektive Karyawan swasta 14 23,3
IRT 13 21,7
Pensiunan 9 15,0
PNS/Guru 6 10,0
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 8
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
sistolik 130, dan untuk proporsi terbanyak tetapi dapat mengakibatkan peningkatan
pada responden dengan diastolik 90mmHg kadar gula darah.
yaitu. Dari hasil penelitian genetik
menunjukkan bahwa pada kelompok kasus
Dari hasil penelitian pada tabel 1, responden dengan riwayat keluarga diabetes
dapat kita lihat bahwa pada kelompok kasus melitus mencapai 25 orang. Pada responden
yaitu responden dengan diabetes melirtus yang mempunyai genetik atau riwayat
tipe II, memiliki kadar gula sewaktu diatas keluarga dengan DM, maka hal ini menjadi
200mg/dL, untuk lama diabetes pada salah satu faktor yang mempengaruhi
kelompok ini sebanyak pada kurun waktu terjadinya DM tipe II pada responden, dan
lima tahun sebaliknya pada responden kontrol yang
tidak mempunyai riwayat keluarga DM
Berdasarkan hasil analisa data pola maka responden kemungkinan kecil untuk
makan pada responden pada kelompok mengidap penyakit DM tipe II. Hal ini
kasus atau responden dengan diabetes sesuai dengan penelitian yang dilakukan
melitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas oleh Putra (2011) di Poliklinik RS Dr.
Nusukan mempunyai pola makan buruk. Hal Soetomo Surabaya yang menunjukkan
ini dibuktikan dengan teori yang bahwa orang akan 42 kali lebih beresiko
menyebutkan faktor diet terlebih lagi gaya terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan
hidup modern yang sering mengkonsumsi orang yang tidak mempunyai riwayat
makanan siap saji saat ini mengakibatkan keluarga dengan DM.
peningkatan terhadap pengaruh risiko
munculnya penyakit diabetes melitus tipe-2, Dari hasil penelitian, membuktikan
konsumsi minuman yang mengandung bahwa responden kelompok kasus yang
pemanis gula berlebihan juga berhubungan kurang olahraga memiliki risiko lebih besar
dengan peningkatan risiko. Konsumsi beras terhadap diabetes melitus tipe II. Hal ini
putih yang terlalu berlebih juga berperan juga dibuktikan dengan penelitian yang
dalam meningkatkan risiko mencapai lebih dilakukan oleh Made (2010) di Poliklinik
dari 7% (Farrell, 2008). Beberapa responden RS Sanglah Denpasar yang menunjukkan
mengatakan dengan banyaknya tempat- bahwa responden dengan kebiasaan olahraga
tempat makanan siap saji yang terus yang kurang memiliki risiko tiga kali terjadi
menjamur mengakibatkan keinginan untuk diabetes melitus tipe dibandingkan dengan
mengkonsumsi makanan tersebut lebih mereka yang cukup olahraga.
tinggi dan dirasa lebih efisien ketika istirahat
pada waktu jam kerja. Hal ini juga didukung Hasil uji alternatif Chi-square (x),
dengan tinjauan teori dari Suyono (2007) untuk mengetahui hubungan antara pola
dan Suiraoka (2012), pola makan yang makan terhadap kejadian diabetes melitus
tinggi lemak, garam, dan gula tipe II di wilayah kerja Puskesmas Nusukan
mengakibatkan masyarakat mengkonsumsi didapatkan nilai memenuhi syarat
makanan secara belebihan, selain itu pola dikarenakan terdapat nol cells atau memiliki
makanan yang serba instan saat ini memang nol persen expected count kurang dari lima.
sangat digemri oleh sebagian masyarakat, Hasil uji Odds Ratio, dapat diintepretasikan
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 12
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
responden dengan pola makan yang buruk yang menunjukkan terjadinya DM tipe dua
memiliki sepuluh kali lipat risiko terjadi akan meningkat dua sampai enam kali lipat
diabetes melitus tipe II. Penelitian lain yang jika orang tua atau saudara kandung
sejalan adalah penelitian yang dilakukan mengalami penyakit ini.
