Jawa Tengah
DAFTAR ISI
1
Halaman judul...............................................................................i
Halaman pengesahan ....................................................................1
Daftar isi........................................................................................2
Prakata ..........................................................................................3
BAB I Pendahuluan ......................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................7
BAB III Hasil Kegiatan ................................................................29
BAB IV Penutup ..........................................................................32
Daftar Pustaka ..............................................................................34
Lampiran ......................................................................................35
Form Berita Acara Presentasi Portofolio ...................................... 39
PRAKATA
2
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahma dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik laporan ini.
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh Progam Dokter Internship di Puskesmas Gabus 1 Kabupaten Pati.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat menjadi bahan informasi yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran, khususnya dibidang kesehatan
masyarakat
Wassalam.
, Pati
Dokter internship
BAB 1
PENDAHULUAN
3
I. LATAR BELAKANG
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika
mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah
setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat.
Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya.
Dalam proses alam, sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam itu
berlangsung.
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan
manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada
pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan
yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu saja akan
mendatangkan serangga (lalat, kecoa, kutu, dan lai-lain) yang membawa
kuman penyakit.
Akan tetapi manusia tidak menyadari bahwa setiap hari pasti manusia
menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik.
Sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis
sampah tersebut, menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, perlu
adanya pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah yang merupakan sisa
aktivitas manusia setiap hari sering kali menjadi penyebab kotornya
lingkungan. Menurut Dwiyatmo (2007:25), bersih atau kotornya lingkungan
sangat dipengaruhi oleh manusia yang berada di lingkungan itu. Manusia
sebagai makhluk berakal mendapatkan tugas dari Tuhan untuk memelihara
lingkungan ini. Bukan berarti dengan manusia yang memiliki akal bertugas
memelihara lingkungan, lingkungan menjadi bersih dan aman. Berbagai
permasalahan lingkungan pun bermunculan. Permasalahan lingkungan yang
dimaksud di sini adalah menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah,
air, udara, dan suara (Rahayu, T.Puji, 2010:20). Pencemaran terjadi murni
aktivitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil
4
penelitian mengenai Perbedaan Kepedulian Mahasiswa terhadap
Lingkungan Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Daerah Asal, ternyata 47%
mahasiswa membuang sampah sembarangan, dan kebanyakan dari
mahasiswa tersebut belum mampu memisahkan sampah organik dan
anorganik. Padahal, sampah tersebut ada yang mampu diurai dan sulit
terurai. Ini membuktikan bahwa kesadaran untuk membuang dan
memisahkan sampah menurut jenisnya masih rendah. Jenis sampah yang
dapat diurai, saat ini dapat diubah menjadi kompos dengan cara sederhana.
Kepemilikan sarana sanatasi dasar tahun 2012 yang di miliki oleh
keluarga meliputi kepemilikan jamban, tempat sampah dan pengelolaan air
limbah dari 387.771 keluarga yang diperiksa mempunyai jamban 307.704
( 79,37 % ) dan dinyatakan sehat 183.504 ( 59,62 % ), tempat sampah yang
memiliki 314.213 ( 81 % ) dinyatakan sehat 161.126 ( 51,28 % ),
pengelolaan air limbah jumlah 277.599 ( 71,59 % ) dinyatakan sehat 181.222
( 65,28 % ).
II. TUJUAN
1. Tujuan umum
5
Meningkatkan pengetahuan tentang pemilahan sampah limbah
pada sampah rumah tangga
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pemilahan sampah
b. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya merubah pola
hidup menjadi pola hidup sehat agar menjadi bersih dan sehat
III. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
Konseling dan edukasi ini diharapkan dapat ikut mengembangkan ilmu
kedokteran khususnya pada bidang upaya wajib kesehatan lingkungan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi puskesmas
Membantu dalam pengembangan program upaya kesehatan
lingkungan.
b. Bagi masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan tentang pemilahan sampah
limbah pada sampah rumah tangga
2. Meningkatkan pengetahuan tentang pemilahan sampah
3. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya merubah pola
hidup menjadi pola hidup sehat agar menjadi bersih dan sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment).
Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005). Manfaat PHBS adalah terwujudnya
rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta
meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam
lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-
masalah kesehatan lain, menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan
bersumber masyarakat (Depkes, 2006).
