Anda di halaman 1dari 35

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2009-2013


3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
Keuangan daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan
otonomi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan belanja dan pembiayaan daerah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya sesuai prinsip anggaran berbasis kinerja.
Analisis kinerja keuangan Tahun 2009-2013, dimaksudkan untuk mengetahui rata-
rata pertumbuhan yang dapat dijadikan sebagai dasar analisis proyeksi keuangan ke
depan. Analisis kinerja keuangan dilaksanakan terhadap kinerja pelaksanaan APBD dan
neraca daerah Kota Banjar.
Keuangan Daerah Kota Banjar dikelola sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 jo. Permendagri Nomor59 Tahun 2007, jo Permendagri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-
undangan lain yang terkait.
Kinerja keuangan pemerintah daerah dapat dilihat dari kinerja pelaksanaan APBD
dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD ditunjukan dari belanja
(belanja langsung dan belanja tidak langsung), pendapatan daerah yang meliputi
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,
serta pembiayaan daerah. Sedangkan neraca daerah mencerminkan perkembangan
dari kondisi aset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah dan kondisi
ekuitas dana tersedia.
Kinerja pelaksanaan APBD Kota Banjar Tahun 2009-2013, digambarkan
berdasarkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah, sebagai berikut :

a. Pendapatan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah, dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih. Sumber penerimaan Kota Banjar
berasal dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan Daerah
terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 1


Umum dan Dana Alokasi Khusus; serta 3) Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang
sah meliputi Hibah, Dana Darurat, dan Lain-lain Pendapatan yang ditetapkan
Pemerintah. Sedangkan penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman
Daerah.
Realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan target dalam APBD Kota
Banjar Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013, secara rinci perkembangan realisasi dan
pendapatan daerah Kota Banjar serta kontribusi sumber-sumber pendapatan terhadap
total pendapatan dari tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1.

Bab III - Hal 2 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 3
Tabel 3.2
Persentase Realisasi Pendapatan Terhadap Target dalam APBD
Kota Banjar Tahun 2009 2013

Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran
Target Realisasi Persentase
2009 340.916.879.452,00 362.331.528.656,85 106,28
2010 375.794.842.473,84 384.139.244.220,00 102,22
2011 484.134.329.013,16 489.435.484.182,00 101,09
2012 541.818.392.663,00 545.085.309.774,00 100,60
2013 618.826.545.057,00 620.917.335.500,00 100,34
Sumber : DPPKAD Kota Banjar

Grafik 3.1
Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Banjar
Tahun 2009 - 2013

Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dapat dilihat dari proporsinya


terhadap total pendapatan daerah. Di Kota Banjar proporsi PAD terhadap total
pendapatan daerah dalam kurun waktu empat tahun (2009 2013) sangat minim, yaitu
sekitar 9,45% dari total Pendapatan. Dana Perimbangan dari pemerintah memberikan
kontribusi yang sangat tinggi terhadap pendapatan daerah sekitar 69,27%, dan sisanya
sekitar 21,28% berupa lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kontribusi masing-masing
sumber pendapatan daerah Kota Banjar dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Gambar 3.2.

Tabel 3.3
Proporsi Sumber Pendapatan Daerah Kota Banjar
Tahun 2009 2013

No Uraian Proporsi (%)

Bab III - Hal 4 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


2009 2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN
1. Pendapatan Asli Daerah 7,69 9,63 8,52 10.03 11,37
a. Pajak daerah 0,37 0,45 0,51 0.82 1,34
b. Retribusi daerah 5,60 7,28 6,80 0.79 0,84
c. Hasil pengelolaan keuangan daerah 0,59 0,72 0,51 0.46 0,45
yang dipisahkan
d. Lain-lain PAD yang sah 1,12 1,19 0,71 7.97 8,75
2. Dana Perimbangan 79,40 74,53 62,16 66.54 63,70
a. Dana bagi hasil pajak/bagi hasil 8,80 10,70 9,09 11.82 9,54
bukan pajak
b. Dana alokasi umum 61,48 59,54 48,93 51.71 51,07
c. Dana alokasi khusus 9,11 4,29 4,14 3.02 3,09
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang 12,92 15,83 29,32 23,42 24,93
Sah
a. Hibah
b. Dana darurat
c. Bagi hasil pajak dari provinsi dan 3,30 3,44 2,48 2,27 1,56
dari pemda lainnya
d. Dana Penyesuaian dan Otonomi 0,24 5,96 13,23 6,46 7,04
Khusus
e. Bantuan Keuangan dari provinsi 9,22 6,25 13,34 14,37 16,28
pemerintah daerah lainnya
f. Penerimaan cukai rokok 0,18 0,27 0,33 0,05
Sumber : DPPKAD Kota Banjar

Grafik 3.2
Rata-Rata Proporsi Sumber Pendapatan Daerah Kota Banjar
Tahun 2009 2012

b. Belanja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Untuk memperoleh
gambaran realisasi kebijakan pembelanjaan pada periode Tahun 2008 2013 dilakukan
melalui analisis belanja daerah.

