Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Kedokteran Keluarga adalah blok dua puluh tiga pada semester VII
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang
memaparkan Budi, berusia 3 tahun sering gatal di malam hari terutama di
sela jari, sela paha, punggung, dan perut. Budi sudah sering diobati ke
Puskesmas namun berobat tidak teratur sehingga keluhan kambuh lagi. Ibu
dan Kakak Budi juga mengalami keluhan yang sama. Ternyata tetangganya
juga ada yang menderita gejala dan tanda yang sama. Tanda-tanda klinis
terdapat bekas garutan, dan papula multiple, pustule dan erosi. Hasil
pemeriksaan penunjang dari kerokan kulit menunjukkan terdapat parasit
sarcoptes scabie. Keluarga memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian
selama 3 hari dan sering menggunakan handuk secara bersama-sama. Budi
tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak perempuan di rumah kontrakan
berukuran 4x4 m. ventilasi rumah kurang memadai, sinar matahari tidak
masuk ke dalam rumah.penghasilan ayah Budi Rp. 600.000 perbulan dan
digunakan untuk biaya sekolah Budi, biaya makan keluarga da sewa rumah,
serta tidak ada tabungan keluarga. Keluarga Budi terdaftar sebagai peserta
BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dokter Amir sebagai dokter keluarga
yang menangani kasus Budi di Puskesmas, hanya menggali riwayat
penyakit sekarang, dan belum melakukan anamnesis secara holistik.
Dokter Amir belum mengenal Konsep Biopsikososial menurut Mandala
of Health sehingga hanya melakukan diagnosis klinis tanpa diagnosis
holistic. Dokter Amir juga tidak mengidentifikasi struktur dan fungsi
keluarga terhadap penyakit. Dokter Amir juga belum komprehensif dalam
melakukan penatalaksanaan kasus ini sesuai hasil diagnosis holistic,
diagnosis keluarga, prinsip-prinsip kedokteran keluarga, dan sesuai dengan

1
level pencegahan penyakit sehingga pasien tidak sembuh. Budi
ditatalaksana selama 1 minggu namun tidak ada perubahan sehingga dirujuk
ke RSUD Palembang BARI padahal kasus ini masih termasuk kompetensi
dokter di layanan primer. Dokter Amir akhirnya mendapat teguran dari Tim
Kendali Mutu dan Kendali Biaya BPJS sesuai konsep program Jaminan
Kesehatan Nasional.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Dimyati Burhanuddin, M.Sc
Moderator : M. Rizky Rusti Rama Putra
Notulen : Astri Ningsih
Sekretaris papan : Elba Fitrah Febriana
Waktu : 1. Selasa, 6 Desember 2016
Pukul : 13.00 15.00 WIB
2. Kamis, 8 Desember 2016
Pukul: 13.00 15.00 WIB

Peraturan 1. Alat komunikasi dinonaktifkan atau


tutorial dalam keadaan silent.
2. Semua anggota tutorial harus
mengeluarkan pendapat dengan cara
mengangkat tangan terlebih dahulu.
3. Meminta izin ketika hendak keluar
ruangan.
4. Dilarang makan dan minum saat
diskusi berlangsung.