7
Pap Smear. 16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai
prioritas masalah kesehatan yang ada di Daerah.
Indikator PHBS di setiap Tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari
indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5 (lima) tatanan, yaitu tatanan
rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah,
tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator Tatanan Rumah Tangga :
a. Perilaku : 1. Tidak merokok. 2. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan. 3. Imunisasi. 4. Penimbangan balita. 5. Gizi
Keluarga/sarapan. 6. Kepesertaan Askes/JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). 7. Menggosok gigi sebelum
tidur. 8. Olah Raga teratur. Selain diatas beberapa perilaku dalam
menghindari penyakit kulit yaitu dengan melakukan: 1. Mencuci
pakaian dengan air bersih. 2. Mencuci handuk dengan air bersih. 3.
Tidak tidur berdesakan. 4. Mandi teratur minimal 2x sehari. 5.
Mencuci tangan dengan sabun. 6. Tidak memakai handuk secara
bergantian. 7. Tidak tukar menukar pakaian dengan orang lain. 8.
Menjemur kasur secara teratur. 9. Menjaga daya tahan tubuh. 10.
Menjaga kebersihan tangan, kaki, kuku dan rambut. Kebersihan kaki
sama halnya dengan kebersihan tangan yaitu dalam kebersihannya
harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas dari
penyakit khususnya penyakit kulit (Hadijah, 2008).
b. Lingkungan : 1. Tersedia jamban yang sehat. 2. Tersedia air
bersih. 3. Tersedia tempat sampah. 4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran
Air Limbah). 5. Rumah sehat. 6. Kepadatan.
8
b. Lingkungan : 1. Ada jamban. 2. Ada air bersih. 3. Ada
tempat sampah. 4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah). 5.
Ventilasi. 6. Pencahayaan. 7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).
8. Ada kantin. 9. Terbebas dari bahan berbahaya. 10. Ada klinik.
9
(Pamsismas, 2010). a. Sampah kering Sampah kering yaitu sampah yang tidak
mudah membusuk atau terurai seperti gelas, besi, plastik, b. Sampah Basah
Sampah basah yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sisa
sayuran, daun, ranting, bangkai binatang c. Sampah berbahaya beracun Sampah
berbahaya dan beracun yaitu sampah yang karena sifatnya dapat membahayakan
manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah nuklir, batu
baterai bekas. Identifikasi masalah dilakukan untuk memahami sarana
pembuangan sampah yang sehat dan tidak sehat.
Selain itu juga memahami perilaku baik dan tidak baik yang berkaitan
dengan sampah (Pamsismas, 2010). a. Tempat sampah 1. Sarana pembuangan
sampah yang sehat harus memehuni beberapa persyaratan yaitu, cukup kuat,
mudah dibersihkan dan dapat menghidarkan dari jangkauan serangga dan tikus.
Oleh karena itu tempat sampah harus mempunyai tutup dan selalu dalam
keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat 2. Membuang
sampah di atas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat menyebarkan bau
yang tidak sedap dan mengundang serangga dan tikus. Selain itu dapat
mencemari sumber air seperti sungai dan sumur . b. Perilaku yang sehat dan
tidak sehat berkaitan dengan sampah 1. Sampah harus diperlakukan dengan
benar agar tidak membahayakan manusia bahkan dapat mendatangkan manfaat.
2. Sampah dikumpulkan di tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan atau
dibuang di lubang tanah dan menguburnya, sehingga tidak dijangkau serangga
dan tikus. 3. Seringkali masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar,
namun cara ini tidak sehat karena asap yang ditimbulkan dapat mengganggu
kesehatan manusia bahkan keracunan. 4. Sampah yang sudah terkumpul
diangkut setiap hari ke tempat penampungan sampah sementara atau ke tempat
pembuangan sampah akhir pada suatu lahan yang diperuntukkan atau ke tempat
pengolahan sampah. 5. Bermain di tempat sampah sangat berbahaya karena
dapat sakit atau terluka oleh benda tajam seperti beling, paku. Bila tidak
menggunakan alas kaki maka cacing dapat masuk melalui kaki.
