Oleh:
NIM. 125080600111013
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
PRAKTEK KERJA MAGANG TENTANG KUALITAS AIR DI BADAN
LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR
Oleh:
NIM. 125080600111013
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Laporan ini dirancang dan ditulis untuk memenuhi persyaratan Praktek Kerja
Magang (PKM). Segala upaya telah dilakukan untuk menyusun laporan Praktek
penyusunan laporan ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis menyadari akan kekurangan pada penulisan laporan Praktek Kerja Magang.
Kerja Magang Bu Defri Yona, S.Pi., M.Sc., Stud., D.Sc yang membantu dalam
penulisan laporan ini atas ide dan sarannya, serta kesempatan yang telah diberikan
dalam pembuatan laporan Praktek Kerja Magang Tentang Kualitas Air di Badan
Lingkungan Hidup Sidoarjo. Tidak lupa puji syukur saya sampaikan kepada Allah
SWT atas kehendak-Nya dan rahmat serta kasih-Nya yang telah dilimpahkan,
Praktek Kerja Magang ini, walaupun disajikan dalam bentuk yang sederhana namun
saya berharap semoga laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ....................................................................................................iii
ABSTRAK ..................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi
1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 12
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 12
1.2. Tujuan ............................................................................................................... 13
2. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG ............................................................... 14
2.1. Lokasi Penelitian .............................................................................................. 14
2.2. Waktu Penelitian ............................................................................................. 14
2.3. Prosedur PKM .................................................................................................. 14
3. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG .................................................................... 17
3.1. Kondisi Lokasi .................................................................................................. 17
3.2. Partisipasi Aktif ................................................................................................. 18
3.2.1. Kegiatan Minggu Pertama ....................................................................... 18
3.2.1.1. Pengukuran TSS ......................................................................... 18
3.2.1.2. Pembuatan Poster PROKASIH ................................................. 26
3.2.2.Kegiatan Pada Minggu Kedua ................................................................ 28
3.2.2.1. Pengujian TDS ............................................................................ 28
3.2.2.2. Perhitungan COD ....................................................................... 37
3.2.2.3. Pengukuran Logam Berat Cu dan Zn ......................................... 42
3.2.3 Kegiatan Pada Minggu Ketiga................................................................ 50
3.2.3.1. Pengukuran pH ........................................................................... 50
3.2.3.2. Pengukuran Chlorine Free.......................................................... 54
3.2.4. Kegiatan Minggu Keempat ...................................................................... 57
3.2.4.1. Pembuatan Laporan Uji Emisi Kendaraan Bermotor ................. 57
3.2.5. Kegiatan Minggu Kelima ......................................................................... 58
3.2.5.1. Sosialisasi Program Kali Bersih .................................................. 58
3.2.6. Kegiatan Minggu Keenam ....................................................................... 59
3.2.6.1. Pengambilan Sampel Kualitas Air di Muara Sungai Mangatan
Kanal, Kali Buntung, dan Kepetingan. ..................................................... 59
vi
3.3. Kendala PKM.................................................................................................... 62
3.4. Saran Kegiatan PKM........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 63
LAMPIRAN ................................................................................................................. 64
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Prosedur pengukuran TSS ...................................................................... 20
Gambar 10. Proses pengukuran COD (A. Proses pereaksian sampel, B. Perhitungan
kadar COD) ................................................................................................................. 40
Gambar 12. Persiapan alat dan bahan uji Logam berat (A. Sampel uji logam berat
Zn, B. Pelabelan botol logam berat) ........................................................................... 45
Gambar 13. Proses pengujian logam berat Zn (A. Proses penambahan reagen Zn,
B. Proses pengambilan fase tertinggi Zn) .................................................................. 46
Gambar 15. Proses pengukuran logam berat Cu (A. Proses penambahan reagen
Cu, B. Proses perhitungan nilai Cu) ........................................................................... 49
Gambar 19. Proses pengukuran Chlorine free (A. Proses penambahan reagen
Chlorine Free, B. Proses pengukuran kadar Chlorine Free)...................................... 56
viii
Gambar 20. Muara Sungai Mangatan Kanal ............................................................. 60
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM ............................................................................ 16
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kondisi bagian UPTB pengelolaan data dan Laboratorium ............... 64
Lampiran 2. Pengambilan sampel .......................................................................... 64
Lampiran 3. Sosialisasi Program Kali Bersih .......................................................... 64
Lampiran 4. Surat pernyataan telah melakukan PKM ............................................ 65
Lampiran 5. Log Book selama PKM di BLH Sidoarjo ............................................. 66
xi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
akademi dan sebagai salah satu syarat untuk melakukan Skripsi. Topik PKM untuk
Prodi Ilmu Kelautan sangatlah bermacam macam, salah satunya adalah tentang
kualitas air baik kualitas air limbah maupun kualitas air sungai.
