Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian Hama Dan Penyakit
Hama lain yang sering merusak tanaman karet, khususnya yang berada di pinggir
hutan antara lain: Babi hutan, Rusa, Kijang, Tapir, Monyet, Tupai dan Gajah. Rata-rata
hewan tersebut menjadi hama yang memakan daun-daun karet atau bahkan merusak
tanaman karet dengan menginjak-injak tanaman yang baru ditanami.
B. Penyakit
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman karet
umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat
serangan penyakit, kerugian lain adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk
menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus mendapat perhatian penuh, serta
pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting.
MULOK XII IPS. Choryna Dewi Usna, S.Pd.
Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh
3
cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus kerugiannya tidak begitu besar.
Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun.
Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat
miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit
dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna
cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang
membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan
buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian
bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna
cokelat.
Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-
daun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan
ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit akan
menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini
tanaman karet terserang penyakit akar putih atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan tajuk
dan akar dengan bantuan mulsa.
Akar putih termasuk penyakit berbahaya jika dilihat dari akibat yang
ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman muda
berumur 2 - 4 tahun, meskipun bisa juga menyerang tanaman berumur enam tahun.
Serangan pada umur tiga tahun bisa mengakibatkan kematian dalam waktu enam bulan
sejak terinfeksi dan pada umur enam tahun menyebabkan kematian setelah setahun
terserang. Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan
sisa-sisa akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini.
Penyebarannya bisa dengan bantuan angin yangmenerbangkan spora ini. Spora
yang jatuh di tunggul atau sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul
ini jamur menjalar ke akar dan akhirnya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya.
merah tua di akar-akarnya. Miselia tersebut menempel sangat erat dan mengikat butiran
4 tanah, sehingga menjadi seperti berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut
akanberwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah.
Infeksi terjadi jika akar tanaman sehat bersentuhan dengan akar tanaman sakit atau akar
yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga terjadi
jika spora jatuh di leher akar karena tiupan angin.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan
pengendalian penyakit akar putih.
b. Kanker Bercak.
Penyakit kanker bercak muncul akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang
memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang kurang jelas dilihat dengan mata
telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang bisa bertahan hidup lama di
dalam tanah.
Gejala serangan penyakit ini tidak mudah dikenali karena serangannya dimulai dari
bawah kulit. Kulit yang sakit baru terlihat jika dilakukan pengerokan kulit batang atau
kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar meluas
ke samping, kambium, dan bagian kayu. Bagian yang sakit biasanya mengeluarkan cairan
lateks berwarna cokelat kemerahan dengan bau busuk. Kadang-kadang terjadi
pengumpulan lateks di bawah kulit, sehingga membuat kulit batang pecah dan membuka.
Di bagian terbuka tersebut sering dimasuki serangga penggerek batang. Penyakit ini
MULOK XII IPS. Choryna Dewi Usna, S.Pd.
menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan,
5 sehingga tanaman akan merana dan akhirnya mati. Penyakit ini lebih banyak menyerang
tanaman karet di kebun-kebun berkelembaban tinggi atau terletak di daerah beriklim
basah.
Angin dan hujan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin
menerbangkan spora dan percikan air hujan di tanah dekat tanaman bisa memindahkan
spora dari tanah ke batang tanaman sehat. Agar pengendalian penyakit dapat dilakukan
sedini mungkin, selama musim hujan seminggu sekali harus dilakukan pemeriksaan
tanaman.
a. Kanker Garis.
Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker
bercak, yakniPhytophthora palmivora. Infeksi cendawan ini mengakibatkan kerusakan
berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan di bekas bidang sadap lama, sehingga
penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penyakit ini umumnya berjangkit di kebun-kebun
berkelembaban tinggi, terletak di wilayah beriklim basah, serta di kebunkebun yang
penyadapannya terlalu dekat dengan tanah.
Gejala serangan penyakit kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih
dan tidak begitu jelas menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang
terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman. Dalam
MULOK XII IPS. Choryna Dewi Usna, S.Pd.
perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang tampak
6 seperti retakan membujur di kulit pulihan. Pada beberapa kasus, di bawah kulit yang baru
pulih akan terbentuk gumpalan lateks yang bisa menyebabkan pecahnya kulit. Dari
pecahan kulit ini akan keluar tetesantetesan lateks berwarna cokelat yang berbau busuk.
Karena rusak, pemulihan kulit akan terhambat. Agar pengendalian penyakit bisa
dilakukan sedini mungkin, perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat pada seluruh
tanaman setiap hari sadap selama musim hujan.
Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit ini sebagai berikut:
Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah.
Sebelum digunakan pisau sadap diolesi fungisida Difolatan 4 F 1 % atau Difolatan 80
WPl %.
Pengendaliannya bisa dilakukan dengan mengoleskan fungisida Difolatan 4 F 2%,
Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5 % di jalur selebar 510 cm di
atas dan di bawah alur sadap menggunakan kuas segera setelah dilakukan penyadapan
atau paling baik setelah pemungutan lateks yang belum membeku. Setelah sembuh,
bidang sadap ditutup dengan Secony CP 2295 A.
b. Mouldy rot.
Jarak tanam jangan terlalu rapat dan tanaman penutup tanah rutin dipangkas agar
7 kebun tidak lembab.
Kegiatan penyadapan jangan terlalu sering dan jika perlu saat serangan menghebat
kegiatan penyadapan dihentikan.