10
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar
kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi
atau mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan (Pamsismas, 2010).
B. Sampah
1. Pengertian Sampah
2. Timbulan Sampah
11
2. Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau
0,625-0,70 kg/orang/hari
Keterangan :
Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000<p<500.000.
Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan
langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan
timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai satuan skala kuantitas perorang
atau perunit bangunan dan sebagainya. Rata- rata timbulan sampah tidak akan
sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan negara
lainnya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri dan
Padmi, 2004):
13
makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa
kotoran serta bangkai hewan.
5. Jenis Sampah
6. Karakteristik Sampah
15
b) Sampah Kering (Rubbish) adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat
terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdangangan, kantor-
kantor.
c) Abu (Ashes) adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat yang
mudah terbakar seperti rumah, kantor maupun dipabrik-pabrik industri.
d) Sampah Jalanan (Street Sweping) adalah sampah yang berasal dari
pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan
tenaga mesin yang terdiri dari kertas kertas, dedaun daunan dan lain lain.
e) Bangkai binatang (Dead animal) adalah jenis sampah berupa sampahsampah
biologis yang berasal dari bangkai binatang yang mati karena alam, penyakit
atau kecelakaan.
f) Sampah rumah tangga (Household refuse) merupakan sampah campuran yang
terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.
g) Bangki kenderaan (Abandonded vehicles) adalah sampah yang berasal dari
bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api.
h) Sampah industri merupakan sampah padat yang berasal dari industriindustri
pengolahan hasil bumi / tumbuh-tubuhan dan industri lain
i) Sampah pembangunan (Demolotion waste) yaitu sampah dari proses
pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing,
potongan-potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya (Notoatmodjo,
2003).
j) Sampah khusus adalah jenis sampah yang memerlukan penanganan khusus
misalnya kaleng cat, flim bekas, zat radioaktif dan lain-lain (Mukono, 2006).
16
Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun
kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam dapat mempengaruhi
jumlah dan jenis sampahnya.
Tempat pembuangan akhir atau TPA adalah suatu areal yang menampung
sampah dari hasil pengankutan dari TPS maupun lansung dari sumbernya (bak /
tong sampah) dengan tujuan akan mengurangi permasalah kapsitas / timbunan
sampah yang ada dimasyarakat (Suryono dan Budiman, 2010). Di TPA, sampah
masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu
panjang.
17
Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi
pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll
Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.
Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul.
Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor.
b. Control Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan
lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang
ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan
pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan
dan kestabilan permukaan TPA. Metode Control landfill dianjurkan
untuk diterapkan dikota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan
metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:
Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan.
Pos pengendalian operasional.
Fasilitas pengendalian gas metan.
Alat berat.
c. Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah suatu sistem pengolahan sampah
dengan mengandalkan areal tanah yang terbuka dan luas dengan
membuat lubang bertempat sampah dimasukkan kelubang tersebut
kemudian ditimbun, dipadatkan, diatas timbunan sampah tersebut
ditempatkan sampah lagi kemudian ditimbun kembali sampai
beberapa lapisan yang terakhir di tutup tanah setebal 60 cm atau
lebih (Suryono dan Budiman, 2010). Metode ini merupakan metode
standar yang dipakai secara Internasional dimana penutupan sampah
dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat
18
diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana
dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga
sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan.
9. Pengelolaan Sampah
Adapun halhal yang dibahas dalam pembahasan ini yakni sebagai berikut
19
b) Metode Pengelolaan Sampah
23
recycling (daur ulang) akan menhasilkan barang-barang dengan:
1. Bentuk dan fungsinya tetap Misalnya: daur ulang kertas dengan
hasil dan bentuk yang sama. 2. Bentuk berubah tetapi fungsi tetap
Misalnya: daur ulang botol bekas air mineral 3. Bentuk berubah
dan fungsi pun berubah Misalnya: plastik menjadi sedotan, bekas
sedotan menjadi hiasan, dll. Tidak semua jenis sampah yang bisa
digunakan dalam metode ini, memerlukan peralatan yang relative
mahal bila dilaksanakan secara mekanis, kurang sehat bagi
pemulung sampah(informal).
