Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama
dengan posisi yang salah, hal ini akan menyebabkan otot punggung akan menjadi
tegang dan dapat merusak jaringan disekitarnya terutama bila duduk dengan posisi
terus membungkuk atau menyandarkan tubuh pada salah satu sisi tubuh. Posisi itu
menimbulkan tekanan tinggi pada saraf tulang setelah duduk selama 15 sampai 20
menit otot punggung biasanya mulai letih maka mulai dirasakan nyeri punggung
bawah namun orang yang duduk tegak lebih cepat letih, karena otot-otot
punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot
lebih ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Orang yang duduk pada
posisi miring atau menyandarkan tubuh atau salah satu sisi tubuh akan menyebabkan
ketidakseimbangan tonus otot yang menyebabkan skoliosis (Tarwaka et al, 2004).
Skoliosis merupakan kelainan-kelainan pada rangka tubuh berupa kelengkungan
tulang belakang, dimana terjadi pembengkokan tulang belakang kearah samping kiri
atau kanan atau kelainana tulang belakang pada bentuk C atau S. Tanda umum
skoliosis antara lain tulang bahu yang berbeda, tulang belikat yang menonjol,
lengkungan tulang belakang yang nyata, panggul yang miring, perbedaan antara
ruang lengan dan tubuh.
Duduk dengan sikap miring ke samping akan mengkibatkan suatu mekanisme
proteksi dari otot-otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasi
yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus
dan hal yang sama yang terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu
sisi (Rahayussalim, 2011). Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem
muskulosketal tulang belakang akan mengalami bermacam-macam keluhan antara
lain: nyeri otot, keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang atau back
pain, kontraktur otot, dan menumpukan problematik akan berakibat pada
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita, seperti halnya gangguan
pada sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler
(Tan, 2008).
Pertumbuhan merupakan faktor risiko terbesar terhadap memburuknya
pembengkokan tulang belakang. Lengkungan skoliosis idiopatik kemungkinan akan
berkembang seiring pertumbuhan. Biasanya, semakin muda waktu kejadian pada
anak yang struktur lengkungannya sedang berkembang maka semakin serius
porgnosisnya. Pada umumnya struktur lengkungan mempunyai kecendrungan yang
kuat untuk berkembang secara pesat pada saat pertumbuhan dewasa, dimana
lengkungan kecil non struktur masih fleksibel untuk jangka waktu yang lama dan
tidak menjadi semakin parah, tetapi skoliosis tidak akan memburuk dalam waktu
yang singkat. Skoliosis dapat menyebabkan berkurangnya tinggi badan jika tidak
diobati.
Pravelensi terjadinya skoliosis di kota Pontianak dari 825 anak Setelah dilakukan
pengukuran dengan Test Foward Beanding dan menggunakan inclinometer terdapat
45 anak yang mengalami skoliosis dengan derajat kurang dari 10 derajat sebesar 5,4
% dan lebih dari 10 derajat sebesar 0,3 % . Perbandingan antara laki - laki dan
perempuanyang mengalami skoliosis sebesar satu berbanding sembilan.
Banyak tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki derajat skoliosis
berupa gips, bracing (bingkai penguat tulang punggung), traksi (penarikan), latihan,
atau oprasi untuk derajat skoliosis yang derajat pembengkokannya besar lebih dari 40
derajat. Dari beberapa latihan yang di berikan pada kasus skoliosis adalah swiss ball
exercise dan klapp exercise. Tujuan utama dari pelatihan adalah menghentikan
peningkatan kurva dan memperkecil derajat skoliosis. Koreksi postur merupakan hal
yang terpenting dalam pengembalian kurva skoliosis ke posisi normal vertebra.
Swiss ball exercise merupakan suatu latihan yang meningkatkan kekuatan yang
lebih efektif untuk melatih sistem muskuloskeletal. Latihan kekuatan dengan bola
sebagai penyangga dipercaya pada permukaan yang labil akan membuat tulang
belakang mempunyai tantanganyang besar untuk menstabilkan otot antar vertebra
dan meningkatkan keseimbangan dinamis dan melatih stabilitas tulang belakang
untuk mencegah stabilitas berulang. sehingga pada penderita skoliosis idiopatik dapat
mempengaruhi derajat kurvanya menjadi lebih kecil. Selain itu latihan dengan
menggunakan bola memberikan daya tarik tersendiri terutama pada anak anak.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana trend dan issue mengenai Swiss Ball Exercise yang dapat meningkatkan
kekuatan yang lebih efektif untuk melatih sistem musculoskeletal?

C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami efektifitas Swiss Ball Exercise dalam melatih
system musculoskeletal.

