Anda di halaman 1dari 8

FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Fina L, Silvani P, Rafika N, Dewi S


Fisiologi Hewan
Universitas Negeri Jakarta
2010

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan mengetahui sifat fisik dan sifat kimia air liur melalui pengaruh suhu dan waktu,
mengetahui proses hidrolisis pati oleh enzim amylase pada air liur, mengetahui adanya ion CNS - dalam
air liur, uji musin yang mengandung protein, dan uji lipase. Sifat dan susunan saliva ditentukan dengan
berbagai macam uji diantaranya uji musin yang menandakan protein (uji biuret),ion CNS-(uji FeCl3 ),
karbohidrat (uji lugol), glukosa (uji benedict) serta penentuan waktu dan suhu optimum untuk kerja
enzim amilase. Semakin lama waktunya dan semakin optimal suhunya(37-400C) maka enzim amylase
akan semakin optimal kerjanya. Saliva menunjukkan hasil positif terhadap uji protein, uji karbohidrat,
dan uji ion CNS-. Enzim dapat bekerja optimal pada air ledeng, sedangkan pada suhu rendah enzim
akan inaktif dan pada suhu tinggi enzim akan denaturasi. Salah satu enzim yang berfungsi untuk Kerja
enzim lipase dipengaruhi oleh pH. Lipase akan bekerja efektif pada pH basa. Semakin tinggi kadar
emulsi, maka makin sesuai pula kondisi pH organ/ bahan dengan efektifitas kerja enzim lipase.