3
2.2 Skenario B blok 23
Budi, berusia 3 tahun sering gatal di malam hari terutama di sela jari, sela
paha, punggung, dan perut. Budi sudah sering diobati ke Puskesmas namun
berobat tidak teratur sehingga keluhan kambuh lagi. Ibu dan Kakak Budi
juga mengalami keluhan yang sama. Ternyata tetangganya juga ada yang
menderita gejala dan tanda yang sama. Tanda-tanda klinis terdapat bekas
garutan, dan papula multiple, pustule dan erosi. Hasil pemeriksaan
penunjang dari kerokan kulit menunjukkan terdapat parasit sarcoptes scabie.
Keluarga memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian selama 3 hari dan
sering menggunakan handuk secara bersama-sama. Budi tinggal bersama
ibu, ayah, dan kakak perempuan di rumah kontrakan berukuran 4x4 m.
ventilasi rumah kurang memadai, sinar matahari tidak masuk ke dalam
rumah.penghasilan ayah Budi Rp. 600.000 perbulan dan digunakan untuk
biaya sekolah Budi, biaya makan keluarga da sewa rumah, serta tidak ada
tabungan keluarga. Keluarga Budi terdaftar sebagai peserta BPJS Penerima
Bantuan Iuran (PBI). Dokter Amir sebagai dokter keluarga yang menangani
kasus Budi di Puskesmas, hanya menggali riwayat penyakit sekarang, dan
belum melakukan anamnesis secara holistik.
Dokter Amir belum mengenal Konsep Biopsikososial menurut Mandala
of Health sehingga hanya melakukan diagnosis klinis tanpa diagnosis
holistic. Dokter Amir juga tidak mengidentifikasi struktur dan fungsi
keluarga terhadap penyakit. Dokter Amir juga belum komprehensif dalam
melakukan penatalaksanaan kasus ini sesuai hasil diagnosis holistic,
diagnosis keluarga, prinsip-prinsip kedokteran keluarga, dan sesuai dengan
level pencegahan penyakit sehingga pasien tidak sembuh. Budi
ditatalaksana selama 1 minggu namun tidak ada perubahan sehingga dirujuk
ke RSUD Palembang BARI padahal kasus ini masih termasuk kompetensi
dokter di layanan primer. Dokter Amir akhirnya mendapat teguran dari Tim
Kendali Mutu dan Kendali Biaya BPJS sesuai konsep program Jaminan
Kesehatan Nasional.

4
2.3 Klarifikasi Istilah
1. Mandala of Health : Penatalaksanaan melalui pendekatan holistic yang
meliputi aspek internal, eksternal, klinik, dan
individu.
2. Sarcoptes scabie : Suatu jenis tungau yang menyebabkan penyakit
kulit menular (scabies).
3. Papula multiple : Lesi padat yang menonjol pada permukaan kulit
kurang dari 1 cm.
4. BPJS : Badan hukum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan social.
5. Diagnosis holistic : Tata cara diagnosis yang memperhatikan berbagai
aspek yang kemungkinan menyebabkan pasien
sakit yang meliputi psikis dan lingkungan.
6. Biopsikososial : Metode dengan interaksi biologi, psikologi, dan
social untuk mengobati suatu penyakit dan
meningkatkan kesehatan lebih baik.
7. PBI : (Penerima Bantuan Iuran) Peserta jaminan
kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak
mampu yang iurannya dibayari pemerintah sebagai
peserta program jaminan kesehatan.
8. Pustula : Lesi kulit yang kecil, menonjol, dan mengandung
nanah.
9. Komprehensif : Mampu menangkap atau menerima dengan baik,
luas, dan lengkap tentang ruang lingkup dan isi.
10. Tim Kendali Mutu : Bagian dari BPJS kesehatan yang melakukan
sosialisasi kesehatan nasional dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi.
11. Ventilasi : Lubang atau tempat udara dapat keluar masuk
secara bebas.
12. JKN : (Jaminan Kesehatan Nasional) Bagian dari sistem

5
jaminan social nasional (SJSN) yang
diselenggarakan dengan mekanisme asuransi
kesehatan nasional yang bersifat wajib.

