TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respon emosional yang
normal. Berduka merupakan proses untuk menyelesaikan masalah, dan secara
normal berhubungan erat dengan kematian.
Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa yang baik bagi individu
karena memberi kesempatan individu untuk melakukan koping dengan kehilangan
secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan
nyata. Berduka sebagai proses social dapat diselesaikan dengan bantuan orang lain.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan duka cita. Penting bagi perawat untuk memahami
kehilangan dan duka cita.
Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebgain atau seluruhan. Proses kehilangan bias
terjadi tiba-tiba atau bertahap. (suliswati,2005, hal :123).
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan signifikan yang membutuhkan adaptasi
melalui proses berduka. Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang tidak dapat
lagi ditemui, diraba, didengar, diketahui atau dialami. Tipe dari kehilangan
mempengaruhi tingkat distress. Misalnya, kehilangan benda mungkin tidak tidak
menimbulkan distress yang sama ketika kehilangan seseorang yang dekat dengan
kita. Namun demikian setiap individu berespon terhadap kehilangan secara berbeda.
Kehilangan dapat bersifat actual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat actual
dapat dengan mudah diidentifikasikan, misalnya seorang anak yang teman
bermainya pindah rumah atau seorang dewasa yang kehilangan pasangan akibat
bercerai. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan, seperti
kehilangan kepercayaan diri atau prestise. Makin dalam makna dari yang hilang,
maka makin besar perasaan kehilangan tersebut.
4
Klien mungkin mengalami kehilangan maturasi (kehilangan yang diakibatkan oleh
transisi kehidupan normal untuk pertama kalinya. Kehilangan situasional kehilangan
yang terjadi secara tiba-tiba dalam berespon kejadian eksternal spesifik seperti
kematian mendadak dari orang yang dicintai) atau keduanya. Contah anak yang
mulai belajar berjalan kehilangan citra tubuh semasa bayinya, wanita yang
mengalami menopause kehilangan kemampuan untuk mengandung.
B. JENIS KEHILANGAN
Menurut suliswaty dalam bukunya konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa
membagi jenis kehilangan menjadi :
1. Kehilangan orang bermakna, misalnya akibat kematian atau dipenjara, perceraian
dan perpisahan.
2. Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misanya menderita penyakit, amputasi,
kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaaan,
kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual.
3. Kehilangan milik pribadi misalnya, uang, perhiasan, rumah dan lain-lain.
5
lingkungan ynag telah dikenal dapat terjadi melalui situasi maturasional, misalnya
ketika seorang lansia pindah kerumah perawatan atau situasi situasional,
contohnya kehilangan rumah akibat bencana alam atau mengalami cedera atau
mengalami penyakit.
5. Kehilangan hidup
Setiap orang berespon berbeda terhadap kematian. Orang yang telah hidup sendir
dan menderita penyakit kronis akan mengalami kematian sebagai suatu peredaan.
Sebagian orang menganggap kematian akan memeprsatukan mereka dengan
orang yang dicintainya disurga. Sedamngkan sebagian orang takut perpisahan,,
kesepian dan cedera. Ketakutan terhadap kematian akan cenderung menyebabklan
individu akan lebih bergantung.
6
C. TAHAPAN PROSES BERDUKA
Schultz (1997) membagi proses berduka dalam 3 fase yaitu :
1. Fase awal
Fas ini dimulai dengan adanya kehilangan seperti kematian, fase ini berlangsung
untuk beberapa minggu. Pada fase ini orang menunjukkan reaksi syok, tidak
yakin atau tidak percaya, perasaan dingin, prasaan kebal (mati rasa) dan bingung.
Reaksi ini biasanya akan mberakhir setelah beberapa hari, kemudian akan
kembali keperasaan berduka yang berlebihan dan individu akan memperoleh
pengalaman konflik diantara ekspresi perasaan melalui menangis dan ketakutan.
2. Fase pertengahan
Fase ini dimulai kira-kira tiga minggu sesudah kematioan dan berakhir sampai
kurang lebh satu tahun lamanya. Ada tiga pola prilaku yang ditunjukkan pada fase
ini yaitu perilaku obsesif, suatu pencarian arti dari kemayian. Perilaku obsesif
sering meliputi pmgulangan pikiranntentang peristiwa kematian.
3. Fase pemulihan
Sesudah kurang lebih satu tahun orang yang mengalami berduka mulai
memasukai fase pemulihan. Individu memutuska untuk tidak tidak
mengenangmasa lalu dan hidup harus berjalan terus. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya partisipasi paa kegiatan social.
7
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan, kelemahan,
kepucatan, mual, diare, sesak nafas, detak jantung cepat, menagis, gelisah, reaksi
demikian dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa tahun.
2. Tahap marah (anger)
Serupa dengan individu menjelang ajal, individu mulai sadar tentang kenyataan
kehilangan yang terjadi. Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat dan
sering diproyeksikan kepada orang yang ada dilingkungannya atau orang-orang
tertentu. Reaksi fisik yang terjadi dalam tahap ini antara lain wajah merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Tahap awar-menawar (bargaining).