Penelitian mengenai kualitas air merupakan salah satu hal yang penting
untuk mengetahui apakah suatu perairan itu tercemar atau tidak. Penelitian tentang
kalitas air dapat dilakukan di suatu laboratorium. Banyak instansi yang memiliki
Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang berada dibawah dan
lainnya. Kegiatan lingkungan hidup yang diberikan kepada pihak BLH adalah
penelitian mengenai kualitas air sungai, limbah pabrik dan air minum. Selain
menangani tentang kualitas air pihak BLH juga menangani tentang kualitas udara
Badan Lingkungan Hidup seperti yang telah dijelaskan di atas adalah instansi
yang akan penulis jadikan sebagai lokasi Praktek Kerja Magang (PKM), dimana
instansi ini memiliki laboratorium kualitas air dengan alat yang lebih modern
12
dibandingkan dengan yang digunakan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, oleh
karena itu penulis ingin mempelajari cara kerja alat yang digunakan untuk
pengukuran kualitas air di BLH Sidoarjo. Selain itu di Badan Lingkungan Hidup
Muara Sungai Brantas, oleh karena itu kegiatan ini sangat baik untuk menjadi salah
1.2. Tujuan
2. Untuk mempelajari cara kerja alat ukur modern yang digunakan oleh pihak
4. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ditangani oleh pihak BLH dibidang
lingkungan hidup.
13
2. METODE PRAKTEK KERJA MAGANG
2.1. Lokasi Penelitian
September 2015.
pelaksanaan Praktek Kerja Magang dan penyusunan laporan hasil PKM. Tabel 1
Proses pertama yaitu persiapan PKM, dimana dalam proses ini meliputi pengajuan
surat pelaksanaan kegiatan PKM, kartu bimbingan penyusunan laporan hasil PKM,
dan pembuatan Log Book untuk kegiatan Praktek Kerja Magang. Proses yang kedua
Kegiatan survey dilakukan pada minggu kedua bulan Juni. Tujuan dilakukannya
kegiatan survey adalah untuk meminta izin melakukan kegiatan Praktek Kerja
Sidoarjo ini sangat sulit sehingga memerlukan waktu tiga kali untuk meminta izin
pihak BLH. Diperlukan waktu selama 5 Minggu untuk melakukan proses ini yaitu
pada Minggu ketiga bulan Juni hingga Minggu ketiga bulan Juli. Pelaksanaan PKM
14
dilakukan setelah mendapat persetujuan dosen pembimbing mengenai proposal
PKM. Pelaksanaan kegiatan PKM dilakukan selama 33 hari orang kerja (HOK) yaitu
pada tanggal 27 Juli sampai dengan 9 September 2015. Kemudian proses terakhir
dari prosedur PKM adalah penyusunan laporan hasil Praktek Kerja Magang yang
Proses pengambilan data dalam kegiatan Praktek Kerja Magang terdiri dari
proses pengambilan data pada kegiatan Praktek Kerja Magang memiliki tujuan
informasi mengenai metode apa yang digunakan oleh pihak BLH dalam melakukan
analisa kualitas air. Kegiatan wawancara dapat dilakukan dengan pihak laboran BLH
mengenai cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh pihak BLH. Untuk proses
bagaimana cara menggunakan alat modern yang digunakan pihak laboran BLH
dalam mengukur kualitas air. Sedangkan untuk kegiatan partisipasi aktif di lapang
dapat memberikan informasi mengenai kegiatan apa saja yang ditangani oleh pihak
15
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM
Pelaksanaan PKM
Penyusunan Laporan Pkm
16
3. HASIL PRAKTEK KERJA MAGANG
September 2015. BLH sendiri memiliki beberapa ruangan sesuai dengan bagian
bagiannya. Akan tetapi pada kegiatan Praktek Kerja Magang ini penulis ditempatkan
Sedangkan bagian UPTB terdiri dari 2 ruangan yaitu bagian laboratorium dan bagian
pengolahan data, dimana bagian laboratorium terletak di lantai satu yang ditempati
oleh dua laboran. Laboratorium ini memiliki banyak peralatan untuk menganalisa
parameter kualitas air baik parameter fisika maupun kimia (Lampiran 1).
karena laboratorium milik BLH ini belum terakreditasi. Suatu Laboratorium yang
terakreditasi menggunakan metode SNI sebagai acuan atau metode standar dalam
pengukuran kualitas air. Sedangkan Metode analisa yang digunakan BLH Sidoarjo
adalah Metode SNI (untuk parameter BOD, COD, pH, TSS, dan TDS) dan KIT (
untuk parameter kualitas air seperti Chlorine, Logam berat, Minyak dan Lemak,
bahan organik dan anorganik). Metode KIT adalah suatu metode atau cara
penggunaan alat yang sudah tertulis di dalam alat ketika di beli. Ruangan UPTB
bagian pengelolaan data berada di lantai dua bersebelahan dengan ruangan PDL.
17
Kegiatan yang dilakukan pihak pengelola data adalah mengolah seluruh data hasil
2004). TSS merupakan suatu residu yang tertahan pada kertas saring yang
Gravimetri merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan residu yang
tersuspensi. Langkah pertama dalam pengukuran TSS adalah persiapan alat dan
bahan (Tabel.2).
18
No Alat Gambar Fungsi dan keterangan
5 Vacum pompa Sebagai alat filtrasi sampel.
Penyaringan dilakukan selama
3 menit setelah sampel
dituang.
19
Prosedur pengujian TSS dengan menggunakan Metode Gravimetri dapat dilihat
pada bagan alir berikut ini (Gambar 1).