Kata kunci: enzim, Saliva,

PENDAHULUAN asam (2-3), pH di pankreas 6-7, pH pada


Sistem pencernaan makanan yang empedu =7, pH pada saliva 6-7, dan enzim di
terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, duodenum dalam suasan netral atau sedikit
lambung, dan usus dengan bantuan pankreas basa (7-8). Kondisi asam di almbung karena
dan empedu. Dalam mulut makanan adanya HCl, dan suasana agak basa di mulut
dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan dan suasana basa di duodenum karena
jalan dikunyah. Namun, hasil pencernaan adanya NaHCO3. Hati merupakan kelenjar
mekanik belum dapat diserap oleh dinding pencernaan, namun hati tidak menghasilkan
usus sebab masih merupakan makromolekul enzim. Hati menghasilkan garam empedu yang
contohnya adalah glikogen, amilum, lemak, penting untuk mengemulsikan lemak. Dinding
protein, dan selulosa. Selama penghancuran saluran pencernaan dilindungi oleh lendir
secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang (musin) yang mengandung protein dan juga
ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang NaHCO3 terutama di lambung untuk melindungi
disebut saliva atau ludah. Tiga kelenjar saliva dinding lambung dari HCl.
yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submaksilar, Praktikum ini bertujuan mengetahui
dan kelenjar parotid. Setiap hari sekitar 1-1.5 sifat fisik dan sifat kimia air liur melalui
liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. pengaruh suhu dan waktu, mengetahui proses
Saliva terdiri atas 99.24% air dan 0.58% terdiri hidrolisis pati oleh enzim amylase pada air liur,
atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, mengetahui adanya ion CNS- dalam air liur, uji
HCO3-, SO42-, dan zat-zat organik seperti musin musin yang mengandung protein, dan uji lipase
dan enzim amilase (ptialin). Musin dalam saliva pada organ pencernaan seperti pancreas,
adalah suatu zat yang kental dan licin yang lambung, duodenum, empedu, dan saliva dari
berfungsi membasahi makanan dan sebagai kelima hewan vertebrata (studi comparative).
pelumas yang memudahkan atau Manfaat yang diperoleh dari kelima praktikum
memperlancar proses menelan makanan. ini adalah didapatnya informasi bahwa
Pencernaan enzimatis dimulai dari keberadaan enzim amilase di dalam tubuh
rongga mulut karena di mulut terdapat enzim manusia sangat penting dan cara kerja enzim
ptyalin atau amylase dan lipase lingual yang bergantung pada suhu dan waktu. Enzim
kerjanya belum efektif). Pencernaan enzimatis amylase ikut bertanggung jawab menjaga
berikutnya berlangsung di lambung karena kesehatan dan proses metabolisme di dalam
terdapat enzim peptin yang mengubah tubuh. Manfaat dari praktikum uji lipase adalah
pepsinogen menjadi pepsin,HCl di lambung, untuk membuktikan adanya lemak pada setiap
rennin, dan lipase gastric (yang kerjanya belum organ pencernaan tersebut pada kelima hewan
efektif). Pencernaan enzimatis berikutnya vertebrata.
terdapat di duodenum sebab terdapat enzim
tripsinogen dari pancreas dan erepsinogen dari METODE PRAKTIKUM
duodenum yang diaktifkan oleh enterokinase Waktu dan Tempat
menjadi tripsin dan erepsin; enzim lipase Praktikum ini dilaksanakan dari tanggal 11
pancreas (steapsin) dan lipase duodenum, Oktober 2010 di Laboratorium Fisiologi FMIPA
amilase, maltase dan lain-lain. Universitas Negeri Jakarta.
Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu, Alat dan Bahan
pH dan waktu. Enzim di rongga mulut bekerja Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah
efektif dalam suasana netral atau sedikit basa. tabung reaksi, mortar, penjepit, lampu Bunsen,
Enzim di lambung bekerja efektif dalam kondisi
papan bedah, gelas ukur, gelas kimia, pipet