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 5


Adapun kebijakan Belanja Daerah Tahun 2008 2013 adalah sebagai berikut :
1) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi :
a) Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan
tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;
b) Belanja Bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman
pemerintah daerah kepada pihak lainnya;
c) Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh masyarakat banyak;
d) Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam
bentuk uang, barang/jasa kepada pemerintah daerah atau pemerintah
daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik
telah ditetapkan peruntukannya;
e) Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain
bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan
bantuan partai politik;
f) Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah kepada Kabupaten/Kota;
g) Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada desa;
h) Belanja Tak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya yang
telah ditutup.

2) Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan


program dan kegiatan, meliputi :
a) Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS, honorarium non PNS
dan uang lembur, Belanja Pegawai BLUD, Belanja Jasa Non PNS;
b) Belanja Barang dan Jasa, untuk pengeluaran bahan pakai habis, bahan
material, jasa kantor, sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa
perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan
atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa
pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis,
perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya;
c) Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, gedung, alat-alat
berat, alat-alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak
bermotor, alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan diair tidak
bermotor, alat-alat bengkel, pengolahan pertanian dan peternakan,

Bab III - Hal 6 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


peralatan kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.
Gambaran tentang realisasi Belanja Daerah yang disajikan secara series
menginformasikan mengenai rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi Belanja
Daerah Kota Banjar sebagaimana dalam Tabel 3.4. Sedangkan persebaran proporsi
belanja daerah dapat dilihat pada Tabel 3.5.

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 7


Bab III - Hal 8 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
Tabel 3.5
Proporsi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
di Kota Banjar Tahun 2009 2013

Proporsi (%)
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
1. Belanja Tidak Langsung 57.50 57.29 47.22 48.23 43.73
a. Belanja Pegawai 35.80 45.12 38.56 41.71 36.75
b. Belanja Bunga - - - - -
c. Belanja Hibah 5.61 0.84 1.26 0.94 3.16
d. Belanja Bantuan Sosial 6.71 6.31 4.51 2.28 1.01
e. Belanja Bagi Hasil 0.08 0.08 0.06 2.72 0.00
f. Belanja Bantuan Keuangan 9.08 4.32 2.64 0.00 2.79
g. Belanja Tidak Terduga 0.65 1.39 0.48 1.37 -

2. Belanja Langsung 42.50 42.71 52.78 51.77 56.28


a. Belanja Pegawai 4.51 5.74 5.69 5.87 6.98
b. Belanja Barang dan Jasa 11.82 14.27 14.12 15.70 15.04
c. Belanja Modal 26.17 22.69 32.97 30.20 34.24
Sumber : DPPKAD Kota Banjar

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa selama periode 2009-2013 terjadi
kenaikan Belanja Langsung dari 42,50% pada tahun 2009 naik menjadi 56,28% pada
tahun 2013. Komposisi terbesar dari Belanja Langsung digunakan untuk Belanja Modal
dan Belanja Barang dan Jasa. Sedangkan Belanja Tidak Langsung mengalami penurunan
dari 57,50% pada tahun 2009 turun menjadi 43,73% pada tahun 2013. Penurunan ini
disebabkan karena sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Banjar belum membuka
penerimaan CPNS baru lagi sehingga kenaikan belanja pegawai dari 35,80% menjadi
36.75% adalah kenaikan dari jumlah pegawai yang ada. Penurunan jumlah belanja
hibah dan bantuan sosial juga turut mempengaruhi komposisi jumlah belanja tidak
langsung dalam kurun waktu 2009-2013.

c. Pembiayaan
Pembiayaan daerah merupakan setiap penerimaaan yang perlu dibayar kembali
atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Kebijakan pembiayaan
daerah terdiri dari Kebijakan Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan
Daerah diarahkan :
a) Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan (SiLPA) tahun sebelumnya sebagai
sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya, didasarkan pada
perhitungan yang cermat dan rasional;
b) Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban dalam prinsip
kehati-hatian;
c) SiLPA diupayakan menurun seiring dengan semakin efektifnya penggunaan
perencanaan anggaran;