D. Manfaat
Agar bermanfaat sebagai pengetahuan dalam memahami efektifitas Swiss Ball
Exercise dalam melatih system musculoskeletal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skoliosis
1. Pengertian
Skoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang
abnormal dari spine (tulang belakang) hal ini biasanya disebabkan oleh idiopatik
skoliosis (70% - 80% dari kasus) tidak di ketahui penyebabnya. Spine mempunyai
lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun tampak lurus
ketika dilihat dari depan. Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural
dan non struktural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder
atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur
pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut
menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak dapat
diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena.
2. Etiologi
Skoliosis di bagi dalam 2 jenis yaitu struktural dan non struktural,
1) Skoliosis non stuktural biasanya disebabkan oleh :
a. Seperti membawa tas yang berat pada sebelah bahu saja (menyebabkan
sebelah bahu menjadi tinggi), postur badan yang tidak bagus (seperti
selalu membongkok atau badan tidak seimbang).
b. Posisi duduk yang tidah simetris atau miring ke salah satu tulang belakang
c. Kaki tidak sama panjang
d. Kesakitan, biasanya yang disebabkan cidera pada ekstermitas bawah
menyebabkan aantara tulang vertebra tidak simetris dan menekan
jaringan saraf di daerah tersebut.
e. Olahraga yang tidak terorganisisr
2) Skoliosis struktural disebabkan oleh pertumbuhan tulang yang tidak nornal.
Ciri- ciri fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Bahu tidak sama tinggi.
b. Garis pinggang tidak sama tinggi.

c. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.


d. Payudara besar sebelah ( pada wanita)
e. Pinggul tidak sama tinggi
f. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
3. Patologi Skoliosis
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari
adanya syaraf syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas
tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada
pada garis yang normal yang bentuk nya seperti penggaris atau lurus. Tetapi
karena suatu hal, diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian
syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan,
maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan
pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita
skoliosis itu bengkok atau seperti huruf S ataupun huruf C.
Gambaran patologi anatomi skoliosis non-idhiopatik sangat berhubungan
dengan penyebab (etiologi). Pada skoliosis idiopatik, terdapat gambaran yang khas
yang dapat diikuti. Pada skoliosis idiopatik, kurva struktural dimulai sebagai
kurva non-struktural (fungsional). Tidak semua kurva non-struktural akan menjadi
struktural akan terjadi perubahan struktur jaringan lunak sebagai berikut:
1) Kapsul sendi intervertebralis memendek pada sisi cekung (konkaf), terjadi
komperesi pada sendi facet
2) Pemendekan ligamen-ligamen pada sisi cekung (konkaf)
a. ligamen longitudinal anterior
b. ligamen longitudinal posterior
c. ligamen interspinosus
4. Prognosis skoliosis
Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas
dan derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak
mengalami progresif (Rosadi,2008). Pada umumnya skoliosis tidak akan
memburuk dalam waktu yang singkat. Semakin muda usia munculnya skoliosis,
semakin besar kemungkinan menjadi lebih parah, sebab waktu perkembangan
skoliosis juga menjadi lebih lama. Semakin besar sudut, semakin besar skoliosis
kemungkinan akan memburuk (Safitri,2010). Adapun kondisi yang dapat
memperburuk scoliosis adalah:

a. Kegemukan
Kelebihan berat badan dapat memperberat beban terhadap tulang belakang
disamping memengaruhi keberhasilan pemakaian brace dan latihan.
b. Usia
Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan
gangguan ini akan menjadi semakin parah jika tidak diperbaiki.
c. Sudut kurva
Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami
perburukan apabila tidak dilakukan tindakan.
d. Lokasi
Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung lebih kecil
kemungkinan menjadi buruk ketimbang skoliosis di bagian atas karena beban
berat badan di bagian bawah lebih besar.
5. Komplikasi
Skoliosis adalah penyakit 3 dimensi yang sangat komplek walaupun
prinsipnya berasal dari kurva ke arah lateral yang kemudian membuat vertebra
berputar. Perputaran vertebra merubah bentuk dan volume dari rongga thorak
maupun rongga abdominal. Sehingga berujung pada organ di dalamnya misalnya
berkurangnya system kerja kardiopulmonal, jantung, dan dapaat menimbulkan
nyeri
6. (harjono,2006).
Skoliosis merupakan kelainan bentuk kurva tulang belakang. Bentuk tulang
belakang yang melengkung ke kiri ataupun ke kanan dengan tingkat derajad
kelengkungan besar akan mendesak organ-organ dalam tubuh. Akibatnya terjadi,
mempengaruhi sistem pencarnaan, pernapasan, jantung dan tentunya muscular
dengan manifestasinya berbagai macam, yaitu nyeri otot, spasme otot, kontraktur
otot, penurunan elasisitas otot, penurunan kekuatan otot dan penurunan lingkup
gerak sendi pada tulang belakang.
Skoliosis dengan derajat kurva tulang belakang yang basar dapat
menyebabkan gangguan fungsi kardiopulmonal yang disebabkan kompensasi dari
ketidak normalan tulang vertebra sehingga mempengaruhi bentuk costa. Akibat
terus menerus berkontraksi, sehingga akan mengkibatkan pemendekan jaringan,
kontraktur, komplikasi dari kontraksi otot terus menerus di satu sisi tubuh.