1. Persiapan pengukuran
2. TimbangTSS
kertas saring Whatman Grade 934 - AHTM
20
A B C
dalam uji TSS adalah melakukan persiapan pengujian yaitu memanaskan oven pada
suhu 1040 C(Gambar 2A). Suhu 1040C adalah suhu yang digunakan sebagai standar
pengukuran TSS yang sudah digunakan oleh sebagian laboran dan sudah sesuai
dengan SNI. Persiapan kedua adalah memastikan apakah timbangan analitik sudah
terpasang dengan benar atau tidak. Sebelum menimbang perhatikan angka yang
tertera pada display, angka harus menunjukkan nilai 0.0000 apabila belum nol
maka tekan tombol Tare (Gambar 2B). Persiapan ketiga adalah melakukan
kalibrasi untuk seluruh alat dengan menggunakan aquades. Tujuan dari kalibrasi
adalah mengurangi kemungkinan adanya kontaminasi pada seluruh alat yang akan
digunakan.
dengan menggunakan kertas label yang diberi kode Blanko, Duplo 1, Duplo 2.
pengukuran agar antara satu sampel dengan sampel yang lainnya tidak tertukar
pinset agar tidak terkontaminasi. Kertas saring yang ada pada masing masing
21
cawan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik untuk memperoleh berat
A B C
D E
satu pada tiap tiap kertas saring) ke dalam alat filtrasi dengan menggunakan
memastikan kertas saring yang berada dalam alat filtrasi sudah dalam keadaan
steril. Alat filtrasi dinyalakan untuk memulai penyaringan selama 3 menit. Waktu 3
menit merupakan batas waktu penyaringan untuk menghilangkan sisa air aquades
yang telah dituang ke dalam kertas saring sebelumnya. Kemudian kertas saring di
porselen yang berisi kertas saring ke dalam oven selama 1 jam agar kertas saring
benar benar kering. Suhu oven untuk pengukuran TSS adalah 1040C (Gambar
3B). Suhu ini dipakai untuk memperoleh panas optimum dan sesuai dengan SNI.
22
Cawan porselen yang telah di oven dimasukkan ke dalam desikator selama 15
menit agar cawan tidak panas ketika ditimbang (Gambar 3C). Selanjutnya kertas
kertas saring. Pencatatan nilai hasil penimbangan dilakukan setelah angka pada
3 kali hingga memperoleh nilai yang konsisten. Apabila penimbangan kertas saring
awal kertas saring. Pengukuran residu dilakukan setelah diperoleh berat awal dari
kertas saring. Langkah awal dari pengukuran residu adalah dengan meletakkan
kertas saring ke dalam alat filtrasi. Kertas saring yang diberi label Blanko
digunakan sebagai kontrol uji dengan aquades sebagai sampel uji. Perlakuan pada
sampel Blanko dalam uji TSS yaitu dengan memasukan 25 mL aquades sebanyak
3 kali. Alat filtrasi dinyalakan selama 3 menit agar air tersaring sempurna di dalam
kertas saring. Pada pengukuran sampel berikutnya dilakukan langkah yang sama
yaitu dari proses pengovenan hingga proses penimbangan. Akan tetapi, pada
Pengujian TSS pada kertas saring Duplo 1 dan Duplo 2 dilakukan setelah
mendapatkan nilai kertas saring yang stabil. Kedua kertas saring (media sampel) ini
memiliki perlakuan yang berbeda dengan sampel kontrol karena sampel yang
digunakan bukan aquades melainkan sampel uji yang diambil dari Kali Sumber (Post
1). Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan kertas saring Duplo 1
23
atau Duplo 2 ke dalam alat filtrasi (Gambar 3D). Kemudian melakukan pembilasan
Pengujian TSS ini menggunakan air sampel yang diambil dari Kali Sumber
(sampel yang digunakan diambil oleh pihak BLH sebelum dilakukannya kegiatan
PKM, sampel yang digunakan adalah sampel lama) (Gambar 4). Langkah berikutnya
adalah menyalakan alat filtrasi selama 3 menit agar air sampel tersaring sempurna.
selama 1 jam. Perlakuan ini dilakukan agar kertas saring benar - benar kering dan
timbangan analitik yang dilakukan satu persatu pada setiap kertas saring. Proses
penimbangan harus dilakukan secara hati- hati agar tidak tertukar dengan sampel
yang lain (gambar 3E). Pencatatan nilai hasil timbangan pada masing masing
sampel dilakukan pada saat angka yang tertera di display timbangan menunjukkan
24
angka yang stabil. Proses perhitungan TSS dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
( )
TSS =
Keterangan :
(B) (A)
( )
= = 0,008 gr/ml = 8 mg /l
( )
= = 0,028 gr/ml = 28 mg /l
( )
= = 0,028 gr/ml = 28 mg /l
25
Perhitungan pengendalian mutu pada sampel dilakukan untuk mengetahui
apakah hasil pengujian TSS akurat atau tidak. Bila nilai RPD lebih besar 5%,
pengujian ini harus diulang karena kemungkinan terjadi kesalahan perhitungan atau
( )
( )
Keterangan :
Maka dari rumus diatas dapat di peroleh nilai RPD sebagai berikut:
( )
=0%
( )
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran yang dilakukan pada
Bersih yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015. Tema dari poster
ini tentang Progam Kali Bersih, dimana pada poster ini terdapat gambar sungai dan
poster ini menggunakan Photoshop CS4 karena software ini mudah diaplikasikan
26
Gambar 5. Poster PROKASIH
yang memiliki garis tengah berwarna merah merupakan sumber pencemar yang
menyumbang terjadinya pencemaran pada sungai atau kali. Sumber pencemar ini
terdiri dari limbah pabrik, limbah domestik, pembuangan sampah sembarangan dan
kotoran manusia di sungai. Semua ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas air
sungai. Oleh karena itu, pihak BLH mengadakan Program Kali Bersih yang bertujuan
untuk menyadarkan masyarakat akan dampak dari limbah dan sampah pada
perairan.