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 9


d) Membentuk dana cadangan.
Kebijakan keuangan daerah, baik angka kebijakan pendapatan, belanja maupun
pembiayaan yang didukung dengan kebijakan keuangan negara, sebagaimana tertuang
dalam APBD Kota Banjar maupun APBN adalah untuk mendukung tercapainya target
sasaran perencanaan pembangunan Kota Banjar. Realisasi pembiayaan daerah Kota
Banjar selama tahun 2009 2013 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Bab III - Hal 10 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 11
3.1.2 Neraca Daerah
Analisis Neraca Daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas
serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca
Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban
(utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standard Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan
yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi
manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban
peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang terarah, dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Pemerintah
Kota Banjar selama kurun waktu 2009 2013 yang telah di audit seperti terlihat pada
Tabel 3.7.

Bab III - Hal 12 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 13
Bab III - Hal 14 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 15
Sedangkan untuk mengetahui kondisi rasio keuangan Pemerintah Kota Banjar,
dilakukan analisis terhadap rasio likuiditas dan solvabilitas. Secara lengkap,
perkembangan rasio keuangan Pemerintah Kota Banjar Tahun 2009 2013 dapat
dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8
Analisis Rasio Keuangan Pemerintah Kota Banjar
Tahun 2009 2013

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013


1. Rasio Likuiditas :
a. Rasio Lancar 65,68 107.29 145,67 323,24 211,32
b. Rasio Quick 62,23 99,71 126,18 298,38 187,15
2. Solvabilitas:
a. Rasio Total hutang terhadap 0,08598 0,05900 0,04526 0,02851 0,03239
Total asset
b. Rasio Hutang Terhadap 0,08606 0,05903 0,04528 0,02852 0,3238
Modal
Sumber : DPPKAD Kota Banjar

Berdasarkan tabel di atas, rasio keuangan yang dianalisis terdiri atas


rasiolikuiditas, solvabilitas dan aktivitas. Rasio likuiditas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio likuditas yang digunakan dalam analisis yaitu:
1. Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan kemampuan untuk membayar hutang yang segera
harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Berdasarkan tabel di atas, Rasio lancar pada
Tahun 2013 adalah sebesar 211,32. Hal ini berarti kemampuan membayar hutang
Pemerintah Kota Banjar sebesar 211 kali lebih.
2. Rasio Quick
Rasio Quick menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
Berdasarkan tabel di atas, Rasio Quick pada Tahun 2013 adalah sebesar 187,15.
Hal ini berarti kemampuan Pemerintah Kota Banjar dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya sangat baik.

Sedangkan Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan


Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Solvabilitas
terdiri atas:
1) Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset menunjukkan seberapa besar pengaruh
hutang terhadap aktiva, dimana semakin besar nilainya diartikan semakin besar
pula pengaruh hutang terhadap pembiayaan dan menandakan semakin besar
resiko yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Banjar.
Besar Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset pada Tahun 2013 sebesar 0,03239.

Bab III - Hal 16 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


Hal ini berarti pengaruh hutang terhadap aktiva sangat kecil.
2) Rasio Hutang Terhadap Modal
Rasio Hutang Terhadap Modal menunjukkan seberapa perlu hutang jika
dibandingkan dengan kemampuan modal yang dimiliki, dimana semakin kecil
nilainya berarti semakin mandiri, tidak tergantung pembiayaan dari pihak lain.
Pada Tahun 2013 Rasio Hutang Terhadap Modal Pemerintah Kota Banjar sebesar
0,03238. Hal ini menunjukkan bahwa nilai total hutang berada di bawah nilai
modal yang dimiliki Kota Banjar, dan semakin mandiri serta tidak tergantung pada
hutang.