B. Swiss Ball Exercise


Stability/fleksibility ball exercise atau disebut juga swiss ball exercise adalah
sebuah bola yang sangat besar, di pompa dan terbuat dari karet. Swiss ball
exercise ini ditemukan di Italia pada tahun 1960 yang di gunakan untuk
menstabilkan otot yang tidak stabil menjadi lebih stabil karena dengan bola yang
terbuat dari karet ini akan mengatifkan otot yang sudah lama tidak melakukan
fungsinya menjadi teraktifasi kembali.
Swiss ball exercise tidak hanya di gunakan sebagai treatment tetapi juga
untuk mempertahankan kondisi tubuh. Latihan ini sangat mudah, aman dan
menarik di gunakan dan dapat di gunakan oleh semua jenjang usia, laki laki
maupun perempuan. Latihan dengan bola ini tanpa membutuhkan ruangan yang
besar dan ruangan khusus. Hanya saja pada orang yang lanjut usia yang
mengalami cidera dan wanita hamil harus lebih berhati hati harus dengan
pengawasan atau instruktur karna beresiko untuk jatuh. Swiss ball exercise dapat
dilakukan dirumah atau pada gymnastic class. swiss ball exercise dapat di
berikan pada pasien skoliosis.
Penelitian yang di lakukan oleh Waiss (1994) menyatakan latihan dengan
menggunakan bola dapat memperendah progresifitas sebesar 6 derajat sekitar
25% dari 181 pasien, peningkatan stabilitas 57 persen dan dapat menurunkan
derajat kurva skoliosis sebesar dengan 6 derajat sekitar 18% dengan treatment
selama 4 6 minggu (Carriere, 1998).
Swiss ball exercise adalah latihan yang menggunakan stabilitas pada bola.
Pada saat latihan dengan bola diperlukan keseimbangan dan koordinasi yang
dapat dilatih secara bersamaan dengan kekuatan dan stabilitas. Sehingga pasien
skoliosis yang memiliki kelengkungan kurva yang mengakibatkan otot, tulang
dan sendi di daerah kelengkungan tersebut menjadi tidak stabil sehingga
punggung menjadi asimetris. Pada saat latihan dengan menggunakan bola
stabilisasi tulang belakang berpindah ke bola sehingga otot menjadi lebih rilek
dan dengan mudah untuk kembali ke posisinya dan ikuti dengan oleh pergerakan
tulang.
Latihan dengan menggunakan bola dapat meningkatkan keseimbangan statis
maupun dinamis, keseimbangan statis dapat meningkatkan proprioseptive dan
dapat meningkatkan fungsional (Browne, 2006).
Latihan ini baik di gunakan apabila tubuh dalam keadan tidak stabil sehingga
swiss ball exercise dapat mengatifkan otot-otot sesuai dengan fungsinya seperti
otot abdominal dan otot intervertebralis. Swiss ball exercise tanpa menggunakan
latihan pembebanan tetapi menggunakan anggota gerak atas dan anggota gerak
bawah pada waktu yang bersamaan.
Dengan demikian swis ball exercise berarti latihan yang bertujuan untuk
keseimbangan dan memiliki efek positif terhadap tubuh dapat meningkatkan
kekuatan dan daya tahan otot. Sehingga latihan ini akan menambah fleksibilitas,
menambah stabilitas sendi dan koordinasi serta meningkatkan propioceptive.

C. Gerakan gerakan yang dilakukan Untuk Swiss Ball Exercise


a. Sit up / stability ball cruch
Tidur terlentang dengan punggung di sangga bola dengan hip lurus dan knee
fleksi 90 derajat. Kedua tangan menyangga kepala. Lakukan gerakan dengan
mengangkat kepala dan punggung.pada saat melakukan gerakan naik turun tetap
melakukan melakukan koreksi aktif pada tulang belakang. Gerakan ini dilakukan
selama 8 detik.

Gambar 1. Stability ball Cruch


(sumber : www.google.com)
b. Rear lateral raises
Duduk di atas bola dengan ke dua kaki di depan dan knee fleksi 90 derajat dan
di buka lebar. Angkat kedua tangan ke atas dan turunkan sampai jari jari
menyentuh lantai dan di berikan korensi aktif pada tulang belakang untuk tetap
dalam keadaan lurus, dan kepala berada di kedua tangan. Gerakan ini dilakukan
selama 8 detik.