27
3.2.2. Kegiatan Pada Minggu Kedua
TDS merupakan bagian yang dapat melewati filter berupa ion ion dalam air
akibat terlarutnya garam garam mineral. Metode pengujian TDS sama dengan
metode pengujian TSS yaitu dengan menggunakan Metode Gravimetri (BSN, 2005).
Langkah pertama dalam uji TDS adalah persiapan alat dan bahan yang bisa dilihat
28
No Alat Gambar Fungsi dan Keterangan
Sampel Inlet
2 Sebagai bahan uji
Outlet
29
Prosedur pengujian TDS secara singkatnya dapat dilihat pada Gambar 6.
mudah untuk dipahami. Langkah pertama yang dilakukan dalam pengukuran TDS
adalah persiapan pengujian TDS dengan mengkalibrasi semua alat yang akan
terjadinya kontaminasi pada seluruh alat yang akan digunakan pada saat uji TDS.
30
A
B C D
E F
Gambar 7. Proses pengukuran TDS (A. Proses menghomogenkan Sampel, B.
Proses pengovenan, C. Proses pendinginan, D. Proses penimbangan, E. Proses
penyaringan, F. Proses pengambilan sampel)
pengujian TDS ini menggunakan sampel yang diambil dari salah satu pabrik atau
perusahaan di Sidoarjo (sampel Outlet dan Sampel Inlet). Sampel dituang ke dalam
pada cawan porselen dilakukan dengan menggunakan kertas label yang diberi kode
Langkah ketiga yaitu memasukkan cawan porselen yang telah diberi label ke
dalam oven dengan suhu 1800 C selama 1 jam. Proses pengovenan dilakukan untuk
memperoleh berat konstan dari tiap - tiap cawan (Gambar 7B). Langkah keempat
31
yaitu mendinginkan cawan porselen setelah di oven ke dalam desikator selama 15
menit. Perlakuan ini dilakukan agar cawan porselen tidak panas ketika ditimbang
pada display timbangan tidak berubah-ubah atau stabil (Gambar 7D). Langkah
sebelumnya hingga memperoleh berat cawan yang sama atau stabil. Apabila pada
saat penimbangan cawan porselen tidak diperolah berat konstan maka perhitungan
yang sudah cukup mewakili berat cawan porselen. Hasil dari penimbangan
kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya sebagai berat konstan dari masing-
filtrasi. Kertas saring yang digunakan pada saat pengujian TDS adalah kertas saring
dengan Merk Whatman Grade 934 AH sebagai kertas saring standar SNI. Kertas
15 menit dengan tujuan pencucian kertas saring atau penyedotan air aquades dari
dimasukkan ke dalam alat filtrasi untuk proses penyaringan. Alat filtrasi dinyalakan
selama 15 menit agar sampel benar benar tersaring. Setiap air sampel yang
sudah di filtrasi dimasukkan ke dalam cawan porselen yang sudah diberi label kode
32
sampel. Langkah berikutnya adalah memasukkan cawan porselen yang telah berisi
air sampel ke dalam oven dengan suhu 1800 C hingga sampel menguap habis.
menit. Kemudian cawan ditimbang untuk memperoleh berat endapan yang ada
33
Tabel 7. Hasil pengujian sampel
pengukuran 1 33,4444 31,451 35,271 32, 4308 33,8818 33,1015 55,2695 56,1222 57,8222
pengukuran 2 33,4436 32,4499 35,2699 32,4295 33,8818 33,1003 55,2675 56,1205 57,8197
pengukuran 3 33,4422 32,4456 35,2705 32,4268 33,8795 33,0957 55,2688 56,1227 57,8211
pengukuran 4 33,4414 32,4449 35,268 32,425 33,8779 33,0948 55,2677 56,1219 57,8207
pengukuran 5 33,4407 32,4442 35,2664 32,4251 33,8785 33,0937 55,2688 56,1207 57,8208
pengukuran 6 33,4399 32,4426 35,2664 32,4244 33,8777 33,0941 55,2682 56,1194 57,8201
pengukuran 7 33,4401 32,4435 35,2661 32,4244 33,878 33,0943 55,2664 56,1188 57,8185
rata rata 33,44176 32,3031 35,26833 32,42587 33,87931 33,09634 55,26813 56,12089 57,82044
34
Tabel 7 mensajikan hasil dari penimbangan masing masing cawan pada
timbangan analitik dan nilai rata rata dari penimbangan cawan porselen. Kemudian
dilakukan penimbangan kembali pada cawan yang telah ada endapan sampel yang
Sampel 1 - - -
( )
Keterangan :
B adalah berat tetap (g) cawan berisi padatan terlarut total setelah
pemanasan.