2.4 Identifikasi Masalah


1. Budi, berusia 3 tahun sering gatal di malam hari terutama di sela jari, sela
paha, punggung, dan perut. Budi sudah sering diobati ke Puskesmas
namun berobat tidak teratur sehingga keluhan kambuh lagi. Ibu dan
Kakak Budi juga mengalami keluhan yang sama. Ternyata tetangganya
juga ada yang menderita gejala dan tanda yang sama. Tanda-tanda klinis
terdapat bekas garutan, dan papula multiple, pustule dan erosi. Hasil
pemeriksaan penunjang dari kerokan kulit menunjukkan terdapat parasit
sarcoptes scabie. Keluarga memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian
selama 3 hari dan sering menggunakan handuk secara bersama-sama.
Budi tinggal bersama ibu, ayah, dan kakak perempuan di rumah
kontrakan berukuran 4x4 m. ventilasi rumah kurang memadai, sinar
matahari tidak masuk ke dalam rumah.penghasilan ayah Budi Rp.
600.000 perbulan dan digunakan untuk biaya sekolah Budi, biaya makan
keluarga da sewa rumah, serta tidak ada tabungan keluarga. Keluarga
Budi terdaftar sebagai peserta BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Dokter Amir sebagai dokter keluarga yang menangani kasus Budi di
Puskesmas, hanya menggali riwayat penyakit sekarang, dan belum
melakukan anamnesis secara holistik.
2. Dokter Amir belum mengenal Konsep Biopsikososial menurut Mandala
of Health sehingga hanya melakukan diagnosis klinis tanpa diagnosis
holistic. Dokter Amir juga tidak mengidentifikasi struktur dan fungsi
keluarga terhadap penyakit. Dokter Amir juga belum komprehensif
dalam melakukan penatalaksanaan kasus ini sesuai hasil diagnosis
holistic, diagnosis keluarga, prinsip-prinsip kedokteran keluarga, dan
sesuai dengan level pencegahan penyakit sehingga pasien tidak sembuh.

6
3. Budi ditatalaksana selama 1 minggu namun tidak ada perubahan
sehingga dirujuk ke RSUD Palembang BARI padahal kasus ini masih
termasuk kompetensi dokter di layanan primer. Dokter Amir akhirnya
mendapat teguran dari Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya BPJS sesuai
konsep program Jaminan Kesehatan Nasional.

2.5 Analisis masalah


1. Budi, berusia 3 tahun sering gatal di malam hari terutama di sela
jari, sela paha, punggung, dan perut. Budi sudah sering diobati ke
Puskesmas namun berobat tidak teratur sehingga keluhan kambuh
lagi. Ibu dan Kakak Budi juga mengalami keluhan yang sama.
Ternyata tetangganya juga ada yang menderita gejala dan tanda
yang sama. Tanda-tanda klinis terdapat bekas garutan, dan papula
multiple, pustule dan erosi. Hasil pemeriksaan penunjang dari
kerokan kulit menunjukkan terdapat parasit sarcoptes scabie.
Keluarga memiliki kebiasaan tidak mengganti pakaian selama 3 hari
dan sering menggunakan handuk secara bersama-sama. Budi tinggal
bersama ibu, ayah, dan kakak perempuan di rumah kontrakan
berukuran 4x4 m. ventilasi rumah kurang memadai, sinar matahari
tidak masuk ke dalam rumah.penghasilan ayah Budi Rp. 600.000
perbulan dan digunakan untuk biaya sekolah Budi, biaya makan
keluarga da sewa rumah, serta tidak ada tabungan keluarga.
Keluarga Budi terdaftar sebagai peserta BPJS Penerima Bantuan
Iuran (PBI). Dokter Amir sebagai dokter keluarga yang menangani
kasus Budi di Puskesmas, hanya menggali riwayat penyakit
sekarang, dan belum melakukan anamnesis secara holistik.
a. Mengapa penyakit Budi sering berulang ?
Jawab :
Karena tidak tuntasnya penanganan atau penatalaksanaannya,
dan juga tidak ditatalaksana secara holistik dan komprehensif.
Kebiasan keluarga, lingkungan dan kebersihan rumah merupakan

7
faktor risiko penularan penyakit scabies pada Budi. Pengobatan yang
tidak teratur menyebabkan parasit penyebab scabies tidak terbunuh
secara sempurna sehingga penyakit scabies Budi berulang.
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun
kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang
saling bersentuhan atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat
tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat.
Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan
melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara
bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat
kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih
cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani
kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan
yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan
kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu
tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah
yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta
fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di
Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung
maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas
umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat
penduduk.
(Tanjung S.B, 2010)

8
b. Mengapa keluhan gatal di sela jari, sela paha, punggung, dan perut
terasa di malam hari ?
Jawab :
Keluhan gatal di sela jari, sela paha, punggung, dan perut terasa di
malam hari karena aktivitas parasit atau tungau ini lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab dan dingin.
Adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi menyebabkan
gangguan pada saraf sensoris yang mengakibatkan rasa gatal. Tempat
predileksi biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang
tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, sela paha,
punggung, dan perut
(Chosidow,2006)

c. Mengapa keluarga Budi dan tetangga mengalami keluhan yang sama ?