Apabila individu telah mapu mengungkapkan rasa marahnya, maka ia maju tahap
tawar-menawar dan memohon kemurahan Tuhan. Reaksi sering diungkapkan
dengan kata-kata seandainya saya hati-hati. kenapa harus terjadi pada
keluarga saya, kalau saja kejadian ini bias ditunda saya akan banyak berdoa.
4. Tahap depresi
Pada tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau
berbicara atau putus asa. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak
makan, susah tidur, letih, libido menurun.
5. Tahap penerimaan (acception)
Tahap ini berkaitan dengan tahap reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan berkurang atau
menghilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya,
gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan atau secara
bertahap perhatian dilihkan pada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasnya
diungkapkan dengan kalimat saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang,
tetapi tas saya yang baru ini manis juga, apa yang dapat saya lakukan agar saya
dapat sembuh, atau, yah, akhirnya saya harus dioperasi juga.
Apabila individu dapat melewati tahap-tahap tersebut dan mencapai tahap penerimaan,
maka ini akan dapat mengakhiri proses kedukaan dan mengatasi perasaan kehilangan
secara tuntas. Apabila individu tetap pada salah satu tahap lebih awal dan tidak
8
mencapai tahap penerimaan, jika ia mengalami kehilangan lagi, akan suit baginya
untuk emncapai tahap penerimaan.
E. ETIOLOGI
A. Faktor predisposisi
Adapun faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah:
1. Genetic
Individu yang lahirkan dan dibesarkan didalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimisme dalam
menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental/ jiwa
Individu yang mnegalami gangguan jiwa terutama mempunyai riwayat depresi,
yang ditandai perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi masa depan
yang suram, bisanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
9
4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yag bermakna dimasakanak-kanak
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan
dimasa dewasa.
B. Factor Pesipitasi
Stress yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata atau
imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial antara lain
kehlngan kesehtan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan harga diri,
kehilangan ekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi di
masyarakat.
Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan prilaku seperti menangis atau
tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada upaya bunuh diri atau
ingin membunuh orang lain. Mekanisme pertahanan yang sering dilakukan oleh
individu sebgtai respon terhadap kehilngan antara lain menyangkal, represi,
intelektualisaasi, regresi, supresi,dan proyeksi. Regresi yang dipakai secara
berlebihan dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian :
A. Perawat untuk mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang
mengalami kehilangan untuk menentukan tingkatan berduka.
B. Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz,1978) yang mencakup :
sesak di dada , nafas pendek,berkeluh kesah, perasaaan penuh diperut,
kehilangan kekuatan otot distres perasaan yang hebat.
C. Enam karakteristik berduka ( burger dan lazare, 1976) juga dikaji : respon
fisiologis, respon tubuh terhadap kehilangan atau mengetahui lebih dulu
kehilangan dengan suatu reaksi strees. Perawat dapat mengkaji tanda klinis
respon tersebut.
10
D. Faktor yang mempengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna
bergantung pada persepsi individu terhadap pengalaman kehilangan, umur,
kultur, peran seks, status sosial ekonomi.
E. Faktor predisposisi yang mempengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup
genetik, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman kehilangan dimasa
lalu.
F. Faktor pencetus mencakup prilaku yang ditunjukkan oleh individu yang
mengalami kehilangan dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh
individu.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Berduka yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang dipersepsi.
b) Ketidak berdayaan berhubungan dengan disfungsi proses berduka
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna dengan perasaan
depresi.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka secara normal,
melakuka koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangan
sebagai bagian dari kehidupan yangn nyata dan harus dilalui.
11
e) Beri dukungan kepada pasien secara non verbal, seperti memegang
tangan, menepuk bahu dan merangkul.
f) Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat.
g) Amati dengan cermat respon pasien selama berbicara
h) Tingkatkan secara bertahap kesadaran psien terhaap kenyataan.
12
c) Cegah tindakan merusak diri.
d) Hargai perasaan pasien
e) Bantu pasien mengidentifikasikan dukungan positif yang terkait dengan
kenyataan.
f) Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaanya, bila
perlubiarkan ia menangis sambil tetap didampingi.
g) Bahas pikiran yang selalu timbul bersama dengan pasien.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Tn. S dan Ny. W adalah pasangan suami istri yang telah menikah kurang lebih 30 tahun.
Mereka dikarunia 2 orang putra. Tn S sehari-harinya bekerja sebagai seorang
entertaiment dan juga seorang politisi, sedangkan istrinya Ny. W bekerja sebagai
entertament. Keluarga mereka merupakan keluarga yang harmonis, bahkan diusia
pernikahan yang cukup terbilang lama mereka masih saja mesra seperti pasangan yang
baru saja menikah.
Dalam rangka memperingata hari kebangkitan nasional yang akan diperingati pada
tanggal 20 mei 2008, Tn. S dan rekan-rekannya akan melaksanakan Kirab Jalur Merah Putih
dengan menggunakan motor gede, tepatnya pada tanggal 17 mei 2008. dalam perjalanan Tn. S terjatuh
ketika berusaha menghindari lubang selebar kurang lebih 15 sentimeter dan panjang 12 meter.