Dari rumus diatas dapat diperoleh hasil perhitungan pada masing masing
sampel yang telah ditimbang. Berikut adalah perhitungan dari kadar padatan terlarut
total :
( )
= = 1394 mg/l
( )
= = 1374 mg/l
35
( )
= = 12,2mg/l
( )
= = 0 mg/l
( )
= = 2380mg/l
( )
= = 2340 mg/
Nilai berat cawan porselen yang digunakan pada saat perhitungan TDS
adalah nilai berat cawan porselen dengan kode label Sampel 2 dan 3. Hal ini
25 ml, sedangkan air sampel yang dibutuhkan adalah 50 ml. Sisa cawan yang tidak
digunakan adalah cawan dengan label Sampel 1. Cawan sampel satu ini sebagai
cadangan untuk cawan Sampel 2 apabila air sampel yang ada di cawan sampel
mengetahui apakah perhitungan TDS yang dilakukan akurat atau tidak. Rumus
perhitungan pengendalian mutu sama dengan rumus RPD yang tertera pada
perhitungan TSS. Berikut adalah hasil dari perhitungan RPD untuk TDS:
( )
( ) = x 100%= 1,4 %
( )
( )
( ) = x 100%= 1,7 %
( )
Dari hasil perhitungan RPD diatas dapat dinyatakan bahwa perhitungan TDS
pada sampel outlet dan inlet adalah akurat, karena rentang nilai RPD dibawah 5 %
36
3.2.2.2. Perhitungan COD
Kegiatan minggu kedua selanjutnya adalah melakukan uji COD. Sampel yang
digunakan dalam uji COD ada 5 sampel. Kelima sampel ini diambil dari 5 tempat
yang berbeda yaitu dari 5 Perusahaan dan salah satu Rumah Sakit di Kabupaten
Sidoarjo yang terdiri dari sampel Outlet dan Inlet. Perhitungan COD menggunakan
metode KIT. Alat yang digunakan dalam uji COD adalah merk Spectrosquant Pharo
300 M dan COD reaktor. Langkah pertama dalam pengukuran COD adalah
persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. Berikut adalah daftar alat dan bahan
37
Tabel 10. Daftar alat pengukuran COD
38
Prosedur pengujian COD secara sederhana dapat di lihat pada Gambar 8.
Masukkan sampel ke dalam cuvet COD reaktor (tunggu selama 2 jam, suhu 1500 C)
Tunggu hingga alat check sistem, filter lampu dan kalibrasi bertanda centang ()
Pilih enter
Kemudian Enter
Masukkan cuvet
Kemudian display pada alat Spectrosquant Pharo 300 M akan menunjukan nilai COD
39
Gambar 9. Proses pelabelan
Metode KIT. Langkah pertama dalam uji COD adalah proses persiapan pengujian.
Proses persiapan uji COD meliputi proses pelabelan pada 5 Beaker Glass dengan
kode SK, SB, DS, SL dan Blanko (Gambar 9). Pemberian label juga dilakukan pada
cuvet COD yang berisi air yang di oksidasi dengan Hot Sulfuric Solution, Potassium
A B
Gambar 10. Proses pengukuran COD (A. Proses pereaksian sampel, B. Perhitungan
kadar COD)
sesuai dengan kode sampel. Cuvet COD dimasukkan ke dalam COD reaktor
dengan suhu 1500 C selama 2 jam (Gambar 10A). Sampel yang sudah direaksikan
selanjutnya yaitu menyalakan alat uji COD merk Spectrosquant Pharo 300 M dan
40
melakukan pengecekan pada tempat cuvet. Proses pengecekan sistem akan
Metode pengukuran COD berada pada range 25-1500 mg/L. Metode ini dipilih untuk
sampel keruh.
ke dalam alat uji COD merk Spectrosquant Pharo 300 M. Nilai kadar COD akan
muncul pada Display setelah cuvet dimasukkan ke dalam alat uji (Gambar 10B).
Pengujian kadar COD pada sampel berikutnya dilakukan perlakuan atau langkah
yang sama. Hasil perhitungan COD menggunakan alat Spectrosquant 300 M dapat
3 DS 86 mg/l 0,061
Kesimpulan dari hasil diatas adalah kadar COD yang paling tinggi ada pada
sampel SL (Inlet) karena pada sampel Inlet ini tidak dilakukan filtrasi atau pengolahan
41
3.2.2.3. Pengukuran Logam Berat Cu dan Zn
Kegiatan minggu kedua selain mengukur COD dan TSS adalah pengujian logam
berat Zn dan Cu. Logam berat adalah suatu bahan pencemar yang apabila dalam
menggunakan metode KIT. Alat yang digunakan dalam pengujian logam berat
adalah Spectrosquant Pharo 300 M. Langkah pertama dalam pengujian logam berat
adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian.
Daftar alat dan bahan disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.