Jawab :
Rantai penularan penyakit menular secara epidemiologi adalah
sebagai berikut:
1) Penyebab (Agent) : Sarcoptes Scabiei
2) Reservoir : Manusia
3) Pintu keluar (Portal of exit) : kulit
4) Cara transmisi (Mode transmission) : kontak langsung (kulit ke
kulit)
5) Pintu masuk (Portal of entry) : kulit
6) Kerentanan host (Susceptible) : higienitas diri dan
lingkungan buruk

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan


dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara
bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat
kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih
cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani

9
kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan
kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan
yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan
kesehatan lingkungan yang telah ada. Penyakit ini juga mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau
melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak
langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang
pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih
terdapat tungau sarcoptesnya.
(Akmal,2013)

d. Apa saja yang termasuk dalam anamnesis holistic ?


Jawab :
Anamnesis holistik :
a) Personal social history
b) Family assessment tool: genogram, family map, family life cycle,
family lifeline, family APGAR (Adaptation, Partnership, Growth,
Affection, and Resolve), dan family SCREEM (Social, Cultural,
Religion, Economic, Education, and Medical).
c) Risk Factor
d) Disease and illness
(Alonso,2004)

Anamnesis Holistik mengandung 5 aspek, yaitu :


a. aspek 1 (aspek individu) : keluhan utama, harapan, kekhawatiran
pasien ketika datang.
b. aspek 2 (aspek klinik): diagnosis klinis dan diagnosis bandingnya

10
c. aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misalnya usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dsb)
d. aspek 4 (aspek eksternal pasien), dokter menulis (keadaan keluarga
, lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan lingkungan
rumah & pekerjaan yg memicu atau menjadi hazsard pada
penyakit/masalah ini atau kemungkinan dapat menghaambat
penatalaksanaan penyakit/massalah kesehatan yang ada.
e. aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional
pasien pada saat ini.
(Amahorseja, 2013).

e. Apa interpretasi keadaan keluarga Budi berdasarkan anamnesis


holistic ?
Jawab :
Interpretasi keadaan keluarga Budi berdasarkan anamnesis holistic
adalah belum diterapkannya assessment tool pada anamnesis holistic
dan tidak berhasilnya pengobatan dan pencegahan penyakit yang
dialami oleh Budi.
Dimana penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu
komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus
dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan
lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila
dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies.
(Akmal,2013)

11
f. Apa yang dimaksud dengan BPJS ?
Jawab :
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosiall. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.
(1) BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program:
1) Jaminan kecelakaan kerja
2) Jaminan hari tua
3) Jaminan pensiun
4) Jaminan kematian
Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan
kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah
bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar
iuran.
(Kemenkes RI,2014)

2. Dokter Amir belum mengenal Konsep Biopsikososial menurut


Mandala of Health sehingga hanya melakukan diagnosis klinis tanpa
diagnosis holistic. Dokter Amir juga tidak mengidentifikasi struktur
dan fungsi keluarga terhadap penyakit. Dokter Amir juga belum
komprehensif dalam melakukan penatalaksanaan kasus ini sesuai
hasil diagnosis holistic, diagnosis keluarga, prinsip-prinsip
kedokteran keluarga, dan sesuai dengan level pencegahan penyakit
sehingga pasien tidak sembuh.
a. Apa yang dimaksud dengan diagnosis holistic ?
Jawab :
Diagnosis yang menyeluruh dimana individu dilihat sebagai
bagian dari komunitasnya (keluarga, tempat kerja, budaya, negara)

12
serta memahami bahwa pasien merupakan seorang makhluk yang utuh
yang terdiri dari fisik, psikis dan jiwa (body, mind and spirit).
(Prasetyawati, 2010).

b. Bagaimana cara melakukan diagnosis holistic dengan menggunakan


konsep Biopsikososial menurut Mandala of Health ?
Jawab :
Mandala of health merupakan konsep penatalaksanaan memandang
seseorang terdiri dari body, mind, and spiritual dipengaruhi oleh
personal behavior, psychososio economic, environment, physical
envoirment , human biology. Jauh masing-masing dipengaruhi
community, culture, biosphere. Riwiyat alamiah penyakit (level of
prevention ), comprehensive (stage of disease continuum, tahap
pencegahan , bentuk intervensi, tujuan intervensi ).