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2009-2013


Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar tercermin pada
kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD. Pengelolaan keuangan
daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah,
efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi
pembiayaan daerah.
Keuangan daerah merupakan tatanan, perangkat, kelembagaan dan kebijakan
anggaran daerah. Keuangan daerah terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan
daerah yang harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab serta taat pada peraturan perundang undangan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pendapatan daerah, belanja daerah,
pembiayaan daerah, kebijakan pengelolaan keuangan daerah ditetapkan sebagai
berikut :
1) Optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah dilakukan melalui:
a. Penyempurnaan/penyederhanaan sistem pelayanan, Penambahan gerai-
gerai pembayaran dan pembaharuan perangkat keras di unit pelayanan pajak
Kota Banjar;
b. Penyempurnaan landasan hukum dan penegakan hukum bagi wajib pajak
dan retribusi;
c. Peningkatan pemahaman dan kesadaran wajib pajak mengenai ketentuan
pajak dan retribusi daerah;
d. Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan pemungutan pendapatan
daerah;
e. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar unit satuan kerja terkait;
f. Peningkatan kualitas aparat pajak/retribusi daerah;
g. Pengkajian objek-objek baru yang belum tertuang dalam lampiran Perda
retribusi;
h. Mengevaluasi secara berkala sistem tarif maupun administratif dari beberapa
pungutan sehingga lebih efisien secara ekonomi dan efektif.
2) Pengkajian setiap jenis pungutan baru yang akan diterapkan;
3) Meningkatkan kontribusi BUMD dengan upaya pengelolaan BUMD secara efisien
dan efektif melalui perbaikan manajemen dan peningkatan profesionalisme
BUMD serta memperkuat BUMD;

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 17


4) Menginventarisir serta mengoptimalkan pendayagunaan aset-aset daerah pada
OPD untuk peningkatan Pendapatan Daerah;
5) Optimalisasi Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak.

3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran


Analisis proporsi realisasi terhadap anggaran Pemerintah Kota Banjar bertujuan
untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran
pembiayaan pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan untuk
menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa datang
dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Belanja daerah
terdiri dari :
a. Belanja Langsung : Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja pegawai, barang dan
jasa, serta belanja modal.
b. Belanja Tidak Langsung : Belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari belanja pegawai,
hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan kepada pemerintah desa serta belanja
tidak terduga.
Belanja Daerah Pemerintah Kota Banjar selama kurun waktu lima tahun (2009
2013) cenderung mengalami peningkatan, baik belanja langsung maupun tidak
langsung. Secara proporsional, belanja tidak langsung lebih besar dibandingkan belanja
langsung. Hal tersebut dikarenakan dalam struktur belanja tidak langsung terdapat
belanja hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan, dan bagi hasil dengan persentase
yang relatif besar.
Selanjutnya komposisi untuk pemenuhan belanja aparatur Pemerintah Kota
Banjar, sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.9 dan Tabel 3.10.

Bab III - Hal 18 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 19
Pada Tabel 3.10 menggambarkan bahwa total belanja untuk pemenuhan
kebutuhan aparatur dibandingkan dengan total pengeluaran dari Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2013 berkisar pada angka 42% sampai dengan 53%, dimana pada tahun
2010 mengalami kenaikan sebesar 9,21% dari 42,61% menjadi 51,82%, sedangkan pada
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 6,63% dari 51,82% menjadi 45,20%. Pada
tahun 2012 kembali mengalami kenaikan sebesar 8,22% dari 45,20% menjadi 53,42%
dan pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan sebesar 5,95% dari 53,42%
menjadi 47,47%.

3.2.2 Analisis Pembiayaan


Analisis Pembiayaan Daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran dari
pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya
terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
pembiayaan di masa yang akan datang dalam rangka penghitungan kapasitas
pendanaan pembangunan daerah.
Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, dalam penyusunan APBD
dimungkinkan adanya defisit. Untuk menutup defisit diperlukan pembiayaan daerah.
Pembiayaan daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun
lalu (SiLPA) secara konsep APBD setiap tahun bernilai Rp.0,00 dan SiLPA Riil merupakan
dampak dari pelaksanaan APBD, sebagaimana ditunjukkan padaTabel 3.11 dan 3.12.

Bab III - Hal 20 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 21
Bab III - Hal 22 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
3.3 Kerangka Pendanaan
3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
Pengeluaran Wajib dan Mengikat dari tahun ke tahun meningkat secara
signifikan, hal tersebut ditunjukkan pada Tahun 2009 sejumlah Rp. 135.929.306.509,73
menjadi sejumlah Rp. 194.569.326.517,00 pada tahun 2013. Dengan pengeluaran
terbesar pada belanja tidak langsung, seperti yang terlihat Tabel 3.13.