Cu atau Zn
elektronik
42
Tabel 13. Daftar Bahan Pengukuran Logam Berat Cu dan Zn
43
Persiapan pengujian selanjutnya adalah mengkalibrasi setiap alat yang akan
Persiapan Pengujian Zn
Tambahkan 5 tetes Zn -1
(tunggu
Tambahkan 1 level Zn -5, 3dimenit)
aduk selama 30 detik
44
Gambar 11 menjelaskan mengenai prosedur pengukuran Zn dengan
menggunakan Metode KIT. Langkah pertama yang dilakukan dalam uji logam berat
adalah melakukan kalibrasi pada setiap alat yang akan digunakan untuk pengujian.
A B
Gambar 12. Persiapan alat dan bahan uji Logam berat (A. Sampel uji logam berat
Zn, B. Pelabelan botol logam berat)
sampel yang diambil dari salah satu perusahaan di Sidoarjo yang terdiri dari sampel
Inlet dan Outlet. Proses persiapan berikutnya adalah pemberian label pada masing-
masing sampel. Proses pelabelan meliputi pelabelan pada botol kecil dan pada
Erlen Meyer. Air sampel sebanyak 50 ml dituang ke dalam Erlen Meyer yang telah
diberi kode sampel. Satu gelas Erlen Meyer berisi aquades 50 ml sebagai kontrol uji
(Gambar 12A).
Persiapan berikutnya adalah pemberian label pada botol kecil dengan tanda
Inlet Duplo 1, inlet Duplo 2, Outlet Duplo 1, Outlet Duplo 2 dan untuk kontrol
diberi tanda Blanko (Gambar 12B). Air sampel pada Erlen Meyer dimasukkan ke
dalam botol kecil sesuai dengan kode sampel. Kemudian dilakukan pengukuran pH
awal pada masing masing sampel dengan range pH 4-10. Pengukuran pH awal
berat Zn.
45
A B
Gambar 13. Proses pengujian logam berat Zn (A. Proses penambahan reagen Zn,
B. Proses pengambilan fase tertinggi Zn)
sampel. Air sampel yang telah diberi reagen di homogenkan dengan cara dikocok.
3 tetes Zn-4 ke dalam air sampel sebagai reagen lanjutan. Air sampel yang sudah
digunakan untuk mencapai fase tertinggi dari logam berat. Satu level Zn-5 (satu level
yang dimaksud adalah satu sendok kecil Zn-5) ditambahkan ke dalam air sampel
yang diberi 1 level Zn-5 selama 30 detik dilakukan untuk memperkuat reaksi
(Gambar 13A). Fase tertinggi pada logam berat Zn akan muncul pada 2 menit
setelah proses pengadukan. Fase tertinggi logam berat Zn berada di permukaan air
sampel.
tetes dan dituang ke dalam cuvet (diamkan selama 3 menit) (Gambar 13B). Sampel
menghitung kadar logam berat Zn. Proses pengukuran kadar logam berat untuk
sebelumnya. Hasil pengukuran kadar logam berat dapat di lihat pada Tabel 14.
46
Tabel 14. Hasil Pengukuran Logam Berat Zn
Kadar
Zn
No Sampel pH (range 4-10) pH(range 12-13) Absorbansi
47
Pengujian kadar Cu dilakukan setelah pengujian Zn. Berikut adalah prosedur
Beri label Beaker Glass sesuai dengan sampel yang akan diuji
48
Gambar 14 menjelaskan tentang prosedur pengukuran Cu sesuai dengan
Metode KIT. Sampel yang digunakan dalam pengukuran logam berat Cu adalah
sampel yang diambil dari salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
seluruh alat yang akan digunakan agar tidak terjadi kontaminasi. Langkah berikutnya
yaitu pemberian label pada botol kecil untuk tempat sampel dengan kode label
Blanko , Inlet Duplo 1, Inlet Duplo 2, dan Outlet Duplo1, Outlet Duplo 2.
Setiap sampel Outlet dan Inlet yang masih di dalam jerigen di tuang ke Erlen Meyer.
Aquades sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam botol kecil yang telah diberi label
A B
Gambar 15. Proses pengukuran logam berat Cu (A. Proses penambahan reagen
Cu, B. Proses perhitungan nilai Cu)
Sebelumnya botol kecil yang dilabeli harus dibilas sampel sebanyak 1 kali sesuai
dengan label sampelnya. Penambahan 1 sendok reagen mikro hijau Cu pada tiap
sampel dilakukan setelah sampel dituang ke dalam botol kecil (Gambar 15A).
Sampel yang sudah di tambahkan mikro hijau Cu dikocok pelan-pelan agar tidak
yang telah diberi 1 sendok mikro hijau Cu. Pengukuran kadar pH untuk logam berat
49
sampel. Sampel dikocok selama 2 menit agar homogen. Setelah di homogenkan
Spectrusquant Pharo 300 M untuk mengukur kadar Cu (Gambar 15B). Hasil yang
tertera pada display dicatat sebagai hasil pengukuran logam berat Cu. Nilai kadar
tertinggi berada pada sampel Inlet Duplo 1. Hal ini dikarenakan sampel Inlet belum
mengalami filtrasi terlebih dahulu, sehingga kadar logam berat atau limbahnya tinggi.
