ABSTRAK
Fungsi utama sistem pencernaan (sistem slimenter) adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien (setelah
memodifikasinya), air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Tujuan umum
praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana kerja dari enzim-enzim pencernaan yang ada pada hewan dan
manusia. Praktikum ini terbagi menjadi beberapa uji kinerja enzim yang ada pada sistem pencernaan, yaitu Uji Musin
dan Uji Ion CNS pada filtrat saliva manusia, Uji Amilase pada filtrat saliva manusia, Uji Lipase pada beberapa organ
pencernaan Gallus gallus, dan Uji Lemak pada salah satu organ pencernaan Gallus gallus. Praktikum ini dilaksanakan
pada tanggal 2 Maret 2012 di Laboratorium Fisiologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, Uji Musin dan Uji Ion CNS menunjukkan hasil yang positif berupa perubahan warna
biru dan orange, Uji Amilase menunjukkan perbedaan intensitas warna dalam waktu dan suhu yang berbeda, Uji Lipase
menunjukkan perbedaan intensitas warna dan emulsi yang berbeda, dan Uji Lemakmenunjukkan perbedaan adanya
emulsi. Kesimpulan dari praktikum ini adalah dalam setiap organ pada sistem pencernaan terdapat beberapa enzim
yang fungsinya untuk memecah makromolekul menjadi mikromolekul.
FeCl3 + HCl + 3CNS- ------ > Fe (CNS)3 + HCl + 3Cl- Pada uji ke empat yaitu uji lemak pada empedu Gallus
(kuning) (oren) gallus. Dapat terlihat bahwa campuran cairan empedu
dengan minyak kelapa menghasilkan emulsi dimana
Pada saliva manusia mengandung ion tiosianat yang
lemak yang ada pada minyak kelapa di degradasi oleh
merupakan salah satu faktor yang dapat membunuh
cairan empedu yang diduga mengandung garam garam
mikroorganisme. Dengan enzim proteolitik, Ion tiosianat
empedu yang berbentuk garam natrium terionisasi. Yang
menyerang mikroorganisme sehingga dapat mengontrol
merupakan senyawa amfipatik (lipid polar) sehingga
mikroorganisme dalam mulut. Ion tiosianat dapat di
senyawa ini sering ditemukan apada bagian antara air
oksidasi dengan protein Sialoperoxidase menjadi
dan minyak/lipid.
hipotiosianat. Sehingga, dari hasil pengujian kali ini
adalah positif karena ion tiosianat berekasi dengan FeCl2. Tabel 4 menunjukkan hasil Uji Lemak pada organ
empedu Gallus gallus. Pada percobaan pengaruh
Hasil uji amilase dapat dilihat pada tabel 2 dengan empedu pada lemak telah didapatkan hasil bahwa 1 ml
menggunakan saliva manusia. Terdapat warna putih larutan empedu yang diberi 1 ml minyak kelapa setelah di
keruh ketika saliva dan amilum dicampurkan terbentuk kocok dan didiamkan selama 5 menit terdapat emulsi,
kekeruhan putih yang menandakan adanya enzim sedangkan pada 1 ml larutan empedu yang diberi 1 ml air
setelah di kocok dan didiamkan selama 5 menit tidak
amilase pada saliva yang bekerja dengan amilum. Enzim
terdapat emulsi, hal ini disebabkan karena, cairan
amilase dapat memecah amilum dengan menghidrolisis empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu
polisakarida menjadi disakarida. Amilum diubah terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu.
bentuknya menjadi maltosa. Untuk mengetahui adanya Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-
gula yang tereduksi, maka digunakan reagen Benedict garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium
sebagai indicator. Jika pada pengujian dengan Fehling A terionisasi yang sangat penting dalam proses emulsifikasi
dan B didapati memperlihatkan warna merah bata makan lemak. Selain itu, empedu terdiri atas tiga komponen :
kolesterol, garam empedu dan lesitin. Ketiga senyawa ini
terindikasi bahwa adanya gula pada campuran amilum
merupakan senyawa amfipatik (lipid amfipatik/polar),
dan saliva. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat yaitu senyawa yang mempunyai bagian hidrofobik yang
enzim amilase yang mendegradasi amilum menjadi gula berinteraksi dengan lemak dan bagian hidrofilik yang
sederhana yang bereaksi dengan reagen Benedict. berinteraksi dengan air. Karena itu, senyawa tersebut
sering ditemukan di pertemuan antara lemak dan air.