Sebelum penyadapan, pisau yang akan digunakan dicelupkan ke larutan Difolatan 4 F
1% atau Difolatan 80 WP 1%.
c. Brown Blast.
Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan
karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika disertai penggunaan bahan
perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tanaman yang terlalu subur,
berasal dari biji, dan tanaman yang sedang membentuk daun baru.
Gejala penyakit ini dapat dilihat dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian
alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak
mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat karena
terbentuk gum (blendok). Kulit menjadi pecah-pecah dan di batang terjadi pembengkakan
atau tonjolan.
Penyakit ini berbahaya karena bisa menurunkan produktivitas lateks dalam jumlah
yang cukup signifikan karena alur sadap mengering, sehingga tidak bisa mengalirkan
lateks. Meskipun tidak mematikan dan tidak menular ke tanaman lain, penyakit ini bisa
meluas ke kulit yang seumur di tanaman yang sama. Agar penyakit ini terdeteksi sejak
dini, perlu dilakukan pemeriksaan tanaman setiap hari, terutama di kebun-kebun yang
disadap dengan intensitas terlalu tinggi.
Beberapa upaya pengendalian yang bisa dilakukan sebagai berikut.
Jangan melakukan penyadapan terlalu sering dan dianjur-kan mengurangi
penggunaan bahan perangsang lateks, terutama pada klon-klon yang peka terhadap
brown blast, seperti PR 255, PR 261, dan BPM 1.
Tanaman yang kulitnya tidak bisa disadap lagi sebaiknya tidak disadap.
a. Colletotrichum.
Penyakit colletotrichum disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides
dengan gejalagejala berupa daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian
ujung mati, menggulung, dan akhirnya berguguran. Sementara itu, serangan pada daun
tua menunjukkan gejala-gejala adanya bercak cokelat atau hitam, berlubang, mengeriput,
dan sebagian ujungnya mati sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
Serangan penyakit ini umumnya terjadi di perkebunan yang tanamannya baru saja
membentuk daun-daun muda, biasanya pada musim hujan. Kebun-kebun yang terletak di
tempat tinggi dengan curah hujan tinggi juga mudah terserang penyakit ini. Penyebaran
penyakit ini terjadi melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau hujan. Penyebaran
spora ini umumnya terjadi pada malam hari, terutama saat hujan turun.
MULOK XII IPS. Choryna Dewi Usna, S.Pd.
b. Phytophthora.
Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah
yang berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari bagian ini penyakit akan menular
ke daun dan tangkainya, sehingga beberapa minggu kemudian daun dan tangkai tersebut
gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya
terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks.
Cendawan Phytopthora botriosa atau Phytopthora palmivora adalah penyebab
penyakit ini. Spora cendawancendawan ini banyak terdapat di pucuk tanaman, tetapi bisa
juga bertahan di daun yang gugur atau di dalam tanah. Penyakit ini umumnya berjangkit
pada musim hujan dengan penularan melalui spora yang dibawa air hujan atau angin.
Pencegahan penyakit phytopthora bisa dilakukan dengan tidak menanam klon-klon
yang peka terhadap penyakit ini, seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1, atau PR 107.
Pencegahan lain sekaligus pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan fungisida
Cobox atau Cupravit dengan dosis dan frekuensi yang bisa dibaca di kemasannya.
Penyemprotan sebaiknya menggunakan mist blower.
c. Corynespora.
Penyebab penyakit corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan
hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini
mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Mula-
mula penyakit ini diketahui berjangkit di perkebunan karet di Malaysia pada tahun 1960.
Dari Malaysia, penyakit ini menyebar ke India pada tahun 1961 dan pada tahun 1969
kedapatan menyerang perkebunan karet di Nigeria. Pada tahun 1980 penyakit ini masuk
ke Sumatera Utara, tahun 1982 ke Jawa Tengah, dan 1984 ke Jawa Barat.
Penyebaran penyakit ini melalui spora yang terbawa terbang oleh angin. Meskipun
serangannya bisa dikatakan lambat, penyakit ini dianggap sebagai salah satu penyakit
yang berbahaya.
Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti
menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun
tua juga menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas
MULOK XII IPS. Choryna Dewi Usna, S.Pd.
sejajar urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Pusat bercak berwarna cokelat atau
9 kelabu, kering, dan berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning, cokelat kemerahan,
dan akhirnya gugur.
Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan menggunakan fungisida Mankozeb dan
Tridemorf dengan dosis dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tanaman yang
belum disadap. Sementara itu, untuk tanaman yang telah disadap dan tingginya lebih dari
delapan meter sebaiknya dilakukan pengabutan menggunakan Tridemorf atau Calixin 750
dengan dosis 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu.
d. Helminthosporium.
Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora
berwarna cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit helminthosporium yang
juga kerap disebut dengan penyakit mata burung ini sering menyerang tanaman muda di
pesemaian atau pembibitan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan waktu
okulasinya pun terhambat.
Serangan penyakit ini sering terjadi pada musim kemarau, terutama pada tanaman
yang terlalu banyak dipupuk nitrogen, kondisi lemah, dan kekurangan air. Penyebaran
penyakit helminthosporium melalui spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, atau
alat-alat pertanian mengandung spora yang mengenai tanaman sehat.
Gejala infeksi penyakit ini adalah daun-daun muda menjadi hitam, menggulung,
dan kemudian gugur.