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 23


Bab III - Hal 24 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
3.3.2 Proyeksi Pendapatan dan Belanja Daerah
Dengan melihat performa Pendapatan Daerah tahun 2009-2013, pada masa yang
akan datang pendapatan daerah diharapkan dapat meningkat lebih tinggi lagi, yang
diikuti dengan berbagai upaya-upaya untuk dapat mencapainya.
Tahun 2014-2018, dirumuskan beberapa kebijakan pendapatan yang diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Intensifikasi Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
b. Penambahan jenis pungutan retribusi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 97
Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
c. Penyesuaian Tarif Pajak dan Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak tertentu;
d. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan umum kepada masyarakat/wajib
pajak;
e. Pemberlakuan Pajak Rokok pada Tahun 2014 sesuai Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
f. Membangun sistem dan prosedur administrasi pelayanan perpajakan dan
retribusi berbasis online system;
g. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta profesionalisme SDM
Aparatur;
h. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka optimalisasi
penerimaan DBH Pajak/Bukan Pajak;
i. Optimalisasi dan pemberdayaan aset daerah;
j. Meningkatkan kualitas manajemen aset daerah;
k. Meningkatkan kontribusi BUMD;
l. Penyempurnaan Dasar Hukum Pungutan.
Berdasarkan kebijakan tersebut di atas dan dengan mempertimbangkan laju
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, maka proyeksi pendapatan daerah Pemerintah
Kota Banjar Tahun 2014-2018 sebagaimana Tabel 3.12 disusun dengan asumsi:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihitung dengn proyeksi sekitar 8% pertahun;
b. Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dihitung sama
dengan penerimaan tahun lalu;
c. Dana Alokasi Umum yang menyangkut kebijakan pusat dihitung dengan kenaikan
sekitar 9% per tahun.
Kebijakan tersebut di atas diformulasikan sedemikian rupa sehingga diperoleh
proyeksi pendapatan sebagaimana Tabel 3.14.

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 25


Bab III - Hal 26 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
Sementara untuk Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2014 2018 adalah sebagai
berikut :
a. Diarahkan untuk mendanai belanja yang bersifat wajib dan mengikat untuk
menjamin kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat;
b. Membiayai program kegiatan yang menjadi prioritas Kota Banjar untuk 5 (lima)
tahun ke depan;
c. Memenuhi pelaksanaan program prioritas daerah sesuai dengan urusan
pemerintahan yang harus dilaksanakan;
d. Memenuhi pelaksanaan program yang berstandar pelayanan minimal dan
operasional;
e. Mengakomodir program pembangunan yang dijaring melalui aspirasi masyarakat
dalam Musrenbang;
f. Mengedepankan program-program yang menunjang pertumbuhan ekonomi,
peningkatan penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan;
g. Mempertahankan alokasi belanja sebesar 20% untuk pembiayaan pendidikan.
Secara lengkap, proyeksi kebutuhan belanja daerah Tahun 2014 2018 dapat
dilihat pada Tabel 3.15.

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 27


Bab III - Hal 28 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang dari sisi penerimaan
yaitu dengan menggunakan prakiraan penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun sebelumnya dan penerimaan dari pinjaman daerah, penyertaan modal dalam
rangka pemenuhan kewajiban, serta membentuk dana cadangan dari sisi pengeluaran.
Gambaran rencana Pembiayaan Daerah Tahun 2014 2018 dapat dilihat pada Tabel
3.16.

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 29


Bab III - Hal 30 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018
3.3.3 Perhitungan Kerangka Pendanaan
Selanjutnya untuk menentukan kapasitas riil keuangan daerah dihitung dengan
mengisi Tabel 3.17.

Rancangan RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 31


Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh proyeksi kapasitas Riil Kemampuan
Keuangan Daerah. yang kemudian akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
Anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang belum dialokasikan
dengan proyeksi seperti digambarkan pada Tabel 3.18.

Bab III - Hal 32 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 33
Berdasarkan kerangka pendanaan Tahun 2014-2018 akan dilaksanakan berbagai

Bab III - Hal 34 RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018


program dalam rangka mengatasi permasalahan dan untuk pencapaian target indikator
pembangunan di Kota Banjar Tahun 2014-2018 melalui dana APBD Kota Banjar.
Mengingat besarnya permasalahan dan keterbatasan APBD Kota Banjar diperlukan
dukungan sumber pendanaan lainnya yaitu APBN, APBD Provinsi Jawa Barat, Lembaga
Donor, Corporate Social Responsibility/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(CSR/PKBL) dan partisipasi masyarakat.

RPJMD Kota Banjar Tahun 2014-2018 Bab III - Hal 35

Anda mungkin juga menyukai