tetes, pinset dan batang pengaduk. PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan ialah air liur, jeroan Air liur (saliva) disekresi oleh tiga pasang
ayam, katak, ikan, tokek, mencit segar, larutan kelenjar besar yaitu parotis, submaksilaris dan
biuret, FeCl3, fenol red, NaOH, amilum, Fehling sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan
A, fehling B, Lugol, air panas, air ledeng, es, hipotonis yang sangat encer dengan
minyak kelapa, dan air. konsentrasi zat padat yang rendah; air liur
submaksilaris dapat kental maupun encer
HASIL tergantung pada rangsang simpatis atau
parasimpatisan; air liur sublingualis
Uji Musin Uji ION CNS mengandung banyak musim. Selain itu air liur
juga disekresi oleh beberapa kelenjar kecil
1 mL Warna: 1 mL Warna: dalam mukosa mulut seperti labialis, lingualis,
filtrat(saliva) + 1 Ungu Filtrat(saliva) + 1 Orange bukal dan palatal. Sekresi air liur dari kelenjar
mL Biuret muda mL FeCl3
ke dalam mulut dapat disebabkan oleh
rangsangan lokal dalam mulut atau oleh
perangsangan pusat akibat rangsang psikis
Hidrolisis Amilum atau somatik (Poedjaji 1994).
5 tetes Waktu 5 tetes 1 tetes 1. Uji Musin
amilum+5 tetes Fehling A+B larutan Pada percobaan 1 praktikan
saliva lugol
Tabung 1 1 menit Warna: -
melakukan percobaan terhadap musin. Musin
Lapisan merupakan lendir yang melindungi dinding
atas : biru saluran pencernaan yang lebih kental dan licin
muda daripada air biasa dan mengandung enzim
Lapisan
bawah : amilase. Musin berfungsi membasahi makanan
biru tua dan sebagai pelumas yang memudahkan atau
Tabung 2 5 menit Warna: biru - memperlancar proses menelan makanan. Di
Tabung 3 10 menit Warna: Biru - dalam musin mengandung protein dan
muda
Tabung A 1 menit - Warna: NaHCO3.
ungu Dalam saliva terdiri dari 99,5% H2O
Tabung B 5 menit - Warna: serta 0,5% protein dan elektrolit. Saliva
hitam biasanya mengandung peptida tetapi tidak
Tabung C 10 menit - Warna:
hitam mutlak ada. Hal ini dikarenakan makanan
pekat setiap orang berbeda-beda. Ada yang
mengandung protein dan ada yang tidak.
Pembentukan suatu ikatan amida antara dua
asam amino atau lebih, menghasilkan peptida.
Hidrolisis Amilum
Reagen yang digunakan untuk mengetahui
adanya ikatan peptida yaitu biuret. Reaksi
1 mL 1 tetes lugol 5 tetes biuret terjadi ketika suatu peptida yang
saliva+1 mL (di testplate) Fehling
amilum (10 A+B
mempunyai dua buah ikatan peptida atau lebih
menit) dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana
basa dan membentuk suatu senyawa kompleks
Medium es Warna: ungu Warna: biru yang berwarna ungu. Oleh karena itu, setelah
muda air ludah bercampur dengan biuret, maka
terbentuk warna ungu muda. Hal ini
Medium air Warna: Warna: biru membuktikan bahwa didalam saliva terkandung
ledeng Kuning protein (sesuai pada teori).
Reaksi yang terjadi pada saat
Medium air Warna: biru Warna: biru pembentukan biuret:
panas gelap gelap NaOH + CuSO4 -- Na2SO4 + Cu(OH)2
Senyawa kompleks yang terbentuk
berwarna ungu muda, warna ungu terbentuk itu
merupakan ukuran jumlah ikatan peptida
dalam protein.
Lipase Ikatan peptida pada protein
bereaksi dengan Cu2+ yang berasal dari
Hewan Pankreas Duodenum Lambung Empedu Saliva
biuret, dalam alkalinitas untuk membentuk
warna ungu, maksimal 540 nm. Intensitas
Aya
m
Merah Merah Merah Hitam+em Merah+ dari warna yang dihasilkan merupakan
fanta + tua+emulsi tua+emulsi ulsi emulsi
emulsi proporsi dari jumlah ikatan peptida yang
terdapat pada reaksi. Karena terdapat ikatan
Kata Merah Merah Meran Merah Merah peptida, maka terbukti pada saliva terdapat
k marun+em marun+emulsi emulsi marun+em marun protein dan terbukti pada musin
ulsi ulsi
mengandung protein.
Toke Merah Merah pekat Ungu Hitam Merah
k terang 2. Uji ion CNS-