4. Composting
Composting adalah suatu cara pengelolaan sampah secara
alamiah menjadi bahan yang sangat berguna bagi petanaman /
pertanian dengan memanfaatkan kembali sampah organik dari
sampah tersebut dengan hasil akhir berupa pupuk kompos yang
tidak menbahayakan penggunaanya (Suryono dan Budiman,
2010). Pengomposan dilakukan untuk sampah organik, kegiatan
ini dilakukan secra terbuka (aerob) mapun tertutup (anaerop)
(Purwendro dan Nurhidayat, 2008). Material yang dapat yang
dapat dijadikan kompos yaitu bahan-bahan organik padat
misalnya limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar / kota, kotoran / limbah peternakan, limbah-limbah
pertanian, limbahlimbah agroindustri.
Bahan organik yang sulit dan tidak diikutkan dalam proses
composting karena tidak mudah menbususk atau mengandung
bahan kimiawi yang menggangu proses dekomposisi sebagi
berikut: 1. Plastik, kaca, logam, kayu keras atau kayu yang
mengandung bahan kimia. 2. Daging, tulang, duri ikan, kulit
kerang, kulit telur, dll. 3. Produk-produk yang berasal dari susu.
4. Sisa makanan berlemak. 5. Rumput liar atau sayuran yang
mengandung biji bakal tumbuh, bila tetap akan dipakai maka
biji-bijian ini harus dimatikan dulu dengan membungkus dengan
24
plastik hitam/kresek dan dijemur diterik mata hari selama 2-3
hari sampai yakin biji-bijian itu sudah mati. 6. Kotoran hewan
peliharaan yaitu anjing dan kucing. 7. Kulit keras buah kenari,
buah kemiri, batok kelapa, kulit durian. 8. Arang, abu, abu
rokok. 9. Tembakau dan puntung rokok.
Persyaratan kompos menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI 19-7030- 2004) adalah: 1. Berwarna kehitaman 2. Berbau
tanah 3. Tidak mengandung bahan asing seperti bahan
anorganik, logam berat, B3, kimia organik seperti pestisida. 4.
Sebaiknya temperatur pada proses biologi/bakteriologis antara
45- 55 C. Jangan sampai kurang dari 45 C dan jangan sampai
lebih dari 66 C. 5. pH (derajat keasaman) dijaga agar tidak lebih
dari 8, yang paling baik berkisar 7-8. Apabila terlalu tinggi akan
mengurangi Nitrogen karena akan berubah menjadi amoniak
(Suryono dan Budiman, 2010). 6. Kelembaban optimal 50-55%.
Mengolah sampah menjadi kompos (pupuk organik) dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga
memerlukan mesin (skala industri atau komersial). Proses
pembuatan kompos perlu disiapkan lahan yang relatif luas untuk
proses penempatan pertama dan proses pembalikan.
Menurut Suryono dan Budiman (2010) proses
pembuatang composting sebagai berikut: 1. Setelah dipisahkan
dari bahan-bahan yang tidak diperlukan (bahan nonorganik dan
bahan sukar menbusuk), dilakukan pengecilan volume sampah
dengan memotong atau merajang sampai ukuran 2,5-8 cm.
Setelah itu dilakukan penimbangan bahan yang akan diproses,
penimbangan untuk mengetahui perbandingan antara sampah
sebelum menjadi kompos dengan yang sudah menjadi kompos.
2. Dilakukan penambahan nutrisi dan pengatur kelembapan
dengan mencampur air kotor atau kotoran hewan dengan ukuran
1-5% berat sampah. Kemudian diaduk sampai rata. 3.