3.2.3.1. Pengukuran pH
kecilnya kadar asam atau basa pada suatu perairan. Pengukuran pH dilakukan pada
meter. Sampel yang digunakan dalam pengukuran kadar pH adalah sampel yang
diambil dari 2 perusahaan dan salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
Langkah pertama untuk pengukuran kadar pH adalah menyiapkan alat dan bahan
50
yang akan digunakan. Berikut adalah daftar alat dan bahan yang akan digunakan
pH Meter Merk
Lovibond Sensor Untuk mengukur
1
Direct kadar pH
Pengkalibrasi sensor
pH. Ada 3 macam
1 Larutan buffer
larutan Buffer yaitu
pH 10, pH 7 dan pH 4
51
Prosedur pengukuran pH dengan menggunakan pH meter secara singkatnya
Persiapan Pengukuran pH
100 ml
Masukkan air sampel ke dalam Beaker Glass (250 ml)
Kalibrasi pH meter
keringkan
Ukur dengan pH
masing masing tissue
sampel
meter yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. selanjutnya
memastikan apakah alat pH meter sudah terpasang dengan baik dan benar. Sampel
yang digunakan untuk pengukuran pH meter yaitu sampel yang diambil dari dua
perusahan dan salah satu rumah sakit yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Langkah
kedua adalah melakukan pelabelan pada Beaker Glass dengan kode SK, SB,
dan DS. Kemudian sampel air sebanyak 250 ml dituangkan dari jerigen ke dalam
52
A B
pada pH meter melebihi atau kurang dari kadar pH yang ditentukan hal yang harus
maka alat akan menghitung kadar pH pada sampel. Pencatatan hasil pengukuran
dilakukan setelah display pada alat menunjukkan nilai yang stabil. Hasil pengukuran
pH dengan menggunakan pH meter Merk Lovibond Sensor Direct dapat dilihat pada
Tabel.18.
No Sampel pH Suhu
DS 8,26 200C
1
2 SB 6,43 200C
3 SK 8,47 190C
53
Dari tabel hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kadar pH tertinggi pada
sampel dengan kode SK, sedangkan pH terendah pada sampel dengan kode DS.
zat kimia yang biasanya digunakan atau dipakai di kolam renang. Apabila
Oleh karena itu, pemakaian chlorine dalam jumlah yang banyak sangatlah
berbahaya. Chlorine yang di uji di Badan Lingkungan Hidup adalah Free Chlorine.
Chlorine bebas atau Free Chlorine merupakan Chlorine yang larut dalam air.
menyiapkan alat dan bahan. Berikut adalah daftar alat dan bahan yang digunakan
54
Tabel 20. Daftar Bahan Pengukuran Chlorine
Tekan Enter
55
Gambar 18 menjelaskan tentang prosedur pengukuran Chlorine menggunakan
colorimeter. Prinsip dari alat Colorimeter adalah berdasarkan perubahan warna air
sampel, apabila warna sampel berubah menjadi pink menandakan bahwa sampel
mengandung banyak Chlorine hal ini juga berlaku untuk sebaliknya. Sampel yang
digunakan dalam pengujian Chlorine diambil dari dua perusahaan dan satu rumah
sakit yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Langkah pertama dalam pengukuran Chlorine
adalah persiapan alat dan bahan, selanjutnya mengkalibrasi semua alat untuk
A B
Gambar 19. Proses pengukuran Chlorine free (A. Proses penambahan reagen
Chlorine Free, B. Proses pengukuran kadar Chlorine Free)
Langkah berikutnya adalah pemberian label pada Beaker Glass dengan kode
label SK , SB, dan DS. Ketiga sampel dituang ke dalam masing-masing Beaker
Glass yang telah diberi kode sesuai dengan tempat sampel diambil. Kemudian
sampel air dari Beaker Glass diambil dan dituang ke dalam botol Chlorine hingga
batas yang tertera pada botol chlorine. Satu saset reagen Free Chlorine
ditambahkan ke dalam botol Chlorine yang telah berisi sampel (Gambar 19A).
Sampel dikocok selama 20 detik agar reagen Chlorine bercampur dengan sampel
dan di diamkan selama 2 menit agar reagen Chlorine bereaksi sempurna dengan
sampel.