Ikan Merah Ungu+emulsi Ungu+emuls Merah Merah


muda+em i tua+emulsi muda+
ulsi emulsi

Tikus Ungu Merah Kuning Merah Ungu+e


tua+emulsi keunguan+em gelap+emuls keunguan mulsi
ulsi i +emulsi
Pencampuran ion CNS- dengan FeCl3 Artinya,hasil yang didapat praktikan
akan mengoksidasi ion feroklorida menjadi ion dalam percobaan ini negatif, hal ini mungkin
bebas Fe3+ yang akan berikatan dengan CNS-. disebabkan oleh praktikan yang kurang teliti
Ion Fe3+ merupakan sumber ion yang bersifat dan cermat dalam melaksanakan praktikum
oksidator. Dengan adanya ion CNS- tersebut atau kesalahan praktikan dalam memahami
akan menghasilkan Fe(CNS)3 yang berwarna cara kerja pada percobaan ini.
jingga kemerahan. Reaksi kimia dari Berikut ini data berdasarkan referensi
percobaan ini adalah sebagai berikut: tentang indikator warna yang seharusnya
FeCl3 + 3CNS- + HCL Fe(CNS)3 + 3Cl- terjadi.
Saliva mengandung unsur-unsur Fehling A + B
organik dan anorganik. Unsur-unsur anorganik Glukosa kurang dari 0,5% berwarna
yang terkandung dalam saliva, salah satunya hijau atau hijau kekuningan
adalah CNS- (ion tiosianat). Ion tiosianat Glukosa 0,5% - 1% berwarna kuning
merupakan salah satu faktor yg kehijauan
menghancurkan bakteri. Ion tiosianat bekerja Glukosa 1% - 2% berwarna jingga
sama dengan enzim proteolitik, terutama Glukosa lebih dari 2% berwarna merah
lisosim yg menyerang bakteri sehingga ion bata
tiosianat menjadi bakterisidal yang membantu Reaksi yang seharusnya terjadi pada
menghilangkan pendukung metabolisme percobaan ini ialah :
bakteri lebih lanjut di dalam mulut(Chandrah,
2009). Salah satu protein anti bakteri, yaitu O
H
R C + 2CuO O
Sialoperoxidase, mampu mengoksidasi ion H R C + Cu2O
tiosianat (CNS-) dalam saliva menjadi OH (merah bata)
hipotiosianit (OCNS-), sebuah antibakteri
potensial yang menggunakan hidrogen Pada uji lugol didapatkan warna ungu
peroksida yang dihasilkan oleh bakteri sebagai yang mengindikasikan adanya dekstrin yang
oksidannya (Malcolm Harris, et. al., 1998). merupakan disakarida hasil pemecahan
Oleh karena itu, hasil praktikan positif, ini polisakarida. Lugol merupakan indikator ada
membuktikan bahwa terbentuk ion CNS dalam tidaknya amilum pada larutan yang diuji.
air liur ketika bereaksi dengan FeCl3. Artinya,hasil yang didapat praktikan dalam
percobaan ini positif.
3. Hidrolisis Amilum Berdasarkan referensi indikator warna
Ketika amilum dan air liur lugol adalah:
(mengandung enzim amylase) dicampurkan, Warna biru : amilum
terbentuk warna putih keruh yang Warna ungu : dekstrin
mengindikasikan adanya pati dalam amilum. Warna coklat : glikogen
Enzim amylase yang termasuk dalam Warna biru/hijau keruh :glukosa
kelompok hidrolase bekerja sebagai katalis Hidrolisis amilum pada dua indikator
pada reaksi hidrolisis polisakarida menjadi tersebut juga dipengaruhi oleh perbedaan
disakarida. Enzim amilase dapat memecah lamanya waktu reaksi. Makin lama reaksi
ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk makin besar konversi yang dicapai. Hal inilah
maltosa (Maryati 2000). yang seharusnya dicapai oleh praktikan.
Reagen Benedict (larutan biru yang Artinya pada menit ke-10 merupakan hasil
mengandung ion tembaga) digunakan sebagai yang paling efektif yang terlihat pada semakin
indikator adanya gula yang tereduksi(gula pekatnya warna larutan yang menandakan
sederhana). Pada uji dengan Fehling A dan B polisakarida banyak.
(benedict) didapatkan warna biru, seharusnya
berwarna merah bata yang mengindikasikan 4. Hidrolisis Amilum 2
adanya glukosa pada campuran amilum dan air Kerja dari enzim alpha amilase adalah
liur. Hal ini terjadi karena praktikan tidak dengan cara memecah ikatan alpha 1-4
memanaskan campuran ini. Tidak adanya glikosida rantai amilum .Karena enzim
pemanasan pada campuran Fehling A+B tersususn dari protein, maka enzim sangat
menyebabkan enzim amilase tidak dapat peka terhadap temperatur. Temperatur yang
memecah ikatan alpha 1-4 glikosida pada terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi
amilum. Oleh karena itu,tidak terbentuk protein. Temperatur yang terlalu rendah dapat
perubahan warna sesuai indikator. Semakin menghambat reaksi. Pada umumnya,