Kemungkinan motornya mengalami slip , Sehingga dia terjatuh ke dalam Jembatan.m
Dalam kejadian itu klien mengalami fraktur tulang iga bagian kanan dan kiri, yang mengakibatkan klien
meninggal dunia.
Setelah suaminya meninggal dunia Ny. W tampak sangat sedih, Ny. W mengatakan belum siap kehilangan
suaminya, dia terus menerus menangisi jasad suaminya. Ny.W mengatakan tidak dapat hidup tanpa
suaminya. Beliau juga mengatakan merasa sangat kehilangan suaminya apabila teringata tentang
kebersamaanya dengan suaminya.
Seminggu setelah kejadian itu, Ny. W oleh keluarganya dibawa kerumah sakit karena kondisinya yang
semakin lemah.
Melihat hal itu perawat F melakuakan pengkajian dan asuhan keperawatan kepada Ny. W.
14
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Initial : Ny. W
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 48 TAHUN
Informan :
Tanggal pengkajian : 23 mei 2008.
1. ALASAN KLIEN
Saat dilakukan pengkajian di rumah klien. Keluarga klien mangatakan klien tidak
mau makan selama 4 hari. Hal itu terjadi karena suami klien meninggal dunia
seminggu yang lalu. Keluarga klien mengatakan klien susah diajak bicara, klien
sering mengatakan tidak percaya kalau suaminya telah mninggal dunia , klien
mengatakan ini semua tidak mungkin .klien mengatakan merasa bahwa suaminya
belum meninggal dunia. Klien sering marah-marah dan menyalahkan orang-orang
terdekat dengan klien sehubungan dengan kematian klien. Klien mengatakan semua
keluarganya tidak bisa bertanggung jawab atas kematian suaminya. Klien tampak
menangis terus. Mata klien tampak sembab.
2. KEADAAN FISIK
Keadaan klien tampak lemah. Konjungtiva anemis. Tekanan darah 120/80 mmHg,
Nadi : 98 kali/ menit, suhu : 39.5 C. Pernafasan :30 kali/ menit.
3. PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan hidup ini tiada artinya lagi karena suaminya tidak lagi ada
disampingnya, klien mengatakan tidak sanggup hidup tanpa suaminya, klien ingin
mati bersama suaminya, keadaan kejiwaan klien sangat lemah. Klien hanya dapat
menangis dan menyesali kejadian ini.
15
4. HUBUNGAN SOSIAL
Setelah kematian suaminya klien tidak dapat berinteraksi dngan baik ngan
keluarganya. Keluarganya mengatakan klien selalu menyalahkan mereka. Apabila
diajak bicara klien hanya diam dan menangis. Klien sering marah-marah kepada
mereka.
5. SPIRITUAL
Klien belum dapat menerima kehilangan suaminya, klien belum meyakini hal ini,
semua kegiatan ibadah klien terganggu karena klien hanya menangis dan banyak
mengurung diri di kamar.
6. SISTEM PENDUKUNG
Di rumah klien tinggal dengan kedua anaknya dan mertuanya. Karena kejadian itu
klien jarang berinteraksi dengan keluarga.
PENGKAJI
Perawat F
16
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
17
NAMA : KAMAR :
UMUR : NO. REGISTER:
NO DIAGNOSA KEPERAWTAN PARAF
1 Berduka yang berhubungan dengan kehilangan aktual atau yang
dipersepsi.
RENCANA KEPERAWATAN
18
NAMA : KAMAR :
UMUR : NO. REGISTER :
19
verbal dalam rasa percaya dan
tulisan. keterbukaan.
Berikan sebanyak
Penting artinya bagi
mungkin pilihan
harga diri klien
dan kesempatanuntuk terus
untuk pembuatan
membuat keputusan
keputusan. sepanjang hal
tersebut
memungkinkan.
2 Perubahan nutrisi Setelah diberikan Kaji ABCD klien Data sebagai
asuhan secara perencanaan
kurang dari
keperawatan komperehensif. tindakan yang akan
kebutuhan tubuh selama 3 x 2 jam dilakukan.
kebutuhan nutrisi
berhubungna
klien dapat Ajak klien Memberikan
dengan perasaan terpenuhi. berdiskusi pandangan kepada
Dengan kriteria pentingnya klien perlunya
depresi.
hasil : makan bagi makan bagi tubuh.
Keadaan fisik tubuh.
klien tampak baik
20
kebutuhan keadaan hangat ,
sesuai selera dan
dianjukan dalam
terapi.
21
EVALUASI KEPERAWATAN
Adapun evaluasi yang harus dicapai berdasarkan dari intervensi yang diberikan :
22
DAFTAR PUSTAKA
Potter. Patricia A, (2005); Fundamental Keperawatan; konsep. Proses dan praktek (edisi
4): Jakarta :EGC
23