Kisah setangkai anggur tersebut memberikan inspirasi mahal. Pertama, mari kita
belajar menggali lebih dalam ketika ada kisah yang dirasa sama namun berbeda.
Bagaimana menelusuri riwayat-riwayat yang telah disebutkan para ulama. Khilafiyah
mungkin saja terjadi. Yang terpenting bukan klaim siapa yang benar dan siapa yang
salah. Tapi bagaimana proses menggali dan menelusuri ilmu hingga sampai pada
kesimpulan yang akan menjadi hujjah argumen ataupun tindakan kita.
Kedua, dari sisi aplikasi dan penerimaan, mungkin berat bagi kita yang terbiasa
mendapat ilmu parenting bukan dari sumber Islam untuk menerima panggilan yang
diberikan Rasul kepada anak-anak yang tidak memegang amanah yang diberikan
pada mereka. Tapi justru di sinilah ada pelajaran luar biasa: bahwa Islam
menempatkan amanah di tempat yang sangat penting hingga Rasul sampai perlu
memanggil anak-anak tersebut dengan panggilan yang tidak nyaman bagi mereka.
Anak-anak dengan fitrah yang baik tidak akan nyaman dengan panggilan itu dan akan
membuktikan dirinya tidak seperti itu.
Bila ada yang berpendapat sebaliknya, mungkinkah kita yang tidak meyakini fitrah
baik yang ada di anak-anak kita.