13
Diagnosis holistic dengan menggunakan konsep Biopsikososial
menurut Mandala of Health pada kasus adalah
Mandala Of Health (penyakit scabies)
Gaya hidup
Pemenuhan kebutuhan
primer prioritas utama

Perilakukesehatan Lingkungan psiko-ssosial-


- Higiene pribadi dan ekonomi
lingkungan kurang
- Pendapata keluarga
- Berobat jika hanya ada Keluarga
rendah
keluhan

Pasien
- Gatal-gatal
- Stattus dermato: bekas Lingkunga kerja
Pelayaan Kesehatan garuta, papula multipel,
Tidak dijelaskan pada kasus
Jarak rumah-KDK jauh pustule, erosi
- Pemeriksaan penunjang :
+ parasi sarcoptes scabie

Faktor biologi
-kakak dan Ibu Budi juga Lingkungn Fisik

mengalami keluhan yang -ventilasi dan penerangan di

sama seperti Budi rumah kurang

Komuitas:
Pemukiman padat penduduk dan sanitas buruk
Warga sekitar yang menderita scabies
(Wibowo, 2006)

14
c. Bagaimana cara mendiagnosis berdasarkan fungsi keluarga terhadap
penyakit ?
Jawab :
Pada kasus cara mendiagnosis berdasarkan fungsi keluarga terhadap
penyakit :
Fungsi Biologis Kakak dan ibu Budi mempunyai keluhan
yang sama seperti Budi
Fugsi ekonomi da pemenuhan kebutuhan pendapatan
keluarga yang rendah dan keluarga tidak memiliki tabungan.
Fungsi perilaku kesehatan keluarga hygiene pribadi serta
lingkungan kurang dan berobat tidak teratur.
Lingkungan rumah ventilasi da peneranga di dalam rumah
kurang.
(Prasetyawati, 2010).

d. Bagaimana penatalaksanaan kasus scabies berdasarkan diagnosis


holistic ?
Jawab :
Pelayanan yang komprehensif dengan pendekatan holistic
Artinya seorang dokter memandang manusia harus sebagai
manusia seutuhnya, dengan cara menjaga etikanya, serta tidak
memandang keluarga tersebut dari segi satus sosial dan ekonominya,
kemudian dilakukan pelayanan kesehatan berupa tindakan pencegahan
(preventif), promotif, kuratif dan rehabilitatif seperti berikut :
I. Tindakan Pencegahan (Preventif)
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi
kulit.
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci
area kulit yang terkena untuk mencegah infeksi.
Mengurangi kontak dekat dengan keluarga atau penderita lain.

15
II. Kemudian lakukan tindakan penyuluhan (promotif) mengenai
penyakit scabies yaitu mengenai cara penularan, cara pencegahan
dan cara pengobatanya baik dimasyarakat maupun keluarga
penderita,
III. Selanjutnya yaitu mengenai terapi medikamentosa terhadap
penderita sakbies sendiri (kuratif) dengan menggunakan terapi
causative sebagai berikut :
Permetrin 5% (dalam krim)
Diaplikasikan satu kali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah satu minggu. Tidak dianjurkan
pada bayi usia di bawah 2 bulan.
Krotamiton 10% (dalam krim atau lotion), memiliki dua efek,
yaitu sebagai anti skabies dan anti gatal; harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra.
IV. Terapi Rehabilitatif
Yaitu dengan cara selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan
diri sendiri maupun kebersihan lingkungan disekitar penderita.

Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan terhadap pasien, keluarga,


dan lingkungannya. Pada pasien dan keluarga diberikan krim permetrin
5% yang dioleskan pada seluruh tubuh (dari leher hingga ke ujung jari
kaki), dan dilakukan edukasi terhadap keluarga mengenai scabies
(penyebab, gejala, cara penularan, terapi), dan mengenai higiene pribadi
serta lingkungan. Keluarga diberikan motivasi untuk mencuci, menjemur,
dan menyeterika pakaian dan seprai yang digunakan dalam 1 minggu
terakhir. Tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan antara lain
dengan melakukan penyuluhan mengenai skabies yang dihadiri oleh
kader, wakil dari Puskesmas, dan para warga. Pada kesempatan tersebut
juga disampaikan pentingnya menjaga higiene lingkungan dan perilaku
berobat yang baik.
(Mansyur,2007)

16
e. Bagaimana penatalaksanaan kasus scabies berdasarkan diagnosis
keluarga ?
Jawab :
Masalah Penatalaksanaan atau upaya
Fungsi Biologis

Kakak dan ibu Budi - Edukasi mengenai penyakit dan


mempunyai keluhan yang pencegahan melalui penyuluhan
sama seperti Budi - Pengobatan

Fungsi ekonomi da
pemenuhan kebutuhan

pendapatan keluarga yang - Motivasi untuk menambah


rendah dan keluarga tidak penghasilan dengan memanfaatkan
memiliki tabungan. waktu luang
- Motivasi mengenai perlunya
memiliki tabungan.

Fungsi perilaku kesehatan


keluarga

hygiene pribadi serta - Edukasi mengenai hygiene


lingkungan kurang dan - Edukasi dan motivasi untuk
berobat tidak teratur. memeriksa kesehatan berkala karena
adaya risiko untuk terjadi
kekambuhan.
Lingkungan rumah
ventilasi da peneranga di - Memperbaiki ventilasi dan
dalam rumah kurang. penerangan dengan membuka pintu
rumah pada siang hari dan
menggunakan kipas angin yang
selalu dibersihkan.

(Mansyur,2007)

17
f. Bagaimana penatalaksanaan kasus scabies berdasarkan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga ?
Jawab :
Seharusnya dr.Amir menerapkan prinsip-prinsip kedokteran sesuai
dengan kasus yang dihadapi seperti pada kasus yaitu menghadapi
pasien scabies
Pelayanan yang holistik dan komprehensif pada kasus scabies
pelayanan holistiknya disini adalah tidak hanya mengobati 1 pasien
itu saja tetapi juga mengobati pasien sebagai bagian dari keluarga
dan komprehensif mengobati secara keseluruhan dari preventive
sampai rehabilitatif
Pelayanan yang kontinu dalam hal ini pasien scabies harus rutin
berobat dan meminum obat dengan teratur dan tidak hanya satu kali
berobat jika masih ada keluhan
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan seharusnya
dilakukan pencegahan terhadap keluarga pasien scbies saat di
ketahui bahwa pasien menderita scabies
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
dari keluarganya dalam hal ini keluarga juga harus diperhatikan
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,
dan lingkungan tempat tinggalnya hal ini berkaitan dengan
pencegahan penularan scabies
Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggung jawabkan
harus menuliskan rekam medic dengan baik dan lengkap
Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
(Prasetyawati,2010)

18
g. Apa intervensi pencegahan berdasarkan level pencegahan penyakit ?
Jawab :

Tingkat Jenis intervensi Tujuan intervensi


pencegahan

Pencegahan Modifikasi Mencegah/menunda


primer determinan/faktor kejadian baru penyakit
resiko/kausa penyakit,
promosi kesehatan, dan
perindungan spesifik

Pencegahan Deteksi dini penyakit Memperbaiki, prognosis


sekunder dengan skrining dan kasus (memperpendek
pengobatan segera durasi penyakit, dan
memperpanjang hidup)

Pencegahan Pengobatan, rehabilitasi, Menguranngi dan


tersier pembatasan, dan kecacatan mencegah sekuele dan
disfungsi, mencegah
serangan ulang,
meringankan akibat
penyakit dan
memperpanjang hidup.