botol Chlorine ke dalam Colorimeter. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini
56
adalah waktu memasukkan botol chlorine ke dalam alat Colorimeter cocokkan tanda
yang ada pada botol Chlorine dengan yang ada pada alat Colorimeter. Botol
bahwa peletakkan botol Chlorine pada colorimeter sudah benar. Kemudian akan
menunjukkan nilai Chlorine setelah menekan tombol Enter (Gambar 19B). Untuk
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kadar Chlorine yang paling besar
keempat. Uji emisi kendaraan bermotor dilakukan oleh pihak BLH pada tanggal 15-
16 Juli 2015 (sebelum dilakukannya PKM). Pengambilan sampel uji emisi di ambil di
daerah Gor Delta Sidoarjo. Kemudian sampel di teliti atau diberikan kepada pihak
BLH Provinsi untuk di teliti. Hasil dari pengujian inilah yang akan di cantumkan
dalam laporan uji emisi. Laporan uji emisi pada kendaraan bermotor terdiri dari 5
bab yang berisi Bab 1 pendahuluan, Bab 2 Landasan Teori, Bab 3 Metode
pengukuran, Bab 4 Evaluasi dan Bab 5 kesimpulan dan saran. Masing - masing bab
berisi beberapa sub bab. Bab 1 berisi tentang latar belakang dilakukannya pengujian
57
emisi pada kendararaan bermotor, kemudian tujuan dilakukannya pengujian emisi
pada kendaraan bermotor dan manfaat dilakukannya pengujian emisi. Bab 2 berisi
landasan teori yang menerangkan beberapa topik yang akan dibahas dalam
pengujian emisi. Topik tersebut berisi tentang pengertian dari udara, pencemaran
udara, emisi, sumber emisi, contoh alat uji emisi, sistem pengujian emisi, faktor yang
pencemaran udara. Bab 3 berisi tentang darimana sumber data diambil, lokasi
atau analisa hasil dari pengujian emisi kendaraan bermotor. Bab 4 sendiri terdiri dari
Bab 5 berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil pengujian emisi pada
2015 di Graha Delta Sidoarjo lantai 3. Sosialisasi PROKASIH ini dimulai dari jam
08.00 sampai dengan jam 14.00 WIB. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan oleh pihak
dari kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh pihak kelurahan, kecamatan, PT. Sekar
Group, pihak Rumah Sakit Delta Surya, dan dari para PNS di Sidoarjo serta pihak
perindustrian lainnya (Lampiran 3). Narasumber di datangkan dari BLH Provinsi dan
Konsorsium Lingkungan Hidup. Topik yang diambil sebagai materi sosialisasi adalah
tentang kebijakan dan peran serta masyarakat dalam program kali bersih yang
58
secara garis besar menjelaskan tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam
pengendalian pencemaran air, kondisi existing Sungai Brantas di Jawa Timur, dan
Pengambilan sampel kualitas air di Muara Sungai Mangatan Kanal dan Kali
dimulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 03.00 WIB. Pengambilan sampel di
Muara Sungai Mangatan Kanal dan Kali Buntung dilakukan dengan menggunakan
kapal nelayan (Lampiran 2). Parameter yang diukur dalam pengambilan sampel
kualitas air meliputi BOD, COD, logam berat, CN, H2S, Fenol, Fosfat, MC, dan
bakteri. Pengambilan sampel kualitas air ini diperlukan beberapa alat sebagai berikut
(Tabel 22).
59
Alat atau bahan Fungsi Jumlah
Pengambilan sampel kualitas air pada hari pertama di lakukan di dua titik
yaitu titik pertama di ambil di Muara Sungai Mangatan Kanal dengan jarak 2 Km dari
darat. Muara sungai ini terletak pada koordinat S 07 0 23 04.6 dan E 1120 50 24.6 .
Keadaan muara sungai ini sangat keruh (Gambar 20), hal ini disebabkan karena
dihitung ketika pengambilan sampel di lapang adalah suhu dan pH. Nilai suhu di
22). Selanjutnya sampel dibawa ke BLH Provinsi untuk diteliti. Pengambilan sampel
60
Gambar 21. Pengambilan sampel kualitas air (BOD)
Titik kedua pengambilan sampel dilakukan di Kali Buntung yang jaraknya 2,5
Km dari darat. Kali Buntung terletak pada S 07 0 19 46.3 dan E 1120 50 53.3.
Keadaan secara umum kali ini memiliki perairan yang tidak begitu keruh
dibandingkan dengan titik yang pertama, hal ini disebabkan karena kadar Fenol
pada titik ini sedikit. Kadar pH pada Kali Buntung sama dengan titik sebelumnya
di Muara Sungai Kepetingan, dimana letak muara sungai ini berkisar 11 Km dari
darat. Letak koordinat titik pengambilan sampel berada pada lintang S 070 29 11.2
dan E 11,20 50 02,3. Keadaan secara umum perairan ini memiliki perairan yang
keruh dengan suhu perairan ini berkisar 260 C dan kadar pH berkisar 6,5.
61
Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan botol ke dalam perairan yaitu
15 cm dari permukaan (Gambar 22). Kemudian botol yang telah terisi air sampel
dimasukkan ke dalam Coolbox dan dibawa ke BLH Provinsi untuk dilakukan analisa
kualitas air.
Kendala dari kegiatan PKM adalah rumitnya sistem pelaksanaan PKM. Pihak
ketentuan pengurusan surat dan format laporan PKM yang berbeda dan berubah-
ubah pada setiap mahasiswa. Sedangkan kendala PKM di BLH Sidoarjo adalah
waktu terbuang karena tidak ada pemasukan sampel yang harus diteliti.
Saran kegiatan PKM dari penulis untuk pihak akademik agar memberikan link
PKM. Hal ini dilakukan agar mahasiswa tidak bingung dengan format laporan yang
berubah-ubah.
62
DAFTAR PUSTAKA
BSN (Badan Standar Nasional). 2005. Air Dan Limbah Bagian 27: Cara Uji
Kadar Padatan Terlarut Total Secara Gravimetri. SNI 06-6989.27-2005.
ICSB13.060.01.
BSN (Badan Standar Nasional). 2004. Air Dan Limbah Bagian 3: Cara Uji
Padatan Tersuspensi Total Secara Gravimetri. SNI 06-6989.3-2004.
ICSB13.060.50.
63
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kondisi bagian UPTB pengelolaan data dan Laboratorium
64
Lampiran 4. Surat pernyataan telah melakukan PKM
65
Lampiran 5. Log Book selama PKM di BLH Sidoarjo
66
67
68
69
70
71