lama larutan amilum dan saliva bercampur atau temperatur optimum enzim 30-40 oC.
bereaksi maka makin banyak enzim amilase Pada medium es, saat menggunakan
memecah ikatan alpha 1-4 glikosida rantai larutan lugol dan Fehling A+B terjadi
amilum menjadi glukosa,dekstrin,glikogen. perubahan warna. Seharusnya pada medium
Semakin lama waktu reaksi maka persentase es tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap
glukosa yang dihasilkan semakin banyak dan warna biru. Hal ini karena pada suhu rendah
banyaknya persentase glukosa yang enzim tidak menunjukkan reaksi (inaktif)
terkandung dapat dilihat dari perubahan warna sehingga warna yang dihasilkan dari
yang dihasilkan dengan menggunakan Fehling percobaan pada medium es tidak berubah. Hal
A+B. ini dikarenakan medium es yang digunakan
telah mencair dan suhu pada medium tersebut
tidak rendah, maka enzim dapat bereaksi terkandung dalam masing2 organ/bahan yang
(bekerja) sehingga terjadi perubahan warna. dimasukkan. Kita dapat mengetahui efektifitas
Pada medium ledeng, saat menggunakan pengaruh pH terhadap kerja enzim lipase
larutan lugol dan Fehling A+B terjadi dengan membandingkan kadar emulsi larutan
perubahan warna. Air ledeng memiliki suhu 25- yang terjadi akibat kerja enzim lipase yang
27oC (hampir mencapai suhu optimum), mereduksi lemak pada minyak kelapa menjadi
sehingga enzim masih dapat bekerja pada molekul lemak yang lebih kecil lagi (asam
suhu tersebut karena suhu optimum enzim 30- lemak dan gliserol). Semakin tinggi kadar
40oC. emulsi, maka makin sesuai pula kondisi pH
Pada medium air panas, saat organ/ bahan dengan efektifitas kerja enzim
menggunakan larutan lugol dan Fehling A+B lipase. Seharusnya pada duodenum, pancreas,
terjadi perubahan warna. Namun, warna yang dan empedu, emulsinya lebih banyak karena
dihasilkan tidak sesuai dengan indikator yaitu terkait dengan fungsi pancreas dan empedu
warna yang dihasilkan seharusnya hijau. Air untuk mengemulsi lemak serta duodenum
panas memilki suhu optimal yang dalam hal penyerapan. Tetapi dalam
memungkinkan enzim masih dapat bekerja, percobaan kali ini kami tidak melihat
namun saat melakukan percobaan, suhu yang banyaknya emulsi sehingga tidak mencatat
dibutuhkan tidak sesuai (lebih rendah dari suhu banyaknya dan tidak dapat dibandingkan
optimum) sehingga warna yang dihasilkan dengan organ lainnya.
berbeda.
Enzim hanya dapat bekerja pada suhu KESIMPULAN
optimal, Hal ini menunjukkan bahwa pada Saliva mempunyai bobot jenis 1.008 g/ml.
perubahan suhu, kecepatan reaksi yang Saliva mengandung protein berdasarkan uji
dikatalisis oleh enzim mula-mula meningkat musin dengan menggunakan Biuret. Saliva
karena adanya peningkatan suhu. Denaturasi mengandung ion Thiosianat yang berfungsi
merupakan kerusakan struktural dari untuk menghancurkan bakteri. Saliva juga
makromolekul (enzim amilase) yang karbohidrat, dan uji ion CNS-. Enzim amilase
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya bekerja optimum pada suhu 37oC-400C. Jika
suhu yang panas sehingga tidak dapat temperatur terlalu tinggi dapat menyebabkan
mengubah amilum menjadi maltosa denaturasi enzim dan jika temperatur terlalu
(Zulbadar,2004). Akibatnya,amilum tidak dapat rendah maka enzim tidak dapat bekerja
bereaksi dengan lugol maupun Fehling dan (inaktif). Enzim lipase bekerja efektif pada
tidak terjadi perubahan warna. suasana basa, dan dapat dibuktikan dengan
kadar emulsi minyak pada campuran larutan.
5. Lipase Hanya saja pada percobaan kali ini ada
Pada percobaan 5 kali ini bertujuan beberapa ketidaksesuaian di antaranya
untuk mengetahui peran pH terhadap kerja dikarenakan :
enzim lipase pada kelenjar pencernaan di 5 - Volume bahan gerusan tidak sebanding
kelas hewan (ayam, katak, tokek, ikan, tikus). dengan volume larutan awal, sehingga tidak
Enzim lipase bekerja pada pH basa dan tidak terlalu banyak enzim lipase yang bekerja dan
bekerja efektif pada pH asam. Dari hasil yang pH organ gerusan tidak terlalu berpengaruh
kami dapatkan, hampir seluruhnya pada perubahan warna larutan
menghasilkan warna merah keunguan kecuali - Praktikan tidak menghitung banyaknya
pada lambung tikus yang berwarna kuning. Hal emulsi tiap organ pencernaan
ini menandakan lambung memiliki pH asam