25
Selanjutnya bakal kompos tersebut ditaruh ditempat terbuka
dalam bentuk gundukan atau bedengan yang terlindung dari
sinar matahari atau hujan (diberi atap, atau ditutup plastik, atau
daun pisang). panjang bedengan sampai 3m dan lebarnya 1,2 m,
tinggi tiap lapisan 15-30 cm disusun sampai tinggi maksimal 1,2
m. Setiap lapisan diperciki air untuk menjaga kelembapan,
namun jangan sampai terlalu basah atau becek. 4. Untuk
terjaminnya proses aerobik, setiap minggu dilakukan
pembalikan, lapisan atas menjadi lapisan bawah dan setiap
lapisan tertentu dilakukan pengadukan. Untuk sempurnanya
proses, maka perlu lahan kosong disamping gundukan lama
yang sama luasnya dengan gundukan pertama, dan lahan kosong
bekas gundukan yang telah dipindahkan ini dapat diisi sampah
yang baru. 5. Dalam waktu 5 minggu apabila proses berjalan
baik, akan terlihat kompos berwarna kehitam-hitaman. Untuk
lebih memantapkan dan stabilisasi kompos ini dapat
ditambahkan waktunya sampai 2-4 minggu. 6. Apabila proses
berjalan sempurna maka hasil composting berupa pupuk kompos
yang berwarna hitam kelabu, lunak ,dan tidak berbau kecuali
bau khas kompos.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Tanaman yang dipupuk dengan kompos
juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa
aspek:
Aspek Lingkungan a) Mengurangi polusi udara karena
pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah
26
organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah. b) Mengurangi kebutuhan lahan untuk
penimbunan.
Aspek Ekonomi : a) Mengurangi volume/ukuran limbah. b)
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek bagi tanah / tanaman: a) Meningkatkan kesuburan
tanah. b) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah. c)
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah. d)
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah. e) Meningkatkan
kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). f)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
27
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Tujuan
Setelah diberikan konseling dan edukasi selama 15 menit, keluarga
Ny. S diharapkan memahami tentang pentingnya memilah limbah sampah
dan memasukannya ke setiap tong sampah yang berbeda sesuai
kelompoknya. Sehingga limbah rumah bisa diuraikan sesuai kelompoknya
masing masing.
B. Metode
Metode yang digunakan adalah konseling dan tanya jawab.
C. Media
Media yang digunakan yaitu : leaflet dan alat peraga
D. Sasaran
Keluarga Ny. S
E. Waktu
Konseling dan edukasi pemilihan limbah rumah tangga dilaksanakan
pada :
a. Hari, tanggal : Jumat, 23 Desember 2016
b. Jam : 11.00 WIB - selesai
F. Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di rumah keluarga Ny. S desa Plumbungan,
kecamatan Gabus, Kabupaten Pati
Seting tempat penyuluhan :
Ny. S Konselor
IV. KEGIATAN
28
Langkah - Waktu kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
langkah
l. Pendahuluan 2 menit 1. Menyampaikan salam Mebalas salam,
2. Memperkenalkan diri
mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menyampaikan kontrak dengan aktif,
waktu berpartisipasi
5. Menggali presepsi
aktif
keluarga Ny. S
2. Penyajian 10 Menjelaskan tentang materi Menyimak
menit yang akan disampaikan dengan baik
Tentang macam- macam sampah
limbah rumah tangga dan
bagaimana memilahnya sesuai
kelompok sampahnya
3. Penutup 3 menit Memberikan kesempatan untuk Ny. S bertanya
bertanya dan menyampaikan dan berperan
kesimpulan aktif serta
menyimak
dengan baik
V. EVALUASI
a. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
Keluarga Ny. S berperan aktif selama jalannya Konseling
b. Evaluasi hasil
Bentuk : tanya jawab
Jumlah : 3 buah
o Apa saja sampah limbah rumah tangga ?
o Bagaimana memilahnya ?
o Apa penyebabnya bila tidak dipilah ?
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
30
dengan mendaur ulang sampah, melak.ukan penimbunan sampah,
dan tentunya kesadaran dari masing-masing individu.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Jenis-jenis sampah secara umum terbagi
menjadi 2, yaitu sampah organic dan anorganik. Sampah
menimbulkan beberapa masalah terhadap lingkungan hidup dimana
sampah menyebabkan kerusakan lingkungan, munculnya penyakit,
terjadinya banjir, sampai kerugian ekonomi. Upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari sampah ialah
dengan mendaur ulang sampah, melak ukan penimbunan sampah,
dan tentunya kesadaran dari masing-masing individu agar bisa
dilaksanakan sendiri dirumah dalam rangka menjaga kesehatan di
masyarakat desa Plumbungan, kecamatan Gabus, kabupaten Pati.
B. Saran
31
32
LAMPIRAN LAMPIRAN
1. Leaflet
33
2. Foto Kegiatan
34
35
36
37