(Prasetyawati, 2010)

19
3. Budi ditatalaksana selama 1 minggu namun tidak ada perubahan
sehingga dirujuk ke RSUD Palembang BARI padahal kasus ini
masih termasuk kompetensi dokter di layanan primer. Dokter Amir
akhirnya mendapat teguran dari Tim Kendali Mutu dan Kendali
Biaya BPJS sesuai konsep program Jaminan Kesehatan Nasional.
a. Apakah tindakan dokter Amir dapat dibenarkan sebagai dokter
keluarga ?
Jawab :
Tindakan dr Amir sebagai dokter keluarga pada kasus adalah
tidak benar. Karena dr Amir belum menerapkan diagnosis secara
holistic dan secara koprehensif. Berdasarkan SKDI tahun 2012
penyakit tersebut harus selesai pada tingkat pertama yaitu dokter
umum/dokter keluarga/dokter layanan primer.

b. Mengapa dokter Amir mendapat teguran dari Tim Kendali Mutu dan
Kendali biaya BPJS ?
Jawab :
Dokter Amir mendapat teguran dari Tim Kendali Mutu dan Kendali
biaya BPJS karena tindakan yang dilakukannya tidak kompeten dan
pelayanan yang dilakukan oleh dokter Amir belum sesuai dengan
pelayanan kedokteran keluarga (prinsip-prinsip kedokteran keluarga).

c. Bagaimana kriteria kasus yang dirujuk sesuai kompetensi Dokter


Layanan Primer ?
Jawab :
Adapun kriteria kasus yang dapat dirujuk yaitu:
- membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
- membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih kompeten.
(BPJS Kesehatan. 2014)

20
d. Bagaimana sistem rujukan berdasarkan sistem kesehatan nasional ?
Jawab :
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal.
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
- Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
- Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
- Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau
dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan sub spesialistik.

21
Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun
vertikal.
- Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
- Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
- Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/ atau ketenagaan.

22
- Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
(BPJS Kesehatan. 2014)

e. Apa tugas dan wewenang dari Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya
BPJS ?
Jawab :
Tim kendali mutu dan biaya dari BPJS Kesehatan akan melakukan:
1. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi
2. utilization review dan audit medis,
3. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.
Untuk kasus tertentu, tim kendali mutu dan biaya dapat meminta
informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan peserta dalam bentuk
salinan/fotokopi rekam medis ke fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.
(Permenkes RI,2013)

23
f. Bagaimana konsep program Jaminan Kesehatan Nasional ?
Jawab :
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan
tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh
bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup
sehat, produktif, dan sejahtera.Program ini menjadi prioritas
Pemerintah, yaitu Program Kementerian Kesehatan dan Program
Dewan Jaminan Sosial Nasional. UU SJSN No 40 tahun 2004
menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip
penyelenggaraan JKN. Kedua prinsip dilaksanakan dengan
menetapkan kepesertaan wajib dan penahapan implementasinya, iuran
sesuai dengan besaran pendapatan, manfaat JKN sesuai dengan
kebutuhan medis, serta tata kelola dana amanah peserta oleh badan
penyelenggara nirlaba dengan mengedepankan kehati-hatian,
akuntabilitas efisiensi dan efektifitas.
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
Prinsip Kegotongroyongan
Prinsip Nirlaba
Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi, dan
Efektivitas
Prinsip Portabilitas
Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Prinsip Dana Amanat
(Kemenkes RI, 2014)

24
4. Bagaimana pandangan islam pada kasus ?
Jawab :

(Q.S. Al-Maidah:2)

2.6 Kesimpulan
Dokter Amir belum menjalankan anamnesis dan diagnosis holistic dengan
pendekatan Mandala of Health dan diagnosis keluarga sehingga
penatalaksanaan kasus yang dihadapi dokter Amir tidak komprehensif dan
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan kedokteran keluarga.

25
2.7 Kerangka Konsep

dr Amir belum menerapkan prinsip pelayanan


kedokteran keluarga

Anamnesis
holistik

Diagnosis Diagnosis
holistik keluarga

Penatalaksanaan kasus tidak


sesuai denga prinsip pelayanan
kedokteran keluarga

26

Anda mungkin juga menyukai