berdasarkan indikator fenol red yang bersifat
basa jika berwarna merah dan bersifat asam JAWABAN PERTANYAAN
jika berwarna kuning. Seharusnya pada setiap
lambung pada hewan lainnya juga berwarna
kuning karena lambung mengandung pH 2-3 1. Sel-sel parietal merupakan sumber asam
yang bersifat asam sedangkan duodenum klorida lambung satu-satunya. Proses
bersifat basa. Hal ini berpengaruh terhadap pembentukan HCL dalam sel parietal CO2
aktivitas enzim lipase didalam substrat tersebut dalam plasma berdifusi ke dalam sel parietal,
dalam mencerna lemak menjadi asam lemak dalam sel parietal terdapat air(H2O)/cairan
dan gliserol. Enzim lipase tidak dapat bekerja interasel.
pada kondisi pH yang lebih rendah (lebih CO2 + H2Oc a (carbonat anhidarse) H2CO3
asam),karena ini akan menurunkan aktivitas H2CO3c a (carbonat anhidarse) H+ + HCO3
enzim lipase untuk menghidrolisis Ion H+ akan keluar dari sel parietal dan ion K+
triasilgliserida. Hal ini mungkin dikarenakan akan masuk dengan bantuan enzim K+
jumlah substrat organ pencernaan yang terlalu -ATPase. HCO3- berdifusi kedalam plasma,
sedikit dibandingkan NaOH yang diberikan sehingga CL- akan berdifusi masuk kedalam
sehingga konsentrasi lambung berkurang sel parietal dan selanjut CL- keluar dari sel
tingkat keasamannya. NaOH pada campuran parietal dan menyeimbangkan dengan ion H+,
awal berperan sebagai pencipta suasana basa jadi terbentuklah HCL.
pada larutan. Minyak kelapa pada larutan Fungsi HCL antara lain:
merupakan makromolekul lemak yang nantinya Denaturasi protein dan menghancurkan
akan diemulsi oleh enzim lipase yang sebagian mikroorganisme.
Sel parietal juga mengeluarkan faktor intrinsik 3. Rindit,Pambaylun,dkk.2008. Laporan
yaotu suatu glikoprotein Penelitian :Mempelajari hidrolisis Pati
penting untuk penyerapan vit b.12. Gadung dengan enzim alpha amilase
dan glukoamilase untuk pembuatan
2. Hormon yang mengatur Pencernaan sirup glukosa. Palembang: Fakultas
Gastrin Pertanian
Diproduksi di dinding lambung. UNSRI.
Distimulus untuk produksi makanan Diunduh pada
dalam lambung. . Pengaruh hormon ini
dalam mengatur pencernaan sebagai
perangsang sekresi terus-menerus
getah lambung.
Enterogastron (sekretin)
Sekretin distimulus untuk produksi
bubur makanan (chime) asam dalam
duodenum. Pengaruh hormon ini dalam
www.fisika.brawijaya.ac.id.
proses pencernaan yaitu merangsang
pankreas untuk mengeluarkan
3. Sherwood, Lauralee. 2000. Fisiologi
bikarbonat, yang menetralkan bubur
Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2.
makanan (chime) asam dalam
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
duodenum.
Cholecystokinin (CCK)
Cholecystokinin (CCK) diproduksi di 4. Harris, Malcolm, et. al. 1998.
dinding duodenum. Distimulus untuk Cinical Oral Science. Oxford :
produksi asam amino atau asam lemak Reed Educational and
dalam chime. Pengaruhnya untuk
merangsang pancreas mengeluarkan Professional Publishing.
enzim pancreas ke dalam usus halus,
merangsang kantung empedu untuk LAMPIRAN
berkontraksi, yang mengeluarkan
empedu ke dalam usus halus.
Enterogastron lain Uji ion CNS- (Praktikum 2
Tempat produksi dinding duodenum.
Distimulus untuk produksi chime dalam
duodenum. Pengaruhnya menghambat
peristalsis (memperlambat masuknya
makanan dalam usus halus).

3. Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu dan pH.


Enzim di rongga mulut bekerja efektif dalam
suasana netral/sedikit basa. Enzim di lambung
bekerja efektif dalam kondisi asam, dan enzim
di duodenum bekerja efektif dalam suasan
netral/sedikit basa. Kondisi asam di lambung
karena adanya HCl dan suasan a basa di mulut
serta duodenum karena adanya NaHCO3.

Daftar pustaka

1. Cahya, Panji, dkk.2010. Enzim


Pencernaan (Daya Cerna Air Liur)
Departemen BiokimiaFMIPA IPB. Uji Hidrolisis (Praktikum 3)
http://panjicm.wordpress.com/2010/10/07/
enzim-pencernaan-daya-cerna-air-liur/
diunduh pada 12 Oktober 2010 pukul Hidrolisis Amilum (Praktikum 4)
19.50 WIB.

2. Chandrah, Meillyssa. 2009. Karakteristik


Saliva (Air Liur) dan Kelenjarnya.
http://meillyssach.blogspot.com/2009/09/k
arakteristik-saliva-air-liur-dan.html.
diunduh pada 13 Oktober 2010 pukul
17.41 WIB.
Uji hidrplisis (praktikum 4)

Anda mungkin juga menyukai