Gambar 2. Rear lateral raises


(sumber : www.google.com)

c. One arm arw


Duduk dilantai dengan bersandarkan bola disisi lateral kemudian tangan yang
satu berada di atas bola dan yang satu diangkat ke atas. Lakukan koreksi postur
yaitu dengan tulang belakang tetap dalam keadaan lurus. Kemudian dengan
menarik nafas dalam tangan yang disangga bola menggapai lantai dan lakukan
pernapasan seperti biasa dan pada saat turun di usakan saat menghembus nafas.
Gerakan ini dilakukan selama 8 detik.

Gambar 3. one arm arw


(sumber : www.google.com)
d. Prone ball roll
Seperti posisi merakangkak dengan tangan disangga bola lakuakan koreksi
postur tulang belakang yaitu dengan tulang belakang dalam kedaan lurus. Kemudian
lakukan gerakan dengan menggerakkan bola ke arah depan.

Gambar 4. Prone ball roll


(sumber : www.google.com)

e. Back extention
Posisi terlungkup dengan perut di sangga oleh bola jarijari kaki menyentuh
lantai. Kedua tangan di letakkan di leher. Lakuakn koresi postur tulang belakang
yaitu dengan tulang belakang dalam keadaan lurus. Kemudian kepala diangkat dan
kaki di luruskan tetap masih menyentuh lantai. Pandangan lurus kedepan. Gerakan
ini dilakukan selama 8 detik.

Gambar 5. Back extention


(sumber : www.google.com)
f. Arm and leg extention
Posisi terlungkup dengan perut disangga oleh bola dan jari jari tangan dan
kaki menyentuh bola. Lakukan koreksi tulang belakang yaitu dengan memposisi
tulang belakang tetap dalam keadaan lurus. kemudian angkat tangan kiri dan
kanan secara bersamaan kemudian ulangi gerakan dengan sisi yang berbeda.
Gerakan ini dilakukan selama 8 detik.

Gambar 6. Arm and leg extention


(sumber : www.google.com)

g. Supine hip extention


Pasien di minta untuk tidur terlentang di lantai dengan kaki diletakkan di atas
bola. Lakukan koreksi pada tulang belakang dengan memposisikan tulang
belakang dalam keadaan lurus. kemudian mengakat badan dengan tangan masih
menempel di latai. Kemudian angkat salah satu kaki secara bergantian. Gerakan
ini dilakukan selama 8 detik.

Gambar 7. Supine hip extention


(sumber : www.google.com)
D. Tujuan dari Swiss Ball Exercise pada Skoliosis
1. Stabilitas tulang belakang tertama untuk pengutan otot dam mengembaliakan
otot pada tempatnya
2. Mencapai kesadaran tubuh yang mana memberikan koreksi karena kesalahan
postur dan kebiasaan
3. Menambah mobilitas pada tulang belakang dan ekstremitas.
4. Menambah keseimbangan.

Pengulangan dan set swiss ball exercise


(sumber : Seo et al, 2012)

Minggu
1-3 4-6 6-9 10-12
a. Situps/ stability ball crunch 3x3 3x4 4x5 5x5
b. Rear lateral reise 3x3 3x4 4x5 5x5
c. One arm arw 3x3 3x4 4x5 5x5
d. Prone ball roll 3x3 3x4 4x5 5x5
e. Back extension 3x3 3x4 4x5 5x5
f. Leg drop 3x3 3x4 4x5 5x5
g. Supine hip extention 3x3 3x4 4x5 5x5

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Swiss ball exercise tidak hanya di gunakan sebagai treatment tetapi juga untuk
mempertahankan kondisi tubuh. Latihan ini sangat mudah, aman dan menarik di
gunakan dan dapat di gunakan oleh semua jenjang usia, laki laki maupun
perempuan. Swiss ball exercise bertujuan untuk stabilitas tulang belakang tertama
untuk pengutan otot dam mengembaliakan otot pada tempatnya, mencapai
kesadaran tubuh yang mana memberikan koreksi karena kesalahan postur dan
kebiasaan, menambah mobilitas pada tulang belakang dan ekstremitas.serta
menambah keseimbangan. Swiss ball exercise dapat dikatakan sebagai trend dan
issue terkini dalam penanganan skoliosis.

B. Saran
Analisa trend dan issue yang berkembang saat ini perlu untuk terus diberikan
kepada mahasiswa sehingga mahasiswa menjadi lebih peka terhadap situasi dan
kondisi yang ada terkait dengan pengembangan ilmu keperawatan terkini.

Anda mungkin juga menyukai