Anda di halaman 1dari 8

PERANAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN

DUNIA MELALUI KAA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dibuat Oleh : YAYU MEGA DINI - 18210611

Program Study Ekonomi Manjemen

Jurusan Manajemen

UNIVERSITAS GUNADARMA
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen : Sri Waluyo

Topik Tulisan

PERANAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA MELALUI KAA

Kelas : 2-EA32

Dateline Makalah : 31 Mei 2015

Tanggal Penyerahan Makalah : 31 Mei 2015

PE R NYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan


makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai
1/100 untuk mata kuliah ini.

Penyusun

NPM Nama Lengkap Tanda Tangan

18210611 Yayu Mega Dini

Program Sarjana Ekonomi Manajemen


UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan saya waktu,
kesempatan dan juga ilmu dalam menyelesaikan tulisan ini, dengan judul : Peranan
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui KAA sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyusun tulisan ini, khususnya kepada dosen pengajar Pendidikan Kewarganegaraan yaitu
Bapak Sri Waluyo yang telah memberikan ilmu kepada saya dan juga kepada teman-teman
yang telah membantu.

Saya berusaha menyusun tulisan ini dengan segala kemampuan, namun saya menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun sangat saya butuhkan untuk dapat menyempurnakannya di masa mendatang.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat serta menambah ilmu pengetahuan dan
semangat bagi Mahasiswa dan juga para pembaca untuk bersama-sama hendaknya
menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai di Negara kita tercinta Republik
Indonesia.

Bekasi, 29 Mei 2015

Yayu Mega Dini


PERANAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA
MELALUI KAA

Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 24 April 1955.


Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakildari 29 negara yang terdiri atas negara
pengundang dan negara yang diundang.

Negara pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar). Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara
meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, VietnamUtara, Vietnam
Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria(Suriah), Yordania, Lebanon,
Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia,Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold
Coast).

Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah
Rhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah
masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung. Latar belakang dan
dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.

1. Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia Afrika.
2. Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan
penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
3. Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elitenasional/terpelajar
dan intelektual.
4. Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
5. Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
6. Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu samalain.

Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:


1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidangsosial, ekonomi,
dan kebudayaan;
2. Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
3. Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut sertamengusahakan
perdamaian dunia dan kerja sama internasional;
4. Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya;
5. Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti
kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.

Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama


negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta
masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-
bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli.
Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu
memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang.

Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antar negara
karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui
penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang
tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme
dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara.

Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasiwarna kulit di


mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk
harus diakhiri dan setiap perjuangan kemerdekaan harus dibantu sampai berhasil. Demi
perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar
percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang
sangat penting dalam pergaulan internasional.

Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup
berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara
yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB. Konferensi setelah
membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika
khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa
keputusan penting, antara lain:

1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial,ekonomi, dan


kebudayaan;
2. Menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3. Mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4. Menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5. Aktif mengusahakan perdamaian dunia.

Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3. Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun
bangsa kecil;
4. Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri
negara lain;
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian
maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu negara besar;
b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap
integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam
PBB;
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10. Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.

Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenaldengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Peran Indonesia Dalam Perdamaian Dunia Melalui Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum
stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat) dan Rusia
(pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari
dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan
senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang
nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan
keluar demi meredakan ketegangan dunia.

Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara


Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya
mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk
pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang berharap
segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan Perdana
Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo.

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu
pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan
KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamidjojo yang berhasil
menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat Internasional.

Menurut Roeslan Abdulgani, seorang saksi sejarah dan ketua panitia pelaksana KAA di
Bandung 1955, yang juga mengalami KAA di Jakarta 2005, sejak tahun 1928 Soekarno telah
memimpikan gagasan untuk memperluas gerakan Asia Afrika. Bung Karno sangat
dipengaruhi konsep Lothrop Stoddard (penulis Inggris) yang dalam bukunya The Rising
Tide of Colour , mengatakan bahwa gerakan Asia Afrika secara spiritual bergandengan
tangan satu sama lain, dan semuanya termotivasi oleh insting untuk mempertahankan diri.
Sebelum itu pada tahun 1926 di Bierville, Perancis, sejumlah mahasiswa Asia dan Afrika
yang sedang belajar di Eropa Barat mengadakan kongres League Against Colonialism and
Imperialism.

Beberapa mahasiswa Indonesia ikut serta : Bung Hatta, Nazir Pamontjak, Achmad Subardjo,
Abdul Manaf, Arnold Mononutu, Gatot Tarumihardja. Para mahasiawa Asia Afrika
tersebutmengeluarkan peryataan yang mengecam penjajahan Eropa di dua benua
tersebut.Peryataan itu cukup berani mengingat mereka berada di tengah kandang
macankolonialis-imperialis.

Gagasan untuk mengadakan suatu Konferensi Asia Afrika (KAA) diketengahkan oleh
Perdana Mentri RI, Ali Sastroamidjojo pada empat rekan lainnya, yakni para PM dari India,
Pakistan dan Burma, yang hadir pada Konferensi Kolombo, April-Mei 1954, atas undangan
Sir John Kotelawala,Perdana Menteri Ceylon (1953-1956) (Adnan, 2007).

Demi menggagas konferensi, pada 28-29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri
Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan,
Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk
membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan
kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia
Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA.
Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali
Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri
Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan
Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai
Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai
Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut
dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpinpertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai
tempat berlangsungnya konferensi.

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para
pemimpian negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of
Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari
Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.

Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan
masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta
menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.

Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di
benua Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.Konferensi Asia
Afrika berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri
penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika.

Setelah kesepakatan dari Konferensi Asia Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di
Asia dan Afrika memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang
memupuskan niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol untuk
meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme.

Semangat Konferensi Asia Afrika untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur
telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat
diredam.
REFERENSI

http://indonesia.travel

http://kompas.com

Anda mungkin juga menyukai