oleh Riski (2009) yang menyatakan ada
hubungan antara pola makan dengan kasus Dari hasil uji menunjukkan bahwa
diabetes melitus diabetes tipe-II di Poliklinik pada kelompok kasus responden yang
RSUD Tugurejo Semarang, sebanyak enam kurang olahraga pada kelompok kasus. Hasil
puluh koma lima persen responden yang uji Chi-square (x) pada tabel sembilan
memiliki pola makan yang tidak sehat dan memenuhi syarat karena terdapat nol cells
tidak teratur mengakibatkan diabetes melitus atau memiliki nol persen expexted count.
tipe II. Hal ini dibuktikan dengan teori yang Hasil uji Odds Ratio dapat dintepretasikan
mengatakan makanan memegang peranan bahwa kebiasaan olahraga yang kurang
dalam peningkatan kadar gula darah memiliki lima kali terjadi diabetes daripada
yang cukup olahraga Penelitian yang telah
Hasil uji menunjukkan bahwa genetik dilakukan secara prospektif juga
pada kelompok kasus (responden dengan memperlihatkan olahraga dengan
diabetes melitus tipe II) sebanyak dua puluh berkurangnya risiko terhadap diabetes
lima orang. Hasil uji Chi-square (x) pada melitus tipe II, penelitian lebih lanjut
tabel tujuh memenuhi syarat karena terdapat membuktikan bahwa semakin lama aktivitas
nol cells atau memiliki nol persen expexted fisik atau olahraga, maka mempunyai efek
count kurang dari lima. Hasil uji Odds Ratio menguntungkan pada lemak tubuh, tekanan
dapat diintepretasikan bahwa yang memiliki darah, dan distribusi lemak tubuh, yaitu pada
riwayat keluarga diabetes memiliki dua aspek ganda sindroma metabolik kronik
puluh lima kali risiko terjadi diabetes sehingga mencegah beberapa penyakit salah
melitus. Penelitian yang telah dilakukan, satunya diabetes melitus tipe II, dengan
sebagian besar kasus diabetes melibatkan demikian olahraga memiliki efek protektif
banyak gen yang masing-masing yang dapat dicapai dengan bertambahnya
menyumbangkan pengaruh yang kecil aktivitas fisik (Bryer, 2012).
terhadap meningkatnya kemungkinan terjadi
diabetes tipe II. Bila salah satu dari
pasangan kembar identik menderita diabetes Simpulan Dan Saran
maka peluang seumur hidup saudara A. Simpulan
kembarnya terkena diabetes adalah lebih 1. Responden kasus dalam penelitian
dari sembilan puluh persen sedangkan untuk di wilayah kerja Puskesmas
pasangan kembar tidak identik hanya dua Nusukan yang memiliki pola
puluh lima sampai lima puluh persen. Dalam makan tidak baik dengan skore 6-
penelitian ini, orang yang memiliki riwayat 10 mengalami diabetes melitus tipe
keluarga menderita DM lebih berisiko II.
daripada orang yang tidak memiliki riwayat 2. Responden kasus dalam penelitian
keluarga menderita DM. Hal ini selaras di wilayah kerja Puskesmas
dengan penelitian-penelitian sebelumnya Nusukan yang memiliki riwayat
Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga terhadap Kejadian Diabetes 13
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan, Banjarsari (Dyah Ayu Marissa
Frankilawati)
Depkes. 2011. Prevalensi penyakit diabetes Hardani, Rika. (2002). Pola Makan Sehat .
melitus dalam Makalah Seminar Online Kharisma ke-2.
http://www.depkes.go.id/download.p Yogyakarta: RS dr. Sardjito
ublikasi ditjen (diakses pada tanggal 20
Desember 2013) Hartwell, H.Leland. (2011). Fourth Edition
Genetics From Genes to Geneous. Amerika,
Depkes. (2011). Prevalensi penyakit New York: McGraw-Hill
diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah
dalam http:// http://id.wikipedia.org/wik/Diabetes_melitus
www.depkes.go.id/download.publika _tipe_2
si ditjen (diakses pada tanggal 20 Desember
2013) http://id.wikipedia.org/wiki/genetika