Selain menunjukkan adanya penkonversian amilum Emulsi adalah lipid nonpolar (dalam bentuk partikel
menjadi gula sederhana, praktikan juga mencari waktu besar) yang terdapat dalam medium aquous. Bentuk
yang paling efektif dan suhu yang paling sesuai untuk emulsi ini akan distabilkan oleh lipid amfipatik seperti
kerja enzim tersebut. Diketahui dengan intensitas warna lesitin. Jadi di sini lesitin berfungsi sebagai emulgator.
pada tabung, terlihat bahwa semakin lama enzim itu Emulsi yang dihasilkan adalah bentuk dari penghancuran
bekerja semakin banyak polisakarida yang dipecah lemak oleh empedu dan proses ini disebut emulsifikasi.
menjadi gula sederhana dan juga suhu optimum untuk
enzim itu bekerja adalah sekitar 20oC karena pada suhu KESIMPULAN
diatas suhu tersebut memungkinkan akan mendenaturasi Uji musin menghasilkan warna ungu membuktikan bahwa
enzim tersebut dan jika suhu berada dibawah suhu musin mengandung protein, uji ion CNS- menghasilkan
tersebut maka kerja enzim tidak maksimal. warna oranye membuktikan bahwa ion CNS- bereaksi
dengan FeCl3 membentuk Fe(Cl)3 , pada hidrolisis
Pada uji lipase yang ditunjukkan pada table 3. Uji ini amilum menghasilkan bahwa pada setiap perbedaan
dilakukan untuk mengetahui pH pada organ organ waktu saliva yang ditambahkan fehling A B dan Lugol
menghasilkan warna berbeda beda, enzim dipengaruhi
pencernaan Gallus gallus. Dengan menggunakan fenol
oleh perubahan waktu. Uji lipase membkutikan pada 5
red sebagai indicator pH dapat dilihat tingkat kelas hewan dan saliva manusia mengandung enzim
keasaman/kebasaan dari ekstrak yang diuji. Jika lipase yang digunakan untuk memecah ikatan ester pada
berwarna merah maka dapat diketahui bahwa ekstrak lemak dan gliserol, dan pada hidrolisis lemak dibuktikan
tersebut bersifat basa dan jika berwarna kuning maka bahwa empedu menghasilkan garam garam empedu
ekstrak bersifat asam. Kami mendapati bahwa lambung yang bereaksi dengan lemak (minyak kelapa) sehingga
bersifat asam karena menunjukkan warna kuning. terjadi proses emulsifikasi ditandai dengan munculnya
emulsi.
Sedangkan empedu bersifat basa karena aktivitas enzim
lipase yang lebih efektif pada keadaan basa untuk DAFTAR PUSTAKA
mendegradasi lemak dengan menghidrolisis
triasilgliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Dengan Cahya, Panji, dkk. 2010. Enzim Pencernaan (Daya
melihat emulsi pada larutan kita dapat melihat hasil kerja Cerna Air Liur) Departemen Biokimia FMIPA
enzim lipase yang memecah lemak yang berada pada IPB.
minyak kelapa menjadi molekul yang lebih kecil. Emulsi http://panjicm.wordpress.com/2010/10/07/enzim-
itu sendiri adalah lipid nonpolar yang berada pada pencernaan-daya-cerna-air-liur/ diunduh pada 05
Maret 2012 pukul 20.30 WIB.
medium aquous. Zat ini distabilkan oleh lipid amfipatik.
Harris, Malcolm, et. al. 1998. Cinical Oral Science.
Jika terlihat adanya emulsi yang semakin banyak pada Oxford : Reed Educational and Professional
kondisi suatu pH dari ekstrak orang pencernaan tersebut Publishing.
maka kondisi pH yang sedang dilakukan semakin efektif
Pearce, Evelyn C. 2000. Anatomi Dan Fisiologi Untuk mencerna protein, serta merangsang aliran empedu
Paramedis. Gramedia: Jakarta. dan liur pancreas. Enzim bekerja dengan cepat jika pH
di lambung semakin asam sedangkan pH yang
Rusdi, dkk. 2008. Praktikum Fisiologi Hewan. Jakarta: dihasilkan oleh enzim pencernaan pada usus bersifat
Jurusan Biologi, FMIPA, UNJ. basa sehingga jika semakin basa maka enzim
pencernaan yang bekerja pada usus semakin cepat
Sherwood, Lauralee. 2000. Fisiologi Manusia dari Sel ke dalam mencerna makanan.
Sistem Edisi 2. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
PERTANYAAN
1. Jelaskan proses pembentukan HCl di lambung!