endokondral melalui lima fase healing yang overlapping, sebagai berikut (Einhorn cit
Chairuddin, 1998) :
Segera setelah fraktur, timbullah hematoma di tempat fraktur. Hematoma ini memberikan
sinyal kepada molekul yang mempunyai kemampuan untuk mengawali rangkaian peristiwa
seluler yang sangat penting untuk fracture healing. Misalnya, sel-sel peradangan yang
mensekresi cytokines, seperti interleukins-1 dan interleukins-6, penting di dalam pengaturan
kejadian awal proses penyembuhan fraktur. Disamping itu, platelet yang telah diaktifkan
dalam jendalan bisa melepaskan molekul pemberi sinyal, seperti transforming growth factor
beta (TGF-) dan platelet derived growth factor (PDGF), yang penting dalam memicu arus
gelombang pemasukan sel-sel mesenkim. Rangkaian cytokines selanjutnya akan membawa
sel-sel repair seperti fibroblast, sel endothel dan osteoblast ke dalam celah fraktur.
3. Kalsifikasi kartilago
Pada pertengahan minggu kedua setelah fracture healing, banyak kartilago terhampar di atas
tempat fraktur dan jaringan chondroid ini mengawali persiapan biokimiawi untuk mengalami
kalsifikasi. Kalus dapat dijumpai dalam dua tipe, yaitu : kalus keras, dimana berlangsung
osifikasi intramembran, dan kalus lunak dimana proses osifikasi endokondral berlangsung.
Pada fase ini terbentuk woven bone baik secara langsung dari jaringan mesenkim
(intramembran) maupun melalui fase intermediate dari kartilago (rute endochondral atau
chondroid).
5. Remodelling tulang
Woven bone dilakukan remodeling menjadi tulang lamellar yang lebih kuat melalui
kerjasama antara resorbsi tulang osteoclast dan pembentukan tulang osteoblast.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang
Usia
Jenis fraktur
Lokasi fraktur
Imobilisasi
Infeksi
Malnutrisi
Penyakit sistemik
Komplikasi
Syok
Emboli lemak
Infeksi
Sindrom kompartemen
Union
Nonunion
Delayed union
Malunion