PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Jurusan Manajemen
UNIVERSITAS GUNADARMA
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Sri Waluyo
Topik Tulisan
Kelas : 2-EA32
PE R NYATAAN
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai
1/100 untuk mata kuliah ini.
Penyusun
Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya waktu,
kesempatan dan juga ilmu dalam menyelesaikan tulisan ini, dengan judul : Peranan
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui KAA sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun tulisan ini, khususnya kepada dosen pengajar Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
Bapak Sri Waluyo yang telah memberikan ilmu kepada saya dan juga kepada teman-teman
yang telah membantu.
Saya berusaha menyusun tulisan ini dengan segala kemampuan, namun saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun sangat saya butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa mendatang.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan dan
semangat bagi Mahasiswa dan juga para pembaca untuk bersama-sama hendaknya
menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai di Negara kita tercinta Republik
Indonesia.
Negara pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar). Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara
meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, VietnamUtara, Vietnam
Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria(Suriah), Yordania, Lebanon,
Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia,Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold
Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah
Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah
masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung. Latar belakang dan
dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
1. Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia Afrika.
2. Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan
penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
3. Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elitenasional/terpelajar
dan intelektual.
4. Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
5. Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
6. Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu samalain.
Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antar negara
karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui
penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang
tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme
dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara.
Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup
berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara
yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB. Konferensi setelah
membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika
khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa
keputusan penting, antara lain:
Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3. Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun
bangsa kecil;
4. Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri
negara lain;
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian
maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam
PBB;
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10. Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenaldengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Peran Indonesia Dalam Perdamaian Dunia Melalui Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum
stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat) dan Rusia
(pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari
dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan
senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang
nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan
keluar demi meredakan ketegangan dunia.
Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu
pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan
KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamidjojo yang berhasil
menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat Internasional.
Menurut Roeslan Abdulgani, seorang saksi sejarah dan ketua panitia pelaksana KAA di
Bandung 1955, yang juga mengalami KAA di Jakarta 2005, sejak tahun 1928 Soekarno telah
memimpikan gagasan untuk memperluas gerakan Asia Afrika. Bung Karno sangat
dipengaruhi konsep Lothrop Stoddard (penulis Inggris) yang dalam bukunya The Rising
Tide of Colour , mengatakan bahwa gerakan Asia Afrika secara spiritual bergandengan
tangan satu sama lain, dan semuanya termotivasi oleh insting untuk mempertahankan diri.
Sebelum itu pada tahun 1926 di Bierville, Perancis, sejumlah mahasiswa Asia dan Afrika
yang sedang belajar di Eropa Barat mengadakan kongres League Against Colonialism and
Imperialism.
Beberapa mahasiswa Indonesia ikut serta : Bung Hatta, Nazir Pamontjak, Achmad Subardjo,
Abdul Manaf, Arnold Mononutu, Gatot Tarumihardja. Para mahasiawa Asia Afrika
tersebutmengeluarkan peryataan yang mengecam penjajahan Eropa di dua benua
tersebut.Peryataan itu cukup berani mengingat mereka berada di tengah kandang
macankolonialis-imperialis.
Gagasan untuk mengadakan suatu Konferensi Asia Afrika (KAA) diketengahkan oleh
Perdana Mentri RI, Ali Sastroamidjojo pada empat rekan lainnya, yakni para PM dari India,
Pakistan dan Burma, yang hadir pada Konferensi Kolombo, April-Mei 1954, atas undangan
Sir John Kotelawala,Perdana Menteri Ceylon (1953-1956) (Adnan, 2007).
Demi menggagas konferensi, pada 28-29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri
Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan,
Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk
membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan
kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia
Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA.
Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali
Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri
Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan
Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai
Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai
Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut
dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai
tempat berlangsungnya konferensi.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para
pemimpian negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of
Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari
Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan
masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta
menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di
benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.Konferensi Asia
Afrika berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri
penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika.
Setelah kesepakatan dari Konferensi Asia Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di
Asia dan Afrika memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang
memupuskan niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol untuk
meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.
Semangat Konferensi Asia Afrika untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur
telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat
diredam.
REFERENSI
http://indonesia.travel
http://kompas.com